Perencanaan Produksi yang Optimal dengan Pendekatan Goal Programming di PT. Gold Coin Indonesia

(1)

Juanawati Marpaung : Perencanaan Produksi yang Optimal dengan Pendekatan Goal Programming di PT. Gold Coin Indonesia, 2010.

P E R E N C A N A A N P R O D U K S I Y A N G O P T I M A L DENGAN PENDEKATAN GOAL PROGRAMMING

DI PT. GOLD COIN INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat TUGAS SARJANA

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

JUANAWATI MARPAUNG 040403056

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

PT. Gold Coin Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi pakan ternak. Perusahaan menghasilkan produk dalam jumlah yang besar dengan jenis produk yang sudah dibakukan. Sesuai dengan operasi dan variasi produk, perusahaan ini bersifat flow shop.

Perencanaan produksi umumnya dilakukan dengan taksiran berdasarkan peramalan masa lalu. Namun, pada kenyataannya, perusahaan sering dihadapkan dengan suatu keadaan dimana adanya ketidaksesuaian produksi dengan volume permintaan karena volume permintaan tergantung kepada permintaan pelanggan. Pada bulan Desember 2008 terjadi penumpukan produk jadi 30,8% untuk pakan bentuk tepung (mess), 25,2% untuk pellet, dan 26,6% untuk crumble. Dalam hal ini, perusahaan diperhadapkan dengan pada pengambilan keputusan dalam menentukan jumlah produk yang optimal yang akan diproduksi.

Penggunaan Goal Programming mampu menentukan jumlah produksi yang optimal karena metode Goal Programming potensial untuk menyelesaikan aspek-aspek yang bertentangan antara elemen-elemen dalam perencanaan produksi. Dalam Goal Programming terdapat variabel deviasional dalam fungsi kendala yang digunakan untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai yaitu penyimpangan hasil penyelesaian di atas sasaran dan juga di bawah sasaran. Jika penyimpangan di atas sasaran merupakan kondisi yang diinginkan, maka yang diminimumkan adalah penyimpangan di bawah sasaran dan sebaliknya, jika penyimpangan di bawah sasaran merupakan kondisi yang diinginkan, maka diminimumkan adalah penyimpangan di atas sasaran. Artinya, salah satu dari variabel penyimpangan di dalam tujuan berharga sama dengan nol. Sehingga variabel ini mengubah makna kendala menjadi sasaran untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang dikehendaki.

Sasaran yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh rencana produksi yang optimal sebagai alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan keuntungan. Penggunaan Goal Programming dalam penelitian ini menghasilkan jumlah produksi yang optimal dimana penggunaan jumlah bahan baku tetap berada dalam batasan ketersediaan bahan baku di perusahaan. Keuntungan yang diperoleh dengan pendekatan Goal Programming adalah Rp. 2.258.650.000 untuk pakan bentuk tepung (mess), Rp. 2.141.000.000 untuk pellet, dan Rp. 1.976.100.000 untuk crumble.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi enugerah dan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaiakan tugas sarjana yang berjudul ”Perencanaan Produksi yang Optimal dengan

Pendekatan Goal Programming di PT. Gold Coin Indonesia”

Tugas sarjana ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian Sarjana untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam Penulisan Tugas sarjana ini, penulis telah berusaha untuk memberi yang terbaik. Namun, penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini masih memiliki kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk lebih menyempurnakan Tugas sarjana ini. Semoga Tugas Sarjana ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Universitas Sumatera Utara,

Medan, Juli 2009


(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Laporan ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Aulia Ishak, MT & Ir. Sugih Arto Pujangkoro, MM selaku Koordinator Tugas Akhir Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng, selaku Ketua Bidang Manufaktur Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ir. Tanib S. Tjolia, M.Eng selaku pembimbing I, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi, bimbingan arahan dan koreksi dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

5. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, MSi selaku pembimbing II, yang telah sangat sabar dan telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan koreksi agar Tugas Sarjana ini dapat selesai.

6. Bapak Ir. Boima Manihuruk, selaku Manager Produksi PT. Gold Coin, yang banyak membantu penulis selama proses pengambilan data di lapangan dan memberikan informasi-informasi diperlukan dalam penulisan Tugas Sarjana ini.


(5)

7. Bapak Usman Sapta selaku Kepala Bagian Personalia PT. Gold Coin Indonesia, yang telah membantu memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di PT Gold Coin.

8. Bang Bowo, Kak Dina, Bang Mijo, Bang Nurmansyah, dan Bu Ani yang telah membantu penulis dalam setiap urusan administrasi yang penulis butuhkan dan juga buat setiap kerjasama dan semangat yang diberikan 9. Orangtuaku tercinta M. Marpaung dan N. Pandiangan, yang sudah tidak

sabar menanti-nantikan puterinya untuk menyandang gelar Sarjana Teknik, serta Abang dan adik-adik yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis agar dapat segera menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

10.Keluarga Bang Christmas dan Kak Yuli beserta adik-adik yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk terus berjuang dan selalu menjadi sumber sukacita bagi penulis ketika menghadapi berbagai pergumulan.

11.Adik-adik kelompokku, Raganda, Silvia, Indri, Indah, Paska, Junarta, Robet, Ferri dan David yang senantiasa menyemangati dan mendoakan penulis selama pengerjaan Tugas Sarjana ini..

12.Teman satu tim kerja pelayanan, Bang Gandi dan Kak Leni yang senantiasa memberi semangat, perhatian dan mendukung penulis dalam doa selama pengerjaan Tugas Sarjana ini.

13.Adikku Fritz Mauritz dan Tina Sembiring yang menjadi sumber motivasi penulis bahkan ketika menghadapi kondisi tersulit dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.


(6)

14.Teman-teman seperjuangan penulis Mariaty, Erna, Anggiat, Ronal beserta teman-teman stambuk 2004 yang selalu memberi semangat untuk penulis untuk senantiasa berjuang.

15.Teman-temanku Desima, Wenny, Misna, Valentine, Elfrida, Dameyanti, Hana, Kak Bela, dan Kak Plorensi, yang membuat penulis lebih percaya diri dan lebih berharap kepada Tuhan Yesus Kristus dalam setiap hal yang penulis hadapi.

16.Teman-teman di Kost Harmonika 50 yang selalu memberi semangat dan sukacita buat penulis, terkhusus buat adikku Juliana Nadapdap.

17.Dan buat semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam pembuatan laporan ini, terima kasih karena tanpa kalian penulis bukan siapa-siapa.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan, semoga Tugas Sarjana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


(7)

DAFTAR ISI

BAB Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

SERTIFIKASI EVALUASI TUGAS SARJANA ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR PUSTAKA ... xix I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2. Rumusan Masalah... I-3 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian... I-3 1.4. Batasan Masalah ... I-4 I.5. Asumsi-Asumsi ... I-4 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-4 II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


(8)

DAFTAR ISI... (Lanjutan)

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2 2.3. Lokasi Perusahaan ... II-2 2.4. Struktur Organisasi ... II-2 2.5. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-5 2.6. Sistem Pengupahan dan Fasilitas yang Digunakan ... II-7 2.7. Bahan Baku, Bahan Tambahan, dan Bahan Penolong ... II-8 2.7.1. Bahan Baku ... II-8 2.7.2. Bahan Tambahan ... II-10 2.7.3. Bahan Penolong ... II-11 2.8. Mesin-Mesin dan Peralatan Produksi ... II-12 2.8.1. Mesin-Mesin Produksi ... II-12 2.8.2. Peralatan Produksi ... II-15 2.8.3. Utilitas ... II-19 2.9. Uraian Produksi ... II-20 2.9.1. Penuangan ... II-20 2.9.2. Penyaringan ... II-20 2.9.3. Pengeringan ... II-20 2.9.4. Penimbangan ... II-21 2.9.5. Penggilingan ... II-21 2.9.6. Pencampuran ... II-22 2.9.7. Pembutiran ... II-23


(9)

DAFTAR ISI... (Lanjutan)

2.9.8. Proses Crumble ... II-24 2.9.9. Pengepakan ... II-24 III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Perencanaan Produksi ... III- 1 3.1.1. Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi ... III- 1 3.1.2. Sifat-sifat Perencanaan Produksi ... III- 2 3.2. Peramalan ... III-7 3.2.1. Konsep Dasar dan Pengertian Peramalan ... III- 7 3.2.2. Karakteristik Peramalan yang Baik ... III- 8 3.2.3. Sifat Hasil Peramalan ... III- 9 3.2.4. Teknik Peramalan ... III- 10 3.2.5. Klasifikasi Teknik Peramalan ... III-12 3.3.Program Linier ... III-18 3.3.1. Metode Grafik ... III-18 3.3.2. Metode Simpleks ... III-20 3.4. Goal Programming ... III-22

3.4.1. Konsep dasar Goal Programming ... III-22 3.4.2. Model Umum Goal Programming ... III-25 3.4.3. Perumusan Masalah Goal Programming ... III-26 3.4.3. Metode Pemecahan Masalah ... III-27


(10)

DAFTAR ISI... (Lanjutan)

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2. Sifat Penelitian ... IV-1 4.3. Tahapan Penelitian ... IV-1

4.3.1. Identifikasi masalah, Penetapan Tujuan, dan

Manfaat Penelitian ... IV- 1 4.3.2. Studi Pendahuluan ... IV- 2 4.3.3. Pengumpulan Data ... IV- 2 4.3.4. Pengolahan Data ... IV- 3 4.3.5. Analisis Pemecahan Masalah ... IV- 7 4.3.6. Kesimpulan dan Saran ... IV- 7 V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data... V- 1 5.1.1. Data Penjualan Pakan Ternak Tahun 2008 ... V-1 5.1.2. Data Pokok dan Harga Penjualan ... V-1 5.1.3. Waktu Penyelesaian Produk ... V-2 5.1.4. Data Jam Kerja Tersedia ... V-3 5.1.5. Pemakaian Bahan Baku ... V-4 5.2. Pengolahan Data ... V- 5

5.2.1. Meramalkan Permintaan untuk tiap produk


(11)

DAFTAR ISI... (Lanjutan)

5.2.2. Perhitungan Waktu Penyelesaian Produk dan

Ketersediaan Waktu Kerja ... V-16 5.2.3. Perhitungan Pemakaian dan Ketersediaan

Bahan Baku ... V-17 5.2.4. Memformulasikan Fungsi Sasaran ... V-20 5.2.5. Memformulasikan Fungsi Pencapaian

Goal Programming ... V-22 5.2.6. Penyelesaian Fungsi Pencapaian Goal Programming

dengan menggunakan bantuan software komputer ... V-24 VI. ANALISIS

6.1. Analisis Hasil Peramalan ... VI-1 6.2. Analisis Perencanaan Produksi ... VI-2 VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-2


