Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2012

(1)

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI OLEH BIDAN DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS DANAU MARSABUT KECAMATAN

SIPIROK KABUPATEN TAPANULI SELATAN

SUMATERA UTARA TAHUN 2012

115102134

MADINA NAMORA NADUMA

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2012

Nama : Madina Namora Naduma

Jurusan : Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012 ABSTRAK

Latar belakang: Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Program inisiasi menyusu dini mempunyai manfaat yang sangat besar untuk bayi maupun ibu yang baru melahirkan, tetapi penerapan inisiasi menyusu dini itu sendiri belum tersosialisasikan di beberapa rumah sakit maupun di klinik praktik bidan, sehingga penerapannya masih perlu di kembangkan. Pelaksanaan IMD sangat bergantung pada tenaga kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan terutama Bidan sebagai penolong langsung persalinan.

Tujuan penelitian: Untuk mengidentifikasi pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2012.

Metode penelitian: Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 31 orang dengan metode pengambilan sampel total sampling. Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2012. Analisis data dengan statistika deskriptif . Instrumen dalam penelitian ini lembar observasi yang berisi data demografi, dan 10 pernyataan pelaksanaan.

Hasil penelitian: Sebagian besar responden berumur < 30 tahun yaitu sebanyak 14 responden ( 46.7%), berdasarkan golongan lama bekerja di dapati bahwa mayoritas responden yang lama bekerja < 5 tahun sebanyak 18 responden (60%), berdasarkan golongan pelatihan APN, didapati bahwa bidan yang mengikuti pelatihan sebanyak 20 responden (66,7%) dan responden yang melaksanakan inisiasi menyusu dini dengan baik sebanyak 18 responden (60%).

Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 terlaksana dengan baik namun masih banyak bidan yang melaksanaan dengan kurang baik. Sehingga diharapkan tenaga kesehatan khususnya bidan, baik yang bekerja di dalam Puskesmas maupun yang berada di wilayah kerja Puskesmas, lebih menerapkan program inisiasi menyusu dini kepada ibu-ibu yang baru selesai melahirkan serta memberi informasi-informasi penting kepada ibu-ibu tentang manfaat inisiasi menyusu dini untuk ibu dan bayinya.

Kata Kunci : Pelaksanaan, inisiasi menyusu dini, bidan. Daftar Pustaka 24 (2004-2011)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kepada Allah swt karena atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ‘Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2012’.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna baik dari isi maupun susunan bahasa. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara, dosen pembimbing akademik sekaligus dosen pembimbing dalam penyusunan karya tulis ilmiah yang telah membimbing hingga karya tulis ilmiah ini selesai.

3. dr. Fidel Ganis Siregar, SpOG selaku Penguji I sekaligus staf pengajar Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. dr. Juliandi Harahap, MA selaku Penguji II sekaligus staf pengajar Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ayahanda, Ibunda, kakak serta abang yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. Teman-teman dan semua pihak yang mendukung peneliti dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih atas semua bantuan yang diberikan, semoga mendapat anugerah dari Allah swt. Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Juni 2011


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 5

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 5

3. Bagi Pendidikan Kebidanan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ... 6

1. Defenisi ... 6

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 7

3. Manfaat kontak kulit antara ibu dan bayi ... 7

4. Alasan Pentingnya Menyusu Dini ... 8

5. IMD Yang Kurang Tepat ... 10

6. IMD Yang Dianjurkan ... 10

7. Perilaku Bayi Saat Inisiasi Menyusu Dini ... 11

B. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini ... 12

1. Tatalaksana IMD Secara Umum ... 12

2. Tatalaksana IMD Pada Operasi Caesar ... 13

C. Kontra Indikasi Inisiasi Menyusu Dini ... 14

1. Kontra Indikasi Pada Ibu ... 14

2. Kontra Indikasi Pada Bayi ... 16

D. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini ... 17

E. Beberapa Penelitian Tentang IMD ... 19

F. Program Pemerintah Dalam Pelaksanaan IMD ... 20

G. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGS ... 21

H. Kebijakan WABA Tentang IMD ... 21

I. Bidan ... 22


(7)

BAB III KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep ... 25

B. Defenisi Operasional ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

1. Populasi ... 29

2. Sampel ... 29

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

D. Etika Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

F. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

1. Uji Validitas ... 32

2. Uji Reliabilias ... 32

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 32

H. Analisa Data ... 33

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR GAMBAR


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 : Defenisi Operasional ... 26 Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Bidan yang Melakukan

Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 34 Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 35 Tabel 5.4 : Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh

Bidan Berdasarkan Mengikuti Atau Tidak Mengikuti Pelatihan APN di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 36 Tabel 5.5 : Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh

Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 37


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu 334 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian Bayi Baru Lahir sebesar 25 per seribu kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian tersebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat (JNPK-KR, 2008).

Di dalam Rencana Stategik Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia sehat 2010 adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2008).

Banyak program yang dicanangkan untuk mendukung rencana ini. Salah satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada asuhan persalinan normal (APN) segera setelah bayi lahir. Manfaat IMD bagi ibu dan bayi sangat banyak, yang jika dilaksanakan dengan baik, dapat mencegah resiko kematian ibu dan bayi. Menurut The World Health Report (2005, dalam Roesli, 2008) angka kematian bayi di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Artinya angka kematian bayi masih tinggi.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan salah satu cara untuk menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) usia 28 hari yang mana di Indonesia pada tahun 2000 masih tinggi yakni sebesar 22%. Namun, praktik Inisiasi Menyusu Dini (IMD) khususnya di Indonesia masih sangat rendah. Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002,


(11)

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Indonesia hanya sebesar 3,7%. Edmond, dkk (2006, dalam Roesli, 2008) menyebutkan bahwa menunda inisiasi menyusu akan meningkatkan kematian bayi. Penelitiannya melaporkan bahwa dari 10.947 bayi yang lahir antara Juli 2003–Juni 2004 dan disusui dalam 1 jam pertama akan menurunkan angka kematian perinatal sebesar 22% dan kemungkinan kematian meningkat secara bermakna setiap jam permulaan menyusu ditangguhkan.

Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan dalam melaksanakan IMD karena ibu tidak dapat melakukan IMD tanpa bantuan dan fasilitasi dari bidan. Misalnya untuk mendukung ASI eksklusif 6 bulan, penelitian yg dilakukan terhadap kelompok ibu yang ASI eksklusif dan ASI tidak eksklusif menunjukkan bahwa sebagian besar informan ASI eksklusif difasilitasi IMD oleh bidan sedangkan sebagian besar informan ASI tidak eksklusif tidak difasilitasi IMD. Dalam penelitian tersebut dari 7 informan yang tidak IMD, hanya 3 informan yang alasannya karena hal yang sulit dihindari, yaitu ibu sakit sehabis operasi caesar, bayi harus langsung masuk inkubator, dan ibu mengalami perdarahan. Sedangkan 4 informan lainnya tidak IMD karena alasan yang sebenarnya bisa dihindari yaitu bayi akan dibersihkan dan dibedong terlebih dahulu (Fika & Syafiq, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Putra (2007) terhadap bidan dan ibu bersalin pada salah satu Puskesmas di Kabupaten Solok Sumatera Barat, untuk menganalisis praktik bidan dalam pelayanan bagi ibu bersalin dan bayi baru lahir menunjukkan kurangnya fasilitasi dan kualitas IMD yang dilakukan oleh bidan. Dalam studi tersebut bidan mengakui dalam IMD tidak terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi karena bayi diberikan ke ibu dalam keadaan sudah terbungkus dan mereka umumnya pernah memberikan susu bantu kepada bayi dengan indikasi bila dalam 2 jam ASI belum keluar.


