Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan APN oleh Bidan di Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2009

(1)

KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2009

RITHA MAGDALENA SINAGA 085102058

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan APN oleh Bidan di Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2009 Nama : Ritha Magdalena Sinaga

NIM : 085102058

Program : D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran USU

Pembimbing Penguji,

……..………. ………..Penguji I (dr. Idau Ginting,M.Kes) (dr. Juliandi Harahap.MA)

Penguji

………...Penguji II (dr. Murniati Manik, MSc,SpKK)

Penguji

……….Penguji III (dr. Idau Ginting,M.Kes)

Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui proposal karya tulis ilmiah ini sebagai persyaratan kelulusan Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.

………... ……….. (Nur Asnah Sitohang, S.Kep,Ns,M.Kep) (dr. Murniati Manik,MSc, SpKK) NIP. 132 299 794 NIP.130 810 201


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Hormat, Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Kasih Karunia-Nyalah maka penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Penulisan karya tulis ini merupakan salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran Jurusan D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

Karya Tulis ini merupakan hasil pemikiran penulis secara ilmiah yang dibangun berdasarkan teori-teori yang penulis dapatkan selama penulis mengikuti perkuliahan. Dalam penulisan proses penyelesaian karya tulis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Gontar A.Siregar,SpPD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Medan.

2. Dr. Murniati Manik, MSc,SpKK, selaku Ketua Program Studi D-IV/ Bidan pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Idau Ginting, M.Kes selaku dosen Pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing Penulis guna menyelesaikan karya tulis ini.

4. Seluruh Dosen, staf, dan pegawai administrasi program studi D-IV/ Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Orangtuaku tercinta Ayahanda Ozur Sinaga, BA (Op. Agnes Doli) dan Ibundaku Mangair Manurung, (Op. Agnes Boru), yang dengan sepenuh hati telah memberikan cinta kasihnya sejak penulis lahir sampai saat ini. Dan kepada


(4)

Abang Agnes dan Edaku, Abang Glori dan Kakak Glori, K’Unn, serta Adek-adekku Imel, Gokli dan Berta, buat Doa dan dukunganya selama ini.

6. Teman anak bimbingan Ibu Idau (Desi, Fauza, dan Ka.Mei), sahabatku Roma Dewi, serta semua Anak DIV/USU yang slalu senang hati memberi informasi dan dukungan dalam penyelesaian karya tulis ini.

7. Semua pihak yang mendukung, membantu dan mendoakan penulis, yang tidak dapat dituliskan seluruhnya.

Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan yang membangun. Akhir kata penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis. Terimakasih

Medan, Juni 2008 Penulis

Ritha Magdalena Sinaga NIM. 085102058


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Pustaka A. APN ( Asuhan Persalinan Normal) ... 6

1. Pengertian APN ... 6

2. Pergeseran Paradigma ... 6

3. Tujuan APN ... 6

4. Langkah APN ... 7

B. Faktor yang Berhubungan dengan APN ... 18

1. Pengetahuan ... 18

2. Pendidikan ... 20


(6)

BAB III Kerangka Konsep, Definisi Operasional, dan Hipotesa

A. Kerangka Konsep ... 26

B. Defenisi Operasional... 27

C. Hipotesis... 28

BAB IV Metodologi Penelitian A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Lokasi Penelitian ... 30

D. Waktu Peneltian ... 30

E. Etika Penelitian ... 31

F. Alat Pengumpul Data ... 31

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 34

H. Analisa Data ... 35

BAB V Hasil dan Pembahasan A. Hasil ... 36

B. Pembahasan ... . 43

BAB VI Kesimpulan dan saran A. Kesimpulan ... . 48

B. Saran ... . 49


(7)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Ritha Magdalena Sinaga

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan APN oleh Bidan

Di Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2009

vi + 43 halaman + 11 tabel + 8 lampiran

Abstrak

Asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan (bidan) di jenjang pelayanan dasar, mengindikasikan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Hal ini terbukti masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan APN di Puskesmas Hutabaginda dan menetahuai apakah ada hubungan faktor (pendidikan, pelatihan APN, masa kerja, pengetahuan, motivasi) dengan pelaksanaan APN. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 71 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling sebanyak 60 orang. Analisa data yang digunakan yaitu chi-square. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung,Kabupaten Tapanuli Utara. Kuesioner terdiri dari empat bagian yaitu : bagian pertama terdiri dari pertanyaan tentang data umum terdiri dari umur, pendidikan,pelatihan APN, masa kerja. Bagian kedua terdiri dari daftar pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan tentang APN 20 pertanyaan, bagian ketiga terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi bidan 15 pertanyaan, dan bagian keempat terdiri dari pelaksanaan APN 16 pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 60 responden sebagian besar sudah melaksanakan APN dengan baik sebanyak 41 orang (68,3%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,006 berarti adanya hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan APN dengan OR 6,73 dan adanya hubungan motivasi dengan pelaksanaan APN dengan nilai p = 0,023 dan OR = 5,85. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada bidan dapat terus berusaha secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan APN.

Kata kunci: Bidan, pelaksanaan APN. Daftar pustaka 28 (2001-2008)


(8)

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2009 Ritha Magdalena Sinaga

Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan APN oleh Bidan

Di Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2009

vi + 43 halaman + 11 tabel + 8 lampiran

Abstrak

Asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan (bidan) di jenjang pelayanan dasar, mengindikasikan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Hal ini terbukti masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan APN di Puskesmas Hutabaginda dan menetahuai apakah ada hubungan faktor (pendidikan, pelatihan APN, masa kerja, pengetahuan, motivasi) dengan pelaksanaan APN. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 71 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling sebanyak 60 orang. Analisa data yang digunakan yaitu chi-square. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung,Kabupaten Tapanuli Utara. Kuesioner terdiri dari empat bagian yaitu : bagian pertama terdiri dari pertanyaan tentang data umum terdiri dari umur, pendidikan,pelatihan APN, masa kerja. Bagian kedua terdiri dari daftar pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan tentang APN 20 pertanyaan, bagian ketiga terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi bidan 15 pertanyaan, dan bagian keempat terdiri dari pelaksanaan APN 16 pertanyaan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa dari 60 responden sebagian besar sudah melaksanakan APN dengan baik sebanyak 41 orang (68,3%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,006 berarti adanya hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan APN dengan OR 6,73 dan adanya hubungan motivasi dengan pelaksanaan APN dengan nilai p = 0,023 dan OR = 5,85. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada bidan dapat terus berusaha secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan APN.

Kata kunci: Bidan, pelaksanaan APN. Daftar pustaka 28 (2001-2008)


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan negara – negara ASEAN lainnya. Berbagai faktor yang terkait dengan resiko terjadinya komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan dan cara pencegahannya telah diketahui, namun demikian jumlah kematian ibu dan bayi masih tetap tinggi(Depkes RI, 2001).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2006 (2008, dalam Depkes RI), AKI Indonesia adalah 307/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002, sedangkan AKB di Indonesia sebesar 35/1000 kelahiran hidup. Penyebab langsungkematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24%, dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan.

Jumlah kematian ibu di Tapanuli Utara sebanyak 7 orang dan jumlah kematian bayi sebanyak 59 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara, Januari - November 2008), sedangkan di Puskesmas Hutabaginda Kabupaten Tapanuli Utara

jumlah kematian bayi sebanyak 8 orang (SP2TP Puskesmas Hutabaginda, Januari – Agustus 2008).

Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan AKI adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. Penempatan bidan di desa adalah upaya untuk menurunkan AKI, bayi


(10)

dan anak balita. Masih tingginya AKB dan AKI menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masih belum memadai dan belum menjangkau masyarakat banyak, khususnya dipedesaan. Namun bidan di desa yang sudah ditempatkan belum didayagunakan secara optimal dalam upaya menurunkan AKI dan AKB (Palutturi, 2007).

Asuhan persalinan normal dengan paradigma baru (aktif) yaitu dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, terbukti dapat memberi manfaat membantu upaya penurunan AKI dan AKB. Sebagian besar persalinan di Indonesia terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tingkat keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas, maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut(JNPK, 2007).

