resum kesehatan masyarakat id. pdf

KESEHATAN MASYARAKAT RESUM

Oleh: Rizka Herdian Lestari 120210201023 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2013

BAB 1 KESEHATAN MASYARAKAT

A. Sekelumit Sejarah Kesehatan Masyarakat

Sejarah kesehatan masyarakat tidak lepas dari dua tokoh mitologi Yunani yaitu Asclepius dan Higeia. Keduanya adalah seorang dokter dan asistenya yang pada akhirnya menjadi pasangan suami istri. Asclepius adalah dokter pertama yang mampu melakukan bedah berdasarkan prosedur tertentu dengan baik. Ada dua perbedaan yang mendasar dari keduanya yaitu:

1. Asclepius melakukan pendekatan (pengobatan penyakit) setelah penyakit tersebut terjadi pada seseorang.

2. Higeia mengajarkan pada pengikutnya dalam pendekatan masalah kesehatan melalui hidup seimbang, yaitu menghindari minuman dan makanan beracun, makan makanan yang bergizi (baik), cukup istirahat, dan berolahraga. Apabila orang sudah terlanjur sakit, Higeia menganjurkan melakukan upaya-upaya secara alamiah untuk menyembuhkan penyakit tersebut, antara lain lebih baik dengan memperkuat daya tahan tubuh dengan makanan yang baik, dari pada melakukan pengobatan.

Dari cerita mitos Yunani tentang Asclepius dan Higeia maka muncul dua aliran atau pendekatan dalammenangani masalah kesehatan. Pertama dengan cara kuratif (pengobatan) yang cenderung menunggu datangnya sakit baru dilakukan penanganan. Kelompok ini umunya terdiri dari dokter, dokter gigi, psikiater, dan praktisi lain yang melakukan pengobatan penyakit baik fisik, psikis, maupun mental dan sosial. Kelompok yang kedua dengan cara preventif (pencegahan) yang melakukan upaya pencegahan penyakit, kelompokini adalah mereka yang berprofsi sebagai petugas kesehatan masyarakat dari berbagai jenjang.

Dalam perkembangan selanjutnya terjadi pemisah antara kedua kelompok profesi yaitu pelayanan kesehatan kuratif (curative health care) dan pelayanan pencegahan preventif (preventive health care). Keduanya berbeda dalam pendekatan yakni sebagai berikut:

1) Pendekatan kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual, kontak terhadap sasaran (pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak antara petugas kesehatan (dokter) dengan pasien cenderung jauh. Sedangkan pendekatan preventif, sasaran atau pasien adalah masyarakat (bukan individual) masalah yang ditangani pada umunya juga masalah yang menjadi masalah masyarakat, bukan masalah individu. Hubungan antara petugas kesehatan dan pasien bersifat kemitraan, tidak seperti dokter-pasien.

2) Pendekatan kuratif cenderung bersifat reaktif, artinya kelompok ini pada umumnya hanya menunggu masalah dating. Sedangkan preventif lebih menggunakan pendekatan proaktif, artinya tidak menunggu adanya masalah, tetapi mencari masalah.

3) Pendekatan kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasienlebih kepada system biologis manusia atau pasien hanya dilihat secara partial, padahalmanusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial, yang terkait antara aspek satu dengan yang lainnya. Sedangkan pendekatan preventif melihat klien sebagai makhluk yang utuh, dengan pendekatan yang holistic. Terjadinya penyakit tidak semata-mata karena terganggunya system biologi, individual, tetapi dalam konteks yang luas, aspek biologis, psikologis, dan sosial. Dengan demikian pendekatannya pun tidak individual dan parsial, tetapi harus secara menyeluruh atau holistic.

B. Perkembangan Kesehatan Masyarakat

1. Periode Sebelum ilmu pengetahuan Dari kebudayaan yang paling luas yakni Baylonia, Mesir, Yunani, Roma

telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-masalh kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zaman tersebut terdapat telah tercatat bahwa manusia telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah-masalh kesehatan masyarakat dan penyakit. Pada zaman tersebut terdapat

Pada zaman ini juga diperoleh catatan bahwa telah dibangun tempat pembuangan kotoran (latrin) umum, meskipun alasan dibuatnya latrin tersebut karena kesehatan. Bukan karena tinja atau kotoran manusia dapat menularkan penyakit, tetapi karena menimbulkan bau yang tidak enak dan pandangan yang tidak menyedapkan.

Demikian juga masyarakat membuat sumur pada waktu itu dengan alasan bahwa minum air kali yang mngalir yang sudah kotor itu tidak enak, bukan karena minum air kali dapat menyebabkan penyakit (Greene, 1984). Dari dokumen lain tercatat bahwa pada zaman Romawi kunotelah dikeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan masyarakat mencatatkan pembangunan rumah, melaporkan adanya binatang-binatang yang berbahaya, dan bintang pliharaan yang menimbulkan bau, dan sebagainya. Bahkan pada waktu itu sudah ada keharusan pemerintahan kerajaan untuk melakukan supervise atau peninjauan kepada tempat-tempat minuman (public bar), warung makanan, tempat-tempat prostitusi, dan sebagainya (Hanlon, 1974).

Penyakit kolera tercatat sejak abad ke-7 menyebar dari Asia khususnya Timur Tengah dan Asia Selatan ke Afrika. India disebutkan sejak abad ke-7 telah menjadi pusat endemic kolera. Disamping itu, lepra juga telah menyebar mulai dari Mesir ke Asia Kecil dan Eropa melalui para imigran. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi epidemi dan endemic penyakit-penyakit tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan, terutama hygiene dan sanitasi lingkungan. Pembuangan kotoran manusia (latrin), pengusahaan air minum yang bersih, pembuangan sampah, ventilasi rumah telah tercatat menjadi bagian dari kehidupan masyarakat pada waktu itu.

Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India. Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia Pada abad ke-14 mulai terjadi wabah pes yang paling dahsyat, di China dan India. Menurut catatan, jumlah meninggal karena wabah pes di seluruh dunia

2. Periode Pengetahuan Pada abad ke-19 masalah kesehatan adalah masalah yang kompleks. Oleh

karena itu, pendekatan masalah kesehatan harus dilakukan secara komprehensif, multisektoral. Louis Pasteur berhasil menemukan vaksin untuk mencegah penyakit cacar, Joseph Lister menemukan asam karbol (carbolic acid) untuk sterilisasi ruang operasi, dan William Marton menemukan eter sebagai anestesi pada waktu operasi.

