Aku Mampu Berserah Diri karena Iman
Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I
88
Iman bukan hanya sebatas kata-kata atau pengakuan atau bahkan aturan yang berlaku. Tetapi iman lebih pada hubungan pribadi antara kita dengan Tuhan. Iman
menuntut kesetiaan kita dengan Tuhan Sang Sumber Kehidupan. Kisah mengenai Pollicarpus yang setia kepada Tuhan menjadi contoh manusia beriman yang sejati.
Mengapa Kita Perlu Beriman?
Kita adalah manusia yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai makhluk yang sempurna, kita mengalami sejarah penyelamatan dalam peristiwa hidup kita masing-
masing. Perlu diingat, bahwa Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan citra-Nya. Sejak kita diciptakan, Tuhan senantiasa menyertai dan memberikan keselamatan
kepada kita. Ada peristiwa yang sangat penting untuk diingat, yaitu saat manusia mengalami penyelamatan yang luar biasa melalui wafat dan kebangkitan Yesus
Kristus. Penyelamatan ini membawa manusia pada pembebasan dari penderitaan akibat dosa. Kita yang mengimani Yesus Kristus juga akan memperoleh penye-
lamatan dari-Nya. Iman inilah yang menjadi tanggapan kita terhadap cinta dan kasih Tuhan.
Apa Unsur Penting dalam Hidup Beriman?
Ada 3 aspek unsur penting dalam hidup orang beriman. Ketiga aspek tersebut adalah pengalaman religius, iman, dan pengetahuan. Pertama, mengenai pengalaman
religius. Seseorang dikatakan beriman jika dia mengalami banyak pertemuan per jumpaan dengan Tuhan. Dari perjumpaan tersebut orang mengenal dan akrab
dengan Tuhan. Kedua, berkaitan dengan iman. Dari perjumpaan dengan Tuhan seseorang kemudian mempunyai ikatan yang mendalam dengan Tuhan. Secara total
ia menyerahkan dirinya ke dalam tangan Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam berbagai pengalaman hidupnya. Ketiga, berkaitan dengan pengetahuan. Seseorang
yang beriman harus mengetahui lebih banyak tentang siapa yang diimaninya. Sudahkah kita mengenal Dia Tuhan yang kita imani? Sudahkah kita mengandalkan
kekuatan Tuhan dalam hidup kita? Dan sudahkah kita mempunyai relasi hubungan akrab dengan-Nya?
89
Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I
Allah Mencobai Abraham Kej 22:1-14
Allah mencobai Abraham. Ia ber ¿ rman kepadanya: “Abraham,” lalu
sahutnya: “Ya, Tuhan.” Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia
di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang
pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya. Ia membelah juga kayu untuk korban bakaran, lalu berangkatlah ia dan pergi
ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata
Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah
itu kami akan kembali kepadamu.” Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di
tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama- sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut
Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: “Allah
yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Maka sampailah mereka ke
Allah Mencobai Abraham Kej 22:1-14
Allah mencobai Abraham. Ia ber ¿ rman kepadanya: “Abraham,” lalu
sahutnya: “Ya, Tuhan.” Firman-Nya: “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia
di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.” Keesokan harinya pagi-pagi bangunlah Abraham, ia memasang
pelana keledainya dan memanggil dua orang bujangnya beserta Ishak, anaknya. Ia membelah juga kayu untuk korban bakaran, lalu berangkatlah ia dan pergi
ke tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Ketika pada hari ketiga Abraham melayangkan pandangnya, kelihatanlah kepadanya tempat itu dari jauh. Kata
Abraham kepada kedua bujangnya itu: “Tinggallah kamu di sini dengan keledai ini; aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah
itu kami akan kembali kepadamu.” Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di
tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama- sama. Lalu berkatalah Ishak kepada Abraham, ayahnya: “Bapa.” Sahut
Abraham: “Ya, anakku.” Bertanyalah ia: “Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?” Sahut Abraham: “Allah
yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku.” Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. Maka sampailah mereka ke
Abraham mempersembahkan anaknya.
Dokumen penulis
Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I
90
tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di
mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN
dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Lalu Ia ber
¿ rman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-
segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya
tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu:
”TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ”Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.”
Abraham menunjukkan contoh penyerahan diri secara total dan tulus kepada Tuhan. Melalui kisah Abraham, Tuhan ingin membuktikan kesetiaan Abraham
dengan meminta Abraham mengorbankan anaknya, yaitu Ishak. Abraham pun merasa diri wajib melaksanakan perintah Tuhan membawa Ishak untuk dipersembahkan.
Abraham melakukan perintah Allah bukan karena takut atau tidak menyayangi anaknya. Abraham merasa bahwa dirinya milik Tuhan. Dengan demikian, Abraham
merasa perlu mengembalikan segalanya kepada Tuhan. Tindakan Abraham juga menunjukkan bahwa kita senantiasa harus membalas kasih Tuhan dengan iman.
Kisah ini semakin menegaskan bahwa kita hendaknya memiliki iman seperti Abraham. Hendaknya kita setia kepada Tuhan dengan sepenuh hati dan total.
Ayo kita renungkan
Abraham menunjukkan sikap orang beriman secara total. Itulah sebabnya kita juga patut meneladan sikap Abraham atau Pollicarpus yang setia kepada Tuhan.
Namun dalam kehidupan sehari-hari bagaimana sikapmu kepada Tuhan? Pernahkah kamu melanggar perintah Tuhan? Jika pernah, ceritakan mengapa
tempat yang dikatakan Allah kepadanya. Lalu Abraham mendirikan mezbah di situ, disusunnyalah kayu, diikatnya Ishak, anaknya itu, dan diletakkannya di
mezbah itu, di atas kayu api. Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Tetapi berserulah Malaikat TUHAN
dari langit kepadanya: “Abraham, Abraham.” Sahutnya: “Ya, Tuhan.” Lalu Ia ber
¿ rman: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-
segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya
tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya. Dan Abraham menamai tempat itu:
”TUHAN menyediakan”; sebab itu sampai sekarang dikatakan orang: ”Di atas gunung TUHAN, akan disediakan.”
Ayo kita renungkan
91
Ay o B e l a j a r A g a m a K a t o l i k u n t u k S D K e l a s V I
Ayo kita pikirkan
1. Apa yang dimaksud dengan ”iman”? 2. Mengapa kita harus beriman?
3. Bagaimana kita bisa mempunyai iman seperti Abraham?
Ayo kita lakukan
Menyadari kasih Tuhan kepada kita, buatlah agenda jadwal doa malam dan pagi yang sungguh-sungguh akan kamu laksanakan. Tuliskan evaluasi setiap harinya
secara jujur Kegiatan ini untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan menguji kesetiaan kita kepada Tuhan.
Contoh:
Hari tanggalwaktu Terlaksanatidak
Alasan
Senin12 Februari 2010pagi Tidak terlaksana
Bangun siang, buru-buru ke sekolah