Tujuan dari asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Hal ini berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan yang kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukkan adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan (JNPK, 2007). Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan (bidan) di jenjang pelayanan dasar, mengindikasikan adanya kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil dan bersalin. Hal ini terbukt i dari masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu tujuan yang sudah dirancang sedemikian rupa, dan yang paling sering disebut adalah faktor sumber daya


(11)

Dari kedua faktor tersebut sumber daya manusia atau tenaga kerja lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung karena, secanggih dan selengkap apa pun fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa sumber daya yang memadai, baik kuantitas (jumlah) maupun kualitas (kemampuannya), maka niscaya organisasi tersebut dapat berhasil mewujudkan tujuan organisasinya (Munandar,2004)

Dalam penelitian Palutturi (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja meliputi faktor individu : keterampilan, faktor organisasi yang terdiri dari kepemimpinan dan struktur imbalan/kompensasi serta faktor-faktor psikologis yang meliputi motivasi dan kepuasan kerja. Untuk kinerja bidan maka faktor yang paling berpengaruh dan merupakan faktor kunci untuk mencapai hasil kerja yang baik harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik, adanya motivasi yang kuat merupakan pendorong yang memadai.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan asuhan persalinan normal di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Lokasi penelitian ini didasari pertimbangan, yaitu karena Puskesmas Hutabaginda merupakan puskesmas kota yang wilayah kerjanya merupakan ibukota Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah desa sebanyak 31 desa dan jumlah bidan sebanyak 71 orang, serta dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan asuhan persalinan normal.


(12)

B. Rumusan masalah

Faktor apakah yang berhubungan dengan pelaksanaan APN oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan APN di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda, Kecamatan Tarutung, Kabupaten

Tapanuli Utara tahun 2008. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pelaksanaan APN di Puskesmas Hutabaginda.

b. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan dengan pelaksanaan APN c. Untuk mengetahui hubungan pendidikan bidan dengan pelaksananan APN d. Untuk mengetahui hubungan masa kerja dengan pelaksananan APN

e. Untuk mengetahui hubungan pelatihan APN yang didapat dengan pelaksanaan APN

f. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan pelaksanaan APN

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Bidan


(13)

2. Instansi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan di perpustakaan jurusan, dan bahan perbandingan untuk penelitian lanjutan.

3. Penulis

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya metodologi penelitian dan pelaksanaan asuhan persalinan normal serta untuk bisa menempatkan diri di lapangan sebagai bidan pelaksana pelayanan kebidanan.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. APN (Asuhan Persalinan Normal) 1. Pengertian APN

Asuhan Persalinan Normal adalah : asuhan persalinan yang bersih dan aman dari setiap tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir (JNPK, 2007).

2. Pergeseran Paradigma

Fokus utama persalinan normal adalah : persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi, hal ini merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Hal ini terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

3. Tujuan APN adalah ;

Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).


(15)

4. Langkah Asuhan Persalinan Normal KEGIATAN a. Melihat tanda dan gejala kala dua

1) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran

2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau vaginanya.

3) Perineum menonjol

4) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka. b. Menyiapkan pertolongan persalinan

1) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.

2) Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringka n tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6) Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik).


(16)

c. Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

1) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi).

2) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap, (bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi).

3) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

4) Mencuci kedua tangan (seperti di atas)

5) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 100 – 180 kali / menit ). a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semu hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.


(17)

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran 1) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. 2) Membantu ibuberada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.

c) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

3) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

4) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran :

a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya

(tidak meminta ibu berbaring terlentang)

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.


(18)

g) Menilai DJJ setiap lima menit.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.

5) Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran

a) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat di antara kontraksi-kontraksi.

b) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 2) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 3) Membuka partus set.

4) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.KEGIATA f. f. Menolong kelahiran bayi

g. 1) Lahirnya kepala

a) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar


(19)

perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

(a) Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.

b) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa yang bersih.

c) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi:

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya.

d) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

2) Lahirnya bahu

a) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.


(20)

3) Lahir badan dan tungkai

4) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

5) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

g. Penanganan bayi baru lahir

1) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). 2) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali

bagian pusat.

3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).KEGIATAN


(21)

4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

5) Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai.

6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

h. Penanganan bayi baru lahir 1) Oksitosin

a) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

b) Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

c) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

2) Penegangan tali pusat terkendali a) Memindahkan klem pada tali pusat

b) Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

c) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang


(22)

berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai.

(a) Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan puting susu.

3) Mengeluarkan plasenta

a) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit :

(a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM.

(b) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.

(c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. (e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.


(23)

tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. d) Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat

tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.

4). Pemijatan Uterus

a) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

i. Menilai perdarahan

1) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.

2) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

j. Melakukan prosedur pasca persalinan

1) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.


(24)

2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

3) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

4) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama.

5) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %. 6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan

handuk atau kainnya bersih atau kering.

7) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. k. Evaluasi

1) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.


(25)

3) Mengevaluasi kehilangan darah.

4) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

5) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.

6) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. l. Kebersihan dan keamanan

1) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi.

2) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

3) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

4) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

5) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih.

6) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.


(26)

7) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. m. Dokumentasi

Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

B. Faktor yang berhubungan dengan APN 1. Pengetahuan

Pengetahuan didefenisikan sebagai segala apa yang diketahui berkenaan dengan semua yang ada, pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sebuah fakta dan teori yang akan memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala yang dihadapinya. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung atau orang lain yang sampai pada seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu hal yang didapat secara formal ataupun informal.Pengetahuan merupakan hasil tahu ini terjadi bila seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu melalui panca indera, yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba dan perasa.

Menurut Notoatmodjo, pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan:

a) Tahu (know)

Tahu diartikan sebgai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari adalah dengan menggunakan kata kerja antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatukan objek yang dipelajari.


(27)

b) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan mengiterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

c) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil/sebenarnya.Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dalam konteks atau situasi lain.

d) Analisis (analisys)

Analisis adalah suatu komponen yang menjabarkan materi atau suatu objek ke komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (sintesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan


(28)

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmojo, 2003, hlm. 128-129).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan angket yang menanyakan tenang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

2. Pendidikan

Pendidikan adalah serangkaian kegiatan komunikasi dengan menggunakan media dalam rangka pemberian bantuan terhadap pengembangan individu seutuhnya. Dalam arti supaya dapt mengembangkan potensi semaksimal mungkin. Potensi disini adalah potensi fisik, emosi, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan ini dapat berupa pendidikan formal dan informal. Pendidikan tidak terlepas dari proses pelajaran dan ahli psikologi kognitif berpendapat bahwa kegiatan belajar merupakan proses yang bersifat internal dimana setiap proses belajar dipengaruhi oleh faktor – faktor eksternal.

Makin tinggi tingkat pendidikannya makin tinggi tingkat intelektualnya. Sedangkan faktor – faktor eksternalnya antara lain, social, ekonomi, lingkungan, media massa, dan lain –lain (Notoatmodjo, 2002).

Dalam mengantisipasi perkembangan saat ini (kebutuhan masyarakat yang menuntut mutu pelayanan kebidanan yang semakin meningkat), diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan profesional. Pengembangan pendidikan kebidanan seyogianya berlangsung secara berkesinambungan, berjenjang, dan berkelanjutan sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi di tengah masyarakat.


(29)

Pendidikan formal yang sudah diselenggarakan pemerintah dan pihak swasta dengan dukungan IBI adalah program Diploma III dan Diploma IV/Kebidanan, dimana upaya ini bertujuan meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas (Simatupang, 2008) Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan telah dirumuskan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

3. Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon, Nancy Stevenson (2001, dalam Sunaryo,2004, hlm 143). Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang,Hasibuan( 1995, dalam Notoatmodjo,2007, hlm 219).