(12)

Penelitian di salah satu rumah sakit pusat rujukan di Jakarta Pusat menunjukkan hubungan yang signifikan antara bidan yang mempunyai sikap positif terhadap IMD dengan penerapan praktik IMD. Artinya bidan yang bersikap positif akan lebih besar kemungkinannya untuk melakukan IMD. Sikap positif bidan terhadap IMD antara lain adalah bidan merasa senang bila ibu mengerti akan pentingnya IMD, bidan mau menyebarluaskan informasi tentang pentingnya IMD, bidan mau membantu melaksanakan IMD, dan bidan tidak mau memberikan susu botol kepada bayi (Rusnita, 2008).

Banyak rumah sakit bersalin yang tidak mendukung IMD. Sehabis dilahirkan bayi seharusnya langsung diletakkan di dada ibu agar refleksnya berkembang dan produksi ASI ibu meningkat namun bayi malah dipisahkan dan baru diberikan sehari kemudian. (Roesli, 2008). Kesiapan sarana pelayanan kesehatan, termasuk kesiapan petugas kesehatan /bidan perlu diperhatikan. Jumlah rumah sakit sayang bayi diperkirakan hanya sekitar 50-70% pada rumah sakit pemerintah dan 10-20% pada rumah sakit swasta (Depkes RI, 2008).

Pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif sangat bergantung pada tindakan yang diambil oleh tenaga kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan pada jam-jam pertama. Berbagai studi menunjukkan peran tenaga kesehatan penolong persalinan sangat besar dalam keberhasilan pelaksanaan IMD dan ASI eksklusif. (Fika & Syafiq, 2009).

Program inisiasi menyusu dini mempunyai manfaat yang sangat besar untuk bayi maupun ibu yang baru melahirkan, tetapi penerapan inisiasi menyusu dini itu sendiri belum tersosialisasikan di beberapa rumah sakit, maupun di klinik praktik bidan, sehingga penerapannya masih perlu di kembangkan. Dari penelitian Nover (2011) yang dilakukan pada 54 BPS di wilayah kerja puskesmas di kota Medan tahun 2010 diperoleh hanya sekitar 60% saja yang melaksanakan program IMD.


(13)

Menurut survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember 2011 di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok, berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 3 bidan yang melakukan pertolongan persalinan, 2 diantaranya tidak melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibu dengan alasan merasa kasihan karena ibu masih lelah setelah melahirkan, ibu butuh istirahat, bayi harus segera ditimbang dan diukur, takut bayi kedinginan sehingga bayi harus segera dibedong. Padahal seharusnya, keadaan seperti itu bukanlah alasan untuk tidak dilakukannya kontak kulit ibu dengan kulit bayi. Mengacu pada hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu ‘Bagaimana Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara Tahun 2012’.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok tahun 2012.

2. Tujuan Khusus


(14)

b. Untuk mengetahui distribusi pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini berdasarkan mengikuti atau tidak mengikuti pelatihan APN.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelayanan asuhan kebidanan khususnya pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini.

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu pada mata kuliah asuhan kebidanan persalinan (ASKEB II).

3. Bagi Puskesmas Danau Marsabut Sipirok

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan program promosi kesehatan, khususnya tentang penerapan pelayanan kebidanan terbaru dimasyarakat.

4. Bagi Penelitian Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orangtua dan tenaga medis tapi begitu vital bagi kehidupan bayi selanjutnya, yaitu memberi kesempatan bagi bayi untuk memulai menyusu pertama kali (inisiasi menyusu dini) dalam kehidupannya.

Selama berpuluh-puluh tahun, baik tenaga kesehatan maupun orangtua berpendapat bahwa bayi baru lahir tidak mungkin dapat menyusu sendiri. Kita berpikir untuk mendapat ASI pertama kalinya, kita harus membantu bayi dengan memasukkan puting susu ke mulut bayi atau menyusuinya. Padahal bayi baru lahir belum siap menyusu sehingga jika ibu ingin menyusui bayi untuk pertama kali, kadang ia hanya melihat dan menjilat puting susu, bahkan kadang menolak tindakan yang mengganggunya ini. Faktanya, saat dilahirkan, bayi mungkin lebih mengerti akan hal ini daripada ibu dan kita.

1. Defenisi

Inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi, sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir (Roesli, 2008)

Sesaat setelah ibu melahirkan maka biasanya bayi akan dibiarkan atau diletakkan di atas dada si ibu agar sang anak mencari sendiri puting ibunya, ini disebut dengan


(16)

inisiasi menyusu dini/IMD (Kodrat, 2010). Pemberian ASI secara dini juga membiasakan bayi agar terbiasa mengkonsumsi ASI untuk pertumbuhan dan perkembangannya, sebab untuk ASI merupakan makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi yang didalam ASI mengandung unsur-unsur gizi lengkap yang diperlukan bayi dalam pertumbuhan dan perkembangannya kelak (Saleha, 2008).

2. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Manfaat Inisiasi menyusu dini bagi bayi adalah: memenuhi kebutuhan nutrisi bayi karena ASI merupakan makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal; memberi kekebalan pasif kepada bayi melalui kolostrum sebagai imunisasi pertama bagi bayi; meningkatkan kecerdasan; membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas; meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi; mencegah kehilangan panas; serta merangsang kolostrum segera keluar. Sedangkan manfaat inisiasi menyusu dini bagi ibu adalah: merangsang produksi oksitosin dan prolaktin; meningkatkan keberhasilan produksi ASI; dan meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Sidi et all, 2004).

3. Manfaat Kontak Kulit Antara Ibu - Bayi

Manfaat kontak kulit antara ibu dan bayi adalah: dada ibu mampu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara sehingga akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia); baik ibu maupun bayi akan merasa lebih tenang, pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan bayi akan jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energy; saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya melalui jilatan dan menelan bakteri menguntungkan dikulit ibu sehingga bakteri ini akan berkembang biak membentuk koloni disusu dan kulit bayi, menyaingi bakteri yang merugikan.


(17)

Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu dan bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga dan setelah itu bayi akan tidur dalam waktu yang lama; makanan yang diperoleh bayi dari ASI sangat diperlukan bagi pertumbuhan bayi dan kemungkinan bayi menderita alergi dapat dihindari lebih awal; bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif dan lebih lama disusui; hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu ibu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

Bayi mendapat ASI / kolostrum yang pertama kali keluar, cairan ini kaya akan zat yang meningkatkan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan infeksi, penting untuk pertumbuhan, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus (Roesli, 2007).

4. Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini

Menurut Maryunani (2009), alasan penting melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah karena suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal (thermogulator) yang diperlukan bayi. Kulit dada ibu yang melahirkan 1oC lebih panas dari ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu tubuh ibu otomatis naik 2o

Kehangatan dada ibu saat bayi diletakkan didada ibu, akan membuat bayi merasakan getaran cinta sehingga merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat secara psikis. Bayi akan lebih tenang, karena dengan mendengar pernapasan dan detak jantung ibu dapat menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan meningkatkan kekebalan tubuh bayi.

C untuk menghangatkan bayi, sehingga dapat menurunkan resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan.


(18)

Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan puting susu ibunya sendiri, akan tercemar bakteri yang tidak berbahaya terlebih dahulu sebagai anti ASI ibu, sehingga bakteri baik ini membentuk koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat keluar sehingga bayi akan lebih cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.

Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri. Sentuhan, kuluman/emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang oksitosin ibu yang penting dalam menyebabkan kontraksi rahim, sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain yang membuat ibu merasa tenang, rileks dan merangsang pengaliran ASI dari payudara.

Secara psikologis pemberian ASI pada satu jam pertama akan memberikan manfaat yaitu bayi akan mendapat terapi psikologis berupa ketenangan dan kepuasan. Terpenuhinya rasa aman dan nyaman akibat kelelahan selama proses persalinan karena kepala bayi harus melewati pintu atas panggul, panggul dalam dan dasar panggul yang membuat bayi stress. Dengan menemukan puting susu ibu, bayi mendapatkan ketenangan kembali. Pelukan ibu membuat bayi merasa aman dan nyaman seperti dalam rahim ibu. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis, karena ia mendapat modal pertama membentuk kepercayaan diri terhadap lingkungan.