(12)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN 2.1. Struktur Organisasi PT. Gold Coin Indonesia ... II-4 2.2. Blok Diagram Pembuatan Pakan Ternak Bentuk tepung (mess) ... II-25 3.1. Blok Diagram Pembuatan Pakan Ternak Bentuk Pellet dan Crumble .... II-26 4.1. Blok Diagram Tahapan Penelitian ... IV-8 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data... IV-9 5.1. Diagram Pencar Penjualan Mash Tahun 2009 ... V-5 5.2. Diagram Pencar Penjualan Pellet Tahun 2009 ... V-5 5.3. Diagram Pencar Penjualan Crumble Tahun 2009 ... V-6 5.4. Moving Range Chart Penjualan Mash Tahun 2008 ... V-14


(13)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN 2.1. Tenaga Kerja pada PT. Gold Coin Indonesia ... II-5 3.1 Tabel Simpleks Awal...III-30 3.2 Tabel Simpleks Awal Pemilihan Kolom Kunci ...III-31 3.3 Tabel Simpleks Iterasi I...III-32 3.4 Tabel Simpleks Iterasi II...III-32 3.3 Tabel Simpleks Iterasi III...III-32 3.3 Tabel Simpleks Iterasi IV...III-33 5.1. Data Penjualan Pakan Ternak Tahun 2008 di PT Gold Coin ... V-2 5.2. Harga Pokok dan Harga Penjualan Pakan Ternak ... V-2 5.3. Kecepatan Produksi ... V-3 5.4. Jam Kerja yang Tersedia untuk Tahun 2009 ... V-3 5.5. Data Pemakaian Bahan Baku ... V-4 5.6 Data Persediaan Bahan Baku ... V-4 5.7. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Konstan ... V-7 5.8. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Linear ... V-7 5.9. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Kuadratis ... V-8 5.10. Perhitungan Parameter Peramalan untuk Metode Eksponensial ... V-10 5.11. Perhitungan SEE untuk Metode Konstan ... V-11 5.12. Perhitungan SEE untuk Metode Linear ... V-12 5.13. Perhitungan SEE untuk Metode Kuadratis ... V-12


(14)

DAFTAR....(Lanjutan)

5.14. Perhitungan SEE untuk Metode Eksponensial ... V-13 5.15. Rekapitulasi Hasil Perhitungan SEE untuk Penjualan Mash... V-13 5.16. Perhitungan Hasil Verifikasi... V-14 5.17. Hasil Peramalan Pakan Bentuk Mash Tahun 2009 ... V-15 5.18. Hasil Peramalan Pakan Bentuk PelletTahun 2009 ... V-15 5.19. Hasil Peramalan Pakan Bentuk Crumble Tahun 2009 ... V-16 5.20. Kecepatan Mesin Produksi ... V-17 5.21. Pemakaian Bahan Baku ... V-18 5.22. Proyeksi Keuntungan Penjualan Pakan Ternak ... V-22 5.23. Formulasi Perencanaan Bulan Mei, Juni, dan Juli ... V-24 5.24. Solusi Optimal dengan pendekatan Goal Programming ... V-30 6.1. Metode Peramalan yang Digunakan untuk Meramalkan Permintaan

Produk Tahun 2009 ... VI-1 6.2. Hasil Perencanaan produksi dengan Goal Programming ... VI-2 6.3. Rekapitulasi Hasil Perencanaan Produksi ... VI-4 6.4. Persentase Pemakaian Bahan Baku Bulan Mei ... VI-6 6.5. Persentase Pemakaian Bahan Baku Bulan Juni ... VI-6 6.6. Persentase Pemakaian Bahan Baku Bulan Juli ... VI-7 7.1. Rekapitulasi Jumlah Produksi dengan Goal Programming ... VII-1


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab di PT Gold Coin ... L-1 2. Perhitungan Peramalan untuk Pakan Bentuk Mess ... L-13 3. Perhitungan Peramalan untuk Pakan Bentuk Crumble ... L-22 4. Penyelesaian Goal programming Menggunakan Metode Simpleks ... L-31 5. Surat Pengajuan Tugas Akhir ... L-37 6. Surat Penjajakan ... L-38 7. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-39 8. Surat Keputusan Tugas Akhir... L-40 9. Perubahan Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-41 10. Berita Acara Dosen Pembimbing... ...L-45


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perencanaan produksi merupakan salah satu hal yang penting dalam perusahaan manufaktur. Perencanaan produksi berhubungan dengan penentuan volume, ketepatan waktu penyelesaian, utilisasi kapasitas, dan pemerataan beban. Di dalam praktek, manajer produksi harus membuat keputusan mengenai rencana produksi yang tepat untuk periode yang akan datang agar diperoleh biaya yang paling minimum sehingga keuntungan yang akan didapatkan bisa semaksimal mungkin.

Perencanaan produksi umumnya dilakukan dengan taksiran berdasarkan pengalaman masa lalu. Untuk mencapai keuntungan maksimum pada prinsipnya dibutuhkan perencanaan produksi yang teliti dengan memperhatikan kendala-kendala yang terdapat pada sistem produksi. Untuk menyelesaikan persoalan seperti ini, model-model perencanaan produksi telah banyak dikembangkan.

PT. Gold Coin Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi pakan ternak. Produk yang dihasilkan ada tiga jenis yaitu bentuk tepung (mess), pellet, dan crumble. Dalam upaya peningkatan pemasarannya, perusahaan sering dihadapkan dengan suatu keadaan dimana adanya ketidaksesuaian produksi dengan volume permintaan karena volume permintaan bersifat fluktuatif. Pada bulan-bulan tertentu, besarnya kapasitas produksi lebih besar dari permintaan yang mengakibatkan persediaan barang jadi menumpuk. Misalnya pada bulan


(17)

Desember 2008, jumlah pakan yang diproduksi adalah 3690 ton (mess), 1000 ton (pellet), dan 1560 ton (crumble). Sementara penjualan (permintaan) yang terjadi adalah 2552 ton (mess), 748 ton (pellet) dan 1144 ton (crumble). Ini berarti terjadi penumpukan (kelebihan) 30,8% (mess), 25,2% (pellet), dan 26,6% (crumble). Dalam hal ini, perusahaan diperhadapkan pada pengambilan keputusan dalam menentukan rencana produksi yang optimal. Untuk itu, diperlukan pendekatan yang tepat sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat. Perencanaan produksi dengan menggunakan Goal Programming merupakan salah satu metode yang dapat mengoptimalkan perencanaan produksi.

Goal Programming adalah salah satu model matematis yang dipandang

sesuai digunakan untuk pemecahan masalah-masalah multi tujuan karena melalui variabel deviasinya, Goal Programming secara otomatis menangkap informasi tentang pencapaian relatif dari tujuan-tujuan yang ada (Charles D & Timothy Simpson, 2002). Dalam Goal Programming terdapat variabel deviasional dalam fungsi kendala yang digunakan untuk menampung penyimpangan hasil penyelesaian terhadap sasaran yang hendak dicapai yaitu penyimpangan hasil penyelesaian di atas sasaran dan juga di bawah sasaran. Jika penyimpangan di atas sasaran merupakan kondisi yang diinginkan, maka yang diminimumkan adalah penyimpangan di bawah sasaran dan sebaliknya, jika penyimpangan di bawah sasaran merupakan kondisi yang diinginkan, maka diminimumkan adalah penyimpangan di atas sasaran. Artinya, salah satu dari variabel penyimpangan di dalam tujuan berharga sama dengan nol. Sehingga variabel ini mengubah makna kendala menjadi sasaran untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang dikehendaki.


(18)

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka pokok permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam penelitian ini adalah menyusun rencana produksi yang optimal apabila terjadi deviasional pada salah satu atau beberapa variabel keputusan. Dimana penentuan jumlah produksi yang menjadi permasalahan dalam perusahaan ini dikaitkan dengan upaya memaksimalkan laba dan juga pencapaian beberapa sasaran dengan mempertimbangkan berbagai faktor-faktor pembatas.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan sebuah rencana produksi yang optimal sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pemecahan masalah dalam meningkatkan keuntungan dengan menggunakan pendekatan Goal Programming.

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat menganalisis kesinkronisasian antara teori dengan penerapannya dilapangan.

b. Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa dalam menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan mengaplikasikannya di lapangan.

c. Sebagai masukan dan sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam melakukan perencanaan produksi yang optimal.


(19)

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data penjualan yang digunakan untuk meramalkan permintaan adalah data penjualan tahun 2008.

b. Penelitian ini dilakukan untuk produk pakan ternak ayam bentuk tepung (mess), pellet dan crumble.

c. Penelitian ini dilakukan hanya sampai penentuan jumlah produksi yang optimal.

d. Jangka waktu yang ditinjau dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk 3 bulan.

1.5. Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Proses produksi yang berlangsung di perusahaan beroperasi secara normal. b. Harga bahan baku dan harga jual produk tidak berubah selama penelitian

1.6. Sistematika Penulisan

Siatematika penulisan ini bertujuan memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan penelitian ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan asumsi yang digunakan serta sistematika penulisan tugas akhir.


(20)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Menjelaskan tentang sejarah umum perusahaan, struktur organisasi, produk yang dihasilkan serta proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Menjelaskan tentang dasar teori yang digunakan dalam analisis dan pemecahan masalah yang dirumuskan untuk mencapai tujuan dan sasaran studi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang metode penelitian yang digunakan sebagai kerangka pemecahan masalah, baik dalam mengumpulkan data ataupun dalam menganalisis data.

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Bab ini memuat data yang diperoleh dan pengolahannya untuk pemecahan masalah sesuai dengan langkah-langkah yang telah diuraikan.

BAB VI ANALISIS DAN EVELUASI

Berisi uraian pembahasan-pembahasan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dan mengevaluasi perbedaan-perbedaan yang terlihat antara hasil studi dengan fakta-fakta di lapangan, serta memberikan penjelasan secara ilmiah. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil penelitian serta saran yang diberikan peneliti bagi perusahaan berdasarkan kesimpulan yang diambil.


(21)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Gold Coin Group dengan merek dagang GOLD COIN merupakan bagian dari Zuellig Group yang berada di Swiss yang berdiri sejak tahun1953. Sedangkan di Indonesia diberi nama PT. Gold Coin Indonesia, yang merupakan salah satu cabang yang bertempat di Medan, Sumatera Utara. Perusahaan Gold Coin Group bergerak dalam usaha produksi pakan ternak yaitu udang, ikan, unggas, sapi, kambing, babi dan hewan peliharaan lainnya di wilayah Asia Pasifik. Pabrik dan kantor pemasaran Gold Coin Group ada di Malaysia, Singapura, Thailand, Indonesia, Philipina, Vietnam, China, Laos, Srilangka, dan India. Peluang pasar yang semakin terbuka mendorong PT. Gold Coin untuk melakukan usaha produksi pakan ternak, yang pendiriannya dilakukan secara bertahap. Pembangunan proyek PT. Gold Coin dilakukan pada Januari 1981, seiring dengan perkembangan usaha yang dilakukan, PT. Gold Coin Indonesia melakukan uji coba terhadap produksi koperasi, dan selanjutnya dilakukan produksi koperasi komersil pada Desember 1981.