Dari pengertian di atas motivasi dapat diartikan sebagai suatu sikap pandang dimana seseorang memandang suatu tujuan atau tugas tertentu, inisiatif dan pengarahan tingkah laku, mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan

b. Motivasi dan Perilaku Kerja

Keberhasilan suatu institusi atau organisasi ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, karyawan atau tenaga kerja, sarana dan prasarana pendukung atau fasilitas kerja. Dari kedua faktor tersebut sumber daya manusia atau karyawan lebih penting daripada sarana dan prasarana pendukung. Secanggih dan selengkap apa pun fasilitas pendukung yang dimiliki suatu organisasi kerja, tanpa sumber daya


(30)

yang memadai, baik kuantitas (jumlah) maupun kualitas (kemampuannya), maka niscaya organisasi tersebut dapat berhasil mewujudkan tujuan organisasinya. Kualitas sumber daya manusia atau karyawan tersebut diukur dari kinerjanya, yaitu kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibebankannya

Menurut Gibson (1977, dalam Notoatmodjo,2007, hlm 229) faktor yang menentukan kinerja seseorang, dikelompokkan menjadi 3 faktor utama, yaitu ;

1. Variabel individu, yang terdiri dari : kemampuan dan keterampilan, pengalaman kerja, latar belakang keluarga, tingkat sosial ekonomi, dan faktor demografi (umur, jenis kelamin, etnis, dan sebagainya).

2. Variabel organisasi, yang antara lain terdiri dari : kepemimpinan, desain pekerjaan, sumber daya yang lain, struktur organisasi, dan sebagainya.

3. Variabel psikologis, yang terdiri dari : persepsi terhadap pekerjaan, motivasi, kepribadian dan sebagainya.

Sedangkan menurut Stoner (1981 dalam Notoatmodjo,2007, hlm 229 ) kinerja seseorang karyawan atau tenaga kerja dipengaruhi oleh : motivasi, kemampuan, faktor persepsi.

c. Motivasi Kerja dengan Unjuk Kerja

Hubungan motivasi kerja dengan unjuk kerja dapat diungkapkan sebagai berikut: Unjuk Kerja (performance) adalah hasil dari interaksi antara motivasi kerja, kemampuan (abilities) dan peluang (opportunities), dengan perkataan lain unjuk kerja adalah fungsi dari motivasi kerja dikali kemampuan kali peluang Robin (2000, dalam Munandar,2004, hlm 324 ).


(31)

Bila motivasi kerja rendah, maka unjuk kerja akan rendah pula meskipun kemampuannya ada dan baik, serta peluangnyapun tersedia terakhir jika motivasi kerja tinggi, peluang ada, namun karena keahliannya tidak pernah ditingkatkan lagi, unjuk kerjanya juga tidak akan tinggi (Munandar, 2004).

d. Meningkatkan Motivasi Kerja 1) Peran Pemimpin/Atasan

Ada dua cara pokok untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu bersikap keras dan memberi tujuan yang bermakna.

a) Bersikap Keras

Dengan memaksanakan tenaga kerja untuk bekerja keras atau dengan memberikan ancaman, maka tenaga kerja tidak dapat menghindarkan diri dari situasi yang mengancam tersebut, akan bekerja keras.

b) Memberi Tujuan yang Bermakna

Bersama-sama dengan tenaga kerja yang bersangkutan ditemukan tujuan yang bermakna sesuai dengan kemampuannya, yang dapat dicapai melalui prestasi kerjanya yang tinggi. Dengan begitu, atasan perlu mengenali sasaran-sasaran yang bernilai tinggi dari bawahannya agar dapat membantu bawahan untuk mencapainya dan dengan arahan atasan memotivasi bawahannya.


(32)

2) Peran Diri Sendiri

Motivasi seseorang dapat lebih bercorak proaktif atau reaktif. Pada motivasi kerja yang proaktif orang akan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya sana dengan yang dituntut oleh pekerjaannya dan/atau akan berusaha mencari, menemukan dan/atau menciptakan peluang dimana ia dapat menggunakan kemampuan-kemampuannya untuk dapat berunjuk kerja tinggi. Orang dengan type ini adalah orang yang suka bekerja dan senang mendapat tanggung jawab. Sebaliknya motivasi kerja seseorang yang lebih reaktif, cenderung menunggu upaya atau tawaran dari lingkungannya. Ia baru mau bekerja didorong, dipaksa untuk bekerja. Orang dengan type ini adalah orang yang memiliki motivasi kerja proaktif (malas dan tidak mau dibebani tanggung jawab).

3) Peran Organisasi

Berbagai kebijakan dan peraturan organisasi dapat ’menarik’ atau ’mendorong’ motivasi kerja seorang tenaga kerja. Kegiatan seperti GKM (Gugus Kendali Mutu) merupakan kebijakan yang dituangkan ke dalam berbagai peraturan yang mendasari kegiatan dan mengatur pertemuan pemecahan masalah dalam kelompok kerja. Kebijakan lain yang berkaitan dengan motivasinya adalah kebijakan dibidang imbalan keuangan. Disamping kebijakan dan peraturan tersebut di atas, kebijakan dan peraturan lain dapat disusun dan ditetapkan yang dapat mendorong atau menarik diluar motivasi kerja tenaga kerja.


(33)

Pertanyaan yang banyak diajukan kepada penulis, adalah bagaimana cara mengukur motivasi seseorang, dan apakah ada suatu alat baku untuk mengukur motivasi. Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur. Salah satu cara untuk mengukur motivasi adalh melalui kuesioner, dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan – pertanyaan yang lebih mencerminkan dirinya (Notoatmodjo, 2005).


(34)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah justifikasi (pertimbangan) ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya (Hidayat,2007:23). Berdasarkan tinjauan pustaka maka sebagai kerangka konsep dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

Variabel independen (X) Variabel Dependen(Y)

Kerangka konsep Skema 01

• Pendidikan bidan • Pelatihan APN • Masa kerja

• Pengetahuan bidan • Motivasi bidan


(35)

B. Defenisi Operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional N

o Variabel

Definisi

Operasional Alat ukur

Cara

ukur Hasil ukur

Skala

1 Pelaksanaan APN Pelaksanaan APN pada setiap pertolongan persalinan

Kuesioner Mengisi Angket

1 = Baik, apabila skore total 76%-100% 2 = Kurang, apabila skore total ≤ 75%

Ordinal

2 Pengetahuan Hal yang diketahui bidan tentang

pelaksanaan APN

Kuesioner Mengisi Angket

1 = Baik, apabila pertanyaan dijawab benar 56%-100% 2 = Kurang, apabila pertanyaan dijawab benar ≤ 55%

Ordinal

3 Pelatihan APN

Jumlah

pelatihan APN yang diikuti bidan

Kuesioner Mengisi Angket

1 = Pernah 2 = Tidak pernah

Nominal

4 Pendidikan Pendidikan formal terakhir bidan

Kuesioner Mengisi Angket

1 = D I 2 = D III

Ordinal

5 Masa kerja Lamanya bidan mengabdi

sebagai bidan

Kuesioner Mengisi Angket

1 = 1-10 tahun 2 = 11-20 tahun

Interval

6 Motivasi Keinginan yang terdapat pada diri seorang bidan yang merangsangnya untuk melakukan pelaksanaan APN

Kuesioner Mengisi

Angket 1 = Baik, apabila skor total 56%-100% 2 = Kurang, apabila skor total ≤ 55%


(36)

C. Hipotesis

Hipotesis yang ditetapkan penulis adalah : Ada hubungan pendidikan, pelatihan APN, masa kerja, pengetahuan dan motivasi bidan dengan pelaksanaan APN.


(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan bersifat deskriptif korelasi yaitu desain penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antar dua atau lebih variabel peneltian (Suyanto,2008: 33).

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Machfoedz,2008: 40). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan desa di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda, Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008, yaitu sebanyak 71 orang.

2. Sampel

Besarnya sampel yang diteliti adalah menggunakan rumus Slovin (Prasetyo,2006:137-138)

2 1 Ne

N n

+

=

n = besaran sampel N = besaran populasi e = nilai kritis (0,05)


(38)

Besarnya sampel yaitu sebesar 60 orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik acak sederhana ( simple random sampling ).

C. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian ini yaitu di Puskesmas Hutabaginda, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Lokasi penelitian ini didasari pertimbangan, yaitu karena Puskesmas Hutabaginda merupakan Puskesmas Kota yang wilayah kerjanya merupakan ibukota kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah Desa sebanyak 31 desa dan jumlah Bidan sebanyak 71 orang Dan dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang Faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal di wilayah kerja Puskesmas Hutabaginda, kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai September 2008 sampai dengan Juni 2009

E. Etika Penelitian

Penelitian akan dilakukan setelah proposal disetujui oleh instansi pendidikan, kemudian proposal penelitian harus disetujui dan memperoleh izin pengumpulan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kepala Puskesmas Hutabaginda. Selanjutnya peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan penelitian kepada responden dan menjelaskan tentang magsud dan tujuan penelitian yang sudah dilampirkan dilembar persetujuan penelitian. Jika responden bersedia diteliti maka harus lebih dahulu menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak diteliti, maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak - hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden


(39)

pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2003).

F. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari pengumpulan data dengan metode angket atau kuesioner tertutup berisi pertanyaan yang disusun oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka.

Kuesioner terdiri dari empat bagian yaitu : bagian pertama terdiri dari pertanyaan tentang data umum terdiri dari umur, pendidikan,pelatihan APN, masa kerja. Bagian kedua terdiri dari daftar pertanyaan berkaitan dengan pengetahuan tentang APN, bagian ketiga terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan motivasi bidan, dan bagian keempat terdiri dari pelaksanaan APN. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel kisi kisi penyusunan kuesioner sebagai berikut :

Tabel 4.2

Tabel kisi – kisi penyusunan kuesioner

No Variabel Indikator No Item Jenis soal dan

Penilaian 1 Pelaksanaan

APN Pencegahan infeksi Kala I Kala II Kala III/BBL Kala IV 1, 2

3, 4, 5, 6, 7 8, 9,10, 11,12,13,14 15, 16, Pilihan berganda Pertanyaan positif : 5= SLL 4 = SRG 3= KK 2= J 1= TP Pertanyaan negatif : 1= TP 2= J 3= KK 4= SRG 5= SLL


(40)

2 Pengetahuan Pengertian dan tujuan Pencegahan infeksi Kala I Kala II Kala III Kala IV 1, 2 3, 4, 5,6, 7, 8, 9,

10,11,12,13,14,15,16 17,18

19, 20

Pilihan Ganda Benar = nilai 1 Salah = nilai 0

3 Motivasi Peran dari diri sendiri

Peran dari atasan

Peran dari organisasi

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14, 15

Pilihan berganda Pertanyaan positif : 5= SS 4= S 3= RR 2= KS 1= TS Pertanyaan negatif : 1= TS 2= KS 3= RR 4= S 5= SS a. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan. Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan kuesioner mampu mengungkapkan apa yang seharusnya diukur (Agung Nugroho,2005). Asumsi yang digunakan adalah r hitung lebih besar dari r tabel maka item dikatakan valid. Langkah – langkah dalam uji validitas yaitu :

1. Menentukan nilai r table (dengan menggunakan tabel product moment), yaitu melalui df (degree of freedom) = N – 2 = 20-2 = 8. Nilai r tabel pada df 18 dan p=0.05 adalah 0,468

2. Mencari r hitung, yaitu mencari corrected Item – total Correlation dengan menggunakan computer.


(41)

3. Mengambil keputusan

Suatu butir dikatakan valid jika r hitung yang merupakan nilai dari corrected Item – total Correlation > r tabel.

Hasil Uji Validitas

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas Variabel Penelitian No item

r tabel

Pengetahuan Motivasi Pelaksanaan APN

r hitung Ket r hitung ket r hitung ket 1 0.468 .546 valid .751 valid .588 valid 2 0.468 .479 valid .060 t.valid .682 valid 3 0.468 .631 valid .549 valid .468 t.valid 4 0.468 .654 valid .667 valid .686 valid 5 0.468 .474 valid .578 valid .512 valid 6 0.468 .568 valid .272 t.valid .741 valid 7 0.468 .504 valid .565 valid .587 valid 8 0.468 .647 valid .675 valid .580 valid 9 0.468 .513 valid .715 valid .579 valid 10 0.468 .564 valid .691 valid .765 valid 11 0.468 .127 t.valid .746 valid .280 t.valid 12 0.468 -.217 t.valid .823 valid .586 valid 13 0.468 .479 valid .839 valid .646 valid 14 0.468 .671 valid .902 valid .641 valid 15 0.468 .595 valid .833 valid .466 t.valid 16 0.468 .631 valid .752 valid .525 valid 17 0.468 .477 valid .681 valid .620 valid

18 0.468 .579 valid .674 valid

19 0.468 .795 valid .868 valid

20 0.468 .568 valid 21 0.468 .479

22 0.468 .687

Berdasarkan output dari pengujian validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program komputer pada tiap variabel ternyata ada pertanyaan memiliki nilai tidak valid karena korelasi butir tersebut dibawah nilai r table. Item pertanyaan yang tidak valid ini dikeluarkan dan diuji kembali (Situmorang dkk,analisis data penelitian 2008:44).


(42)

b. Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalm menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. (Agung Nugroho, 2005). Pengujian ini dilakukan dengan uji alpha croanbac. Untuk perhitungan dapat dilakukan menggunakan computer.

Apabila nilai croanbach’s Alpha dari hasil pengujian > 0,6 maka dapat dikatakan konstruk atau variable itu adalah reliabel. Dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian

No. Variabel Item Cronbach’s Alpha Keterangan

1. Pengetahuan 20 0,753 Reliabel

2. Motivasi 15 0,740 Reliabel

3. Pelaksanaan 16 0,733 Reliabel

G. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Mengangajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui pendidika Program DIV/Bidan Pendidik FK.USU.

2. Setelah mendapat izin dari pendidikan, kemudian mengajukan izin kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kepala Puskesmas Hutabaginda. 3. Menjelaskan kepada responden tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner

sebelum menayakan kesediaannya menjadi responden. 4. Calon responden setuju dan menandatangni surat pesetujuan.


(43)

5. Menjelaskan cara pengisian kuesioner

6. Responden diberi kesempatan bertanya bila ada yang tidak dimengerti.

7. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya, dan dapat dilengkapi langsung bila belum lengkap.

8. Selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.

H. Analisa Data

Analisa data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan data: 1. Analisis Univariat

Analisa univariat adalah analisis terhadap satu variabel (Bambang, 2006). Hasil variabel penelitian ini akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Bivariat

Analisa data ini dilakukan untuk melihat hubungan dua varibel antara variabel independen dan dependen dengan uji statistik dengan cara komputerisasi .

Analisa data dilakukan dengan uji statistik menggunakan chi-square, untuk melihat adanya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan

derajat kemaknaan α = 0,05. Apabila p value < 0,05 maka Ho ditolak dan apabila p value > 0,05 maka Ho gagal ditolak.


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Dari pengumpulan data yang telah dilaksanakan di Puskesmas Hutabaginda Tapanuli Utara tahun 2009 dengan jumlah responden sebanyak 60 orang. Hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk analisa univariat (distribusi frekuensi) dan bivariat yaitu sebagai berikut :

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisis terhadap satu variabel (Bambang, 2006). Hasil variabel penelitian ini akan dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,yaitu pendidikan bidan, pelatihan APN yang didapat, masa kerja, pengetahuan, motivasi dan pelaksanaan APN.

Berikut ini tabel distribusi frekuensi dari variabel penelitian tersebut

a. Pendidikan bidan

Tabel 5.1

Distribusi Kategori Pendidikan Responden Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No. Pendidikan n %

1 DI 18 30

2 DIII 42 70

Total 60 100

Dari tabel 5.1 di atas dapat dilihat dari 60 responden bahwa mayoritas pendidikan bidan adalah DIII yaitu sebanyak 42 orang (70%).