5. Inisiasi Menyusu Dini Yang Kurang Tepat

Menurut Roesli (2008), praktek inisiasi menyusu dini selama ini kurang tepat, dimana penanganan bayi baru lahir sebagai berikut: begitu lahir bayi diletakkan


(19)

diperut ibu yang sudah dialasi kain kering; bayi segera dikeringkan dengan kain kering, tali pusat dipotong lalu diikat; karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi, kemudian diletakkan didada ibu (tidak terjadi kontak kulit antara bayi dan ibu). Bayi dibiarkan didada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum. Selanjutnya diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting ibu ke mulut bayi; setelah itu bayi dibawa ke kamar transisi, atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K dan diberi tetes mata.

6. Inisiasi Menyusu Dini Yang Dianjurkan

Keberhasilan inisiasi menyusu dini, sangat tergantung pada petugas kesehatan yang menanganinya. Karena petugaslah yang akan membimbing ibu dan bayi melakukan langkah-langkah yang tepat. Untuk itu, Roesli (2008) menganjurkan petugas melakukan langkah –langkah sebagai berikut: begitu lahir bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering; keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya; vernix (zat lemak putih) yang melekat ditubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan, karena zat ini membuat nyaman kulit bayi; tali pusat dipotong lalu diikat; tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan didada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya.

7. Perilaku Bayi Saat Inisiasi Menyusu Dini

Saat inisiasi menyusu dini, dimana bayi baru lahir langsung dikeringkan, diletakkan di perut ibu (kontak kulit) kemudian dibiarkan setidaknya satu jam/sampai bayi berhasil menyusu, semua bayi akan mengalami beberapa tahapan perilaku ( pre-feeding behaviour). Perilaku bayi saat inisiasi menyusu dini terdiri dari 5 tahap.


(20)

Tahap pertama merupakan stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga, bayi diam tidak bergerak sesekali matanya terbuka lebar melihat ibunya. Hal ini berlangsung sekitar 30 menit. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan diluar kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman. Hal ini meningkatkan kemampuan menyususi dan mendidik bayinya.

Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Tahap ini berlangsung antara 30 – 40 menit. Bayi mencium dan merasakan cairan ketuban yang ada ditangannya. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan dari payudara ibu. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk payudara puting susu ibu.

Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi mengeluarkan air liurnya. Tahap ke empat, bayi mulai bergerak kearah payudara ibu, dengan kaki menekan perut ibu. menoleh kekanan dan kekiri, serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya dengan tangannya yang mungil. Tahap kelima, bayi mulai menemukan puting ibu, menjilat, mengulum dan membuka mulut lebar sehingga melekat dengan baik (Saleha, 2008).

B. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

1. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Secara Umum.

Pelaksanaan inisiasi menyusu dini dimulai dengan memberitahu ibu dan keluarga tentang asuhan yang akan diberikan, suami atau keluarga dianjurkan untuk mendampingi ibu saat persalinan, biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan (normal, dengan posisi jongkok atau melahirkan di dalam air), dan hindari


(21)

penggunaan obat kimiawi saat persalinan, dapat diganti dengan cara non-kimiawi (pijat, aroma terapi, gerakan atau hypnobirthing).

Setelah bayi lahir, keringkan seluruh badan dan kepala bayi (kecuali kedua tangan) secepatnya, biarkan lemak putih (vernix) karena dapat menyamankan kulit bayi. Lakukan pemotongan dan pengikatan talipusat kemudian tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dan biarkan kulit bayi melekat diperut ibu, posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimal satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Selimuti ibu dan bayi, jika perlu gunakan topi bayi. Biarkan bayi mencari sendiri puting ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak boleh memaksakan bayi ke puting susu. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih.

Selanjutnya, anjurkan suami/keluarga untuk mendukung ibu dan membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu, karena dukungan ini akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama. Kesempatan kontak kulit dengan kulit juga dianjurkan pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi caesar.

Bayi hanya boleh dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda. Rawat gabung _ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar_ selama satu jam ibu-bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Hindari pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) (Baskoro, 2008).


(22)

2. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar

Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi caesar. Namun, jika diberikan anastesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi.

Bayi dapat segera diposisikan sehingga terjadi kontak kulit ibu dan kulit bayi. Usahakan menyusu pertama dilakukan dikamar operasi. Jika keadaan ibu dan bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi diruang pulih saat ibu sudah dapat merespon walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius (Roesli, 2008).

Inisiasi menyusu dini tetap dapat dilakukan pada persalinan caesar, namun perlu dukungan ekstra, yaitu harus ada tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20-50 o

Jika inisiasi menyusu dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi, atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan didada ibu, ketika dipindahkan kekamar perawatan ibu atau kamar pulih (Kristyansari, 2009).

C, sediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu, siapkan topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. Biarkan bayi dalam posisi sulit, bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam.

C. Kontra Indikasi Inisiasi Menyusu Dini.

Ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan untuk pelaksanaan inisiasi menyusu dini, baik kondisi ibu maupun kondisi bayi. Namun biasanya kondisi seperti ini hanya ditemui di Rumah Sakit karena kondisi ini merupakan kondisi


(23)

kegawatdaruratan yang penanganan persalinannya pun hanya dapat dilakukan oleh dokter-dokter yang ahli dibidangnya (Roesli, 2008).

1. Kontra Indikasi Pada Ibu.

Kontra indikasi pada ibu antara lain: yang pertama, ibu dengan fungsi kardio respiratorik yang tidak baik, penyakit jantung klasifikasi II dianjurkan untuk sementara tidak menyusu sampai keadaan jantung cukup baik. Bagi pasien jantung klasifikasi III tidak dibenarkan untuk menyusu. Penilaian akan hal ini harus dilakukan dengan hati-hati. Jika penyakit jantungnya tergolong berat, tak dianjurkan memberi ASI. Mekanisme oksitosin dapat merangsang otot polos. Sementara organ jantung bekerja dibawah pengaruh otot polos. Jadi, menyusu dapat memunculkan kontraksi karena kelenjar tersebut terpacu hingga kerja jantung jadi lebih keras sehingga bisa timbul gagal jantung.

Kedua, ibu dengan eklamsia dan pre-eklamsia berat. Keadaan ibu biasanya tidak baik dan dipengaruhi obat-obatan untuk mengatasi penyakit. Biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan pada bayi. Sebaiknya pemberian ASI dihentikan meski tetap perlu dimonitor kadar gula darahnya. Konsultasikan pada dokter mengenai boleh-tidaknya pemberian ASI pada bayi dengan mempertimbangkan kondisi ibu serta jenis obat-obatan yang dikonsumsi.

Ketiga, ibu dengan penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tuberkulosis paru yang aktif dan terbuka merupakan kontra indikasi mutlak. Pada sepsis keadaan ibu biasanya buruk dan tidak akan mampu menyusu. Banyak perdebatan mengenai penyakit infeksi apakah dibenarkan menyusu atau tidak. Ibu yang positif mengidap AIDS belum tentu bayinya juga positif AIDS. Itu sebabnya ibu yang mengidap AIDS, sama sekali tak boleh memberi ASI pada bayi.


(24)

Keempat, ibu dengan karsinoma payudara, harus dicegah jangan sampai ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusu, ditakutkan adanya sel - sel karsinoma yang terminum si bayi. Kalau semasa menyusu ibu ternyata harus menjalani pengobatan kanker, disarankan menghentikan pemberian ASI. Obat-obatan antikanker yang dikonsumsi, bersifat sitostatik yang prinsipnya mematikan sel. Jika obat-obatan ini sampai terserap ASI lalu diminumkan ke bayi, dikhawatirkan mengganggu pertumbuhan sel-sel bayi.