Teknologi dan tenaga ahli yang dimiliki oleh Gold Coin sangat mendukung terhadap pencapaian kualitas pakan ternak yang cukup tinggi. Selain itu, dengan adanya tenaga-tenaga teknis yang berpengalaman di lapangan dapat meningkatkan kualitas pakan ternak yang diproduksi. Gold Coin Group juga didukung dengan sarana peralatan laboratorium dan sumber daya manusia yang


(22)

berpengalaman sehingga kualitas/mutu pakan ternak yang dihasilkan dapat dijaga dan dipertahankan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Bidang usaha yang digeluti oleh Gold Coin Group bergerak dalam usaha produksi pakan ternak di wilayah Asia Pasifik. Pakan ternak yang dihasilkan terdiri dari pakan utama dan juga pakan khusus. Yang menjadi produk utama terdiri dari pakan unggas, babi, sapi, dan kambing. Sedangkan untuk pakan khusus terdiri dari pakan ikan, udang, katak dan hewan peliharaan lainnya. Produk yang dihasilkan setiap tahunnya mencapai 300.000 ton pakan ternak, baik itu produk utama maupun juga pakan khusus.

2.3. Lokasi Perusahaan

PT. Gold Coin Indonesia memiliki beberapa tempat yang tersebar di tiga lokasi, yaitu:

1. Bekasi : Jl. Raya Bekasi KM 28, Desa Medan Satria

2. Surabaya : Jl. Margo Mulya Industri Kav G 1-3 Tandes Surabaya

3. Medan : Jl. Pulau Bali No.2 KIM II, Jl. Medan-Belawan KM 10,5, Medan Sumatera Utara

2.4. Struktur Organisasi

Organisasi dapat diartikan sebagai kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu.


(23)

Pengorganisasian merupakan langkah menuju pelaksanaan rencana (planning) yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian struktur, corak, maupun ukuran (size) setiap organisasi akan disesuaikan dengan sasaran, tujuan maupun target yang ingin dicapai oleh organisasi. Sebagai sebuah proses manajemen, proses pengorganisasian akan meliputi rangkaian kegiatan yang bermula pada orientasi terhadap tujuan yang direncanakan untuk dicapai dan berakhir pada saat struktur organisasi yang dibuat telah dilengkapi dengan prosedur, metode kerja, kewenangan, personalia dan fasilitas yang dibutuhkan.

Stuktur organisasi PT. Gold Coin Indonesia adalah berbentuk gabungan lini dan fungsional. Hubungan lini karena pembagian tugas dilakukan dalam bidang pekerjaan perusahaan dimana beberapa departemen membawahi beberapa fungsi organisasi. Hubungan fungsional dapat dilihat dari masing-masing departemen terdiri atas seksi-seksi yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan fungsi masing-masing unit dalam organisasi tersebut. Terdapat beberapa tujuan pembagian tugas yang dilakukan di PT. Gold Coin Indonesia yaitu:

1. Memberi kemudahan dalam melaksanakan pekerjaan 2. Waktu yang digunakan relatif singkat

3. Pelaksanaan tugas tidak tumpang tindih

4. Meningkatkan keahlian dan kreatifitas pegawai

Struktur organisasi PT. Gold Coin Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.1, sementara uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab pada PT. Gold Coin Indonesia dapat dilihat pada lampiran.


(24)

Juanawati Marpaung : Perencanaan Produksi yang Optimal dengan Pendekatan Goal Programming di PT. Gold Coin Indonesia, 2010. Deputy General Manager Branch manager Secretary Factory Manager Production Supervisor Control Room Feed Additive Dumping Sacking Off Pellet Operator Maintenance Supervisor Mechanical Electrical Boiler Stock Supervisor Prod. Admin Store Keeper Receiving Delivery Security Temporary Sweeper Truck Transportation Sweeper Operator Forklift Weight Bridge Operator DO Admin. GL&Tax Personal Officer Temporary Cleaning Service Gardener Driver Mesenger Operator telepon/ resepsionis Sales Manager Purc. Executive Mill Controller

Exe. Staff Acc. Payble Admin. Credit Controller Sales Admin. QAO Chemist Technical Service Prod. Planning Inv. Control


(25)

2.5. Tenaga Kerja dan Jam Kerja

Tenaga Kerja yang dimiliki oleh PT. Gold Coin Indonesia saat ini jumlahnya 106 tenaga kerja yang dikelompokkan ke dalam tingkat yang sesuai dengan pendidikannya yaitu S1 ke atas, D III, SMU ke bawah.

Tenaga kerja di PT. Gold Coin Indonesia dengan tingkat pendidikan SMU ke bawah dibagi menjadi MWK (Monthly Worker) dan DWK (Daily Worker). PT. Gold Coin Indonesia juga mengadakan kontrak kerja dan kontrak kerja ini bersifat sementara. Kontrak kerja tersebut disesuaikan dengan permintaan departemen masing-masing dan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan. Jumlah keseluruhan tenaga kerja adalah 106 orang yang dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Tenaga Kerja PT. Gold Coin Indonesia

No Jabatan Jumlah

1 Branch Manager 1 Orang

2 Deputi General Manager 1 Orang

3 Secretary 1 Orang

4 Sales Manager 1 Orang

5 Purchasing Executive 1 Orang

6 Mill Controller 1 Orang

7 Personel Offiser 1 Orang

8 Factory Manager 1 Orang

9 Production Planning Inventory Control 2 Orang

10 Technical Service 3 Orang

11 Chemist/Quality Control 3 Orang 12 Quality Ansurance Officer 1 Orang

13 Executive Staff 4 Orang

14 Account Payable Admin 1 Orang

15 GL & Tax 1 Orang

16 Cost Account 1 Orang


(26)

Tabel 2.1. Tenaga Kerja….(Lanjutan)

18 Delivery Order Admin 1 Orang 19 Sales Administration 1 Orang

20 Credit Controller 1 Orang

21 Security Coordinator 1 Orang 22 Members of Security 6 Orang

23 Operator 1 Orang

24 Messenger 1 Orang

25 Driver 2 Orang

26 Temporary Cleaning Service 2 Orang

27 Temporary Gardener 1 Orang

28 Stock Supevisor 1 Orang

29 Production Supervisor 2 Orang 30 Maintenance Supervisor 1 Orang 31 Production Administration 2 Orang

32 Store Keeper 1 Orang

33 Receiving 3 Orang

34 Delivery 1 Orang

35 Weight Bridge 1 Orang

36 Forklift Operator 4 Orang

37 Sweeper 1 Orang

38 Bird Feed Stock 1 Orang

39 Truck Transfortation 2 Orang

40 Temporary Sweeper 3 Orang

41 Controll Room 3 Orang

42 Feed Additive 3 Orang

43 Dumping 2 Orang

44 Hand Dumping 2 Orang

45 Mixer 2 Orang

46 Sacking Off 2 Orang

47 Pellet Operator 2 Orang

48 Temporary Sweeper 2 Orang

49 Temporary Sacking Off 8 Orang

50 Temporary Dumping 5 Orang

51 Mechanical 1 Orang

52 Electrical 2 Orang

53 Stock Keeper 1 Orang

54 Boiler 2 Orang

55 Generator Maintence 1 Orang

56 Lab. Asisstant 2 Orang

57 Asistant QAO 1 Orang

Total 106 Orang


(27)

Operasi yang terjadi di PT. Gold Coin Indonesia berlangsung secara kontinu selama 16 jam/hari. Tenaga kerja secara umum bekerja 40 jam/minggu.

PT. Gold Coin Indonesia mengelompokkan waktu kerja karyawannya menjadi dua shift, yaitu:

1. Waktu Kerja Shift I

a. Senin-Jumat : Pukul 08.00-17.00 WIB b. Sabtu : Libur

2. Waktu Kerja Shift I

a. Senin-Jumat : Pukul 17.00-01.00 WIB b. Sabtu : Libur

2.6. Sistem Pengupahan

Sistem pengupahan yang dilakukan di PT. Gold Coin Indonesia diberikan sesuai dengan peraturan pemerintah yaitu dengan memberikan gaji/upah karyawan di atas Upah Minimum Regional (UMR). Pada PT. Gold Coin Indoneia terdapat 80 orang pekerja tetap dan 26 orang pekerja kontrak. Pemberian upah pada setiap pekerja kontrak dilakukan dengan sistem borongan. Jumlah upah yang diterima dihitung berdasarkan beban kerja yang dilakukan dalam hitungan ton bahan baku yang dibeli dan barang jadi yang diproduksi. Sistem borongan ini ditetapkan bukan dalam pekerja inti, dengan kata lain hanya pada bongkar muat.

Sistem pengupahan dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Pekerja dapat menerima langsung seluruh upah selama satu bulan bekerja secara langsung (dalam sekali pembayaran).


(28)

2. Pekerja dapat menerima seluruh upah selama satu bulan kerja dalam dua tahap pembayaran, yaitu pada minggu ke dua dalam setiap bulannya, pekerja dapat menerima setengah dari upah pokok ditambah dengan overtime dan dikurangi dengan pajak penghasilan.

Fasilitas-Fasilitas lain yang mendukung keselamatan kerja dan kesejahteraan karyawan juga disediakan oleh PT. Gold Coin Indoneia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kinerja yang tinggi. PT. Gold Coin Indonesia menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh segenap karyawan sebagai berikut:

1. Pemberian tunjangan hari raya, bonus tahunan, dan tunjangan uang makan. 2. Mendaftarkan pekerja ke JAMSOSTEK dan asuransi lainnya.

3. Bekerja sama dengan rumah sakit tertentu untuk pelayanan kesehatan karyawan.

4. Adanya acara tahunan bersama seluruh karyawan beserta keluarga karyawan PT. Gold Coin Indoneia-Medan.

5. Tersedia sarana transportasi untuk para karyawan.

2. 7. Bahan Baku, Bahan Tambahan, dan Bahan Penolong 2.7.1. Bahan Baku

Bahan Baku adalah bahan yang ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dalam produk akhir. Bahan baku yang digunakan adalah:


(29)

1. Jagung

Jagung mengandung zat karbohidrat yang tinggi, selain itu jagung juga memiliki zat protein sehingga dapat menjadi sumber yang baik. Jenis jagung yang digunakan pada PT. Gold Coin Indonesia dibedakan atas jagung lokal dan juga jagung impor.

2. Dedak

Dedak yang digunakan sebagai bahan baku untuk produksi pakan ternak adalah dedak gandum dan dedak beras. Dedak gandum yang digunakan adalah

whaet pollard, yaitu dedak yang berasal dari kulit ari gandum. Dedak beras

dibedakan atas dua jenis yaitu dedak halus dan dedak kasar. Dedak halus merupakan kulit ari beras yang diperoleh dari proses penyosohan beras,sedangkan dedak kasar merupakan hasil hancuran padi.

