Populasi dan Sampel Definisi Operasional Variable Penelitian Kondisi Umum Fluktuasi JII

Rm E : return ekspektasi dari indeks pasar METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh saham perusahaan yang termasuk dalam JII periode juli 2000 sampai desember 2004.pada periode yang berjangka 6 bulan terdapat 30 saham. b. Sampel Kriteria pengambilan sample dalam penelitian ini adalah saham- saham yang secara berturut-turut selama 9 periode. Sample yang didapat berjumlah 7 saham yaitu: a. PT Aneka Tambang, Tbk b. PT Astra Graphia, Tbk c. PT Indoofod Sukses Makmur, Tbk d. PT Indosat, Tbk 25 f. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk, dan g. PT United Tractors, Tbk

D. Definisi Operasional Variable Penelitian

Berdasarkan konsep yang ada yaitu analisis portofolio dan investasi saham, maka variable-veriabel yang perlu diteliti yaitu: 1. pengembalian adalah laba atas suatu sekuritas investasi modal P P P R t t t i 1 1     Jogiyanto, 2003; 111 2. risiko Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut. 3. risiko sistematis 26 semua saham dalam pasar modal yang bersangkutan                 N t mt mt N t mt mt it it M im i R R R R R R 1 2 1 2    4. risiko tidak sistematis Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang umumnya dapat dihindari atau diperkecil melalui diversifikasi     2 1 2 1      n t mt i i it ei R R n   

E. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data untuk membentuk portofolio optimal dengan menggunakan metode indeks tunggal. Langkah – langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah:

1. Perhitungan return saham individual.

Untuk menghitung return saham individual dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Jogiyanto, 2000; 108 27 P P R t t t i 1 1    Keterangan: R it : Return saham P t : Harga saham pada saat t P t 1  : Harga saham pada saat t-1 Dengan tingkat pengembalian pasar sebesar: JII JII JII R t t t i m 1 1 .     Keterangan: R i m. : return pasar saham JII t : nilai saham JII pada saat t JII t 1  : nilai saham JII pada saat t-1

2. Menentukan besarnya return ekspektasi saham individual.

28 menggunakan rumus:     N E R R i i   Keterangan:   R i E : Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i    R i : jumlah total expected return untuk sekuritas i N : jumlah periode sekuritas Dan return ekspektasi pasar dengan rumus:     N E R R m m   Keterangan:   R m E : Expected return pasar ke i    R m : jumlah total expected return pasar i N : jumlah periode nilai pasar

3. Menghitung total risiko masing-masing saham

29 sistematis   2 2 . m i   dan risiko tidak sistematis   2 ei  dihitung dengan menggunakan rumus: Rmt Rit t i .                     N t mt mt N t mt mt it it M im i R R R R R R 1 2 1 2    Dimana:     2 1 2 1      n t mt i i it ei R R n    Keterangan:  : suatu variable acak yang menunjukkan komponen dari return sekuritas ke-I yang independent terhadap kinerja pasar 30 i mengukur perubahan Rt atau Rm ERi : pengembalian yang diperkirakan expected return atas saham i R mt : tingkat keuntungan pasar pada periode tertentu R it : rata-rata Ri ERm : rata-rata Rm P it : harga saham individual periode t Pi t 1  : Harga saham pada saat t-1 N : jumlah periode pengamatan 2  ei :Varian dari kesalahan residu sekuritas ke-i yang juga merupakan resiko unik atau resiko tidak sistematis

4. Merangking sekuritas

31 nilai historis dari sekuritas dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya selama 6 bulan atau 200 hari untuk return harian. Dngan mengasumsikan bahwa hubungan antara return sekuritas dan return pasar adalah linier, maka Beta dapat diestimasikan secara manual dengan memplot garis diantara titik- titik return atau dengan teknik regresi Jogiyanto, 2000; 239 Excess return didefinisikan sebagai selisih return ekspektasi dengan return aktiva bebas risiko. Excees return to beta berarti mengukur kelebihan return relative terhadap satu unit risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan Beta. Rasio ERB ini juga menunjukkan hubungan antara dua factor penentu investasi yaitu return dan risiko. Rasio ini dinotasikan dengan:    i BR i R R ERB E   Keterangan: ERB :Excess return to beta sekuritas ke- i 32 i untuk sekuritas ke- i R BR : Return aktiva bebas risiko SBI  i :Beta sekuritas ke- i Berdasarkan penilaian ERB untuk setiap sekuritas, kemudian urutkan sekuritas-sekuritas berdasarkan nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil. Portofolio optimal akan terdiri dari sekuritas-sekuritas yang memiliki ERB tertinggi.