Kelima, ibu dengan gangguan psikologi. Keadaan jiwa si ibu tidak dapat dikontrol bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayinya.

Keenam, ibu dengan gangguan hormon. Bila ibu menyusu mengalami gangguan hormon dan sedang menjalani pengobatan dengan mengonsumsi obat-obatan hormon, sebaiknya pemberian ASI dihentikan. Dikhawatirkan obat yang menekan kelenjar tiroid ini akan masuk ke ASI lalu membuat kelenjar tiroid bayi jadi terganggu.

Ketujuh, ibu dengan tuberculosis. Pengidap tuberkulosis aktif tetap boleh menyusu karena kuman penyakit ini tak akan menular lewat ASI, agar tak menyebarkan kuman ke bayi selama menyusu, ibu harus menggunakan masker. Tentu saja ibu harus menjalani pengobatan secara tuntas.

Kedelapan, ibu dengan hepatitis. Bila ibu terkena hepatitis selama hamil, biasanya kelak begitu bayi lahir akan ada pemeriksaan khusus yang ditangani dokter anak. Bayi akan diberi antibodi untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya agar tidak terkena penyakit yang sama. Sedangkan untuk ibunya akan ada pemeriksaan laboratorium tertentu berdasarkan hasil konsultasi dokter penyakit dalam. Dari hasil pemeriksaan tersebut baru bisa ditentukan, boleh-tidaknya ibu memberi ASI. Bila


(25)

hepatitisnya tergolong parah, umumnya tidak dibolehkan memberi ASI karena dikhawatirkan bisa menularkan pada si bayi.

2. Kontra Indikasi Pada Bayi

Kontra indikasi pada bayi, antara lain: pertama, bayi kejang. Kejang - kejang pada bayi akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan untuk menyusu. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusu. Kesadaran bayi yang menurun juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusu.

Kedua, bayi yang sakit berat. Bayi dengan penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan intensif tidak memungkinkan untuk menyusu, namun setelah keadaan membaik tentu dapat disusui. Misalnya bayi dengan kelainan lahir dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah (Very Low Birth Weight) . Refleks menghisap dan refleks lain pada BBLSR belum baik sehingga tidak memungkinkan untuk menyusu.

Ketiga, bayi dengan cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak. Cacat ringan seperti labioskhisis, palatoskisis bahkan labiopalatoskisis masih memungkinkan untuk menyusu.

D. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Banyak pendapat yang beredar dimasyarakat yang dapat menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan bayi, padahal tidak terbukti kebenarannya, justru sebaliknya harus melaksanakan inisiasi menyusu dini. Berikut pendapat di masyarakat dan bantahannya.

Pendapat yang pertama adalah karena bayi kedinginan, hal ini tidak benar. Bergman, N (2005) menjelaskan bahwa suhu dada ibu yang melahirkan satu derajat


(26)

lebih panas daripada suhu dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayi yang diletakkan didada ibu ini kepanasan, suhu dada ibu akan turun satu derajat dan jika bayi kedinginan, suhu dada ibu akan meningkat dua derajat untuk menghangatkan bayi.

Pendapat yang kedua adalah suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

Pendapat yang ketiga, bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur. Padahal, menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai. Pendapat yang keempat, bayi masih kurang siaga, padahal tidak demikian. Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang di asup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

Pendapat yang kelima, kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi. Hal ini tidak benar, kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain/cairan pre-laktal (tidak benar). Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.


(27)

Pendapat yang keenam, setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. Hal ini tidak benar, seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir, keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu. Pendapat yang ketujuh, ibu harus dijahit. Sebenarnya tidak masalah, kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara sedangkan yang dijahit adalah bagian bawah perut ibu.

Pendapat yang selanjutnya, tenaga kesehatan kurang tersedia untuk menemani ibu. Hal tidak jadi masalah, karena saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya, bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu. Pendapat yang terakhir, kamar bersalin atau kamar operasi sibuk. Hal ini juga tidak masalah, karena dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencari payudara dan menyusu dini.

E. Beberapa Penelitian Tentang IMD

Penelitian yang dilakukan oleh Righard L dan Alade M (1990, dalam Roesli, 2008) terhadap pasangan ibu-bayi baru lahir, untuk melihat keberhasilan IMD pada bayi yang lahir normal atau dengan tindakan menjelaskan bahwa bayi baru lahir yang dibiarkan melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya, dapat menyusu sendiri dengan baik, sedangkan bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari ibunya tidak dapat menyusu sendiri.

Penelitian Sose dkk (1978, dalam Roesli 2008) tentang pengaruh kontak kulit dengan kulit antara ibu dan bayi segera setelah bayi lahir terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan melakukan kontak kulit ke kulit


(28)

ibu setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Sekitar 59% bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini masih menyusu setelah berumur 6 bulan dan 38% masih menyusu setelah berumur satu tahun, sedangkan bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29% saja yang masih menyusu saat berumur 6 bulan dan 8% saat berumur satu tahun.

Penelitian mengenai hubungan inisiasi menyusu dini dengan keberhasilan ASI Eksklusif yang dilakukan oleh Fika dan Syafiq (2003, dalam Roessli 2008) menunjukkan, bayi yang diberi kesempatan menyusu dini delapan kali lebih berhasil ASI Eksklusif daripada yang tidak diberi kesempatan menyusu dini.

Hasil penelitian Edmond dkk (2003, dalam Roesli, 2008) menyimpulkan bahwa menunda permulaan/ inisiasi menyusu meningkatkan kematian bayi. Edmond menjelaskan bahwa dengan memberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam), dapat menyelamatkan 22% bayi dibawah 28 hari. Dan jika menyusu pertama dilakukan setelah bayi berusia diatas 2 jam dan dibawah 24 jam pertama, hanya 16% bayi dibawah 28 hari yang bisa diselamatkan.

Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa selain menyukseskan pemberian ASI Eksklusif, inisiasi menyusu dini juga dapat menyelamatkan nyawa bayi.

F. Program Pemerintah Dalam Pelaksanaan IMD

Salah satu dukungan pemerintah dalam mewujudkan keberhasilan inisiasi menyusu dini dapat kita lihat dari program persiapan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Persiapan yang dilakukan pemerintah adalah mengadakan pertemuan rumah sakit, dokter kebidanan, dokter


(29)

anak, dokter anastesi, bidan, tenaga kesehatan yang bertugas di kamar bersalin, kamar operasi dan kamar perawatan ibu melahirkan, untuk mensosialisasikan Rumah Sakit Sayang Bayi yang direvisi tahun 2006 (Kristiyansari, 2009).

Selain itu, pemerintah juga mengadakan pelatihan tenaga kesehatan terkait yang dapat menolong, mendukung ibu menyusui, termasuk menolong inisiasi menyusu dini yang benar. Setidaknya antenatal (ibu hamil), dua kali pertemuan dengan tenaga kesehatan bersama orangtua, membahas keuntungan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusui yang benar, inisiasi menyusu dini termasuk inisiasi dini pada kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan yaitu pertemuan bersama-sama beberapa keluarga membicarakan secara umum dan pertemuan dengan satu keluarga membicarakan secara khusus. Di Rumah Sakit Ibu Sayang Bayi, inisiasi dini termasuk langkah ke empat dari sepuluh langkah keberhasilan menyusui.

G. Inisiasi Menyusu Dini dan MDGS

Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGS), khususnya pada tujuan keempat, yakni membantu mengurangi angka kematian bayi. Menurut The World Health Report (2005), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara berkembang yakni Brazil, Ghana, India, Oman Norwegia dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%.

Sekitar 40% kematian balita terjadi di usia bayi baru lahir (di bawah satu bulan). Jika bayi menyusu sejak dini, maka akan mengurangi 22% kematian bayi 28 hari.


(30)

Berarti inisiasi menyusu dini mampu mengurangi 8,8% angka kematian balita (Roesli, 2008).