Penyelidikan dan upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai dilakukan pada tahun 1832 di Inggris, Parlemen Inggris membentuk komisi penyelidikan dan penanganan masalah kesehatan yang di ketuai oleh Edwin Chardwich seorang pakar sosial dalam masalah wabah kolera. Hasil laporan Edwin disertai data statistik yang sahih dan baik yaitu bahwa masyarakat hidup dengan kondisi sanitasi yang jelek, sumur penduduk berdekatan dengan aliran air kotor dan pembuangan kotoran manusia. Air limbah yang mengalir terbuka tidak teratur, makanan yang dijual di pasar banyak dirubungi lalat dan kecoa. Selain itu ditemukan sebagian besar masyarakat miskin, bekerja rata-rata 14 jam per hari dengan gaji di bawah kebutuhan hidup. Sehingga mereka tidak mampu membeli makanan yang bergizi. Berdasarkan hasil laporan Edwin akhirnya keluar undang- undang yang mengatur upaya peningkatan kesehatan penduduk, sanitasi lingkungan, sanitasi tempat kerja, pabrik, dan sebagainya.

Pada tahun 1893 John Hopkins, seorang pedagang wiski dari Baltimore, Amerika mempelopori berdirinya universitas, dan di dalamnya terdapat sekolah (fakultas) kedokteran. Mulai tahun 1908 sekolah kedokteran mulai menyebar ke Eropa, Kanada, dan sebagainya.

Dari segi pelayanan kesehatan masyarakat, pada tahun 1855 pemerintah Amerika membentuk Departemen Kesehatan untuk pertama kalinyayang berfungsi menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi penduduk, termasuk perbaikan dan pengawasan sanitasi lingkungan. Departemen ini sebenarnya merupakan peningkatan dari departemen sebelumnya yang sudah ada di masing- masing kota seperti di Baltimore tahun 1798, South California tahun 1813, Philadelphia tahun 1818, dan sebagainya. Pada tahun 1872 dilakukan pertemuan para pemerhati kesehatan yang menghasilkan Asosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Associaton)

C. Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Kesehatan masyarakat di Indonesia dimulai sejak pemerintahan Belanda yakni dimulai dengan adanya pemberantasan cacar dan kolera yang sangat di takuti masyarakat pada waktu itu. Kolera masuk ke Indonesia tahun 1927, dan tahun 1937 terjadi wabah kolera eltor di Indonesia, kemudian pada tahun 1948 cacar masuk Indonesia melalui Singapura dan mulai berkembang di Indonesia. Pada tahun 1807 pada masa Gubernur Jenderal Daendels, di lakukan pelatihan dukun bayi untuk mengurangi penurunan angka kematian bayi pada waktu itu, namun ini tidak berjalan baik karena kurangnya tenaga pelatih dan pada tahun 1930 dilakukan pendaftaran para dukun bayi, sehingga pada tahun 1952 pelatihan ini dilanjutkan kembali.

Pada tahun 1851 sekolah dokter Jawa didirikan oleh dr. Bosch, kepala pelayanan kesehatan sipil dan militer, dan dokter Bleeker di Indonesia. Sekolah ini terkenal dengan nama STOVIA (School Tot Oplelding Van Java) atau sekolah untuk pendidikan dokter pribumi.pada tahun 1913 didirikan sekolah dokter yang kedua di Surabaya dengan nama NIAS (Nederland Indische Arsten School). Pada tahun 1927 Stovia berubah menjadi sekolah kedokteran dan akhirnya sejak berdirinya sejak berdirinya Universitas Indonesia 1947 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Kedua sekolah dokter tersebut memiliki andil yang besar dalam menghasilkan tenaga dokter.

Pada tahun 1888 berdiri pusat laboratorium di Bandung, lalu pada tahun 1983 berubah menjadi „Lembaga Eykman‟, selanjutnya disusul dengan berdirinya

laboratorium di Medan, Semarang, Makasar, dan Yogyakarta. Laboratorium ini berguna dalam pemberantasan penyakit seperti malaria, lepra, cacar, gizi dan sanitasi, dan sebagainya.

Pada tahun 1922 pes masuk Indonesia dan pada tahun 1933, 1934, dan 1935 terjadi epidemi di beberapa tempat, terutama di Pulau Jawa. Kemudian tahun 1935 dilakukan program pemberantasan pes dengan penyemprotan DDT terhadap rumah-rumah penduduk juga vaksinasi massal. Tercatat pada tahun 1941, 15.000.000 orang telah memperoleh suntikan vaksinassi. Pada tahun 1925 seorang petugas kesehatan pemerintah Belanda bernama Hydrich melakukan pengamatan tingginya angka kematian dan kesakitan di Banyumas-Purwokerto pada waktu itu. Dari hasil pengamatan dan analisisnya ia menyimpulkan bahwa penyebab tingginya angka kematian dan kesakitan akibat dari kondisi sanitasi lingkuan. Masyarakat pada waktu itu membuang kotorannya di sembarang tempat seperti di kebun,di sungai, di selokan, bahkan di pinggir jalan, padahal mereka mengambil air minum dari sungai. Dan penyebab buruknya sanitasis adalah perilaku penduduk. Oleh sebab itu, untuk memulai upaya kesehatan masyarakat Hydrich

mengembangkan daerah percontohan dengan melakukan „propaganda‟ (pendidikan) penyuluhan kesehatan.

Memasuki kemerdekaan Indonesia diperkenalkan dengan Konsep Bandung (Bandung Plan) pada tahun 1951 oleh Dr.Y. Leimena dan dr. Patah yang selanjutnya dikenal dengan Patah-Leimena. Konsep ini memperkenalkan bahwa aspek kuratif dan preventif tidak bisa dipisahkan. Pada tahun 1956 dimulai kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat, dr. Y. Sulianti mendirikan „Proyek Bekasi‟ (tepatnya di Lemah Abang) sebagai proyek perontohan atau

model bagi pengembangan kesehatan masyarakat pedesaan di Indonesia. Untuk melancarkan konsep pelayanan terpadu ini dipilih 8 desa wilayah pengembangan masyarakat, yaitu: Inderapura (Sumatera Utara), Lampung, Bojong Loa (Jawa

Barat), Sleman, Godean (Yogyakarta), Mojosari (Jawa Timur), Kesiman (Bali), dan Berabai (Kalimantan Selatan).