3. Bungkil Kacang Kedelai (Soya Bean Meal/SBM)

Bungkil kacang kedelai mengandung nilai protein yang tinggi, karena didalamnya terkandung asam amino lisin, yaitu asam amino yang paling esensial diantara asam-asam amino yang lainnya.

4. Tepung Ikan

Tepung ikan merupakan hasil dari pengolahan ikan yang diolah menjadi tepung. Kandungan tepung ikan meliputi protein, lemak dan juga kalsium. 5. Tepung Tulang dan Daging (Meat Bone Mea/MBMl)

Tepung tulang dan daging merupakan hasil pengolahan dari daging yang diolah menjadi tepung. MBM ini mengandung protein, lemak dan juga kalsium.


(30)

6. Kopra

Kopra digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan pakan ternak karena mengandung persentase serat yang tinggi.

7. Minyak Sawit (CPO)

CPO memiliki nilai biologis yang tinggi yang diperlukan dalam pembuatan pakan ternak.

8. Ampas Sawit (Palm Kernel)

Ampas sawit ini mengandung nilai protein dan lemak yang tinggi yang sangat diperlukan dalam pembuatan pakan ternak.

2.7.2. Bahan Tambahan

Bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya sangat sedikit yang dapat mempengaruhi kualitas produk dinamakan bahan tambahan. Bahan tambahan yang digunakan adalah:

1. Garam dan mineral, seperti sodium, pig minera, dan poultry mineral

Dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang, untuk menjaga keseimbangan asam basa dalam cairan tubuh ternak, dan juga untuk mekanisme transportasi dalam tubuh ternak.

2. Vitamin, seperti lysine, luprosi, dan finase

Merupakan komponen organik yang dibutuhkan untuk melakukan proses-proses dalam tubuh. Vitamin sangat dibutuhkan untuk reaksi-reaksi metabolisme tubuh dan untuk meningkatkan kemampuan ternak dalam proses intensifikasi


(31)

3. Minyak nabati, seperti canola oil, dan palm oil

Minyak nabati berfungsi untuk melengkapi kekurangan sumber energi dalam bahan pakan. Keberadaan minyak ini juga akan mempermudah adonan pakan melewati lubang alat penggiling daging dan saringan.

4. Zat aditif, seperti tapioca

Zat aditif berfungsi untuk memperbaiki pencernaan dan mempercepat pertumbuhan dan juga mendorong pertumbuhan bobot ternak.

5. Bahan liquid, seperti rhodimet dan choline Cl

Cairan ini berfungsi untuk memperhalus permukaan pakan

2.7.3. Bahan Penolong

Bahan yang tidak tampak dalam produk jadi tetapi hanya menolong proses produksi agar berjalan dengan lancar dan digunakan sebagai pelengkap produk saja dinamakan bahan penolong. Adapun bahan penolong yang digunakan adalah: 1. Solar

Solar berfungsi sebagai bahan bakar untuk dryer 2. Minyak pelumas

Minyak pelumas berfungsi sebagai pelumas peralatan-peralatan produksi 3. Karung plastik

Berfungsi sebagai pembungkus produk jadi. 4. Benang jahit

Berfungsi sebagai bahan untuk menjahit karung yang telah diisi dengan produk jadi.


(32)

5. Stiker atau cap pabrik

Berfungsi untuk menunjukkan jenis produk, komposisi, dan zat gizi yang terkandung dalam produk jadi.

2.8. Mesin-mesin dan Peralatan Produksi 2.8.1. Mesin-Mesin Produksi

1. Vibrator Shifter

Fungsi : Menyaring material yang halus dan kasar Jumlah : 2 unit

Merek : Van Arsen Tipe : E-1534, E-1524

Motor : 3,4 KW/380 v, 2,7 KW/380 v Kecepatan : 1500 rpm

2. Hammer Mill

Fungsi :Menggiling (menghaluskan) bahan baku kasar Jumlah : 2 unit

Merek : Fimet / Electrim Tipe : 700-2D

Motor : 132 KW kecepatan : 3000 rpm Kapasitas : 22 ton/jam


(33)

3. Mixer

Fungsi : Mencampur bahan baku Jumlah : 1 unit

Motor : 30 KW Merek : NORD Kecepatan : 22 rpm Kapasitas : 4 ton/jam 4. Pellet Mill

Fungsi : Menghasilkan pakan berbentuk pellet Jumlah : 1 unit

Merek : Fimet / Elect Tipe : C 750/250 Motor : 200 KW/380 V Kecepatan : 1500 rpm 5. Cooler

Fungsi : Mendinginkan pakan dari mesin pellet Jumlah : 1 unit

Merek : Van Arsen Tipe : TK 2600-1900 Motor : 30 KW

Putaran : 22 rpm Kapasitas : 20 ton/jam


(34)

6. Crumble

Fungsi : Membentuk crumble Jumlah : 2 unit

Merek : Rotor Tipe : KR 16.2 Motor : 1,5 KW Kecepatan : 22 rpm Kapasitas : 15 ton/jam 7. Blower

Fungsi : Menarik udara panas dari dalam Hamer Mill sekaligus mempercepat turunnya material

Jumlah : 2 unit Merek : Van Arsen Motor : 7,5 KW Putaran : 3000 rpm 8. Chain Conveyor

Fungsi : Mengangkut raw material ke bucket elevator Jumlah : 10 unit

Tipe : VM 700 Merek : Van Arsen Motor : 7,5 KW Kecepatan : 28 rpm Panjang : 23060 mm


(35)

9. Elevator

Fungsi : Mengangkut raw material ke tempat yang lebih tinggi Jumlah : 10 unit

Tipe : 250 LG

Merek : Van Arsen, Rotor, Nord Motor : 2,2 KW

Kecepatan : 85 rpm

Tinggi : 8110 mm, 15.500 mm, 37.400 mm, 34.250 mm. Kapasitas : 50 ton/jam, 26,25 ton/jam

10. Screw Conveyor

Fungsi : Mengangkut material dari satu proses ke proses selanjutnya

Jumlah : 31 unit Tipe : 250 LG Merek : van Arsen Motor : 1,5 KW Kecepatan : 1500 rpm Panjang : 3800 mm Kapasitas : 30 ton/jam 2.8.2. Peralatan Produksi

1. Intake Jagung

Fungsi : Tempat penuangan bahan baku berupa jagung Jumlah : 1 unit


(36)

2. Intake I dan II

Fungsi : Tempat penuangan bahan baku berupa SBM, MBM, CY, RB, RSM, dan lain-lain

Jumlah : 2 unit 3. Slide gate

Fungsi : Membatasi material yang akan digunakan Jumlah : 35 unit

Merek : Festo

Tipe : VEGA Kb5014, VK 260 Tegangan : 24 VDC

4. Magnet

Fungsi : Menarik logam-logam yang masuk bersama bahan baku Jumlah : 3 unit

Merek : Van Arsen Tipe : PM 3 5. Drum Shiever

Fungsi : Menyaring plastik dan bahan yang dapat menghambat raw material melewati conveyor dan elevator

Jumlah : 3 unit Merek : Van Arsen Tipe : TZ 700 x 2300 Motor : 2,2 KW


(37)

6. Dryer

Fungsi : Mengurangi kadar air bahan baku samapai 17% Jumlah : 3 unit

Merek : GSI Kapasitas : 10 ton/jam Suhu : 2000F - 2500F 7. Buffer Bin

Fungsi : Sebagai tangki penyimpanan bahan sementara Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 3 ton/jam 8. Bin Penyimpanan

Fungsi : Tempat penyimpanan raw material berupa SBM, MBM, CY, RB, RSM, dan lain-lain yang akan diproduksi. Jumlah : 24 unit

Type : HM-2EEF 9. Dosing Weigher

Fungsi : Alat penimbang bahan baku dan produk jadi Jumlah : 2 unit

Daya : 0,75 KW/24 VDC Merek : Benzler


(38)

10. Cyclon

Fungsi : Sebagai pemisah partikel-partikel halus Jumlah : 1 unit

Merek : Van Arsen

Tipe : 1600 / 450 x 908 RECHTS 11. Dust Collector

Fungsi : Menyaring bahan-bahan agar material yang digiling tidak terbuang ke udara

Jumlah : 2 unit Merek : Van Arsen Tipe : CAE 215 12. Air Lock

Fungsi : Mencegah kebocoran udara sekaligus menarik bahan- bahan yang terdapat dalam 1 cyclon

Jumlah : 1 unit Merek : Van Arsen Tipe : HT 250 Motor : 0,12 KW 13. Bin Finish Product

Fungsi : Tempat penyimpanan produk jadi yang akan di sacking Jumlah : 8 unit


(39)

14. Forklift

Fungsi : Mangangkut raw material dan produk jadi pada saat bongkar muat ke atau dari gudang

Jumlah : 3 unit Kapasitas : 3 ton/jam

2.8.3. Utilitas 1. Genset

Fungsi : Pembangkit listrik apabila listrik PLN padam Jumlah : 1 unit

Merek : Perkin Daya : 1000 KVA 2. Boiler

Fungsi : Membangkitkan stem Jumlah : 1 unit

Kapasitas : 2 ton/jam Tekanan : 8 bar

3. Compressor

Fungsi : Sebagai penggerak sistem pneumatic pada mesin produksi.

Jumlah : 2 unit


(40)

2.9. Uraian Proses Produksi

Proses produksi pakan ternak di PT. Gold Coin Indonesia-Medan Mill dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari proses penuangan bahan baku sampai kepada produk jadi. Tahap-tahap proses produksi di lantai produksi dapat diuraikan sebaai berikut :

2.9.1. Penuangan (intake section)

Proses pengolahan pakan ternak dimulai dengan menuangkan bahan baku yang disebut dengan Intake section. Intake section terbagi dua bagian yaitu intake jagung dan intake bahan baku yang berbentuk tepung. Jagung yang dituang melalui intake akan dimasukkan ke cylo dengan menggunakan bucket elevator, sedangkan bahan baku yang berbentuk tepung akan dimasukkan ke bin raw

material dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.

2.9.2. Penyaringan

Proses penyaringan dilakukan untuk membersihkan bahan baku dari kotoran. Sebelum masuk ke dalam bin, bahan baku akan melewati sistem magnet untuk memisahkan kotoran besi dan logam-logam dari bahan baku. Setelah itu, bahan baku akan melalui drum pengayak (drum shiever) sehingga bahan baku dibersihkan dari kotoran seperti plastik, kayu dan benda keras lainnya.

2.9.3. Pengeringan

Proses pengeringan dilakukan hanya untuk bahan baku jagung basah yang memiliki kadar air 18% - 25%, dimana standar kualitas jagung yang digunakan


(41)

dalam proses produksi memiliki kadar air 17%. Oleh karena itu, jagung harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diolah agar tidak busuk dan dapat bertahan lama. Jagung basah yang masuk melalui intake, dimasukkan ke wet cylo kemudian dikeringkan dengan menggunakan dryer, kemudian dibawa ke dry cylo dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator. Selanjutnya udara akan dialirkan ke dry cylo dengan menggunakan blower agar jagung tidak panas akibat bertumpuknya jagung-jagung, dan dari dry cylo, jagung ini akan dibawa ke bin

raw material dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.