(45)

b. Pelatihan yang pernah diikuti

Tabel 5.2

Distribusi Kategori Pelatihan APN oleh Responden Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No. Pelatihan APN n %

1 Pernah 5 8,3

2 Tidak pernah 55 91,7

Total 60 100

Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat dari 60 responden bahwa mayoritas bidan tidak pernah mendapat pelatihan APN yaitu sebanyak 55 orang (91,7).

c. Masa kerja

Tabel 5.3

Distribusi Kategori Masa Kerja Responden Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No. Masa Kerja n %

1 1-10 tahun 42 70

2 11-20 tahun 18 30

Total 60 100

Dari tabel 5.2 di atas dapat dilihat dari 60 responden bahwa mayoritas masa kerja bidan adalah 1-10 tahun yaitu sebanyak 42 orang (70%).


(46)

d. Pengetahuan APN

Tabel 5.4

Distribusi Kategori Tingkat Pengetahuan Responden Tentang APN Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No. Tingkat pengetahuan N %

1 Baik 48 80,0

2 Kurang 12 20,0

Total 60 100

Dari tabel 5.3 di atas dapat dilihat dari 60 responden bahwa mayoritas pengetahuan bidan adalah baik yaitu sebanyak 48 orang (80,0%).

e. Motivasi Responden

Tabel 5.5

Distribusi Kategori Motivasi Responden Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No. Motivasi N %

1 Baik 51 85,0

2 Kurang 9 15,0

Total 60 100

Dari tabel 5.4 di atas dapat dilihat dari 60 responden bahwa mayoritas motivasi bidan adalah baik yaitu sebanyak 51 orang (85%).


(47)

f. Pelaksanaan APN

Tabel 5.6

Distribusi Kategori Pelaksanaan APN oleh Responden Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No. Pelaksanaan APN n %

1 Baik 41 68,3

2 Kurang 19 31,3

Total 60 100

Dari tabel 5.5 di atas dapat dilihat dari 60 responden bahwa mayoritas pelaksanaan APN oleh bidan adalah baik yaitu sebanyak 41 orang (68,3%).

2. Analisis Bivariat

Untuk melihat hubungan antara variabel independen (variabel bebas) yaitu pendidikan,pelatihan APN, masa kerja, pengetahuan, motivasi dengan variabel dependen (variabel terikat) yaitu pelaksanaan APN, dengan analisa sebagai berikut :

Tabel 5.7

Hubungan Pendidikan dengan Pelaksanaan APN Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No Pendidikan

Pelaksanaan APN

Total * p

Baik Kurang

n % N % n %

1 DI 13 72,2 5 27,8 18 100,0

0,904

2 DIII 28 66,7 14 33,3 42 100,0

Jumlah 41 68,3 19 31,7 60 100,0 * Analisa data dengan uji chi square

Dari tabel menunjukkan bahwa analisa hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan APN diperoleh dari 18 orang dengan pendidikan DI yang paling banyak melaksanakan APN dengan baik yaitu 13 orang (72,2%) dan dari 42 orang dengan


(48)

pendidikan DIII yang paling banyak melaksanakakan APN dengan baik yaitu 28 orang (68,3%).

Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan APN diperoleh nilai p = 0,904. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan APN Tahun 2009.

Tabel 5.8

Hubungan Pelatihan APN dengan Pelaksanaan APN Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No Pelatihan APN

Pelaksanaan APN

Total * p

Baik Kurang

N % n % n %

1 Tidak Pernah 37 67,3 18 32,7 55 100,0

1,000

2 Pernah 4 80 1 20 5 100,0

Jumlah 41 68,3 19 31,7 60 100,0 * Analisa data dengan uji chi square

Dari tabel menunjukkan bahwa analisa hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan APN diperoleh dari 55 orang yang tidak pernah melaksanakan APN yang paling banyak melaksanakan APN dengan baik yaitu 37 orang (67,3%) dan dari 5 orang yang pernah mengikuti pelatihan APN, paling banyak melaksanakakan APN dengan baik yaitu 4 orang (68,3%).

Hasil analisis hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan APN diperoleh nilai p = 1,000. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan APN Tahun 2009.


(49)

Tabel 5.9

Hubungan Masa Kerja dengan Pelaksanaan APN Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No Masa kerja

Pelaksanaan APN

Total * p

Baik Kurang

N % n % n %

1 1-10 27 64,3 15 35,7 42 100,0

0,467

2 11-20 14 77,8 4 22,2 18 100,0

Jumlah 41 68,3 19 31,7 60 100,0 * Analisa data dengan uji chi square

Dari tabel menunjukkan bahwa analisa hubungan antara masa kerja dengan pelaksanaan APN diperoleh dari 42 orang dengan masa kerja 1-10 tahun yang paling banyak melaksanakan APN dengan baik yaitu 27 orang (64,3%) dan dari 18 orang dengan masa kerja 11-20 yang paling banyak melaksanakakan APN dengan baik yaitu 14 orang (77,8%).

Hasil analisis hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan APN diperoleh nilai p = 0,467. Hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan APN Tahun 2009.

Tabel 5.10

Hubungan Pengetahuan dengan Pelaksanaan APN Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No Pengetahuan

Pelaksanaan APN

Total * p OR

Baik Kurang

N % N % n %

1 Baik 37 77,1 11 22,9 48 100,0

0,006 6,73

2 Kurang 4 33,3 8 66,7 12 100,0

Jumlah 41 68,3 19 31,7 60 100,0 * Analisa data dengan uji chi square

Dari tabel menunjukkan bahwa analisa hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan APN diperoleh dari 48 orang dengan pengetahuan baik yang paling banyak


(50)

melaksanakan APN dengan baik yaitu 37 orang (77,1%) dan dari 12 orang dengan pengetahuan kurang yang melaksanakakan APN dengan kurang yaitu 8 orang (50%).

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan pelaksanaan APN diperoleh nilai p = 0,006. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pegetahuan dengan pelaksanaan APN.

Pada hasil diperoleh nilai OR yaitu 6,73 berarti pengetahuan yang baik mempunyai peluang 6,73 kali lebih besar untuk melaksanakan pelaksanaan APN dengan baik dibandingkan dengan pengetahuan yang kurang.

Tabel 5.11

Hubungan Motivasi dengan Pelaksanaan APN Di Puskesmas Hutabaginda Tahun 2009

No Motivasi

Pelaksanaan APN

Total *p Odds ratio

Baik Kurang

n % N % n %

1 Baik 38 74,5 13 25,5 51 100,0

0,023 5,85

2 Kurang 3 33,3 6 66,7 9 100,0

Jumlah 41 68,3 19 31,7 60 100,0 * Analisa data dengan uji chi square

Dari tabel menunjukkan bahwa analisa hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan APN diperoleh dari 51 orang dengan motivasi baik yang paling banyak melaksanakan APN dengan baik yaitu 38 orang (74,5%) dan dari 9 orang dengan motivasi kurang yang terbanyak adalah kurang pelaksanaan APN yaitu 6 orang (66,7%).

Hasil analisis hubungan antara pelatihan dengan pelaksanaan APN diperoleh nilai p = 0,023. Hal ini berarti terdapat hubungan antara motivasi dengan pelaksanaan


(51)

Pada hasil diperoleh nilai Odds Ratio yaitu 5,85 berarti motivasi yang baik mempunyai peluang 5,85 kali lebih besar untuk melaksanakan pelaksanaan APN dengan baik dibandingkan dengan motivasi yang kurang.

B. PEMBAHASAN

1. Interpretasi dan Diskusi Hasil a. Pelaksanaan APN

Dari 60 bidan yang diteliti, pelaksanaan APN terbanyak adalah pelaksanaan baik yaitu 41 orang (68,3%) , pelaksanaan yang kurang terdapat 19 orang (31,7%). Kalau dilihat dari jumlah responden yang diteliti, pendidikan terakhir terbanyak adalah DIII (70%), seharusnya mengingat kompetensi bidan DIII sudah seyogianya Pelaksanaan APN ini terlaksanana dengan baik.

b. Hubungan Pendidikan dengan Pelaksanaan APN.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,904 maka dapat disimpulkann tidak adanya hubungan pendidikan dengan pelaksanaan APN. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Simatupang (2008) bahwa untuk berhasil melaksanakan kebijakan mutu yang jelas adalah melalui pendidikan dan menurut God Frey Thonson (1977) mengatakan pendidikan adalah pengaruh lingkungan atau individu untuk menghasilkan perubahan yang tetap didalam kebiasaan tingkah lakunya, pikirannya dan perasaannya serta menurut Notoatmojo (1993) bahwa pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri.


