Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pada UU No. 11 Tahun 2008 tidak diatur secara jelas prinsip – prinsip transaksi elektronik tetapi dalam beberapa pasal terdapat pengaturan yang tidak secara langsung mengatur prinsip – prinsip kontrak dalam suatu transaksi elektronik, yaitu : a. Prinsip kepastian hukum Terdapat pada Pasal 18 ayat 1 UU ITE, yaitu suatu transaksi elektronik mengikat para pihak yang terkait di dalamnya. Dalam hal ini kontrak elektronik merupakan undang – undang bagi para pihak yang membuatnya. Apabila salah satu pihak melanggar kontrak tersebut, maka pihak lain dapat mengajukan gugatan bagi yang melanggar kontrak tersebut. b. Prinsip itikad baik Prinsip ini terdapat dalam Pasal 17 ayat 2 UU ITE, yang mewajibkan para pihak yang melakukan transaksi elektronik wajib beritikad baik. c. Prinsip Konsensualisme Dari Pasal 20 UU ITE dapat dilihat bahwa UU ITE juga diatur mengenai prinsip konsensualisme dalam kontrak elektronik. Dengan penerapan berbeda dari kontrak konvensional, dimana kesepakatan terjadi saat penawaran transaksi yang dikirim, diterima dan disetujui oleh si penerima. Proses kesepakatan tersebut dilakukan dengan pernyataan Universitas Sumatera Utara penerimaan secara elektronik, misalnya dengan mengirimkan e-mail konfirmasi. d. Prinsip keterbukaan atau transparansi Sesuai dengan Pasal 9 UU ITE, perusahaan atau pihak yang menawarkan produk harus terbuka terhadap produk dan isi kontrak. Bila hal ini tidak dilakukan maka pihak perusahaan atau penawar dapat dikenai sanksi pidana sesuai Pasal 45 ayat 2 e. Prinsip kebebasan kontrak yang terbatas Pasal yang menjadi dasar hukum prinsip ini adalah Pasal 18 ayat 1 dan Pasal 19 UU ITE. Dari kedua pasal ini para pihak dapat melakukan transaksi elektronik kedalam kontrak elektronik dengan bentuk apa saja, tetapi harus menggunakan sistem elektronik yang disepakati. 2. Pada dasarnya perjanjian dalam transaksi melalui media elektronik tidak berbeda dengan perjanjian pada umumnya, hanya saja dilakukan melalui media elektronik. Syarat sahnya perjanjian pun dilakukan dengan proses penawaran hingga terjadi kesepakatan, perbedaan yang sederhana salah satunya hanya pada tanda tangan “tinta basah” pada perjanjian konvensional diganti dengan tanda tangan digital digital signature. Digital signature tersebut dapat menjadi dasar sahnya suatu perjanjian yang merupakan sumber perikatan bagi para pihak walaupun secara fisik para pihak tadi tidak bertemu. Mengenai keabsahan transaksi melalui media elektronik telah diatur dalam UU ITE. 3. Dalam transaksi jual beli melalui media elektronik terdapat 3 tiga pihak yang terkait di dalamnya yaitu pihak penjual, pihak pembeli dan pihak Universitas Sumatera Utara ketiga. Baik pihak pembeli, pihak penjual, maupun pihak ketiga tanpa terkecuali harus bertanggung jawab apabila mereka melakukan wanprestasi atas perjanjian yang telah disepakati. Adapun bentuk tanggung jawab bila kita mengacu pada KUHPerdata dapat meliputi : a Pertama – tama sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 1236 dan 1243 KUHPerdata bahwa dalam hal debitur lalai untuk memenuhi kewajibannya kreditur berhak untuk menuntut penggantian kerugian yang berupa ongkos-ongkos kerugian dan bunga. Akibat hukum seperti ini menimpa debitur baik dalam perikatan untuk memberikan sesuatu, untuk melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu. b Selanjutnya Pasal 1237 KUHPerdata mengatakan bahwa sejak kreditur lalai maka resiko atas objek perikatan menjadi tanggung jawab debitur. c Yang ketiga ialah kalau perjanjian itu berupa perjanjian timbal balik maka berdasarkan Pasal 1266 KUHPerdata kreditur berhak untuk menuntut pembatalan perjanjian dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi tetapi kesemuanya itu tidak mengurangi hak dari kreditur untuk tetap menuntut pemenuhan prestasi. Sedangkan dalam praktik jual beli secara elektronik walaupun pada dasarnya bentuk tanggung jawab akibat wanprestasi yang dibebankan kepada para pihak tidak jauh berbeda dengan apa yang diatur dalam KUHPerdata, namun karena sistem jual beli secara elektronik dalam praktiknya menggunakan perjanjian standar maka dapat dikatakan kadar tanggung jawab akibat wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak adalah tidak seimbang, dimana Universitas Sumatera Utara penjual disatu pihak hanya dibebankan kewajiban berupa jaminan penggantian barang apabila ia melakukan wanprestasi, sedangkan di pihak pembeli setelah ia menyetujui klausula baku dalam term of use dan perjanjian lisensi, tidak hanya dapat dibebankan tanggung jawab yang dikenal dalam hukum perdata misalnya ganti rugi tetapi juga tanggung jawab pidana. Kemudian tanggung jawab pihak ketiga bila pihak ketiga tersebut melakukan wanprestasi, maka sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1340, 1315 dan 1317 maka pihak ketiga baru dapat diminta pertanggungjawaban apabila dalam perjanjian antara penjual dan pembeli terdapat klausula yang menyatakan bahwa pihak ketiga dapat diminta pertanggungjawaban apabila ia melakukan tindakan wanprestasi atau dengan kata lain hal tersebut telah diatur dalam perjanjian. Akan tetapi dalam praktiknya pihak ketiga hanya akan berhubungan dengan penjual sehingga apabila ia melakukan wanprestasi maka tuntutan tanggung jawab hanya ada pada pihak penjual yang didasarkan atas perjanjian yang telah disepakati diantara mereka. Wanprestasi dalam transaksi elektronik terdapat pengaturannya dalam UU ITE yaitu pada Pasal 38 ayat 1 . 4. Berdasarkan sistem pembuktian hukum privat yang masih menggunakan ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata maka dalam hukum pembuktian ini, alat – alat bukti dalam perkara perdata terdiri dari : bukti tulisan, bukti saksi - saksi, persangkaan – persangkaan, pengakuan dan bukti sumpah Pasal 1866 BW atau 164 HIR. Sedangkan UU ITE menambahkan suatu bentuk sistem pembuktian elektronik yaitu adanya tanda tangan elektronik Universitas Sumatera Utara digital signature yang merupakan suatu sistem pengamanan yang bertujuan untuk memastikan otentitas dari suatu dokumen elektronik. Ia menggunakan cara yang berbeda untuk menandai suatu dokumen sehingga tidak hanya mengidentifikasi dari pengirim, namun harus juga memastikan keutuhan dari dokumen tersebut Pasal 1 butir 5 UU ITE. Pasal 5 UU ITE mengatur secara khusus mengenai sahnya suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa bukti elektronik baru dapat dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Indonesia. Suatu bukti elektronik dapat memiliki kekuatan hukum apabila informasinya dapat dijamin keutuhannya, dapat dipertanggungjawabkan, dapat diakses, dan dapat ditampilkan, sehingga menerangkan suatu keadaan. Keabsahan data transaksi yaitu yang menjamin untuk terjadinya jual beli melalui internet, baik itu mencakup tanda tangan ataupun lainnya yang menjadi suatu bentuk keabsahan dari suatu perjanjian tersebut. Kontrak elektronik dalam transaksi elektronik, harus memiliki kekuatan hukum yang sama dengan kontrak konvensional.