2.9.4. Penimbangan (Dosing)

Bahan baku yang berada di bin raw material kemudian ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan formula yang diinginkan sampai mencapai kuantitas 1 batch (3 ton). Bahan baku ditimbang dengan menggunakan 2 buah timbangan, yaitu timbangan I dengan kapasitas 3000 kg dan timbangan II dengan kapasitas 1500 kg. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke bin hopper dengan menggunakan

chain conveyor dan bucket elevator.

2.9.5. Penggilingan (grinding)

Bahan baku yang berada di bin hopper dibawa ke dalam vibrator shifter (saringan bergetar) dengan menggunakan chain conveyor melalui slide gate untuk memisahkan bahan baku yang kasar dengan bahan baku yang halus. Bahan baku yang halus akan langsung jatuh ke dalam bin tower hammer mill sedangkan bahan baku yang kasar akan melalui proses penggilingan terlebih dahulu sebelum


(42)

masuk ke dalam bin tower hammer mill. Proses penggilingan dilakukan dengan menggunakan 2 buah mesin hammer mill dengan kapasitas 22 ton/jam , kecepatan putar 3000 rpm, dan daya 132 kW. Putaran yang terjadi dalam mesin, membuat bahan baku terpukul dan terlempar ke sepanjang sisi mesin penggiling.

Proses penggilingan yang terjadi pada mesin akan menghasilkan udara panas, dimana udara panas ini akan dihisap oleh blower melalui jet filter dan dibuang ke udara.

2.9.6. Pencampuran (mixer)

Bahan baku yang berada di bin tower hammer mill masuk ke mixer melalui slide gate untuk dicampur hingga rata. Pada proses ini, terjadi penambahan obat-obatan seperti Rhodimet, CPO, Choline, garam, dan zat aditive sampai tercampur dengan semua bahan.

Mesin mixer yang digunakan berkecepatan 22 rpm dan kapasitas 4 ton/jam dengan daya 30 kW. Pisau-pisau pengaduk pada mesin ini berbentuk solenoide yang berputar pada sumbunya secara berlawanan. Hasil pencampuran pada mesin ini berbentuk mess yang kemudian akan dibawa ke bin finish product dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator. Akan tetapi, untuk produk berbentuk pellet, maka bahan campuran dari mixer ini akan mengalami proses pelletizing dan untuk produk yang berbentuk crumble, maka mess (tepung) hasil olahan mesin ini akan melalui proses pelletizing dan crumbling sebelum masuk ke bin finish product.


(43)

2.9.7. Pembutiran (pelletizing)

Pelletizing atau pembutiran merupakan pengolahan lebih lanjut terkhusus

untuk produk yang berbentuk pellet. Campuran yang berbentuk mess (tepung) dibawa ke pellet mill melalui bin pellet. Sebelum mengalami pemanasan, tepung yang masuk ke bin pellet disaring terlebih dahulu, kemudian dipanaskan pada suhu 850 pada tekanan 8-9 bar. Panas yang digunakan berasal dari uap kering yang dihasilkan dari boiler.

Bahan yang telah dipanaskan kemudian dibentuk menjadi pellet dengan menggunakan mesin press yang terdiri dari ring die press yang mempunyai lubang-lubang dengan ukuran tertentu yang disesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan. Die ring berputar dengan kecepatan 1500 rpm dan kapasitas 15 ton/jam dengan daya 200 kW, pada bagian tengahnya terdapat 2 buah rol yang berputar searah dengan putaran die ring press dengan kecepatan yang sama dan saling menekan. Dengan demikian bahan campuran yang masuk akan berputar dan ditekan keluar melalui lubang-lubang yang terdapat pada ring die press.

Selanjutnya, di luar ring die press terdapat pisau yang akan memotong hasil pellet, sehingga ukuran panjang sesuai dengan yang diinginkan. Hasil pemotongan dari pellet mill dibawa ke mesin cooler untuk didinginkan sampai pada batas temperatur yang telah ditentukan oleh alat sensor. Hasil dari mesin

cooler akan dibawa ke bin finase untuk disemprotkan cairan finase yang

bertujuan untuk menghaluskan permukaan pellet, selanjutnya produk ini dibawa ke bin finish product.


(44)

2.9.8. Proses Crumble (crumbling)

Crumbling merupakan pengolahan lebih lanjut terkhusus jika produk yang

diinginkan dalam bentuk crumble. Pellet yang dihasilkan melalui pellet mill akan dibawa ke mesin crumble. Pada mesin ini, terjadi proses pemotongan pellet menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang diinginkan. Mesin crumble ini berputar dengan kecepatan 22 rpm dan daya 1,5 kW.

Crumble yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan vibrator. Hasil

penyaringan dibawa ke bin finase untuk disemprotkan cairan finase yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan crumble dan selanjutnya dibawa ke bin

finish product. Sementara abu yang dihasilkan dari vibrator dibawa kembali ke

mixer dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator untuk diolah

kembali.

2.9.9. Pengepakan (sacking)

Produk jadi dari proses pengolahan pakan ternak ini terdiri atas 3 bentuk yaitu mess, pellet, dan crumble, dimana semuanya akan masuk ke bin finish

product yang telah ditentukan sesuai dengan jenisnya. Produk jadi ini akan

dicurahkan ke karung plastik melalui slide gate sebanyak 50 kg/karung. Proses ini berlangsung secara otomatis melalui sebuah mesin yang telah di program terlebih dahulu. Karung yang telah diisi kemudian dijahit dengan menggunakan sewing

machine dan kemudian dibawa ke gudang produk jadi dengan menggunakan alat

angkut forklift untuk disimpan sementara sebelum dilakukan proses pengiriman. Blok Diagram pembuatan pakan dapat dilihat pada Gambar 2.2, dan 2.3.


(45)

Intake Intake I dan II

Penyaringan

Penyimpanan di Bin

Raw Material

Formula

Dosing

Penggilingan

Jagung Tepung Ikan, Tepung Daging dan Tulang, Dedak, Bungkil Kacang Kedelai, Kopra

CPO

Pencampuran ( Mixing)

Penyimpanan di

Hammer Mill Pack

Pengayakan

Penjahitan Karung Pengarungan

Bag Plastik

Benang Jahit

Gambar 2.2. Block Diagram Pembuatan Pakan Bentuk Tepung (Mess) di PT. Gold Coin Indonesia


(46)

Intake Intake I dan II

Penyaringan

Penyimpanan di Bin

Raw Material

Formula

Dosing

Penggilingan

Jagung Tepung Ikan, Tepung Daging dan Tulang, Dedak, Bungkil Kacang Kedelai, Kopra

CPO

Pencampuran ( Mixing)

Penyimpanan di

Hammer Mill Pack

Pengayakan

Pembutiran Uap Panas

Penjahitan Karung Finase

Pendinginan

Pengayakan Pellet

Pembentukan

Crumble

Pengayakan Crumble

Pengarungan

Bag Plastik

Benang Jahit Penjahitan Karung

Pengarungan

Bag Plastik

Benang Jahit

Gambar 2.3. Block Diagram Pembuatan Pakan Berbentuk Pellet dan


(47)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Perencanaan Produksi

3.1.1 Arti dan Pentingnya Perencanaan Produksi

Perencanaan produksi merupakan penentuan arah awal dari tindakan yang harus dilakukan di masa yang akan datang, apa yang harus dilakukan, berapa banyak dan kapan harus melakukannya.

Hasil dari perencanaan produksi adalah sebuah rencana produksi. Tanpa adanya rencana produksi yang baik, maka tujuan tidak akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien, sehingga faktor-faktor produksi yang ada akan dipergunakan secara boros. Oleh karena itu, perencanaan produksi merupakan spesifikasi tujuan perusahaan yang ingin dicapai serta cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut.

Kegunaan atau pentingnya diadakan suatu rencana produksi adalah sebagai berikut :

1. Suatu perencanaan meliputi usaha untuk menetapkan tujuan atau memformulasikan tujuan yang dipilih untuk dicapai, maka dengan adanya perencanaan produksi, dapat membedakan arah bagi setiap kegiatan produksi yang jelas. Dengan adanya kejelasan arah tersebut maka kegiatan akan dapat dilaksanakan dengan efisiensi dan efektifitas setinggi mungkin.

2. Dengan perencanaan yang memberikan formulasi tujuan yang hendak dicapai, maka akan memungkinkan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan tersebut


(48)

telah dicapai atau tidak. Dengan demikian, koreksi-koreksi terhadap penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan dapat diketahui seawal mungkin. Akibat dari penilaian berdasarkan tujuan yang telah direncanakan ini, pemborosan dan usaha yang tidak menunjang pencapaian tujuan dapat dihindari.

3. Memudahkan pelaksanaan kegiatan untuk mengidentifikasikan hambatan-hambatan yang mungkin timbul dalam usaha tujuan tersebut. Dengan memperhitungkan hambatan-hambatan tersebut, persiapan untuk mengatasinya menjadi lebih terarah.

4. Menghindarkan pertumbuhan dan perkembangan yang tidak terkendali. Misalnya dalam pengembangan usaha, kita selalu mempunyai kecenderungan untuk selalu menambah jumlah dan jenis tenaga kerja dari yang sudah kita miliki untuk memperbaiki mutu serta jumlah output

3.1.2. Sifat-Sifat Perencanaan Produksi

Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh sebuah perencanaan produksi adalah sebagai berikut :1

1. Berjangka waktu

Proses produksi merupakan proses yang sangat kompleks yang memerlukan keterlibatan bermacam-macam tingkat keterampilan tenaga kerja, peralatan, modal, dan informasi yang biasanya dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang sangat lama. Lingkungan yang dihadapi perusahaan, pola

1

Nasution, Arman Hakim. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi. 1999. Penerbit Guna Widya. Surabaya. Hal 15


(49)

permintaan, tersedianya bahan baku dan bahan penunjang, iklim usaha, peraturan pemerintah, persaingan, dan lain-lain selalu menunjukkan pola yang tidak menentu dan akan selalu berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, suatu perusahaan tidak mungkin dapat membuat suatu rencana produksi yang dapat digunakan selamanya. Rencana baru harus dapat dibuat bila keadaan yang digunakan sebagai dasar pembuatan rencana yang lama sudah berubah. Karena perubahan yang akan terjadi bersifat sulit untuk diramalkan sebelumnya, maka secara periodik harus diadakan pengecekan apakah rencana produksi yang sudah dibuat masih berlaku. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah dengan membuat rencana produksi yang mencakup periode waktu tertentu dan akan diperbaharui bila periode waktu tersebut sudah dicapai

Ada tiga jenis perencanaan produksi yang didasarkan pada periode waktu, yaitu :

a. Perencanaan produksi jangka panjang b. Perencanaan produksi jangka menengah c. Perencanaan produksi jangka pendek 2. Bertahap

Pembuatan rencana produksi tidak bisa dilakukan hanya sekali dan digunakan untuk selamanya. Perencanaan produksi harus dilakukan secara bertahap. Artinya perencanaan produksi akan bertingkat dari perencanaan produksi level tinggi sampai perencanaan produksi level rendah, dimana perencanaan produksi level yang lebih rendah adalah merupakan penjabaran dari perencanaan produksi level yang lebih tinggi.