H.Kebijakan WABA Tentang IMD

Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang Inisiasi Menyusu Dini terutama dalam satu jam setelah kelahiran, merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal. Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dari satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan yaitu dimulai inisiasi dini dalam satu jam pertama kelahiran.

WHO/UNICEF merekomendasikan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan, diteruskan dengan makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konferensi tentang hak anak mengakui bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan inisiasi menyusu dini yang sesuai.

WABA mengeluarkan beberapa kebijakan tentang inisiasi menyusu dini dalam pekan ASI sedunia (World Breasfeeding Week, 2007), antara lain: menggerakkan dunia untuk menyelamatkan satu juta bayi dimulai dengan satu tindakan sederhana yaitu dengan memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama kehidupannya; menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan menyusui selama 6 bulan secara eksklusif; mendorong Menteri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk menyatukan pendapat bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama adalah indikator penting untuk kesehatan; memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu


(31)

jam pertama untuk bayi dan memastikan mereka untuk melakukan kesempatan yang baik ini pada bayi mereka; memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang inisiasi menyusu dini.

I. Bidan

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, jika melakukan praktik yang bersangkutan harus mendaftar untuk mendapatkan izin praktik dari lembaga yang berwenang. Dalam melaksanakan praktik, bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pada: wanita hamil, bersalin, nifas, BBL, bayi dan balita (Hidayat dan mudfilah, 2009).

Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Hidayat dan Mudfilah, 2009).

J. Bidan dan Inisiasi Menyusu Dini

Persalinan normal ialah terjadinya kelahiran bayi aterm dengan proses pervaginam alami dan tanpa komplikasi. Aspek pelayanan yang penting dalam partus normal ialah kasih sayang, keamanan dan kepuasan pasien. Hal ini lebih bayak dibuktikan oleh para bidan, baik dalam praktek mandiri maupun kolaborasi dengan dokter Obgyn di rumah sakit (Soepardan, 2008).

Angka kematian bayi baru lahir di indonesia masih tinggi, sebagian penyebab kematian tersebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat yang salah satunya


(32)

adalah dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Bidan, sebagai petugas kesehatan yang menangani pertolongan persalinan secara langsung banyak berinteraksi dengan neonatal, sehingga sangat berperan penting dalam promosi dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Sulistyawati, 2009).

Sesuai dengan protokol evidence – based yang telah diperbaharui oleh WHO dan UNICEF tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama kehidupannya, inisiasi menyusu dini menjadi program yang mendukung perubahan paradigma kebidanan yaitu mencegah terjadinya komplikasi, khususnya pada bayi baru lahir. Dengan dilaksanakannya inisiasi menyusu dini, diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam penurunan angka kematian bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).

Untuk memudahkan kinerja bidan, JNPK-KR bekerjasama dengan POGI telah menerbitkan buku asuhan persalinan normal dan inisiasi menyusu dini sebagai acuan, serta bekerja sama dengan IBI, IDAI, P2KP-KR dibawah naungan Bakti Husada mengadakan pelatihan – pelatihan terkait, bagi seluruh bidan yang menangani persalinan di Indonesia.

Proses melakukan IMD oleh bidan dalam asuhan bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi tentang asuhan yang akan diberikan; 2. Mengeringkan tubuh dan kepala kecuali tangan bayi;

3. Memotong dan mengikat tali pusat bayi;

4. Melakukan kontak kulit bayi dengan kulit ibu dengan cara menelungkupkan bayi diatas perut atau dada ibu (tanpa alas /dibedong).

5. Menyelimuti ibu dan bayi (memasang topi pada bayi jika perlu); 6. Membiarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu;


(33)

8. Membiarkan ibu dan bayi sampai 1 jam atau sampai bayi berhasil menyusu. 9. Melakukan asuhan bayi baru lahir setelah bayi selesai menyusu.

10. Melakukan rawat gabung (menempatkan ibu dan bayi dalam ruangan yang sama).


(34)

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Penelitian dilakukan hanya untuk melihat pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Sipirok. Maka kerangka konsepnya adalah sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka Konsep

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok: 1. Memberikan informasi tentang asuhan yang akan

diberikan;

2. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi kecuali telapak tangan, dengan membiarkan vernix; 3. Memotong dan mengikat tali pusat bayi;

4. Melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu dengan cara menelungkupkan bayi diatas perut atau dada ibu (tanpa alas /dibedong);

5. Menyelimuti ibu dan bayi (memasang topi pada bayi jika perlu);

6. Membiarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu. 7. Menganjurkan suami/keluarga untuk mendukung

ibu;

8. Membiarkan ibu dan bayi sampai 1 jam atau sampai bayi berhasil menyusu.

9. Melakukan asuhan bayi baru lahir setelah bayi selesai menyusu.

10. Melakukan rawat gabung (menempatkan ibu dan bayi dalam ruangan yang sama).

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu


(35)

B. Definisi Operasional

Tabel 1. Tabel Defenisi Operasional.

No. Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

1. Pelaksanaan inisiasi

menyusu dini.

Kegiatan yang dilakukan oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok dalam melaksanakan inisiasi menyusu dini. Antara lain: - Memberikan

informasi tentang asuhan yang akan dberikan, - Mengeringkan

badan, kepala kecuali tangan bayi dengan membiarkan vernix,

- Memotong dan mengikat tali pusat.

- Melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu.

- Menyelimuti ibu dan bayi

(memasang topi jika perlu). - Membiarkan

bayi mencari sendiri puting ibunya. - Menganjurkan

suami/keluarga untuk

mendukung ibu. - Membiarkan

bayi dan ibu selama 1 jam

Lembar checklist

Observasi 1 = Baik = bila skor yg diperoleh 6-10. 2 = Kurang

baik : bila skor yg diperoleh 1 -5.


(36)

atau sampai bayi berhasil menyusu. - Melakukan

asuhan bayi baru lahir setelah bayi selesai menyusu. - Melakukan

rawat gabung (menempatkan ibu dan bayi dalam ruangan yang sama).


(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah desain deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bidan lulusan D-III Kebidanan yang melakukan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok. Dari data yang diperoleh dari pengelola KIA Puskesmas Danau Marsabut tahun 2011, bidan dengan lulusan D-III kebidanan berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan total sampling yaitu semua populasi dijadikan sampel (Julianie et all, 2010). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

a. Bidan yang melakukan pertolongan persalinan normal. b. Lulusan D-III Kebidanan.

c. Bekerja di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut. d. Bersedia berpartisipasi dalam penelitian.


(38)

Sampel dengan kriteria eksklusi, yaitu: a. Bidan lulusan D-I Kebidanan

b. Tidak melakukan pertolongan persalinan. c. Menolak menjadi responden.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara. Adapun pertimbangan penentuan lokasi ini adalah karena belum pernah dilakukan penelitian sejenis yaitu pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan di wilayah tersebut. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2012.

D. Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan. Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu: memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan dan prosedur penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrument.