Pada bulan November 1967 dilakukan seminar yang membahas dan merumuskan program kesehatan masyarakat terpadu sesuai dengan kondisi dan kemampuan rakyat Indonesia. Konsep puskesmas yang dibawkan dr. Achmad Dipodilogo mengacu pada Konsep Bandung dan Proyek Bekasi dengan menghasilkan kesimpulan seperti berikut, tipe puskesmas disepakati ada tiga yaitu tipe A, B, dan C. pada tahun 1968 dicetuskan bahwa puskesmas merupakan system pelayanan kesehatan terpadu yang kemudian di kembangkan oleh pemerintah (Departemen Kesehatan) menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Puskesmas melakukan pelayanan kesehatan secara terpadu, menyeluruh, dan mudah dijangkau. Kegiatan pokok Puskesmas adalah:

1) Kesehatan ibu dan anak

2) Keluarga Berencana

3) Gizi

4) Kesehatan Lingkungan

5) Pencegahan penyakit menular

6) Penyuluhan kesehatan masyarakat

7) Pengobatan

8) Perawatan kesehatan masyarakat

9) Usaha kesehatan gizi

10) Usaha kesehatan sekolah

11) Usaha kesehatan jiwa

12) Laboratorium

13) Pencatatan dan pelaporan

Pada tahun 1969 disepakati bahwa Puskesmas hanya ada dua tipe yaitu A dan B, tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B dikelola oleh tenaga paramedic. Seiring dengan perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada Pada tahun 1969 disepakati bahwa Puskesmas hanya ada dua tipe yaitu A dan B, tipe A dikelola oleh dokter, sedangkan tipe B dikelola oleh tenaga paramedic. Seiring dengan perkembangan tenaga medis, maka akhirnya pada

a) Strata Satu : Puskesmas dengan prestasi sangat baik

b) Strata Dua : Puskesmas dengan prestasi rata-rata atau standar

c) Strata Tiga : Puskesmas dengan prestasi dibawah rata-rata Selanjutnya puskemas juga dilengkapi dengan dua piranti manejerial yang

lain, yakni micro planning untuk perencanaan dan loka karya miniuntuk pengoprasian kegiatan dan pengembangan kerja sama tim. Ahirnya tanggung jawab puskesmas ditingkatkan lagi , dengan berkembangnya program paket terpadu ksehatan dan keluarga berencana (posyandu). Program ini mencangkup:

a) Keshatan ibu dan anak

b) Keluarga berenana

c) Gizi

d) Penanggulangan penyakit diare

e) Imunisasi Tujuan dikembangkan posyandu sejalan dengan tujuan pembangunan

kesehatan, yakni:

a) Mempercepat penurunan angka kematian bayi dan balita, dan angka kelahiran.

b) Mempercpat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

c) Berkembangnya kegiatan kegiatan masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Pelayanan posyandu menganut sistem 5 meja dengan urutan sebagai berikut:

a) Meja 1 : Pendaftaran pengunjung posyandu dilayani oleh kader kesehatan.

b) Meja 2 : penimbangan bayi, balita, dan ibu hamildilayani oleh kader

Kesehatan.

c) Meja 3 : pencatatan hasil penimbangan dari meja 2 di dalam KMS, dilayani, oleh kader kesehatan.

d) Meja 4: penyuluhan kepada ibu bayi/balita dan ibu hamil oleh kader kegiatan.

e) Meja 5 : pemberian imunisasi, pemasangan alat konsrasepsi,atau pengobatan bagi yang memerlukan, dan periksa hamil, dilayani oleh kader kesehatan. Bila ada kasus yang tidak dapat ditangani bisa dirujuk ke puskesmas.

D. Definisi kesehatan masyarakat

Kesehatan masyarakat adalah upaya upaya untuk mengatasi masalah masalah sanitasi yang menganggu kesehatan. Dengan kata lain, kesehatan masyarakat adalah sama dengan sanitasi. Upaya memperbaiki dan meningkatkan sanitasi lingkungan merupakan kegiatan kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu masyarakat sebagai objek penerapan ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang sangat kompleks. Ahirnya kesehatan masyarakat masyarakat di artikan sebagai aplikasi keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanutasi, dan ilmu sosial dalam mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat.

Dari pengalaman pengalaman praktik kesehatan masyarakat yang berjalan sampai pada awal abad ke-20,winslow (1920) ahirnya membuat batasan masyarakat sampai sekarang masih relevan, yakni: kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni: mencegah panyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui usaha usaha pengorganisasian masyarakat untuk:

a) perbaikan sanitasi lingkungan.

b) pemberantasan penyakit penyakit menular.

c) Pendidikan untuk kebersihan perorangan

d) Pengorganisasian pelayanan pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan pengobatan.

e) Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi

kebutuhan hidup yang layak dan memelihara kesehatannya. Dari batasan tersebut tersirat bahwa keshatan masyrakat adalah kombinasi

antara teori (teori) dan praktek (seni)yang bertujuan untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, dan meningkatkan kesehtan masyrakat.ketiga mempunyai pengertian yang luas. Untuk mencapai ketiga tujuan pokok tersebut, winslow menyusulkan cara untuk pendekatan yang dianggap paling efektif adalah melalui upaya upaya pengorganisasian.

E. Ruang lingkup kesehatan masyarakat

Seperti disebutkan diatas bahwa kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni. Oleh sebab itu, ruang lingkup kesehatan masyarakat dapatdilihat dari dua hal tersebut.sebagai ilmu, kesehatan masyarakat pada mulanya hanya mencakup dua disiplin keilmuan, yakni ilmu biologis da ilmu sosial. Akan tetapi sesuia dengan ilmu kesehatan masyarakat pun berkembang. Sehingga sampai saat ini disiplin ilmu yang mendasari ilmu kesehatan masayakat antara lain, mencakup ilmu biologi,fisika,kimia,ilmu lingkungan, sosiologi, antropologi, psikologi, ilmu pendidikan dan sebagainya. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat mempunyai ilmu yang multidisiplin.