(52)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya pendidikan yang tinggi akan menjamin pelaksanaan APN dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian diperoleh bahwa pelaksanaan APN yang kurang baik lebih banyak ditemukan pada bidan yang berpendidikan DIII.

c. Hubungan Pelatihan APN dengan Pelaksanaan APN

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 maka dapat disimpulkan tidak adanya hubungan pelatihan dengan pelaksanaan APN. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Simatupang (2008) bahwa melalui pelatihan dapat mengembangkan SDM terutama didalam hal pengetahuan, kemampuan dan keterampilan.

Dapat disimpulkan bahwa tidak selamanya melalui pelatihan dapat menjadikan pelaksanaan yang lebih baik karena banyak faktor seseorang dapat melaksanakan tugas dengan baik misalnya lingkungan kerja, target kerja, hubungan kerja harmonis, fasilitas kerja, dan tak kalah penting motivasi seperti dalam teori Munandar (2004) bahwa bila motivasi rendah maka unjuk kerjanya akan rendah pula meskipun kemampuannya ada dan baik.

Selain itu dapat dipengaruhi, oleh manajemen kinerja petugas, yaitu suatu bentuk usaha kegiatan tau program yang diprakarsai dan dilaksanakan oleh pimpinan organisasi untuk mengarahkan dan mengendalikan prestasi anggotanya (Ruki :2002:6), dan menurut Barcal (2004), berpendapat bahwa manajemen kinerja adalah suatu proses komunikasi yang terus menerus, dilakukan dalam kerangka kerjasama antara seorang karyawan dan atasannya langsung, yang


(53)

paling dasar, bagaimana pekerjaan karyawan memberikan konstribusi pada sasaran organisasi, makna dalam arti konkret untuk diukur, rintangan yang mengganggu kinerja dan untuk meminimalkan atau melenyapkan.

Dari uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa manajemen kerja merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian terhadap pencapaian kinerja dan dikomunikasikan secara terus menerus oleh pimpinan kepada bawahannya.Hal ini terbukti dari hasil penelitian walaupun bidan tidak mendapat pelatihan APN, persentasi pelaksanaan APN dengan baik justru lebih tinggi.

d. Hubungan masa kerja dengan Pelaksanaan APN

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,467 maka dapat disimpulkan tidak adanya hubungan masa kerja dengan pelaksanaan APN. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Palutturi (2007) bahwa masa kerja tidak berhubungan dengan kinerja bidan. Tetapi, tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cahyani (2003) bahwa pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama belajar akan dapat mengembangkan kemampuan mengambilkan keputusan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan tidak selamanya masa kerja yang lama dapat menjadikan pelaksanaan yang lebih baik.


(54)

e. Hubungan pengetahuan bidan dengan Pelaksanaan APN

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,006 berarti adanya hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan APN dan diperoleh juga nilai OR yaitu 6,73 berarti pengetahuan yang baik mempunyai peluang 6,73 kali lebih besar untuk melaksanakan pelaksanaan APN dengan baik dibandingkan dengan pengetahuan yang kurang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Notoatmojo (1993) bahwa pengetahuan merupakan faktor dominan yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku seseorang atau over behavior. Penerimaan sikap dan perilaku didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

f. Hubungan motivasi bidan dengan pelaksanaan APN

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,023 maka dapat disimpulkan adanya hubungan motivasi dengan pelaksanaan APN dan diperoleh juga nilai OR yaitu 5,85 berarti motivasi yang baik mempunyai peluang 5,85 kali lebih besar untuk melaksanakan pelaksanaan APN dengan baik dibandingkan dengan motivasi yang kurang. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Robins (2000) bahwa adanya kaitan antara motivasi kerja dengan unjuk kerja, dapat diungkapkan sebagai berikut : unjuk kerja adalah hasil dari interaksi antara motivasi kerja, kemampuan dan peluang dan menurut Hasibuan (1995) bahwa motivasi adalah suatu perangsang keinginan (want) dan daya penggerak kemauan bekerja seseorang. Hal ini diperkuat juga oleh Stoner (1981) bahwa kinerja seseorang karyawan atau tenaga kerja dipengaruhi oleh motivasi,


(55)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin baiknya motivasi seseorang maka semakin baik pula pelaksanaan APN.

2. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya dan mengontrol kondisi yang berkaitan dengan proses dan hasli penelitian secara optimal, namun berbagai kendala tidak jarang muncul sehingga berbagai kelemahan dan keterbatasan pada saat melaksanakan penelitian ini, antara lain :

a. Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan angket yang disebarkan kepada responden. Sehingga timbul keengganan responden dalam mengungkapkan keadaan yang sebenarnya. Sehingga perlu dijelaskan kepada respomden bahwa penelitian dilakukan untuk pengembangan ilmu, segala rahasia tentang diri responden dijaga.

b. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup, sehingga responden tidak bebas mengekplorasi keadaan yang sesungguhnya.


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 60 bidan yang diteliti, sebagian responden melaksanakan APN dengan baik sebanyak 41 orang (68,3%).

2. Tidak adanya hubungan pendidikan dengan pelaksanaan APN karena diperoleh nilai p = 0,904.

3. Tidak adanya hubungan pelatihan dengan pelaksanaan APN karena diperoleh nilai p = 0,467.

4. Tidak adanya hubungan masa kerja dengan pelaksanaan APN karena diperoleh nilai p = 1,000.

5. Adanya hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan APN karena diperoleh nilai p = 0,006 (p < 0,05) dengan OR = 6,73.

6. Ada hubungan motivasi dengan pelaksanaan APN karena diperoleh nilai p = 0,023 (p < 0,05) dengan OR = 5,85.


(57)

B. Saran

1. Bagi institusi pelayanan kesehatan(organisasi)

a). Diperlukan infrastruktur yang mendukung peningkatan kualitas bidan secara terus menerus, baik dari organisasi, prosedur, sarana dan prasarana, serta peningkatan sumber daya manusia, dengan mengadakan pelatihan, seminar maupun peningkatan pendidikan bidan.

b). Diperlukan pedoman pengelolalan standar pelayanan, prosedur tetap, untuk pelaksanaan APN

2. Bagi Bidan

Untuk bidan sendiri agar dapat terus berusaha secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berupaya menjaga motivasinya agar selalu proaktif dalam menjalankan tugas sebagai bidan.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Diharapkan agar mengkaji faktor /variabel lain di luar penelitian ini, maupun analisis yang lebih tinggi lagi.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta.

_________.(2005). Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Budiarto, E. (2002). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2001). Rencana Strategis Nasional Marketing Pregnancy Safer (MPS) di

Indonesia 2001-2010, Jakarta.

_________.(2008). Profil Kesehatan Indonesia 2006, Jakarta.

Hasan, I. (2006). Analisis Data Penelitian dengan Statitik, Jakarta: Bumi Aksara.

Hidayat A, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta: Salemba Medika.

Ikhsan, Arfan et al. (2006). Metode Penelitian, Medan: Madju. JNPK. (2007). Asuhan Persalinan Normal, Ed.3 (revisi), Jakarta

_________.(2005). Panduan Pencegahan Infeksi, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

_________.(2004). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

_________.(2004). Pencegahan/Penanganan Perdarahan Persalinan, Jakarta: Yayasan


(59)

Kepada Yth. Ibu Bidan

Responden Penelitian Di

Tempat

Penelitian ini dilakukan dalam rangka penyelesaian tugas akhir saya dalam Program DIV/Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya akan meneliti tentang ”Faktor yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal (APN) di Wilayah Kerja Puskesmas Hutabaginda Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2008”. Sehubungan dengan itu saya sangat menghargai kesediaan Ibu Bidan untuk mengisi lembar pertanyaan penelitian ini.