B. Saran

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Asas Kepercayaan Dalam Transaksi Jual Beli Online (Perspektif KUHPerdata dan UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik).

1 3 13

PENDAHULUAN Asas Kepercayaan Dalam Transaksi Jual Beli Online (Perspektif KUHPerdata dan UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik).

0 1 17

PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MEDIA TOKO ONLINE DITINJAU DARI UU NO.11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN Perjanjian Jual Beli Melalui Media Toko Online Ditinjau Dari Uu No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

0 0 13

PENDAHULUAN Perjanjian Jual Beli Melalui Media Toko Online Ditinjau Dari Uu No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

0 0 18

PERJANJIAN JUAL BELI MELALUI MEDIA TOKO ONLINE Perjanjian Jual Beli Melalui Media Toko Online Ditinjau Dari Uu No.11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

0 1 21

SKRIPSI TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET DITINJAU MENURUT UU NOMOR 11 TAHUN 2008 MENGENAI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 0 13

PENDAHULUAN TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INTERNET DITINJAU MENURUT UU NOMOR 11 TAHUN 2008 MENGENAI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK.

0 0 19

11 UU NO 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 0 38

TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA INSTAGRAM MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

0 1 9

KEDUDUKAN ASAS KEPERCAYAAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI MELALUI MEDIA TOKO ONLINE DITINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK -

0 0 79