(50)

Berdasarkan pengelompokan perencanaan produksi atas dasar jangka waktu diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Perencanaan produksi jangka panjang biasanya melihat 5 tahun atau lebih ke depan. Jangka waktu terpendeknya adalah ditentukan oleh berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengubah kapasitas yang tersedia. Hal ini meliputi waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan desain dari bangunan dan peralatan pabrik yang baru, konstruksinya, instalasinya, dan hal-hal lainnya sampai fasilitas baru tersebut siap dioperasikan.

b. Perencanaan produksi jangka menengah mempunyai horizon perencanaan antara 1 sampai 12 bulan, dan dikembangkan berdasarkan kerangka yang telah ditetapkan pada perencanaan produksi jangka panjang. Perencanaan jangka menengah didasarkan pada peramalan permintaan tahunan dari bulan dan sumber daya produktif yang ada (jumlah tenaga kerja, tingkat persediaan, biaya produksi, jumlah suplier dan sub kontraktor), dengan asumsi kapasitas produksi relatif tetap

c. Perencanaan produksi jangka pendek mempunyai horizon perencanaan kurang dari 1 bulan, dan bentuk perencanaannya adalah berupa jadwal produksi. Tujuan dari jadwal produksi adalah menyeimbangkan permintaan aktual (yang dinyatakan dengan jumlah pesanan yang diterima) dengan sumber daya yang tersedia (jumlah departemen, waktu shift yang tersedia, banyaknya operator, tingkat persediaan yang dimiliki dan peralatan yang ada), sesuai batasan-batasan yang ditetapkan pada perencanaan jangka menengah.


(51)

3. Terpadu

Perencanaan produksi akan melibatkan banyak faktor, seperti bahan baku, mesin/peralatan, tenaga kerja, dan waktu, dimana ke semua faktor tersebut harus sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan dalam mencapai target produksi tertentu yang didasarkan atas perkiraan. Masing-masing faktor tersebut tidak harus direncanakan sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan yang ada pada masing-masing faktor yang dimiliki perusahaan, tetapi rencana tersebut harus dibuat dengan mengacu pada satu rencana terpadu untuk produksi. Rencana produksi tersebut juga harus terkait dengan rencana produksi, seperti pemeliharaan, rencana tenaga kerja, rencana pengadaan material, dan sebagainya. Keterpaduan ini tidak hanya secara horizontal saja, tetapi juga secara vertical. Hal ini berarti rencana jangka pendek harus mengacu pada rencana jangka menengah harus terpadu dengan rencana jangka panjang, demikian juga sebaliknya.

4. Berkelanjutan

Perencanaan produksi disusun untuk satu periode tertentu yang merupakan masa berlakunya rencana tersebut. Setelah habis masa berlakunya, maka harus dibuat rencana baru untuk periode waktu berikutnya lagi. Rencana baru ini harus dibuat berdasarkan hasil evaluasi terhadap rencana sebelumnya, apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum dilakukan, apa yang telah dihasilkan dan bagaimana perbandingan hasilnya dengan target yang telah ditetapkan. Dengan demikian, rencana baru tersebut haruslah merupakan kelanjutan dari rencana yang dibuat sebelumnya.


(52)

5. Terukur

Selama pelaksanaan produksi, realisasi dari rencana produksi akan selalu dimonitor untruk mengetahui apakah terjadi penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan, maka rencana produksi harus menetapkan suatu nilai yang dapat diukur, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan ada tidaknya penyimpangan. Nilai-nilai tersebut dapat berupa target produksi dan jika dalam realisasinya tidak memenuhi target produksi, maka kita dengan mudah dapat mengukur berapa besar penyimpangan menyusun rencana berikutnya.

6. Realistis

Rencana produksi yang dibuat harus disesuaiakan dengan kondisi yang ada di perusahaan, sehingga target yang ditetapkan merupakan nilai yang realistis untuk dapat dicapai dengan kondisi yang dimiliki perusahaan pada saat rencana tersebut dibuat. Jika rencana produksi dibuat tanpa memperhitungkan kondisi yang ada pada perusahaan, maka perencanaan yang dibuat tidak akan ada gunanya karena target produksi yang ditetapkan sudah pasti tidak akan dapat dicapai. Selain itu, kita tidak dapat mengetahui penyimpangan pelaksanaannya karena pelaksanaannya tidak akan pernah tepat sesuai dengan rencana. Dengan membuat suatu rencana yang realistis, maka akan dapat memotivasi pelaksana untuk berusaha mencapai apa yang telah disusun pada rencana tersebut.


(53)

7. Akurat

Perencanaan produksi harus dibuat berdasarkan informasi-informasi yang akurat tentang kondisi internal dan eksternal sehingga angka-angka yang dimunculkan dalam target produksi dapat dipertanggungjawabkan. Kesalahan dalam membuat perkiraan nilai parameter produksi harus dilakukan seteliti mungkin, sehingga tidak akan terjadi kesalahan yang sama

8. Menantang

Meskipun rencana produksi harus dibuat serealistis mungkin, hal ini bukan berarti rencana produksi harus menetapkan target yang dengan mudah dapat dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.

3.2. Peramalan

3.2.1. Konsep Dasar dan Pengertian Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas,waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa.2

Pada hakekatnya, peramalan hanya merupakan suatu perkiraan, tetapi dengan menggunakan teknik-teknik tertentu, maka peramalan menjadi lebih sekedar perkiraan. Dalam kegiatan produksi, peramalan dilakukan untuk menentukan jumlah permintaan terhadap suatu produk dan merupakan langkah awal dari proses perencanaan dan pengendalian produksi. Tujuan peramalan

2

Nasution, Arman Hakim. Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi. 1999. Penerbit Guna Widya. Surabaya. Hal 25.


(54)

dalam kegiatan produksi adalah untuk meredam ketidakpastian, sehingga diperoleh suatu perkiraan yang mendekati keadaan yang sebenarnya.

3.2.2. Karakteristik Peramalan yang Baik

Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria penting, antara lain : a. Akurasi

Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan hasil kebiasaan dan kekonsistenan peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relative kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera akibatnya perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tyerjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal.

b. Biaya

Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana pengolahan datanya (manual atau komputerisasi), bagaimana penyimpanan datanya.


(55)

Pemilihan metode peramalan harus diesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item-item yang penting akan diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah.

c. Kemudahan

Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada system perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia, maupun peralatan teknologi.

3.2.3. Sifat Hasil Peramalan

Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :

1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidakpastian tersebut.

2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi.

3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan


(56)

semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan.

3.2.4. Teknik Peramalan

Peramalan sebenarnya upaya untuk memperkecil resiko yang timbul akibat pengambilan keputusan dalam suatu perencanaan produksi. Semakin besar upaya yang dikeluarkan tentu resiko yang dapat dihindari semakin besar pula. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknik peramalan, antara lain :

1. Horizon Peramalan

Horizon waktu yang berhubungan dengan masing-masing metode peramalan yaitu cakupan waktu di masa yang akan datang dan jumlah periode yang diinginkan

2. Tingkat Ketelitian

Tingkat ketelitian yang dibutuhkan sangat erat hubungannya dengan tingkat perincian yang dibutuhkan dalam suatu peramalan. Untuk beberapa pengambilan keputusan, variasi atau penyimpangan atas ramalan yang dilakukan antara 10 sampai 15 persen.

3. Ketersediaan Data

Metode yang digunakan dalam peramalan tergantung pada data atau informasi yang tersedia. Apabila dari data yang lalu diketahui adanya pola musiman, maka untuk peramalan satu tahun ke depan sebaiknya digunakan metode variasi musim. Sedangkan apabila dari data yang lalu diketahui adanya pola


(57)

hubungan antara variabel-variabel yang saling mempengaruhi, maka sebaiknya digunakan metode kausal atau korelasi

4. Bentuk Pola Data

Dasar utama dari metode peramalan adalah anggapan bahwa jenis dari pola yang didapati di dalam data yang diramalkan akan berkelanjutan. Adanya perbedaan kemampuan metode peramalan untuk mengidentifikasikan pola-pola data, maka perlu adanya usaha penyesuaian antara pola-pola data yang telah diperkirakan terlebih dahulu dengan teknik dan metode peramalan yang akan digunakan.

5. Biaya

Biaya-biaya yang tercakup dalam penggunaan suatu prosedur peramalan yaitu, biaya-biaya pengembangan, penyimpangan data, operasi pelaksanaan dan kesempatan penggunaan teknik dan metode lainnya

6. Jenis dari Model

Jenis dari model yang ada sangat penting diperhatikan, karena masing-masing model tersebut mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam analisis keadaaan untuk pengambilan keputusan.

7. Mudah tidaknya Penggunaan dan aplikasinya

Prinsip umum dalam penggunaan metode dari peramalan adalah bahwa metode-metode tersebut dapat dimengerti dan mudah diaplikasikan dalam pengambilan keputusan.

Sebagaimana diketahui bahwa metode merupakan cara berpikir yang sistematis dan pragmatis atas pemecahan suatu masalah. Dengan dasar ini, maka


(58)

metode peramalan sangat berguna untuk dapat memperkirakan secara sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan pada masa yang lalu, dengan demikian metode peramalan diharapkan dapat memberikan obyektivitas yang lebih besar.

Di samping itu, metode peramalan juga memberikan urutan pengerjaan dan pemecahan atas pendekatan suatu masalah dalam peramalan. Sehingga bila digunakan pendekatan yang sama atas permasalahan dalam suatu kegiatan peramalan, maka akan didapat dasar pemikiran dan pemecahan yang sama, karena argumentasinya sama. Selain itu, metode peramalan memberikan cara pengerjaan yang teratur dan terarah, sehingga dengan demikian dapat dimungkinkannya penggunaan teknik-teknik penganalisaan yang lebih maju. Dengan penggunaan teknik-teknik tersebut, maka diharapkan dapat memberikan tingkat kepercayaan dan keyakinan yang lebih besar, karena dapat diuji dan dibuktikan penyimpangan atau deviasi yang terjadi secara ilmiah

3.2.5. Klasifikasi Teknik Peramalan

Dalam sistem peramalan, penggunaan berbagai model peramalan akan memberi nilai ramalan yang berbeda. Salah satu seni dalam melakukan peramalan adalah memilih model peramalan yang terbaik yang mampu mengidentifikasi dan menanggapi pola aktivitas historis dari data.