Kesungguhan dalam memberikan jawaban sesuai dengan keadaan Ibu Bidan yang sebenarnya akan sangat membantu keberhasilan penelitian ini. Atas kesediaan dan bantuan Ibu Bidan, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya


(60)

KUESIONER PENELITIAN

I. Data responden.

Nama Responden :

Umur : ... tahun (Dapat diisi/dapat tidak)

Pendidikan Terakhir :  DI  DIII  DIV Pelatihan APN (workshop) yang diikuti : ... kali

Pengalaman bekerja sebagai bidan : ... tahun

II. Kuesioner pengetahuan bidan tentang APN

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (X)

1.Asuhan Persalinan normal adalah :

a. Asuhan yang memberikan penanganan masalah di setiap tahap persalinan

b. Asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi

c. Asuhan yang melakukan intervensi pada persalinan yang berbahaya 2.Tujuan asuhan pesalinan normal adalah :

a. Memberi derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi, lengkap dan dengan intervensi minimal.

b. Memberi kesulitan bagi komplikasi persalinan, dan memberikan semua kemudahan bagi bidan pelaksana

c. Memberi kekuatan bagi ibu dan bidan dalam menyelesaikan persalinan. 3. Sebelum alat bekas pakai di cuci dan disterilkan, maka sebaiknya :

a. Dilakukan desinfeksi tingkat tinggi b. Dilakukan dekontaminasi terlebih dahulu c. Direndam dengan air bersih

4. Efektivitas desinfeksi tingkat tinggi mencapai 95 %. DTT dapat dilakukan dengan cara :

a. rendam dengan air bersih b. kimia, rebus dan kukus

c. Cuci dengan air bersih dan mengalir.


(61)

b. Partograf c. Dopler

6. Pada persalinan normal, garis rekaman pembukaan (dilatasi serviks pada partograf), umumnya berada di :

a. Sisi kanan garis waspada b. Sisi kiri garis waspada c. Sisi bawah garis waspada

7.VT sebaiknya dilakukan setiap : a. 2 jam b. 3jam c.4jam

8.Pengosongan kandung kemih pada kala I dapat membantu penurunan kepala. Tindakan yang dapat dilakukan adalah ;

a. Membatasi ibu minum

b. Kateterisasi agar ibu tidak repot c. Ibu dianjurkan berkemih sendiri 9.Penekanan fundus pada persalinan :

a. Bayi lahir dengan cepat b. Ruptur uteri

c. Retensio plasenta

10.Memimpin persalinan dilakukan setelah : a. Pembukaan lengkap

b. Pembukaan lengkap dan his adekuat

c. Pembukaan lengkap dan kepala sudah membuka vulva 5-6cm. 11.Pada persalinan normal pemberian oksitosin sebaiknya diberikan

a. Sebelum bayi lahir b. Sesudah bayi lahir c. Sesudah plasenta lahir

12.Setelah bayi lahir, hal yang perlu dilaksanakan adalah : a. Memandikan bayi dan meletakkan bayi diatas dada ibu b. Mengeringkan bayi dan meletakkan bayi di atas perut ibu c. Memotong tali pusat dan membungkusnya dengan kasa betadin 13.Memandikan bayi dilakukan sebaiknya :

a. Setelah 2 jam b. Setelah 4 jam c. Setelah 6 jam

14.Oksitosin yang dianjurkan pada asuhan persalinan normal adalah a. 5U b. 10 U c. 15U


(62)

15.Oksitosin yang dianjurkan adalah : a. Suntikan intravena

b. Melalui infus c. Intramuscular

16.Pemberian Oksitosin berguna :

a. Mengurangi kontraksi dan mengurangi perdarahan b. Menambah kontraksi dan mengurangi perdarahan c. Mengatur kontraksi sesuai dengan yang diharapkan

17.Selain memberikan oksitosin, manajemen aktif kala III juga melakukan : a. Penegangan tali pusat terkendali dan rangsangan taktil

b. Mengeluarkan plasenta dengan hati hati

c. Memberi rangsangan taktil dan pengeluaran plasenta dengan penuh kesabaran 18.Jika uterus jadi lunak beberapa saat setelah plasenta lahir, dapat dilakukan :

a. Kompresi bimanual

b. Masase uterus dan rangsang papila mamae c. Merujuk

19.Sebaiknya bidan dapat memantau keadaan ibu dan bayi selama : a. 1 jam pertama

b. 2 jam pertama c. 3 jam pertama

20.Sebelum meninggalkan ibu, bidan sebaiknya:

a. Ibu dapat berkemih sendiri, dan keluarga dapat menilai tanda tanda bahaya serta cara mencari pertolongan

b. Bidan melakukan kateterisasi untuk efisien waktu

c. Bidan memberi susu formula kepada keluarganya dan memberi penjelasan dalam pembuatannya.


(63)

III. Kuesioner Pelaksanaan APN

Kuesioner ini dirancang untuk meminta jawaban “Tidak Pernah”(TP) “ Jarang” (J) “Kadang - kadang ” (KK) “Sering” (SRG) “Selalu” (SLL)

No Pertanyaan Jawaban Kuesioner

TP J KK SRG SLL

1 Apakah anda memakai sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan dalam?

2 Apakah anda melakukan pembilasan alat-alat sebelum dekontaminasi (merendam dengan larutan klorin)? 3 Bila garis pembukaan pada partograf

tidak mengalami kemajuan, apakah anda melakukan induksi?

4 Apakah anda memantau djj sebelum bayi lahir?

5 Apakah anda melakukan pemeriksaan vital sign ibu?

6 Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan belum lengkap apakah anda melakukan amniotomi?

7 Apakah anda melakukan klisma agar persalinan lancar?

8 Untuk membantu turunnya kepala, apakah anda melakukan kateterisasi? 9 Apakah anda memperbolehkan ibu

untuk memilih posisi yang diinginkannya saat persalinan.

10 Apakah anda memandikan bayi baru lahir normal?

11 Apakah mengisap lendir dengan pengisap lendir DeLee anda lakukan pada bayi normal?

12 Apakah setelah bayi lahir anda memberikan suntikan oksitosin 10 unit/IM pada ibu?

13 Berhubung ibu masih lelah, dan susah untuk menyusui, apakah anda memberi susu pengganti untuk bayi?

14 Setelah bayi dan plasenta lahir, apakah anda melakukan masase uterus?


(64)

15 Apakah anda memantau kontraksi setelah persalinan selesai?

16 Apakah anda memantau perdarahan setelah persalinan selesai?

IV. Kuesioner Motivasi bidan dalam pelaksanaan APN

Kuesioner ini dirancang untuk meminta jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-ragu), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju)

No Pertanyaan Jawaban Kuesioner

TS KS RR S SS

1 Anda menganggap APN sangat sulit untuk dilakukan.

2 Bila terjadi masalah dalam pelaksanaan APN, anda mencari tahu tentang pelaksanaan yang benar pada sejawat yang lebih berpengalaman.

3 Melakukan APN adalah tanggung jawab anda sebagai bidan.

4 Bila tidak melakukan APN anda bisa saja menjadi penyumbang angka kesakitan atau angka kematian ibu dan bayi.

5 Anda senang dalam melaksanakan tugas yang diberi oleh atasan anda.

6 Anda ingin dilibatkan dalam perencanaan tugas – tugas yang akan anda capai, temasuk pelaksanaan APN.

7 Anda senang bila atasan anda bersikap keras agar anda terpacu dalam melaksanakan tugas.

8 Apakah senang bila diberi kepercayaan, karena anda mampu melakukan tugas, termasuk melaksanakan APN.

9 Keberhasilan Puskesmas adalah

keberhasilan anda juga.

10 Dari hasil kerja anda, seharusnya anda diberi tunjangan penghasilan oleh pemerintah.

11 Menjadi anggota organisasi profesi sangat berguna untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan anda.


(65)

ujung tombak penurunan AKI dan AKB. 13 Fasilitas (sarana dan prasarana) dari

pemerintah tidak menjamin terlaksananya APN.