(39)

Responden juga berhak secara bebas untuk mengikuti penelitian atau tidak, dan setiap responden tidak ada yang dirugikan sehingga data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

E. Instrumen Penelitian.

Alat pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatan pengumpulan data, agar kegiatan tersebut menjadi sistematis (Yulianty, 2010). Dalam penelitian ini lembar observasi digunakan sebagai alat pengumpulan data yang digunakan dengan pernyataan tertutup sebanyak 10. Dalam hal ini observer melakukan observasi dan menilai langsung kemudian memberi tanda cheklist ( √ ) pada kolom yang disediakan dengan pilihan jawaban dilakukan dengan nilai skor 1 dan tidak dilakukan dengan skor 0. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu : bagian pertama adalah data demografi yaitu umur, lama bekerja dan pelatihan APN, sedangkan bagian kedua adalah lembar checklist untuk mengidentifikasi pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini. Untuk menentukan kategori pelaksanaan tersebut maka digunakan rumus :

- Menentukan nilai rentang ( R )

Rentang = skor terbesar – skor terkecil = 10 – 0

= 10

- Menentukan nilai panjang kelas ( i )

Panjang Kelas ( i ) = Rentang ( R ) / banyaknya kelas = 10 / 2


(40)

- Menentukan skor kategori

Baik = 6 - 10 ( apabila diperoleh jawaban dilakukan 6 - 10 ) Kurang = 1 - 5 ( apabila diperoleh jawaban dilakukan 1 – 5)

F. Uji Validitas dan reliabilitas. 1. Uji validitas

Uji validitas (kesahihan) yang dilakukan adalah dengan cara conten validity dimana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep yang sudah dirumuskan dalam defenisi operasional yang didasarkan pada landasan teori dan diuji oleh ahlinya (Riduwan, 2006). Lembar observasi pada penelitian ini disusun berdasarkan literatur dan konsultasi kepada pembimbing. Lembar observasi yang digunakan telah pernah digunakan sebelumnya oleh Aulia Nover dalam penelitian sejenis yang mana telah divalidasi oleh ahli kebidanan yaitu Idau Ginting SST, M. Kes, dengan hasil Content Validity Indeks 0,80.

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas (kehandalan) dilakukan untuk melihat alat dapat dipercaya atau dapat diandalkan untuk digunakan sebagai alat ukur. Lembar observasi telah diujikan pada 10 responden yang memiliki kriteria sama dan diperoleh nilai alpha cronbach 0,82. Dengan demikian lembar observasi dinyatakan reliabel. (Nover, A., 2010).

G. Prosedur Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan setelah mendapat surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan dan Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli


(41)

Selatan dimana penelitian dilangsungkan. Langkah berikutnya adalah mendata 1-3 taksiran tanggal persalinan pasien dari bidan yang telah bersedia menjadi responden selama bulan penelitian, dan meminta bidan untuk memberi kabar jika pasien akan bersalin (inpartu), sehingga observer dapat melakukan observasi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara bekerjasama dengan 10 orang bidan senior diluar sampel sebagai observer dimana 1 bidan mengobservasi 3 responden. Bidan yang dipilih adalah bidan yang memiliki pengetahuan/ keterampilan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD), kemudian diberi pelatihan singkat mengenai pelaksanaan IMD melalui pemutaran video pelaksanaan IMD untuk menyamakan persepsi. Observasi dilakukan pada saat persalinan berlangsung, yaitu sejak bayi lahir sampai bayi selesai dirapikan dan diberikan kembali kepada ibu maupun keluarganya.

H. Analisa Data

Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap ditandai dengan editing yaitu mengecek kelengkapan karakteristik responden serta memastikan semua jawaban telah diisi. Dari hasil penelitian ini menunjukkan seluruh pernyataan pada lembar observasi sudah diisi sehingga tidak perlu lagi pengambilan data ulang. Coding yaitu pengkodean untuk membedakan karakter dalam rangka pengolahan data. Processing yaitu setelah data di coding maka data dari lembar observasi dimasukkan ke dalam program komputerisasi. Tabulating yaitu menampilkan data yang telah diproses dalam bentuk tabel. Kemudian melakukan tehnik analisis. Tehnik analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif yaitu analisis univariat, dimana data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi.


(42)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Tahun 2012 di peroleh hasil sebagai berikut.

1. Karakteristik Responden.

Berdasarkan karakteristik diperoleh hasil bahwa bidan yang melakukan pertolongan persalinan diwilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut mayoritas berusia < 30 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), lama bekerja mayoritas < 5 tahun yaitu sebanyak 18 orang (60%) dan yang mengikuti pelatihan APN sebanyak 20 orang (66,7%). Hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 5.1

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Bidan yang Melakukan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok

Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 (n = 30)

Karakteristik F %

Umur 1. < 30 tahun 2. 30 – 40 tahun 3. > 40 tahun

14 12 4 46.7 40.0 13.3 Lama bekerja

1. < 5 tahun 2. 5 – 15 tahun 1. > 15 tahun

18 8 4 60.0 26.7 13.3 Pelatihan APN 1. Ya 2. Tidak 20 10 66.7 33.3


(43)

2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan IMD di dapati bahwa tindakan yang mayoritas dilakukan adalah memberikan informasi tentang asuhan yang akan diberikan, mengeringkan tubuh dan kepala bayi dengan membiarkan vernix, memotong dan mengikat tali pusat bayi, dan melakukan rawat gabung (menempatkan ibu dan bayi dalam ruangan yang sama) sebayak 30 orang (100%). Sedangkan tindakan yang minoritas dilakukan adalah membiarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu yaitu sebanyak 11 orang (36,7%). Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Hasil Observasi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok

Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 (n=30)

No Kegiatan Dilakukan

Tidak dilakukan

F % F %

1. Memberikan informasi tentang asuhan yang akan diberikan;

30 100 - - 2. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi kecuali

telapak tangan, dengan membiarkan vernix;

30 100 - - 3. Memotong dan mengikat tali pusat bayi; 30 100 - - 4. Melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu

dengan cara menelungkupkan bayi diatas perut atau dada ibu (tanpa alas /dibedong);

18 60 12 40

5. Menyelimuti ibu dan bayi (memasang topi pada bayi jika perlu);

22 73.3 8 26.7 6. Membiarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu. 11 36.7 19 63.3 7. Menganjurkan suami/keluarga untuk mendukung

ibu;

15 50 15 50 8. Membiarkan ibu dan bayi sampai 1 jam atau

sampai bayi berhasil menyusu.

16 53.3 14 46.7 9. Melakukan asuhan bayi baru lahir setelah bayi

selesai menyusu.

18 60 12 40 10. Melakukan rawat gabung (menempatkan ibu dan

bayi dalam ruangan yang sama).


(44)

Pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Kecamatan Sipirok oleh bidan yang yang mengikuti pelatihan APN mayoritas pelaksanaannya dengan baik sebanyak 18 orang (90%), sedangkan yang tidak mengikuti pelatihan seluruhnya (100%) pelaksanaannya kurang baik. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan Berdasarkan Mengikuti Atau Tidak Mengikuti Pelatihan APN di wilayah kerja Puskesmas

Danau Marsabut Kecamatan Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012

(n=30)

Pelatihan APN

Pelaksanaan IMD

Total Baik Kurang Baik

Ya 18 2 20

Tidak 0 10 10

Total 18 12 30

Pelaksanaan inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 yang dilaksanakan dengan baik sebanyak 18 orang (60%), dan sebanyak 12 orang (40%) kurang baik. hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5.4.


(45)

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012 (n = 30)

Pelaksanaan F %

Baik 18 60

Kurang baik

12 40

Total 30 100

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden.

Bidan yang melakukan pertolongan persalinan mayoritas berusia < 30 tahun yaitu sebanyak 14 orang (46,7%), karena bidan yang ditempatkan diwilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut sebagai bidan PTT (Pegawai Tidak Tetap) adalah bidan dengan lulusan DIII. Penempatan bidan PTT ini dilakukan secara berkala yang perpanjangannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Banyak bidan yang baru ditempatkan selama 5 tahun terakhir sehingga lama bekerja mayoritas < 5 tahun yaitu sebanyak 18 orang (60%). Bidan yang mengikuti pelatihan APN sebanyak 20 orang (66,7%). Meskipun 10 orang lagi tidak mengikuti pelatihan APN, tapi mereka dianggap sudah mendapatkan pelatihan karena mereka adalah lulusan DIII kebidanan.

2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan IMD, dapat dilihat bahwa 12 orang bidan tidak melakukan kontak kulit antara ibu dan bayi, hal ini dipengaruhi oleh suhu udara di daerah sipirok termasuk dingin dan kebiasaan masyarakat yang menggunakan arang untuk menghangatkan bayi setelah dibedong. Keadaan ini membuat para bidan


(46)

khawatir tindakan ini tidak bisa diterima oleh masyarakat, padahal ini bukanlah masalah. Justru dengan kontak kulit, tubuh bayi menjadi hangat (Roesli, 2007).