Pada umumnya, teknik peramalan dapat dibedakan dalam dua kategori utama, yaitu :3

3

Makridakis, dkk. Metode dan Aplikasi Peramalan. 1988. Penerbit:Erlangga. Jakarta Edisi kedua. Jilid 1. hal 8


(59)

1. Peramalan Kualitatif

Yaitu peramalan yang didasarkan atas kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil peramalan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang bersifat intuisi, judgement atau pendapat, dan pengetahuan serta pengalaman dari penyusunnya. Biasanya peramalan secara kualitatif ini didasarkan atas hasil penyelidikan. Meskipun demikian, peramalan dengan metode kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi juga bisa mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam melakukan keputusan, dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.

Metode peramalan kualitatif dapat digolongkan sebagaiberikut : a. Metode Delphi

Sekelompok pakar mengisi kuisioner, moderator menyimpulkan hasilnya dan memformulasikan menjadi suatu kuisioner baru yang diisi kembali oleh kelompok tersebut, demikian seterusnya. Hal ini merupakan proses pembelajaran dari kelompok tanpa adanya tekanan atau intimidasi individu.

b. Dugaan Manajemen

Dalam hal ini, peramalan semata-mata berdasarkan pertimbangan manajemen, umumnya oleh manajemen senior. Metode ini akan cocok dalam situasi yang sangat sensitive terhadap intuisi dari suatu atau sekelompok kecil orang yang karena pengalamannya mampu memberikan


(60)

opini yang kritis dan relevan. Teknik akan dipergunakan dalam situasi dimana tidak ada situasi dimana tidak ada alternatif lain dari model peramalan yang dapat diterapkan.

c. Riset pasar

Merupakan metode peramalan berdasarkan hasil-hasil dari survey pasar yang dilakukan oleh tenaga-tenaga pemasar produk atau yang mewakilinya. Metode ini akan menjaring informasi dari pelanggan atau pelanggan potensialberkaitan dengan rencana pembelian mereka di masa mendatang.

d. Analogi histories

Merupakan teknik peramalan berdasarkan pola data masa lalu dari produk-produk yang dapat disamakan secara analogi. Analogi histories cenderung akan menjadi terbaik untuk penggantian produk di pasar dan apabila terdapat hubungan substitusi langsung dari produk dalam pasar.

2. Peramalan Kuantitatif

Yaitu peramalan yang didasarkan atas data kuantitaif pada masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat tergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut. Dengan metode yang berbeda akan diperoleh hasil peramalan yang berbeda, adapaun yang perlu diperhatikan dari penggunaan metode tersebut adalah baik tidaknya metode yang dipergunakan, sanagat ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin.


(61)

Dalam peramalan kuantitatif, prosedur umum yang digunakan adalah : a. Definisikan tujuan peramalan

b. Pembuatan diagram pencar

c. Pilih minimal dua metode peramalan yang dianggap sesuai d. Hitung parameter-parameter fungsi peramalan

e. Hitung kesalahan setiap metode peramalan f. Memilih metode yang terbaik

g. Melakukan verifikasi peramalan

Metode peramalan kuantitatif dibedakan atas dua bagian, yaitu :

a. Metode Time Series, digunakan untuk menganalisa serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Metode ini mengasumsikan beberapa pola atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu, dan pola dasarnya dapat diidentifikasikasi semata-mata atas dasar data histories dari serial itu. Ada empat komponen yang mempengaruhi analisis ini, yaitu :

- Pola siklis, terjadi apabila data memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus-menerus.

- Pola musiman, terjadi apabila nilai data sangat dipengaruhi oleh musim, misalnya permintaan bahan baku, jagung untuk makanan ternak pada pabrik pakan ternak.

- Pola horizontal, terjadi apabila nilai data berfluktusi di sekitar nilai rata-rata.

- Pola trend, terjadi apabiladata memiliki kecenderungan untuk naik atau turun terus-menerus.


(62)

Metode Time Series terdiri atas tiga metode, antara lain : - Metode Penghalusan (Smoothing)

Metode ini digunakan untuk mengurangi ketidakteraturan musiman dari data yang lalu, dengan membuat rata-rata tertimbang dari sederetan data masa lalu. Ketepatan dengan metode ini akan terdapat pada peramalan jangka pendek, sedangkan untuk peramalan jangka panjang kurang akurat. Metode ini terdiri dari metode rata-rata bergerak yang terdiri dari single moving average, linier moving average, double moving average,

weigthed moving average. Metode eksponensial smoothing terdiri atas

single eksponensial smoothing, dan double eksponensial smoothing.

- Metode proyeksi kecenderungan dengan regresi

Metode ini merupakan dasar garis kecenderungan untuk suatu persamaan, sehingga dengan dasar persamaan tersebut dapat di proyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. - Metode dekomposisi

Yaitu ramalan yang ditentukan dengan kombinasi dari fungsi yang ada sehingga tidak dapat diramalkan secara biasa. Model tersebut didekati dengan funsi linier vatau siklis, kemudian bagi t atas kwartalan sementara berdasarkan pola data yang ada. Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua. Terdapat beberapa pendekatan alternatif umtuk mendekomposisikan suatu derat berkala yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin.


(63)

b. Metode Kausal

Metode ini mengasumsikan faktor yang diperkirakan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat dengan sat atau beberapa variable bebas. Misalnya, jumlah pendapatan berhubungan dengan faktor-faktor seperti jumlah penjualan, harga jual, dan tingkat promosi. Kegunaan dari metode kausal adalah untuk menemukan bentuk hubungan antara variabel tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan milai dari variabel tidak bebas.

Metode kausal terdiri atas beberapa metode, antara lain : - Metode regresi dan korelasi

Metode regresi dan korelasi pada penetapan suatu persamaan estimasi menggunakan teknik “least squares”. Hubungan yang ada pertama-tama dianalisis secara statistic. Metode ini banyak digunakan untuk peramalan penjualan, perencanaan keuntungan, peramalan permintaan dan peramalan keadaan ekonomi.

- Metode ekonometrik

Metode ini didasarkan atas peramalan system peramalan regresi yang diestimasikan secara simultan. Metode ini selalu digunakan untuk peramalan penjualan menurut kelas produk, atau peramalan keadaan ekonomi masyarakat, seperti permintaan harga dan penawaran.

- Metode Input-output

Metode ini dipergunakan untuk menyusun proyeksi trend ekonomi jangka panjang. Metode ini banyak digunakan untuk peramalan penjualan perusahaan, penjualan sector industri, dan lain-lain.


(64)

3.3. Program Linier

Program linier adalah metode atau teknik matematik yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara umum, masalah dalam program linier adalah pengalokasian sumber daya yang terbatas seperti tenaga kerja, bahan baku, jam kerja mesin, dan modal dengan cara sebaik-baiknya sehingga diperoleh maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya produksi. Cara terbaik yang dimaksudkan adalah keputusan terbaik yang diambil berdasarkan pilihan dari berbagai alternative.

Suatu penyelesaian program linier perlu dibentuk formulasi secara matematik dari masalah yang sedang dihadapi dengan syarat sebagai berikut : 1. Adanya variabel keputusan yang dinyatakan dalam symbol matemaik dan

variabel keputusan ini tidak negatif.

2. Adanya fungsi tujuan dari variabel keputusan yang menggambarkan criteria pilihan terbaik. Fungsi tujuan ini harus dapat dibuat dalam suatu sel fungsi linier yang dapat berupa maksimum atau minimum.

3. Adanya kendala sumber daya yang dapat dibuat dalam satu set fungsi linier. Model program linier diaplikasikan untuk menyelesaikan berbagai masalah diantaranya adalah :

a. Masalah kombinasi produk, yaitu menentukan berapa jumlah dan jenis produk yang harus dibuat agar diperoleh keuntungan maksimum atau biaya minimum dengan memperhatikan sumber daya yang dimiliki.

b. Masalah perencanaan investasi, yaitu berapa banyak dana yang akan ditanamkan dalam setiap alternatif investasi, agar memaksimumkan return in


(65)

investmen atau net present value dengan memperhatikan sumber daya yang

dimilki.

c. Masalah perencanaan produksi dan persediaan, yaitu menentukan berapa banyak produk yang akan diproduksi setiap periode, agar meminimumkan biaya persediaan, sewa, lembur, dan biaya sub kontrak.

d. Masalah perencanaan promosi, yaitu berapa banyak dana yang akan dikeluarkan untuk kegiatan promosi agar diperoleh efektivitas penggunaan media promosi.

e. Masalah distribusi, yaitu jumlah produk yang akan dialokasikan ke setiap lokasi pemasaran.

Untuk membuat formulasi model program linier, terdapat tiga langkah utama yang harus dilakukan, yaitu :

1. Tentukan variabel keputusan atau variabel yang ingin diketahui dan gambarkan dalam symbol matematik.

2. Tentukan tujuan dan gambarkan dalam satu sel fungsi linier dari variabel keputusan yang dapat berbentuk maksimum atau minimum.

3. Tentukan kendala dan gambarkan dalam bentuk persamaan linier atau ketidaksamaan linier dari variabel keputusan.

3.3.1. Metode Grafik

Setelah formulasi model program linier, langkah selanjutnya adalah menyelesaikan model untuk mendapatkan keputusan terbaik. Salah satu metode yang digunakan untuk menyelesaikan formulasi model program linier adalah


(66)

metode grafik. Metode grafik terbatas pada penyelesaian model yang memiliki dua variabel keputusan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Gambarkan semua kendala daerah kelayakan yaitu daerah yang diliputi oleh semua kendala. Dalam menggambarkan grafik, kendala yang bertanda lebih kecil sama dengan, arah grafik yang membentuk daerah layak adalah menuju titik nol. Kendala berbentuk lebih besar sama dengan, arah grafik yang membentuk daerah layak adalah menjauhi titik nol. Sedangkan kendala berbentuk sama dengan (=), daerah layak adalah sepanjang garis tujuan.

2. Gambarkan grafik tujuan.

3. Tentukan daerah layak yang optimum dengan cara menggeser fungsi tujuan ke kanan atas hingga memotong salah satu atau lebih titik elstrim yang terdapat dalam daerah layak.

3.3.2. Metode Simpleks

Metode simpleks merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan model formulasi program linierdangan cara iterasi table. Metode simpleks dapat digunakan untuk menyelesaikan model model formulasi program linier yang memiliki dua atau lebih variabel keputusan.

Penyelesaian model program linier dengan metode simpleks diperlukan pengubahan model formulasi ke dalam bentuk standar dengan syarat-ayarat sebagai berikut :

1. Semua kendala berbentuk persamaan, jika menghadapi kendala berbentuk lebih kecil sama dengan (≤ ), dapat diubah ke dalam bentuk persamaan


(67)

dengan cara menambahkan slack variable yang bernilai satu. Jika menghadapi kendala berbentuk lebih besar sama dengan (≥ ), dapat diubah ke dalam bentuk persamaan dengan cara mengurangkan dengan surplus variabel yang bernilai minus satu.

