d. Ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis
Ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis pada prinsipnya didasarkan pada kelarutan senyawa-senyawa aromatic dari bahan nabati dalam CO
2
. Bahan nabati dan CO
2
dimasukkan kedalam ekstraktor berupa labu yang diberi tekanan dan temperatur yang telah diatur, kemudian CO
2
dipompa kedalam separator pada tekanan dan temperatur yang rendah, yang kemudian masuk kedalam tangki
ekstraksi. Kelebihan CO
2
dimurnikan kembali didalam bejana terisi arang Charcoal trap.
Keuntungan dari metode ini antara lain adalah tidak menggunakan pelarut yang beracun, biaya murah, mampu mengisolasi senyawa termolabil tanpa diikuti
denaturasi karena dilakukan pada temperature rendah, juga kemungkinan untuk memperoleh produk baru dengan komposisi yang biasanya diperoleh dengan teknik
destilasi Ikushima, 1986 ; Pino, 1997 ; Garcia, 1997. Namun demikian metode ini juga mempunyai kekurangan yaitu dalam hal penentuan kondisi untuk ekstraksi dari
minyak atsiri dari tumbuhan tertentu Boelens dan Boelens, 1997.
2.1.4. Penyimpanan Minyak Atsiri
Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara fisika. Biasanya
kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi, resinifikasi, polimerisasi, hidrolisis ester dan interaksi gugus fungsional. Proses tersebut
dipercepat diaktivasi oleh panas, adanya udara oksigen, kelembaban, serta dikatalis oleh cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam
Guenther, 1987. Minyak atsiri yang mengandung kadar terpen tinggi mudah mengalami
kerusakan oleh proses oksidasi terutama oleh proses asterifikasi. Terpen dan turunannya biasanya mengandungatom karbon tidak jenuh, karena itu dengan adanya
oksigen bisa menyebabkan pemecahan atau rearrangemen dari terpen Sinki,dkk, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Citral H
+
OH + OH
p-menthadienol
oksidasi
O
OH
Produk Sekunder
Proses oksidasi terpen
Sebelum penyimpanan minyak atsiri harus dibebaskan dari air, karena air merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kerusakan minyak atsiri.
Penghilang air dapat dilakukan dengan menambah natrium sulfat anhydrous, disusul dengan pengocokan, kemudian didiamkan beberapa lama, kemudian disaring.
Kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar dan terlindungi dari cahaya. Penyimpanan minyak dalam jumlah yang kecil sangat baik dilakukan
memakai botol atau gelas berwarna gelap, sedangkan dalam jumlah yang besar dapat disimpan dalam drum yang dilapisi dengan timah atau bahan yang tidak bereaksi
dengan minyak atsiri. Penyemprotan gas karbon dioksida atau nitrogen kedalam drum sebelum ditutup akan menghilangkan gas oksigen dari permukaan minyak,
sehingga minyak terlindungi dari kerusakan akibat oksidasi Sinki, 1997 ; Fournier, 1997 ; Guenther, 1987.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Tanaman Sembung
Tanaman sembung Blumea balsamifera D. C Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dycotiledonae
Sub kelas : Asteridae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteraceae Cornpositae
Marga : Blumeae
Jenis : Blumeae balsamifera L. DC
Family :.Asteraceae.