Kebanyakan persalinan di wilayah Sipirok masih berlangsung dirumah pasien karena mereka merasa lebih tenang jika melahirkan ditengah-tengah keluarga. Ada 8 orang bidan yang tidak menyelimuti ibu dan bayi (juga tidak melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu). Hal ini karena keluarga pasien biasanya sudah menyiapkan arang dibawah tempat tidur pasien untuk menghangatkan ruangan. Meskipun telah diberitahu hal ini tidak baik bagi kesehatan bayi, masih banyak masyarakat yang tidak menghiraukan karena sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk diubah.

Terdapat 19 orang bidan yang tidak membiarkan bayi mencari sendiri puting susu ibunya. 12 diantaranya membantu bayi menyusu dalam keadaan dibedong, dan 7 diantaranya melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu, namun masih membantu bayi dengan cara mendekatkan mulut bayi ke puting susu ibunya, karena khawatir ibu/keluarga merasa proses IMD terlalu lama. Padahal membiarkan bayi mencari sendiri puting ibu dapat meningkatkan kecerdasan bayi, meningkatkan kekebalan tubuh bayi, dan meningkatkan hubungan batin antara bayi dan ibu (Roesli, 2007).

Kemudian, ada 15 orang bidan yang tidak menganjurkan suami/ keluarga untuk mendukung ibu. 12 diantaranya tidak melaksanankan kontak kulit antara bayi dan ibu, dan 3 diantaranya melakukan kontak kulit tapi lupa, karena bidan terlalu sibuk sendiri. Padahal ibu sangat membutuhkan dukungan dari suami / keluarganya untuk menumbuhkan semangat dan rasa percaya diri ibu.

Ada 14 orang responden yang tidak membiarkan ibu dan bayi sampai satu jam. 12 orang diantaranya tidak melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu, 2 orang bidan berhenti sebelum satu jam atau sebelum bayi berhasil menyusu dengan alasan itu sudah cukup sebagai latihan. Ibu dapat melanjutkan proses menyusui setelah bayi dan


(47)

ibu memakai pakaian. Sedangkan 12 bidan yang tidak melakukan asuhan bayi baru lahir setelah bayi selesai menyusu adalah keseluruhan bidan yang tidak melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu. Hal ini karena, mereka telah memberikan asuhan sebelum bayi menyusu atau segera setelah bayi lahir.

Pelaksanaan inisiasi menyusu dini di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Kecamatan Sipirok oleh bidan yang mengikuti pelatihan APN mayoritas pelaksanaannya dengan baik sebanyak 18 orang (90%), sedangkan yang tidak mengikuti pelatihan seluruhnya (100%) kurang baik. Artinya mengikuti pelatihan dapat meningkatkan kesadaran bidan untuk melaksanankan Inisiasi Menyusu Dini dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi diperoleh hasil bahwa pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan di wilayah kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Kecamatan Sipirok adalah, kategori baik sebanyak 18 orang (60%) sedangkan 12 orang (40%) kurang baik. Artinya pelaksanaan IMD masih jauh dari semestinya. Tidak seperti dikota Medan tahun 2011, dimana dari 52 petugas, 46 orang melaksanakan dengan baik (Nover, A.2011).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan hal yang sudah umum di dunia kesehatan, namun pelaksanaannya masih baru di masyarakat umum terutama didaerah pedesaan. Seperti yang kita ketahui bersama, masyarakat membutuhkan waktu untuk terbiasa dengan program –program terbaru di bidang pelayanan kesehatan, seperti halnya penerimaan program imunisasi, KB dan sebagainya. Dan tentu saja keberhasilan program tergantung pada petugas kesehatan sebagai pelaksana langsung dan dukungan dari pemerintah melalui iklan layanan kesehatan.

Pada penelitian ini, faktor yang mendominasi adalah bidan yang kurang percaya diri dan kebiasaan/budaya pasien/keluarga serta masyarakat setempat. Hal ini


(48)

sesuai dengan pendapat Roesli (2008) dimana ada beberapa hal yang menghambat pelaksanaan inisiasi menyusu dini diantaranya, takut bayi kedinginan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya, tenaga kesehatan kurang tersedia dan kurang merespon adanya praktek inisiasi menyusu dini dan kamar bersalin yang sibuk.

Menurut Notoatmodjo (2007), tindakan atau praktik (practice) adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan atau factor pendukung untuk meningkatkan rasa percaya diri si pelaku.


(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dari hasil tinjauan pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012, maka peneliti dapat menyimpulkan dan memberikan saran-saran sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Karakteristik bidan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 46.7% berumur < 30 tahun , 40% berumur 30-40 tahun dan 13,3% berumur > 40 tahun. Berdasarkan lama bekerja, 60% < 5 tahun, 26.7% 5-15 tahun dan13.3% > 15 tahun. Berdasarkan pelatihan APN, bidan yang mengikuti pelatihan 66,7% dan yang tidak mengikuti pelatihan sebanyak 33.3%.

2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 adalah; 60% terlaksana dengan baik dan 40% lagi masih kurang baik. Meskipun mayoritas pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sudah baik, tapi penerapannya masih jauh dari harapan, mengingat pentingnya IMD dalam 1 jam pertama kehidupan bayi. Masih banyak bidan yang kurang percaya diri dan kesadaran bidan akan pentingnya IMD masih rendah sehingga mereka tidak menerapkan IMD sebagaimana semestinya.

Pelaksanaan yang kurang baik disebabkan oleh kendala-kendala umum yang seharusnya bukanlah hambatan diantaranya, takut bayi kedinginan, ibu terlalu lelah, tenaga kesehatan kurang tersedia dan kurang merespon adanya


(50)

praktek inisiasi menyusu dini, kamar bersalin yang sibuk, pemberian suntikan vitamin K dan tetes mata segera setelah bayi lahir, dan sebagainya.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Diharapkan agar lebih meningkatkan kerjasama dengan klien/keluarga dan masyarakat agar pelayanan kebidanan terbaru dapat segera diterapkan dan diterima oleh masyarakat.

2. Bagi Pendidikan Kebidanan

Diharapkan agar lebih meningkatkan kemampuan mahasiswa dibidang promosi kesehatan khususnya Inisiasi Menyusu Dini sehingga kelak bisa diterapkan ketika mereka terjun ke masyarakat.

3. Bagi Puskesmas Danau Marsabut Sipirok.

Diharapkan agar lebih aktif memantau pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh para bidan serta mengadakan penyuluhan khususnya tentang Inisiasi Menyusu Dini, bukan hanya bagi petugas kesehatan melainkan juga kepada masyarakat sehingga penerapan Inisiasi Menyusu Dini dapat terlaksana secara menyeluruh dan merata kesemua kelurahan di wilayah kerjanya.

4. Bagi Penelitian Kebidanan

Diharapkan agar meneliti lebih lanjut pelaksanaan inisiasi menyusu dini dengan wilayah yang lebih luas dan sampel yang lebih banyak, untuk melihat pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di tingkat Kabupaten.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, A. (2008). ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Jogjakarta: Banyu Media Depkes RI. (2008).Buku Acuan Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Asuhan

Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinandan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Depkes RI.

Fika,S.,Syafiq,A. (2009). Praktik Pemberian ASI Eksklusif, Penyebab-Penyebab Keberhasilan dan Kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional ; 4(3):120-131.

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : SalembaMedika.

Hidayat, Mufdlilah. (2009). Konsep Kebidanan Plus Materi Bidan Delima. Jogjakarta : Buku Kesehatan

JNPK-KR/POGI.(2008). Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JNPK

Julianie., Sibagariang, E.E., Rismalinda., Nurjannah, S., (2010). Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta: CV. Trans Info Media

Kodrat, L,. (2010). Dahsyatnya ASI dan Laktasi Untuk Kecerdasan Buah Hati Anda. Yogyakarta : Media Baca.

