2.2.3. Spektra Massa Beberapa Golongan Senyawa Kimia
a. Hidrokarbon.
Hidrokarbon Jenuh. Puncak ion molekul M hidrokarbon jenuh berantai
lurus selalu ada kendati puncaknya rendah untuk senyawa-senyawa rantai panjang. Pola penyibiran fragmentasi ditandai oleh kumpulan kluster
puncak dan puncak yang bersangkutan pada tiap kluster terpisah oleh 14CH
2
satuan massa. Puncak terbesar pada tiap kluster ini mewakili sibiran C
n
H
2n+1+
; disertai juga sibiran C
n
H
2n
dan C
2
H
2n-1.
Sibiran terbanyak terdapat pada daerah C
3
dan C
4
dan kelimpahan sibiran itu menurun teratur sampai M-C
2
H
5
; puncak M-CH
3
biasanya lenyap sama sekali. Suatu cicin jenuh dalam suatu hidrokarbon mempertinggi kekuatan nisbi puncak ion
molekul dan mendukung pemecahan ikatan yang menghubungkan cincin dengan bagian molekul lainnya. Penyibiran atas cincin biasanya oleh
lepasnya 2 atom sebagai C
2
H
4
dan C
2
H
5
.
b. Eter
Eter Alifatik. Penyibiran eter alifatik berlangsung dengan 2 cara :
1. Pemutusan ikatan C-C bersebelahan atom oksigen;
RCH
2
-CH
2
-CH-O
+
-CH
2
-CH
3
RCH
2
CH
2•
CH=O
+
-CH
2
-CH
3
CH
3
CH-O-CH
2
-CH
3
CH
3
Universitas Sumatera Utara
2. Pemutusan ikatan C-O dengan muatan tetap berada pada sibir alkil.
R-O
+
-R` -OR` R
+
R-O
+
-R` OR` R
+
c. Keton
Keton Alifatik. Puncak sibiran utama keton alifatik terjadi pemecahan pada
ikatan C- bersebelahan dengan atom oksigen, muatan tinggal bersama sibir teroksigenasinya.
R -R C=O
+
R`-C=O
+
R`-C
+
= O R`
R -R` C=O
+
R`-C=O
+
R`- C
+
= O R`
Bila salah satu rantai alkil yang terpaut pada gugus C=O ialah C
3
atau lebih panjang, pemutusan ikatan C-C begitu tercampak dari gugus C=O terjadi dan
disertai migrasi hydrogen dan memberikan puncak cukup besar. Pada keton rantai panjang, puncak hidrokarbonnya tidak dapat dibedakan tanpa bantuan
daya pisahnya tinggi dari puncak asli karena massa satuan CO C=O, 28 sama dengan satuan metilena.
Keton Lingkar. Puncak ion molekul keton lingkar siklik cukup menonjol.
Pemecahan utamanya bersebelahan dengan gugus C=O, tetapi ion yang terbentuk harus memecah lagi untuk menghasilkan sibir yang cukup mantap.
2.2.4. Analisis Minyak Atsiri
Universitas Sumatera Utara
Analisis sampel minyak atsiri biasanya digunakan dengan menggunakan GC-MS. Analisis sampel dapat menunjukkan perbedaan kualitatif dan kuantitatif
dari komponen minyak atsiri Dugo, dkk, 1997. Untuk menentukan komposisi minyak atsiri yang diperoleh dari suatu
sampel, maka waktu retensi dan hasil spektrum massa dari masing-masing puncak senyawa unknow dibandingkan dengan refrensi standard dari senyawa autentik,
misalnya identifikasi komponen minyak yang terdapat dalam peppermint dilakukan dengan analisis GC-MS. Senyawa diidentifikasi menggunakan registry dari data
spektrum massa, kepustakaan terpen oleh Robert P.adams yang dibuat oleh Finningan dan dengan waktu retensi dan mass spectra dari senyawa autentik refrensi
standar yang disuplai oleh SCM Gligdco dan Aldrich Spencer, dkk, 1997. Analisis terhadap minyak atsiri menggunakan GC_MS paling sering
dilakukan dan biasa digunakan oleh para peneliti sebelumnya. Antara lain adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tiga spesies Angelica, L. yang tumbuh di Perancis,
sehingga dapat diketahui komponen masing-masing spesies tersebut yaitu Angelica archangelica Sub.Sp.Archangelica minyak atsiriar.elation wahlemb dan A
heterocarpa Lioyd masing-masing 18,7 dan 5,2 Bernard, 1997. Minyak dari daun Eugenia uruguayensis yang diperoleh dengan
hidrodistilasi dan dianalisis dengan GC dan GC-MS Exel sehingga diperoleh 60 komponen yang teridentifikasi dalam minyak dengan komponen utamanya adalah
limonene 17,6 , 1,8-sineol 17,0 , α-pinen 10,0 dan kariofilen oksida 8,3
Dellasca, dkk, 1997. Minyak atsiri yang diperoleh dari Flourensia oolepis S.L.Blake yang
dihasilkan sebanyak 0,6 dan dianalisis dengan GC-MS Exel dan diperoleh 36 komponen dan komponen utamanya adalah :
τ-kadinol 10,5 , β-eugenol 8,0 Piriotti, dkk, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Sensitivitas Antimikrobial
Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme berkisar dari unsur logam berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul
organic yang kompleks seperti persenyawaan ammonium kwartener. Berbagai substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda; ada yang serasi dan ada yang bersifat merusak.