14 Anda yakin dapat melakukan APN sesuai dengan prosedur bila mengikuti pelatihan 15 Anda bersedia mengikuti pelatihan


(1)

KUESIONER PENELITIAN

I. Data responden.

Nama Responden :

Umur : ... tahun (Dapat diisi/dapat tidak)

Pendidikan Terakhir :  DI  DIII  DIV Pelatihan APN (workshop) yang diikuti : ... kali

Pengalaman bekerja sebagai bidan : ... tahun

II. Kuesioner pengetahuan bidan tentang APN

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberikan tanda (X)

1.Asuhan Persalinan normal adalah :

a. Asuhan yang memberikan penanganan masalah di setiap tahap persalinan

b. Asuhan yang bersih dan aman dari setiap tahap persalinan dan upaya pencegahan komplikasi

c. Asuhan yang melakukan intervensi pada persalinan yang berbahaya 2.Tujuan asuhan pesalinan normal adalah :

a. Memberi derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi, lengkap dan dengan intervensi minimal.

b. Memberi kesulitan bagi komplikasi persalinan, dan memberikan semua kemudahan bagi bidan pelaksana

c. Memberi kekuatan bagi ibu dan bidan dalam menyelesaikan persalinan. 3. Sebelum alat bekas pakai di cuci dan disterilkan, maka sebaiknya :

a. Dilakukan desinfeksi tingkat tinggi b. Dilakukan dekontaminasi terlebih dahulu c. Direndam dengan air bersih

4. Efektivitas desinfeksi tingkat tinggi mencapai 95 %. DTT dapat dilakukan dengan cara :

a. rendam dengan air bersih b. kimia, rebus dan kukus

c. Cuci dengan air bersih dan mengalir.

5. Alat bantu untuk memantau jalannya persalinan adalah : a. Steteskop monokuler


(2)

b. Partograf c. Dopler

6. Pada persalinan normal, garis rekaman pembukaan (dilatasi serviks pada partograf), umumnya berada di :

a. Sisi kanan garis waspada b. Sisi kiri garis waspada c. Sisi bawah garis waspada

7.VT sebaiknya dilakukan setiap : a. 2 jam b. 3jam c.4jam

8.Pengosongan kandung kemih pada kala I dapat membantu penurunan kepala. Tindakan yang dapat dilakukan adalah ;

a. Membatasi ibu minum

b. Kateterisasi agar ibu tidak repot c. Ibu dianjurkan berkemih sendiri 9.Penekanan fundus pada persalinan :

a. Bayi lahir dengan cepat b. Ruptur uteri

c. Retensio plasenta

10.Memimpin persalinan dilakukan setelah : a. Pembukaan lengkap

b. Pembukaan lengkap dan his adekuat

c. Pembukaan lengkap dan kepala sudah membuka vulva 5-6cm. 11.Pada persalinan normal pemberian oksitosin sebaiknya diberikan

a. Sebelum bayi lahir b. Sesudah bayi lahir c. Sesudah plasenta lahir

12.Setelah bayi lahir, hal yang perlu dilaksanakan adalah : a. Memandikan bayi dan meletakkan bayi diatas dada ibu b. Mengeringkan bayi dan meletakkan bayi di atas perut ibu c. Memotong tali pusat dan membungkusnya dengan kasa betadin 13.Memandikan bayi dilakukan sebaiknya :

a. Setelah 2 jam b. Setelah 4 jam c. Setelah 6 jam

14.Oksitosin yang dianjurkan pada asuhan persalinan normal adalah a. 5U b. 10 U c. 15U


(3)

15.Oksitosin yang dianjurkan adalah : a. Suntikan intravena

b. Melalui infus c. Intramuscular

16.Pemberian Oksitosin berguna :

a. Mengurangi kontraksi dan mengurangi perdarahan b. Menambah kontraksi dan mengurangi perdarahan c. Mengatur kontraksi sesuai dengan yang diharapkan

17.Selain memberikan oksitosin, manajemen aktif kala III juga melakukan : a. Penegangan tali pusat terkendali dan rangsangan taktil

b. Mengeluarkan plasenta dengan hati hati

c. Memberi rangsangan taktil dan pengeluaran plasenta dengan penuh kesabaran 18.Jika uterus jadi lunak beberapa saat setelah plasenta lahir, dapat dilakukan :

a. Kompresi bimanual

b. Masase uterus dan rangsang papila mamae c. Merujuk

19.Sebaiknya bidan dapat memantau keadaan ibu dan bayi selama : a. 1 jam pertama

b. 2 jam pertama c. 3 jam pertama

20.Sebelum meninggalkan ibu, bidan sebaiknya:

a. Ibu dapat berkemih sendiri, dan keluarga dapat menilai tanda tanda bahaya serta cara mencari pertolongan

b. Bidan melakukan kateterisasi untuk efisien waktu

c. Bidan memberi susu formula kepada keluarganya dan memberi penjelasan dalam pembuatannya.


(4)

III. Kuesioner Pelaksanaan APN

Kuesioner ini dirancang untuk meminta jawaban “Tidak Pernah”(TP) “ Jarang” (J) “Kadang - kadang ” (KK) “Sering” (SRG) “Selalu” (SLL)

No Pertanyaan Jawaban Kuesioner

TP J KK SRG SLL

1 Apakah anda memakai sarung tangan DTT/steril untuk semua pemeriksaan dalam?

2 Apakah anda melakukan pembilasan alat-alat sebelum dekontaminasi (merendam dengan larutan klorin)? 3 Bila garis pembukaan pada partograf

tidak mengalami kemajuan, apakah anda melakukan induksi?

4 Apakah anda memantau djj sebelum bayi lahir?

5 Apakah anda melakukan pemeriksaan vital sign ibu?

6 Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan belum lengkap apakah anda melakukan amniotomi?

7 Apakah anda melakukan klisma agar persalinan lancar?

8 Untuk membantu turunnya kepala, apakah anda melakukan kateterisasi? 9 Apakah anda memperbolehkan ibu

untuk memilih posisi yang diinginkannya saat persalinan.

10 Apakah anda memandikan bayi baru lahir normal?

11 Apakah mengisap lendir dengan pengisap lendir DeLee anda lakukan pada bayi normal?

12 Apakah setelah bayi lahir anda memberikan suntikan oksitosin 10 unit/IM pada ibu?

13 Berhubung ibu masih lelah, dan susah untuk menyusui, apakah anda memberi susu pengganti untuk bayi?

14 Setelah bayi dan plasenta lahir, apakah anda melakukan masase uterus?


(5)

15 Apakah anda memantau kontraksi setelah persalinan selesai?

16 Apakah anda memantau perdarahan setelah persalinan selesai?

IV. Kuesioner Motivasi bidan dalam pelaksanaan APN

Kuesioner ini dirancang untuk meminta jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju), RR (Ragu-ragu), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju)

No Pertanyaan Jawaban Kuesioner

TS KS RR S SS

1 Anda menganggap APN sangat sulit untuk dilakukan.

2 Bila terjadi masalah dalam pelaksanaan APN, anda mencari tahu tentang pelaksanaan yang benar pada sejawat yang lebih berpengalaman.

3 Melakukan APN adalah tanggung jawab anda sebagai bidan.

4 Bila tidak melakukan APN anda bisa saja menjadi penyumbang angka kesakitan atau angka kematian ibu dan bayi.

5 Anda senang dalam melaksanakan tugas yang diberi oleh atasan anda.

6 Anda ingin dilibatkan dalam perencanaan tugas – tugas yang akan anda capai, temasuk pelaksanaan APN.

7 Anda senang bila atasan anda bersikap keras agar anda terpacu dalam melaksanakan tugas.

8 Apakah senang bila diberi kepercayaan, karena anda mampu melakukan tugas, termasuk melaksanakan APN.

9 Keberhasilan Puskesmas adalah

keberhasilan anda juga.

10 Dari hasil kerja anda, seharusnya anda diberi tunjangan penghasilan oleh pemerintah.

11 Menjadi anggota organisasi profesi sangat berguna untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan anda.


(6)

ujung tombak penurunan AKI dan AKB. 13 Fasilitas (sarana dan prasarana) dari

pemerintah tidak menjamin terlaksananya APN.

14 Anda yakin dapat melakukan APN sesuai dengan prosedur bila mengikuti pelatihan 15 Anda bersedia mengikuti pelatihan