Secara garis besar, disiplin ilmu menompang ilmu kesehatan masyarakat, atau sering disebut pilar utama ilmu kesehatan masyarakat antara lain:

a) Epidemiologi

b) Biostatistik/ statistik kesehatan

c) Kesehatan lingkungan

d) Pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

e) Administrasi kesehatan masyarakat

f) Gizi masyarakat

g) Kesehatan kerja

Masalah kesehatan masyarakat adalah multikausal maka pemecahannya harus secara multidisplin. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat sebagai seni atau praktiknya mempunyai bentangan yang luas.

Secara garis besar, upaya upaya yang dapat dikategorikan sebagai seni atau penerapan ilmu kesehatan masyarakat antara lain:

a) Pemberatasan penyakit, baik menular maupun tidak menular.

b) Perbaikan sanitasi lingkungan.

c) Perbaikan lingkungan pemukiman.

d) Pemberantasan vektor

e) Pendidikan (penyeluhan) kesehatan masyarakat.

f) Pelayanan kesehatan ibu dan anak.

g) Pembinaan gizi masyarakat.

h) Pengawasan sanitasi tempat tempat umum.

i) Pengawasan 0bat dan minuman. j) Pembinaan peran serta masyarakat, dan sebagainya.

BAB 2 EPIDEMIOLOGI

A. Pengertian dan Peranan Epidemiologi.

Pada mulainya epidemiologi diartikan sebagai studi tentang epidemi, hal ilni bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja, tetapi dalam pengembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit- penyakit noninfeksi, sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit pada manusia dalam konteks lingkungannya.

Dalam batasan epidemiologi ini sekurang-kurannya mencakup tiga elemen, yakni:

a. Mencakup semua penyakit. Epidemiologi mepelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit infeksi, seperti kanker, kekurangan gizi, kecelakaan lalu lintas, maupun kecelakaan kerja, dan lain-lain;

b. Populasi. Apala kedokteran klinik berorientasi pada gambara-gambaran penyakit individu, maka epidemiologi ini memusat perhatiannya pada distribusi panyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.

c. Pendekatan Ekologis. Frekuensi dan konstribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada kesehatan lingkungn manusiabaik lingkungan fisik, biologis, maupun lingkungan sosial

1. Penyebar penyakit.

Dalam epidemiologi biasanya timbul pertanyaan yang pelu direnungkan :

1) Siapa (who), siapkan yang menjadi sasaran penyakit itu atau orang yang terkena penyakit.

2) Dimana (where). Dimana penyebaran atau terjadinya penyakit.

3) Kapan (when), kapan penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut. Jawaban

atau pertanyaan ini merupakan faktor-faktor yang menentukanterjadinya suatu penyakit tentukan oleh tiga faktor utama, yakni; orang, tempat, dan waktu.

2. Kegunaan.

Peranan epidemiologi, khususnya dalam kontek program kesehatan dan keluarga berncana adalah sebagai toll (alat) dan sebagai metode atau pendekatan. Demikian pila dengan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitka dengan masalah, dimana atai dalam lingkungan, bagaimana penyebran masalah dan bilamana masalah tersebut terjadi. Kegunaan epidemiologi dalam program kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti, prevalensi, poin of prevalence, dan sebagainyadapat dipergunakan dalam perhitungan-perhitungan: prevalensi, kasus baru, case fatality rate, dan sebagainya.

B. Metode-metode epidemiologi.

Didalam epidemiologi terdapat dua tipe poko pendekatan atau metode, yakni:

1. Epidemiolog deskrptif Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakitberubah menurut variabel-variabel epidemiologi yang terdiri pada orang (person), tempat (place), dan waktu (time).

2. Epidemiologi Analitik. Pendekatan atau studi dipergunakan untuk menguji data dan informasi- informasi yang iperoleh studi epidemiologi deskriptif.

Ada tiga studi tentang epidemiologi, yakni:

a. Studi riwayat kasus (case history stidies);

b. Studi kohor (kohort studies).

3. Epidemiologi Eksperimen Studi ini digunakan dengan menggunkan eksperimen kepada kelompok subjek, kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan). Contoh : untuk menguji suatu keampuhan suatu vaksin, dapat diambil suatu kelompok anak kemudian kemudian vaksin tersebut. Sementara itu diambil sekelompok anak pula sebagai kontrol yang hanya diberika placebo. Setelah beberapa tahun kemudian, dilihat timbulnya penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan vaksi tersebut, kemudian dibandingkan antara kelompok percobaan dengan kelompok kontrol.

C. Pengukuran epidemiologi.

Dalam hubungan dengan kesakitan akan dibicarakan incidence rate, prevalence rate (poin priod prevalence rate), attack rate, dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, disease spesific rate dan adjusted death rate. Sebelumnya membicarakan masing-masing tersebut, perlu dikemukakan hal-hal seperti berikut:

1) Untuk penyusunan rate dibutuhkan tiga elemen, yakni: (a). jumlah orang

yang terkena penyakit atau terserang. (b).jumlah penduduk dari mana penderita berasal, dan (c). waktu atau priode dimana orang tersebut terkena panyakit.

2) Apabila pembilang terbatas pada umur, seks, atau golongan tertentu maka penyebut juga harus terbatas pada umur, seks, atau golongan yang sama.

3) Bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat menyerang atau terjangkit

penyakit, maka penyebut tersebut dinamakan sebagai populasi yang mempunyai resiko (population at risk).

D. Epidemiologi penyakit-penyakit menular.

1. Konsep Dasar Terjadinya Penyakit.

Suatu penyakit timbul akibat dari interkasi dari beberapa faktor baik dari agent. induk semang atau lingkungan, pendapat ini tergambar didalam istilah yang dikenal laus dewasa ini, yaitu penyebab majmuk, sebagai penyebab dari lawan tunggal. Didalam usaha para ahli didalam mengumpulkan pengetahuan mengenai timbulnya penyakit, mereka telah membuat model-model timbulnya penyakit, dan atas dasar model-model tersebut dilakukan eksperimen terkendali untuk menguji sampai dimana kebenaran dari model-model tersebut.

Tiga model yang dikenal dewasa ini ialah (1) segit tiga epidemiologi (the epidemiologi c triangle), (2) jaring-jaring sebab akibat (the web of causation) dan, (3) roda (the wheel).