Nama Indonesia : Sembung sembung manis, sembung lagi, rumput tahi-babi Sedangkan nama Lokal : Sembung, sembung utan Sunda; sembung gantung,
sembung gula, sembung kuwuk; sembung mingsa, sembung langu, sembung lelet Jawa; Kamandhin Madura; Sembung Bali, capo Sumatera, Afoat Timor,
Ampampau, capo, Madikapu; Ai na xiang China, Wild heliotrope English, Baccharis salvia Lour.; Conyza balsamifera L.; Pluchea balsamifera L. Less;
sembung, capa Melayu; sebung, sembung utan Sunda, sembung gantung, sembung gula, dai bi, dai ngai Thailand; ngai champora Inggris, sembung langu
Jawa, capa Melayu dan sembung mingsa, sembung legi Jawa, apompase,
mandikapu Ternate, Sinonim : = Baccharis salvia Lour. = Conyza balsamifera L
= Pluchea balsamifera L Less. Tanaman ini tumbuh di tempat terbuka, di tempat yang agak terlindung, di
tepi sungai, tanah pertanian, pekarangan, pada tanah berpasir atau tanah yang agak basah pada ketinggian 2200 M di atas permukaan laut. Tumbuhan perdu ini tumbuh
tegak dengan tinggi 4 M, dan berambut halus. Batang bagian bawah tak bercabang, sedangkan pada ujungnya banyak bercabang. Daun yang bertangkai dibagian atas
Universitas Sumatera Utara
merupakan daun duduk yang tumbuh berseling, dan bentuk daunnya bundar telur sampai lonjong. Kalau daunnya dimemarkan akan mengeluarkan bau seperti kamper
kapur barus dan agak langu. Pada pangkal dan ujung daun lancip dan bergerigi dengan panjang 8 cm-40 cm dan lebar 2 cm - 20 cm. Permukaan daun bagian
atas berambut agak kasar sedang bagian berambut rapat dan halus seperti beludru. Bunganya bergerombol pada ujung batang dan berwarna kuning. Buahnya sedikit
melengkung dengan panjang 1 mm. Daun pada tanaman ini mengandung minyak atsiri, antara lain sineol dan borneol, kapur barus kamper damar dan zat samak
tanin. Ciri daun sembung:
Berdaun lebar berbentuk jantung dengan ujung daun meruncing
agak berbulu halus bagian atas dan bawah daun,
bagian tepi daun agak bergerigi
tumbuhan pohon
berbunga kelabu kekuningan dan jika kering gampang di terbangkan angin untuk kemudian tumbuh pohon baru
Daun sembung rasanya pahit, namun sangatlah manjur untuk dijadikan obat tradisionil terutama dalam bentuk jamu. Cara pengolahannya pun sangat sederhana,
namun untuk mendapatkan daun tersebut lumayan sulit karena tumbuh hanya satu pohon dan bukan herba yang merambat, tidak begitu banyak ranting yang tumbuh
sehingga jika daunnya di petik maka harus menunggu tumbuhnya daun berikutnya. Tumbuhnya pun agak susah karena hanya bisa tumbuh dari persemaian jika
bunganya sudah menjadi kering. Penyebarannya secara spora dengan bantuan angin. terdapat kandungan senyawa minyak atsiri 0,1 - 0,5, Ngai-kamfer. Senyawa utama
yang terdapat dalam minyak atsiri mengandung 1-borneol atau Ngaikamfer atau leuderol 1-borneol berupa hablur yang bentuknya kadang-kadang kecil yaitu dengan
titik lebur 203 - 204 C. £²°D = 36
C - 37 C dalam etanol. Pada senyawa
tersebut ditemukan xautuksilin atau brevitolin C
10
H
12
O
4
berupa hablur dan
Universitas Sumatera Utara
berupa lembaran dalam etanol. Menurut catatan Laporan tahun 1895 Sland Plantentuin, setelah diisolasi dari 139 kg daun sembung diperoleh 122 ml minyak
atsiri. Kandungan : Sembung mengandung minyak atsiri ngai kamfer, borneol, sineol, limonene, asam palmitat, myristin, dimetiletil klorasetofenon, tannin,
pirokatekin, dan glikosida.anonym, 2003. Metabolit aktif lain dari daun sembung yaitu, seskuiterpen dalam bentuk ester, flavonoid, ichtyothereol asetat,
cryptomeredio, lutein, dan beta karoten. Osaki dkk, 2005; Nessa dkk, 2005; Ragasa dkk, 2005 Kegunaan di masyarakat : Daun sembung dimanfaatkan sebagai tanaman
obat yang berkhasiat untuk mengobati reumatik sendi, persendian sakit setelah melahirkan, nyeri haid, datang haid tidak teratur, influenza, demam, sesak napas
asma, batuk, bronchitis, perut kembung, diare, perut mules, sariawan, nyeri dada akibat penyempitan pembuluh darah koroner, dan, kencing manis.
2.2. Kromatografi Gas – Spektrometri Massa GC-MS