5. Hitung nilai A

i dan B i untuk masing-masing sekuritas ke-i sebagai berikut:     dan E ei i BR i i R R A , 2     2 2   ei i i B  Keterangan: 33 i B i : skala dari timbangan ke B atas tiap-tiap saham ERB : Excess Return to Beta sekuritas ke i   R i E : pengembalian yang diperkirakan expected return atas saham i R BR : tingkat pengembalian bebas risiko SBI  i : beta sekuritas ke-i

6. Menghitung Cut-Off Rate Ci dengan rumus:

Cut-Off Rate merupakan pembatasan pada tingkat tertentu. Penentuan tingkat pembatas saham Ci dan Cut-Off Point C yang merupakan nilai tertinggi dari Ci       i j i M i j i M i B A C 1 2 1 2 1   Jogiyanto 2003:254 Keterangan: Ci : Cut-Off Rate pembatasan pada tingkat tertentu 34 saham i Rf : tingkat pengembalian bebas risiko B i : perubahan tingkat penngembalian yang diperkirakan dari saham i 2 ei  : Varian ei Unsystematic risk 2  M : Varian dari return indeks pasar C i adalah nilai c untuk sekuritas ke-I yang dihitung dari kumulasi nilai-nilai A i sampai dengan A i dan nilai B i sampai dengan B i

7. Menentukan besarnya Cut-Off Point C

Besarnya Cut-Off Point C adalah nilai C i dimana nilai ERB terakhir kali masih lebih besar dari nilai C i

8. Menentukan porporsi masing-masing sekuritas di dalam portofolio.

35 telah dapat ditentukan, maka langkah selanjutnya menentukan berapa besar proporsi untuk sekuritas ke-i adalah sebesar:    k j j i i X X W 1 Dengan nilai X i adalah sebesar:   2 C ERB ej i t X     Jogiyanto 2003:258 Keterangan: W i : Proporsi sekuritas ke- i K : Jumlah sekuritas di portofolio optimal C : nilai Cut Off Point yang nerupakan nilai C i terbesar

9. Menentukan expected return portofolio E R

p dan variance portofolio   2  p 36 M p r p 2 1 2 2 2 2 2           N i ei i M p p W     Jogiyanto 2003:248 Dimana:    N i i i p W 1      N i i i p W 1   37

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Fluktuasi JII

JII di buka dengan nilai indeks 71,750 pada akhir agustus 2000. pada minggu berikutnya nilai indeks mengalami kenaikan sebesar 443 poin menjadi 72,193. nilai indeks JII ini terus mengalami penurunan sampai akhir tahun 2000. penurunan nilai indeks ini disebabkan adanya privatisasi beberapa BUMN. BUMN yang diprivatisasi tersebut beberapa diantaranya termasuk sebagai anggota JII. Pada tahun 2001, JII belum menunjukkan perbaikan kinerja yang cukup signifikan. Kondisi ini dipengaruhi oleh keadaan politik Indonesia yang sedang mengalami pergolakan yang mengakibatkan banyak kebijakan pemerinyah mengalami perubahan. Berbagai perubahan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah memicu reaksi investasi untuk melakukan Wait and Sea dalam investasinya. Dalam kondisi ini investor lebih memilih untuk melarikan dana mereka pada perbankan. Nilai indeks JII pada awal tahun 2001, yaitu antara januari sampai februari mengalami gejala rebound. Peningkatan yang cukup drastis terjadi 38 ini terus mengalami penurunan sampai akhir bulan mei yang kemudian kembali menunjukkan gejala rebound sampai bulan juli 2001. JII mengalami fluktuasi yang beragam sampai dengan awal tahun 2002. fluktuasi tersebut disebabkan oleh presiden Abdurahman Wahid yang merubah susunan kabinet. Pada pertengahan februari 2002, JII mengalami rebound sampai bulan jili 2002. peningkatan tersebut karena kondisi politik Indonesia telah membaik. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai indeks yang terus merangkak naik hingga mencapai titiktertinggi sebesar 87.418 pada mei 2002 di minggu 2. JII kembali mengalami penurunan yang cukup signifikan sampai dengan bulan maret 2003. penurunan ini disebabkan investor kembali melakukan strategi Wait and Sea. Hal ini dipicu oleh kondisi politik Indonesia yang kembali memanas dengan terjadinya demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa di seluruh Indonesia yang meminta presiden Abdurahman Wahid untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan. JII kembali menunjukkan gejala rebound pada bulan april 2003 yang terus terjadi sampai tahun 2004. kenaikan ini akibat adanya pergeseran jabatan presiden dari AbdurahmanWahid kepaga wakil presiden 39 positif pada investor yang kembali berinvestasi di pasar modal. JII menunjukkan angka tertinggi pada akhir tahun 2003 dengan nilai 114,702. JII yang terus naik selama tahun 2004 meski mengalami sedikit fluktuasi menjadi indikator bahwa iklim investasi di Indonesia mengalami pertumbuhan. Investor semakin banyak yang melakukan investasi pada pasar modal karena didukung oleh kondisi politik yang stabil dan perekonomian yang membaik. Kondisi tersebut didukung pula oleh adanya harapan dan keyakinan dari investor dan pelaku ekonomi lainnya bahwa pemerintah yang baru terbentuk mampu memulihkan kondisi perekonomian Indonesia setelah terpilihnya presiden Susilo Bambang Yudoyono .

B. Analisa Data