2. Nilai ruas kanan setiap kendala bertanda positif, jika menghadapi kendala yang memiliki nilai ruas kanan bertanda negative, maka harus diubah menjadi positif dengan cara mengalikannya dengan minus satu.

3. Semua nilai variabel keputusan non negatif.

Langkah-langkah metode simpleks adalah sebagai berikut :

1. Membuat tabel simpleks awal dengan memasukkan semua nilai yang terdapat pada kendala dan fungsi tujuan ke dalam tabel simpleks

2. Tentukan kolom kunci, yaitu kolom yang memiliki negatif terbesar pada baris Zj-Cj.

3. Tentukan baris kunci, yaitu baris yang memiliki angka indeks (nilai bj/nilai kolom kunci) terkecil tetapi bukan negatif.

4. Cari angka baru yang terdapat pada kolom kunci dengan cara membagi semua angka pada kolom kunci dengan baris kunci.

5. Mencari angka baru pada baris yang lain dimana nilai pada baris lama dikurangi dengan perkalian antara angka baru baris kunci dengan koefisien kolom kunci.

6. Apabila pada tabel baru solusi optimum belum ditemukan, ulangi kembali langkah 2 sampai langkah 5. Solusi optimum tercapai apabila nilai pada baris


(68)

Zj-Cj berharga lebih kecil sama dengan nol untuk maksimisasi dan berharga lebih besar sama dengan nol untuk minimisasi.

3.4. Goal Programming

3.4.1. Pengertian dan Konsep Dasar Goal Programming

Goal Programming adalah salah satu model matemetis yang dipakai

sebagai dasar dalam mengambil keputusan untuk menganalisis dan membuat solusi persoalan yang melibatkan banyak tujuan sehingga diperoleh alternative pemecahan masalah yang optimal.

Model Goal Programming merupakan perluasan dari model pemrograman linier yang dikembangkan oleh A. Charles dan W. M. Cooper pada tahun 1956. Pemrograman linier adalah sebuah metode matematis yang berkaraktristik linier untuk menemukan suatu penyelesaian optimal dengan cara memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan terhadap satu kendala susunan. Model pemrograman linier mempunyai tiga unsur utama, yaitu variable keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala.

Beberapa asumsi dasar yang diperlukan dalam goal programming adalah:4 1. Linieritas

Asumsi ini menunjukkan perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain atau untuk suatu input dengan output besarnya tetap dan terlepas pada tingkat produksi. Hubungannya bersifat linier.

4

Hillier, F. dan Lieberman, G. 1994. Pengantar Riset Operasi. Jilid 1 Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta


(69)

2. Proporsionalitas

Asumsi ini menyatakan bahwa jika peubah pengambilan keputusan berubah, maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yng sebanding dengan fungsi tujuan dan juga fungsi kendalanya. Jadi tidak berlaku hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang.

3. Aditivitas

Asumsi ini menyatakan nilai parameter suatu kriteria optimasi merupakan jumlah dari nilai individu-individu. Dampak total terhadap kendala ke-I merupakan jumlah dampak individu terhadap peubah pengambilan keputusan 4. Divisibilitas

Asumsi ini menyatakan bahwa peubah pengambilan keputusan, jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan.

5. Deterministik

Asumsi ini menghendaki agar semua parameter tetap dan diketahui atau ditentukan secara pasti.

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam Goal Programming, yaitu : a. Variabel keputusan (decision variables), adalah seperangkat variabel yang

tidak diketahui yang berada di bawah kontrol pengambilan keputusan, yang berpengaruh terhadap solusi permasalahan dan keputusan yang akan diambil. Biasanya dilambangkan dengan Xj (j = 1, 2, 3, …, n)

b. Nilai sisi kanan (right hand sides values), merupakan nilai-nilai yang biasanya menunjukkan ketersediaan sumber daya (dilambangkan dengan bi) yang akan ditentukan kekurangan atau kelebihan penggunaannya.


(1)

meramalkan permintaan crumble untuk periode mendatang adalah metode linear dengan persamaan : Y = 1871,83 – 54,65X

3. Verifikasi peramalan

Tujuan dilakukannya proses verifikasi adalah untuk mengetahui apakah fungsi yang telah ditentukan dapat mewakili data yang akan diramalkan.

Tabel 17. Perhitungan Hasil Verifikasi

X Y Y' Y-Y' (Y-Y')2 MR

1 1979 1817.1795 161.82051 26185.878

2 2179 1762.5256 416.47436 173450.89 254.6538

3 1373 1707.8718 -334.87179 112139.12 751.3462

4 1201 1653.2179 -452.21795 204501.07 117.3462

5 1633 1598.5641 34.435897 1185.831 486.6538

6 1154 1543.9103 -389.91026 152030.01 424.3462

7 2050 1489.2564 560.74359 314433.37 950.6538

8 1402 1434.6026 -32.602564 1062.9272 593.3462

9 1449 1379.9487 69.051282 4768.0796 101.6538

10 1191 1325.2949 -134.29487 18035.113 203.3462

11 1444 1270.641 173.35897 30053.334 307.6538

12 1144 1215.9872 -71.987179 5182.154 245.3462

78 18199 18199 1.137E-12 1043027.8 4436.3462

30 , 403 1

12 34 . 4436

1 = − =

− =

n MR MR

BKA = 2.66 x MR = 2.66 x 403,30 = 1072,789 BKB = -2.66 x MR = -2.66 x 403,30 = -1072,789


(2)

M oving Chart Pe njualan Crum ble -1500 -1000 -500 0 500 1000 1500

1 3 5 7 9 11

Pe riode (Bulan)

Ju m la h ( T o n ) Y-Y’ BKA BKB

Gambar 2. Moving Range Chart Penjualan Crumble

Dari Gambar 2, dapat dilihat bahwa tidak ada data yang berada di luar batas kontrol sehingga metode peramalan sudah representatif. Hasil peramalan jumlah penjualan untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 18. Hasil Peramalan Crumble Tahun 2009 No Bulan Jumlah

1 Januari 1162 2 Februari 1107

3 Maret 1053

4 April 998

5 Mei 943

6 Juni 889

7 Juli 834

8 Agustus 779 9 September 725 10 Oktober 670 11 November 615 12 Desember 561


(3)

Lampiran IV Penyelesaian Goal Programming Menggunakan Metode Simpleks

Penyelesaian fungsi pencapaian Goal Programming secara manual dilakukan dengan menggunakan metode simpleks dimulai dengan pembuatan matriks awal Goal Programming.

Beberapa istilah yang digunakan dalam tabel yaitu :

Variabel basis yaitu variabel non negative yang hanya ada pada satu persamaan, tidak ada pada persamaan lain dengan koefisien 1. Pada Tabel 19., yang termasuk variabel basis adalah d1 – d14. Sedangkan variabel non basis merupakan variabel keputusan, yaitu X1, X2, dan X3.

a. Cb merupakan koefisien dari variabel basis pada fungsi tujuan, sedangkan Cj merupakan koefisien dari variabel non basis pada fungsi tujuan atau laba relative dari semua variabel non basis.

b. Konstanta atau right hand side merupakan nilai sisi kanan dari setiap persamaan.

c. Z merupakan nilai laba yang diinginkan. Dalam hal ini, nilai Z diuraikan satu-persatu sesuai dengan prioritas. Nilai Z dapat diperoleh dengan mengalikan nilai Cb dengan konstanta,yaitu:

Untuk P3, Z = 1 x 2 2,3 2,7 1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 = 2 2,3 2,7 1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

d. Nilai Crow diperoleh dari pengurangan nilai Cj terhadap hasil perkalian Cb dengan Pj yaitu nilai pada tiap kolom dan baris. Secara matematis :


(4)

Crow = Cj - Zj

Misalnya untuk Crow pada P3 pada kolom pertama : Crow = 0 – 2

= -2

e. Pemeriksaan optimalitas, yaitu melihat apakah solusi sudah layak atau tidak. Solusi dikatakan layak bila sudah optimal yaitu bila semua Crow dari variabel non basis adalah positif atau nol. Pada tabel simpleks awal, nilai Crow dari variabel non basis berharga negatif, jadi solusi belum optimal. Langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan yaitu dengan mangganti salah satu variabel non basis dengan variabel basis.

f. Pemilihan baris dan kolom kunci

Variabel non basis yang dipilih untuk menjadi variabel basis disebut

entering variabel. Entering variabel yang dipilih adalah variabel non basis

yang memiliki Crow paling negatif. Dan variabel basis yang akan keluar menjadi variabel non basis disebut leaving variabel. Leaving variabel yang dipilih adalah dengan menggunakan rasio minimum yaitu perbandingan antara konstanta sisi kanan dengan elemen variabel.

Kolom entering variabel disebut kolom pivot Baris leaving variabel disebut baris pivot.

Elemen perpotongan kolom dan baris pivot disebut elemen pivot.

Pada Tabel simpleks awal, X3 memiliki Crow paling negatif yaitu -400000, sehingga X3 disebut entering variabel. Kolom pivot adalah kolom X3.


(5)

Baris 1 = 19200/2,7 = 7111,11 Baris 2 = 4500/0,5 = 9000 Baris 3 = 600/0,077 = 7792,21 Baris 4 = 1950/0,3 = 6500 Baris 5 = 180/0,02 = 9000 Baris 6 = 120/0,016 = 7500 Baris 7 = 150/0,026 = 5769,23 Baris 8 = 180/0,03 = 6000 Baris 9 = 180/0,025 = 7200 Baris 10 = 60/0,006 = 10000 Baris 10 = 4156/0 = ≈ Baris 12 = 926/0 = ≈ Baris 13 = 943/1 = 943

Jadi, baris pivot (leaving variabel) adalah baris 13. g. Mencari sistem kanonikal

Mencari sistem kanonikal yaitu sistem dimana nilai elemen pivot bernilai 1 dan elemen lain bernilai nol dengan cara mengalikan baris pivot dengan -1 lalu menambahkannya dengan semua elemen dibaris pertama.

Misalnya untuk baris pertama :

0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 1 0 0 0 0 -2,7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,7 -2,7 0 0

x -2,7

2 2,3 2,7 0 1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2,3 0 0 1 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,7 -2,7 0 0

+


(6)

b1 = (-1)(2,7)(943) + 19200 = 16653,9 b2 = (-1)(0,5)(6) + 4500 = 4028,5 b3 = (-1)(0,077)(6) + 600 = 527,389

demikian seterusnya untuk baris ke 4 sampai baris ke 14

Dengan demikian, diperoleh tabel simpleks iterasi I seperti pada Tabel 20. Kemudian dilakukan penghitungan yang sama sampai ditemukan solusi yang optimal seperti pada Tabel 23.