Dengan model-model tersebut hendaknya ditunjukkan bahwa pengetahuan yang lengkap mengenai mekanisme-mekanisme terjadinya penyakit hendaklah tidak diperlukan bagi usaha-usaha yang efektif. Oleh karena banyaknya interaksi- interaksi ekologis, maka seringkali kita dapat mengubah penyebaran penyakit dengan mengubah aspek-aspek tertentu dari interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya, tanpa interfeksi langsung pada panyebab penyakit.

2. Penyakit Menular.

Yang dimaksud dengan penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari orang satu keorang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat berpindah.

Suatu penyakit dapat menular dai orang satu ke pada yang lain karena tiga faktor berikut: Suatu penyakit dapat menular dai orang satu ke pada yang lain karena tiga faktor berikut:

b. Host (induk semang);

c. Route of tranmision (jalannya penularan). Penularan tersebut dapat dianalogikan seperti perkembangan suatu tanaman, Agent diumpamakan seperti biji, Host sebagai tanah, Rout Of Tranmision sebagai iklim.

E. Imunisasi

1. Pengertian.

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau teristen terhadapa suatu penyakit, tetapi belum kebal terhadap penyakit yang lain.

2. Macam-macam kekebalan.

Kekbalan terhadapa suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi dua, yakni:

a. Kekebalan tidak spesifik (non-spesifik resistence). Yang disebut dengan faktor-faktor non-khusus adalah petahanan tubuh pada manusia yang secara ilmiah dapat melindungi badan dari suatu penyakit.

b. Kekebalan spesifik Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber, yakni

1) Genetik. Kekebalan yang bersumber dari Genetik biasanya berhubunga dengan ras (warna kulit) dan kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro) cendrung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax.

2) Kekebalan yang diperoleh. Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yanag bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif, kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu, misalnya anak yang baru sembuh dari penyakit campak akan 2) Kekebalan yang diperoleh. Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yanag bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif, kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu, misalnya anak yang baru sembuh dari penyakit campak akan

3. Faktor-Faktor yang memengarui kekebalan.

Banyak faktor yang memengaruhi kekebalan, antara lain umur, seks, kehamilan, gizi, dan trauma.

1) Umur. Untuk beberapa penyakit tertentu pada bayi (anak balita), dan orang tua lebih mudah terserang, sedangka pada usia sangat muda atau usia lebih rentan, kurang kebal terhadap penyakit-penyakit menular tententu.

2) Seks. Untuk penyakit-penyakit menular tertntu seperti polio dan diphteria lebih parah terjadi pada wanita dari pada laki- laki‟

3) Kehamilan. Wanita yang sedang hamil umumnya lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu, misalnya penyakit polio, pnemonia, malaria, sert amebiosis. Sebaliknya untuk penyakit typhoid dan meningitis jarag terjadi pada wanita hamil.

4) Gizi. Gizi yang baik umumnya akan meningkatkan resistensi ubuh terhadap penyakit-penyakit infeksi, seliknya kekurangan gizi berakibat kerentanan seseorang terhadap penyakit.

5) Trauma. Stes, salah satu trauma merupakan penyebab kerentanan seseorang terhadap suatu peyakit infeksi tertentu.

Kekebalan masyarakat (heard immunity). Kekebalan yang terjadi pada tingkat komunity disebut “heard immunity”,

apabila heard immunity masyarakat rendah, masyarakat tersebut akan mudah terjadi wabah.

Masa inkubasi Masa inkubasi adalah jrak waktu dari mulai terjadinya infeksi didalam diri

orang sampai munculnya gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit orang tersebut.

4. Jenis-jenis imunisasi.

Pada dasarnya ada dua jenis imunisasi.

a. Imunisasi pasif. Imunisasi pasif ini adalah „immono globulin‟ jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak pada anak-anak.

b. Imunisasi aktif Imunisasi yang diberikan pada anak adalah :

- BCG, untuk penyakit TBC - DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit difteri, partusis, dan tetanus. - Polio, untuk mencegah penyakit paliopolitis. - Campak, untuk mencegah penykit campak

5. Tujuan program imunisasi.

a) Tujuan Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, pada saat ini penyakit-penyakit ini adalah disentri, tetanus, batuk rejan,campak, dan tuberkulosis.

b) Sasaran. - Bayi dibawah umur 1 tahun (0-11 bulan). - Ibu hamil (awala kehamilan – 8 bulan). - Wanita usia subur (calon menepati wanita) - Anak sekolah dasar kelas I dan VI

c) Pokok-poko kegiatan. - Pencegahan terhadap bayi (imunisasi lengkap). - Pencegahan penyakit untuk anak sekolah dasar. - Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil da PUS/ calon mempelai wanita.

d) Jadwal pemberian imunisasi seperti terlihat pada bagan selanjutnya.

e) Petunjuk pemberian vaksinasi difteri, terutama pada anak SD, sperti yang sudah ditentukan.

6. Pemantauan

Pemantauan harus dilakukan oleh semua petugas baik pimpinan program, supervisor, dan petugas vasinasi. Tujuan pemantauan adlah untuk mengetahui:

a) Sampai mana keberhasilan progrm imunisasi.

b) Mengetahui permasalahan yang ada.

c) Hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengetahui program

d) Bantuan yang diharapkan petugas tungkat bawah. Cara pemantauan cakupan imunisasi dapat dilakukan degan beberpa cara: - Cakupan dari bula ke bulai dibandingkan dengan garis target, dapat

digambarkan msing-masing bulan atau dengan cara kumulatif. - Hasil cakupan per triwulan untuk masing-masing desa.

BAB 3 STATISTIK KESEHATAN

A. Pengertian, tujuan, dan peranan statistic

Secara umum arti statistic dibedakan menjadi dua bagian besar, yaitu:

1. Arti sempit Merupakan data ringkasan berbentuk angka, misalnya: jumlah karyawan

BKKBN, jumlah akseptor KB, jumlah peserta aktif KB didesa/kelurahan, jumlah balita ynag ditimbang pada bulan tertentu dan lain sebagainya.

2. Arti luas Merupakan ilmu yang memepelajari cara pengumpulan, pengolahan,

penyajian, dan analisis data termasuk cara pemngambilan kesimpulan dengan memperhitungkan unsure ketidak pastian berdasarkan konsep probabilitas.