Kristiyansari, W. (2009).ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuhamedika Maryunani, A. (2009). Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas. Jakarta: CV. Trans Info

Media

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Nover, A. (2011). Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan Pelaksanaan IMD di Wilayah Puskesmas Tj. Morawa Medan. Medan: FKep USU

Putra A. (2007). Analisis Praktek Bidan dalam Pelayanan bagi Ibu Bersalin dan Bayi Baru Lahir 0-7 Hari (Minggu Pertama) Pasca Persalinan di Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok Tahun 2007 (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Alahan Panjang). Jurnal Kesmas Nasional; 3(6): 1-2.

Roesli, U.(2007). Inisiasi Menyusu Dini, Manfaatnya Seumur Hidup, Healthy Life Magazine Indonesia, About Ibu dan Anak. Jakarta: Pustaka Bunda

________.(2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Rusnita, A. (2008). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Inisiasi

Menyusu Dini di Kamar Bersalin IGN RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta:FKM, UniversitasIndonesia.

Riduwan, S. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Saleha, S, (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Sidi, I.P.S., Suradi, R., Masoara,S., Boedihardjo, S.D., &Marnoto, W. (2004).

Manajemen laktasi. Jakarta: Kumpulan Perinatologi Indonesia. Soepardan. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.

Sulistyawati, A., (2009). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: Andi offset.


(52)

Sujianti, S. (2009). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. WABA.(2007). The 1st

Yulianty, R. (2010). Pengaruh Peran Tenaga Kesehatan Terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Puskesmas Bromo Kota medan. Medan: FKM USU

Hour Save One Million Babies Action Folder. World Breastfeeding Week, www.waba.org.Diakses: 15 Desember 2011


(53)

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Medan, Februari 2012 Kepada Yth :

Para Bidan di Wilayah Kerja

Puskesmas Danau Marsabut Sipirok

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara :

Nama : Madina Namora Naduma NIM : 115102134

No Hp : 085373820785

Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012”

Agar terlaksananya penelitian ini saya mohon kesediaan Saudari untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Untuk ini saya mohon kerjasamanya dengan memberikan informasi apabila ada TTP pasien selama bulan Februari- Juni 2012, sehingga peneliti dapat mengetahui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan cara observasi langsung.

Dalam penelitian ini tidak akan dilakukan apapun pada saudari dan kami akan menjaga kerahasiaan data yang saya peroleh dari saudari. Penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Apabila saudari menyetujui, maka kami mohon agar saudari menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan mengisi kuesioner yang kami sertakan dalam lembaran ini.

Atas bantuan dan kejasama Saudari yang baik, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti


(54)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul Penelitian : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012

No Responden :

Saya telah diminta dan memberikan izin untuk berperan serta dalam penelitian dengan judul di atas yang dilakukan oleh Mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Oleh peneliti, saya diminta untuk memberitahu taksiran tanggal persalinan diantara bulan Februari – Juli 2012 sehingga peneliti dapat melakukan mengumpulkan data dengan observasi langsung.

Saya mengerti bahwa informasi/ data yang saya berikan dirahasiakan. Semua berkas yang mencatumkan identitas subyek penelitian hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak dipergunakan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data.

Saya mengerti bahwa risiko yang terjadi tidak ada. Apabila ada pertanyaan – pertanyaan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif terhadap saya, maka peneliti menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa risiko apapun.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

Medan, Februari 2012 Responden,


(55)

LEMBAR DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012

No. Responden

A. Demografi Responden

Umur : ...Tahun

Lama Bekerja sebagai Bidan : ...Tahun

Pelatihan APN* : Ya Tidak


(56)

LEMBAR OBSERVASI

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012

No Kegiatan Jawaban (√)

Dilakukan

Tidak dilakukan

keterangan

1. Memberikan informasi tentang asuhan yang akan diberikan.

2. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi kecuali telapak tangan, dengan membiarkan vernix.

3.

Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat bayi.

4.

Melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu dengan cara menelungkupkan bayi diatas perut atau dada ibu (tanpa alas/dibedong)

5. Menyelimuti ibu dan bayi dan memasang topi (jika perlu). 6. Membiarkan bayi mencari puting susu ibu, dan

tidak memaksakan bayi ke puting ibu.

7.

Menganjurkan suami/keluarga untuk mendukung ibu

8. Membiarkan ibu dan bayi sampai 1 jam atau

sampai bayi berhasil menyusu. 9. Melakukan asuhan bayi baru lahir setelah bayi selesai menyusu.

10. Melakukan rawat gabung (menempatkan ibu


(57)

(58)

(1)

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Medan, Februari 2012 Kepada Yth :

Para Bidan di Wilayah Kerja

Puskesmas Danau Marsabut Sipirok

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara :

Nama : Madina Namora Naduma NIM : 115102134

No Hp : 085373820785

Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012”

Agar terlaksananya penelitian ini saya mohon kesediaan Saudari untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Untuk ini saya mohon kerjasamanya dengan memberikan informasi apabila ada TTP pasien selama bulan Februari- Juni 2012, sehingga peneliti dapat mengetahui pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dengan cara observasi langsung.

Dalam penelitian ini tidak akan dilakukan apapun pada saudari dan kami akan menjaga kerahasiaan data yang saya peroleh dari saudari. Penelitian ini hanya digunakan untuk kepentingan pendidikan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Apabila saudari menyetujui, maka kami mohon agar saudari menandatangani lembar persetujuan menjadi responden dan mengisi kuesioner yang kami sertakan dalam lembaran ini.

Atas bantuan dan kejasama Saudari yang baik, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul Penelitian : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012

No Responden :

Saya telah diminta dan memberikan izin untuk berperan serta dalam penelitian dengan judul di atas yang dilakukan oleh Mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Oleh peneliti, saya diminta untuk memberitahu taksiran tanggal persalinan diantara bulan Februari – Juli 2012 sehingga peneliti dapat melakukan mengumpulkan data dengan observasi langsung.

Saya mengerti bahwa informasi/ data yang saya berikan dirahasiakan. Semua berkas yang mencatumkan identitas subyek penelitian hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak dipergunakan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data.

Saya mengerti bahwa risiko yang terjadi tidak ada. Apabila ada pertanyaan – pertanyaan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif terhadap saya, maka peneliti menghentikan pengumpulan data dan peneliti memberikan hak kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa risiko apapun.

Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut serta dalam penelitian ini.

Medan, Februari 2012 Responden,


(3)

LEMBAR DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012

No. Responden

A. Demografi Responden

Umur : ...Tahun

Lama Bekerja sebagai Bidan : ...Tahun

Pelatihan APN* : Ya Tidak


(4)

LEMBAR OBSERVASI

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Oleh Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Danau Marsabut Sipirok Tahun 2012

No Kegiatan Jawaban (√)

Dilakukan

Tidak dilakukan

keterangan

1. Memberikan informasi tentang asuhan yang akan diberikan.

2. Mengeringkan tubuh dan kepala bayi kecuali telapak tangan, dengan membiarkan vernix.

3.

Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat bayi.

4.

Melakukan kontak kulit antara bayi dan ibu dengan cara menelungkupkan bayi diatas perut atau dada ibu (tanpa alas/dibedong)

5. Menyelimuti ibu dan bayi dan memasang topi (jika perlu). 6. Membiarkan bayi mencari puting susu ibu, dan

tidak memaksakan bayi ke puting ibu.

7.

Menganjurkan suami/keluarga untuk mendukung ibu

8. Membiarkan ibu dan bayi sampai 1 jam atau

sampai bayi berhasil menyusu.

9. Melakukan asuhan bayi baru lahir setelah bayi selesai menyusu.

10. Melakukan rawat gabung (menempatkan ibu


(5)

(6)