1. Konsep statistic

Merupakan suatu pendekatan modern untuk menyajikan mengenai konsep- konsep dasar dan metode statistic secara lebih jelas dan langsung dapat membantu seseorang didalam pengembangan daya kritik dalam suatu kegiatanpengambilan keputusan dengan menggunakan cara-cara kuantitatif.

Penggunaan statistic ini adalah sangat penting sifatnya dalam rangka membantu memeberi bobot dalam mengambil keputusan. Statistic menurut definisi dibagi menjadi dua bagian atau subkategori:

1. Descriptive statistic Adalah penggunaan statistic untuk tujuan menggambarkan sesuatu yang

spesifiksaja, dan tidak memikirkan mengenai implikasi atau kesimpulan yang mewakili sesuatu yang besar dan umum.

2. Inferencial statistic Adalah suatu cara penggambaran sustu kesimpulan dari suatu set data

yang sedang diteliti dan hasilnya dapat dibuat suatu generalisasi.

2. peranan statistik

Manfaat dan peranan statistic adalah membantu para pengelola dan pelekasana suatu program khususnya dalam mengambil keputusan yang selanjutnya dipakai dasar perencanaan, pelakasanaan, dan evaluasi berbabagai kegiatan yang dilakukan.

Statistic sebagai bahan perancanaan Statistik seperti telah dijelaskan pada butir terdahulu adalah pengetahuan

yang berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan penganalisisan, penyajian dan penarikan kesimpulan serta pembuatan keputusan berdasarkan data dan kegiatan anallisis yang dilakukan. Dengan kata lain, setiap data yang dibutuhkan adalah data yang dapat dipercaya dan tepat waktu.

Statistic sebagai bahan monitoring Seperti telah tersebut dalam arti sempit bahwa statistic adalah data

ringkasan berbentuk angka, maka hal ini sangat membantu didalam kegiatan monitoring. Oleh karena secara umum yang dilakukan dalam kegiatan monitoring adalah memonitor seluruh kekuatan dan kelemahan program yang menyangkut berbagai variabel yang berbentuk data ringkasan. (Misalnya: jumlah bayi yang ditimbang, jumlah penduduk, jumlah peserta KB, jumlah balita yang diimunisasi dan lain sebagainya).

Statistic sebagai bahan evaluasi Dengan mengetahui berbagi data yang dapat dipercaya maka

selanjutnyakita dapat menganalisis dan memutuskan yang baik dan yang buruk. Selain itu melalui berbagai data yang ada kita dapat membandingkan dan selanjutnya suatu generalisasi dari sampel yang kecil terhadap populasi.

B. Statistic kesehatan

Statistic kesehatan adalah suatu cabang dari statistic yang berurusan denagn cara-cara pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan interpretasi fakta-fakta numeric sehubungan dengan sehat dan sakit, kelahiran, kematian, dan factor- faktor ayng sehubungan dengan itu pada populasi manusia.

Statistic kesehatan juga mencakup statistic kehidupan dan data lainyang berkaitan denagn data itu. Statistic kesehatan ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain:

1. Institusi-institusi keseahatan; pencatan-pencatatan dari rumah sakit. Puskesmas, apotek, poliklinik, rumah bersalin dan sebagainya.

2. Program-program khusus pelayanan kesehatan sekolah, pemberantasan penyakit-penyakit menular, dan sebagainya.

3. Survey epidemiologi: informasi yang diperoleh dari lapanagan (masyarakat).

4. Survey kesehatan rumah tangga (house hold survey), yang diadakan pada periode waktu tertentu, misalnya tiap 3 tahun, 4 tahun, atau 5 tahun.

5. Institusi-institusi yang emngumpulakn data dengan tujuan-tujuna khusus, seperti perusahaan-perusahaan asuransi, tempat-tempat pencatatan kelahiran dan kematian di kelurahan, kantor urusan agam untuk pencatatan perkawinan dan perceraian, tempat karantina penyakit- penyakit menular dan sebagainya.

C. Pengolahan dan analisis data

Pengoalahan dan statistic dapat dilakukan denagn cara menual atau dengan bantuan perangkat lunak (software) computer. Pengoalahan data secara manual dewasa ini sudah jarang dilakukan. Namun, untuk data yang berskala kecil dan kelangkaan prasarana computer dan kemampuan (ketrampilan) sumber daya manusia, pengolahan secara manual masih di gunakan (dilakukan). Terdapat beberapa cara pengolahan data secara manual yaitu:

1. Membuat tabel distribusi frekunesi

Misalnya: angka berat badan dari 32 orang balita yang berumur 4 bulan.

2. Cara menentukan banyaknya kelas

3. Membuat kelas interval

4. Mencari nilai rata-rata (mean)

Mean adalah rata-rata hitung atau disebut sebagai nilai kecenderungan memusat (tendency central)

5. Median ( harga tengah atau nilai tengah)

Median adalah suatu nilai tengah yang membagi distribusi atas dua bagian yang sama sehingga nilai tengah tersebut merupakan batas 50% dari distribusi yang berada disebelah median dan 50% dari distribusi yang berada dibawah medium.

6. Mode

Mode (modus) adalah suatu ukuran rata-rata yang menyatakan data yang paling sering terdapat atau muncul dari kelompok data.

7. Standar deviasi (SD)

Standar deviasi adalah ukuran yang dapat dipakai untuk mengethui tingkat penyebaran nilai-nilai (data) terhadap rata-rata.

8. Regresi

Regresi adalah metode yang mempelajari bentuk hubungan antara dua variabel atau dikenal dengan analisis regresi. Analisis regresi dibedakan atas :

a) Regresi linear sederhana: jika kita membicarakan ola dari hubungan

dua variabel yang mempunyai hubungan linear ( suatu pola atau model regresi yang melihatkan dua varibel kuantitatif).

b) Regresi linear berganda: jika kita membicarakan pola hubungan tiga

variabel atau lebih yang mempunyai hubungan linear. Sedangkan menurut bentuk polanya, regresi dibagi menjadi dua:

a) Regresi linear : jika pola hubungannya dikatakan dalam bentuk linear

(garis lurus).

b) Regresi non linear : jika pola hubungannya tidak dinyatakan dalam

bentuk tidak linear. (ini fungsi kuadratik, fungsi logaritma, dan sebagainya).

9. Mencari korelasi

D. Penyajian Data

Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk pada umumnya dikelompokan menjadi tiga, yakni penyajian dalam bentuk teks (textular), penayjian dalam bentuk tabel dan penyajian dalam bentuk grafik. Secara umum penggunaaan ketiga bentuk penyajian itu berbeda.

1. Penyajian secara textular biasanya dugunakan untuk penelitian atau data kualitatif.

2. Penyajian dengan bentuk tabel digunakan untuk data yang sudah dikualifikasikan dan ditabulasi.

3. Penyajian dalam bentuk grafik digunakan apabila data akan diperlihatkan atau dibandingkan secara kuantitatif lebih visual.

Meskipun demikian pada praktiknya ketiga bentuk penyajian ini dipakai secara bersama –sama karena memang saling melengkapi.

1. Penyajian Dalam Bentuk Textular

Penyajian secara textular adalah penyajian data hasil penelitian dalam bentuk kalimat. Misalnya penyebaran penyakit malaria didaerah pantai lebih tinggi bila dibandingkan dengan penduduk pedesaan pedalaman.

2. Penayajian Dalam Bentuk Tabel

Penyajian dalam bentuk tabel adalah suatu penyajian yang sistematik dari data numeric yang tersususn dalam bentuk kolom atau jajaran.berdasarkan penggunaannya tabel statistic dibagi menjadi dua, yakni:

1. Tabel umum ( master tabel) Yang dimaksud tabel umum disini adalah suatu tabel yag berisi seluruh

data atau veriabel hasil penelitian. Pentinganya tabel ini adalah :

a. Menyajikan data aslinya, sehingga dapat diapakai untuk rujukan tabel khusus.

b. Menjadi sumber keterangan untuk data asli.

c. Sebagai penyusunan tabel khusus. Oleh karena itu, tabel umum ini mempunyai ciri- ciri sebagai berikut”

1) Berisi keteranagan aneka ragam tentang subjek yang sama atau verisi semua variabel yang diteliti ( data yang dikumpulkan).

2) Untuk data kuantitatif berisi angka absolute.

3) Berisi ketearangan yang mudah dipakai untuk rujukan.

4) Nilai yang dimasukkan adalah nilai asli dan belum dibulatkan. No.

suku Ekonomi

dsb. Urdu

sunda Rendah -

Jawa Rendah -

bugis Rendah -

Dst. Contoh:

Tabel 1 Ciri Penderita Demam Berdarah, Kecamatan Cakung, Jakarta 1987

2. Tabel khusus Tabel khusus merupakan penjabaran atau bagian dari tabel umum. Cirri

utama adalah angka-angka dapat dibulatkan, dan hanya berisi beberapa tabel saja. Gunanya untuk meggambarkan adanya hubungan atau asosisasi khusus, dan menyajiakan data yang terpilih dalam bentuk sederhana.. tabel ini bentuknya bermacam-macam, anatar lain:

1) Tabel Univariat Adalah suatu tabel yang menggambarksn penyajian data untuk satu variabel saja.

Contoh

Tabel 2 Distribuso Umur Responden, Jakarta 1987

umur ( dlm. Th)

2) Tabel Bivariat Adalah suatu tabel yang menyajikan data dari sua variaber secara silang. Oleh sebab itu tabel ini sering disebut tabel silang (cross tabel).

Contoh:

Tabel Distribusi Pendidikan Responden Berdasarkan Status Social Ekonomi, Jakarta 1987

status sosek

Tinggi Jumlah Pendidikan

Rendah

Menengah

Buta huruf

29 8 3 40 Tidak tamat SD

20 23 20 63 Tamat SD

24 15 19 58 Tamat SLTP/sederajat 5

18 19 42 Tamat

SLTA/ sederajat

3 15 12 30 Jumlah

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tabel khusus antara lain:

a. Tabel khusus harus sederhana mungkin, artinya lebih baik membuat dua atau lebih tabel daripada satu tabel khusus yang padat dan rumit.

b. Tabel khusus harus jelas sehingga mudah dimengerti, artinya tiap kolom dan baris harus ada judul yang jelas.

c. Apabila tabel tersebut diambil dari sumber lain (bukan hasil penelitian sendiri) harus disebutkan sumbernya atau rujukannya

3. Penyajian Dalam Bentuk Grafik

Penyajian data secara visual dilakukan melalui bentuk grafik, ganbar, diagram. Modifikasi bentuk penyajuan data dengan grafik ini beraneka ragam antara lain:

a. Grafik atau diagram garis dan kurva.

b. Diagram balok (bar diagaram)

c. Diagram area atau diagram daerah.

d. Piktogram (diagaram gambar).

e. Histogram dan frekuensipoligon.

E. Ukuran-ukuran Statistik Kesehatan

Purata atau rate adalah ukuran umum yang sering digunakan dalam analisis statistic, khususnya statistic kesehatan. Rate adalah suatu jumlah kejadian yang dihubungkan dengan populasi Yang bersangkutan.

jumlah kejadian ( kasus) x

Rate populasi yang beresiko 1.000

Rate yang dihitung dari total populasi dalam suatu area sebagai denomianator (penyebut) disebut crude rate atau angka kasar (purata kasar). Sedangkan rate yang dihitung dari dari kelompok atau segmen tertentu disebut specific rate atau angka spesifik (purata spesifik).

Angka kasar yang sering digunakan dalam kesehatan masyarakat :

1. Crude rate yang sering digunakan digunakan dalam kesehatan masyarakat adalah:

a. Crude birth rate (angka kelahiran kasar) a. Crude birth rate (angka kelahiran kasar)

x 1.000

jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut

b. Crude death rate (angka kematian kasar)

jumlah kematian yang dilaporkan selama 1 tahun x 1.000

jumlah penduduk pada pertengahan tahun tersebut

c. Natural increase rate (pertembahan penduduk secara alamiah)

jumlah kelahiran dikurangi jumlah

kematian

x 1.000 jumlah penduduk pada pertengahan

tersebut

2. Specific rate yang sering digunakan kesehatan masyarakat:

a. Berkaitan dengan bayi dan anak

1) Infant mortality rate (angka kematian bayi): jumlah bayi mati umur dibawah 1

tahun

x 1.000

jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

2) Neonatal mortality rate (angka kematian neonatal):

jumlah bayi mati umur dibawah 1 bulan

x 1.000

jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

3) Post neonatal mortality rate ( angka kematian pasca neonatal):

jumlah anak mati umur 1 bulan - 1 tahun

x 1.000 jumlah kelahiran hidup selama 1 tahun

b. Berkaitan dengan kehamilan dan kelahiran

1) Still birth rate (angka lahir mati)

jumlah lahir mati pada umur kehamilan cukup

x 1.000 jumlah bayi lahir hidup dan lahir mati

2) Perinatal mortality rate ( angka kematian perianatal)

jumlah bayi lahir hidup & mati dibawah satu tahun

x 1.000

jumlah bayi hidup dan mati

3) Maternal mortality rate ( angka kematian ibu)

jumlah kematian ibu karena kehamilan, kelahiran

x 1.000

jumlah lahir dan mati

4) Fertility rate ( angka kesuburan)

jumlah kelahiran dalam 1 tahun

x 1.000 jumlah wanita berumur : 15-49

tahun

1) Umum:

1) Age specific death rate ( angka kematian berdasarkan kelompok umur)

jumlah kematian pada kelompok umur tertentu

x 1.000 jumlah populasi pada kelompok umur

tertentu

2) Sex specific death rate ( angka kematian berdasarkan jenis kelamin) :

jumlah kematian pada golongan seks tertentu

x 1.000 jumlah populasi pada golongan seks tertentu

BAB 4 MANAJEMAN KESEHATAN MASYARAKAT

A. Pengertian Manajemen Kesehatan

Dalam kegiatan apa saja, agar kegiatan tersebut dapat mencapai tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga kegiatan dan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan baik Prosess pengaturan kegiatan ilmiah ini disebut manajemen, sedangkan proses untuk mengatur kegiatan- kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat disebut 'Manajemen Pelayanan Kesehatan Masyarakat'.

Manajemen adalah suatu kegiatan untuk mengatur orang lain guna mencapai tujuan atau menyelesaikan pekerjaan. Apabila batasan ini diterapkan dalam bidang kesehatan masyarakat dapat dikatakan sebagai berikut. "Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non-petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan."

Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu yang terdiri dari berbagai elemen (sub-sistem) yang saling berhubungan dalam suatu proses atau struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh sebab itu, kalau berbicara sistem pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari sub-sistem dalam suatu unit atau' dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan kesehatan masyarakat baik preventif kuratif, promotif maupun rehabilitatif. Sehingga sistem pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk

Puskesmas, Rumah Sakit, Balkesmas, dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang mengupayakan peningkatan kesehatan.

Fungsi-fungsi manajemen itu pada garisnya terdiri dari:

a. Perencanaan (Planning)

b. Pengorganisasian (Organizing)

c. Penyusunan personalia (Staffing)

d. Pengkoordinasian (Coordinating)

e. Penyusunan anggaran (Budgeting)

B. Perencanaan Kesehatan

Perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik. Dari batasan ini dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan antara lain:

a. Perencanaan harus didasarkan kepada analisis dan pemahaman sistem dengan baik.

b. Perencanaan pada hakikatnya menyusun konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan misi organisasi.

c. Perencanaan secara implisit mengemban misi organisasi untuk mencapai hari depan yang lebih baik.

Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah `Rencana' (plan). Perencaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain: Secara sederhana dan awam dapat dikatakan bahwa perencanaan adalah suatu proses yang menghasilkan suatu uraian yang terinci dan lengkap tentang suatu program atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, hasil proses perencanaan adalah `Rencana' (plan). Perencaan atau rencana itu sendiri banyak macamnya, antara lain:

1) Rencana jangka pendek (Long term planning), yang berlaku antara 10-25 tahun.

2) Rencana jangka menengah (Medium range planning), yang berlaku antara 5-7 tahun.

3) Rencana jangka pendek (Short range planning), umumnya berlaku hanya untuk 1 tahun.

b. Dilihat dari tingkatannya

1) Rencana induk (masterplan), lebih menitikberatkan uraian kebijakan organisasi. Rencana ini mempunyai tujuan jangka panjang dan mempunyai ruang lingkup yang luas.

2) Rencana operasional (operational planning), lebih menitikberatkan pada pedoman atau petunjuk dalam meIaksanakan suatu program.

3) Rencana harian (Day to day planning) ialah rencana harian yang bersifat rutin.

c. Ditinjau dari ruang lingkupnya

1) Rencana strategis (strategi planning), berisikan uraian tentang kebijakan tujuan jangka panjang dan waktu pelaksanaan yang lama. Model rencan.a ini sulit untuk diubah.

2) Rencana taktis (tactical planning) salah rencana yang berisi uraian yang bersifat jangka pendek, mudah menyesuaikan kegiatan-kegiatannya, asalkan tujuan tidak berubah.

3) Rencana menyeluruh (comprehensive planning), ialah rencana yang mengandung uraian secara menyeluruh dan lengkap.

4) Rencana terintegrasi (integrated planning), ialah rencana yang mengandung uraian yang menyeluruh bersifat terpadu, misalnya dengan program lain di luar kesehatan.

Meskipun ada berbagai jenis perencanaan berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, namun praktiknya sulit untuk dipisah-pisahkan seperti pembagian tersebut.

1. Proses Perencanaan

Perencanaan dalam suatu organisasi adalah suatu proses, dimulai dari identifikasi masalah, penentuan prioritas masalah, perencanaan pemecahan masalah, implementasi (pelaksanaan pemecahan masalah) dan evaluasi. Dari hasil evaluasi tersebut akan muncul masalah-masalah baru, kemudian dari masalah- masalah tersebut dipilih prioritas masalah, dan selanjutnya kembali ke siklus semula.

Di bidang kesehatan khususnya, proses perencanaan ini pada umumnya menggunakan pendekatan pemecahan masalah (problem solving), seperti digambarkan di atas. Secara terinci langkah-langkah perencanaan kesehatan adalah sebagai berikut :

a) Indentifikasi Masalah Perencanaan pada hakikatnya adalah suatu bentuk rancangan pemecahan