Pemilihan Bahan Antimikrobial Kimiawi
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan antimicrobial kimiawi untuk tujuan praktis yaitu :
1. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan. Suatu zat kimia yang digunakan untuk mendisinfeksi perabotan
terkontaminasi mungkin tidak baik bila digunakan untuk kulit karena dapat merusak sel-sel jaringan kulit. Dengan demikian maka harus dipilih zat yang
serasi compatible dengan bahan yang akan dikenai. 2. Tipe mikroorganisme.
Tidak semua mikroorganisme sama rentannya terhadap sifat menghambat atau mematikan suatu zat kimia tertentu. Karena itu harus dipilih zat yang
yang telah diketahui efektif terhadap suatu tipe mikroorganisme yang akan dibasmi.
3. Keadaan lingkungan. Suhu, pH, waktu, konsentrasi dan adanya bahan organic asing-kesemuanya
itu turut mempengaruhi laju dan efisiensi penghancuran microbe. Pelczar, dkk, 2008
Kelompok-kelompok utama bahan antimicrobial kimia
Beberapa kelompok utama bahan anti microbial kimiawi adalah : 1. Fenol dan persenyawaan fenolat
2. Alcohol
Universitas Sumatera Utara
3. Halogen 4. Logam berat dan persenyawaannya
5. Deterjen 6. Aldehid
7. Kemosterilisator gas. Fenol Asam karbolat yang digunakan untuk pertama kalinya oleh Lister sekitar
tahun 1980-an didalam pekerjaannya untuk mengembangkan teknik-teknik pembedaan antiseptic, telah lama merupakan standar pembanding bagi disinfektan
lain untuk mengevaluasi aktivitas bakterisidalnya. Kresol beberapa kali lebih germisidal dibandingkan dengan fenol; o-fenilfenol dan persenyawaan-
persenyawaan fenolat lain dengan derajat substitusi yang tinggi ternyata efektif pada pengenceran yang tinggi. Persenyawaan fenolat dapat bersifat bakterisidal atau
bakteriostatik bergantung kepada konsentrasi yang digunakan . spora bakteri dan virus lebih resisten terhadap persenyawaan tersebut dibandingkan dengan sel
vegetative bakteri. Beberapa persenyawaan fenolat bersifat sangat fungisidal. pH alkalin dan bahan organic dapat mengurangi aktifitas antimicrobial fenolat.
Senyawa-senyawa fenolat merupakan salah satu desinfektan permukaan yang terbaik bagi benda-benda mati.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 BAHAN DAN METODE
3.1. Bahan-bahan
Bahan yang digunakan adalah daun sembung segar yang diambil dari Daerah Sunggal, Deli Serdang. Sumatera Utara. Natrium Sulfat Anhidrat,
Air.
3.2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Labu Leher dua, Erlenmeyer, pipa kaca, pendingin lieback, pisau, Seperangkat Alat Stahl,
gelas ukur, wadah pemanas, timbangan, hot plate, GC-MS. Gas Chromatography – Mass Spectroscopy GC-MS model Shimadzu QP
2010 pada kondisi sebagai berikut ; Temperatur oven kolom 80
C, temperature injeksi 300 C, tekanan 16,5
kPa, total aliran 80,1 mLmenit, aliran kolom 0,50 mLmenit dan kecepatan aliran 26,1 cmdetik.
3.3. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara Destilasi Stahl di laboratorium Kimia Organik FMIFA USU Medan dan untuk menentukan komposisi kimia
minyak atsiri dilakukan dengan GC-MS di laboratorium Kimia Organik UGM Yogyakarta, untuk mengetahui uji aktivitas bakteri dilakukan di
Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU .
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Pengolahan Sampel
Daun sembung diambil dari daerah Sunggal, Deli Serdang, Sumatera Utara. Ditimbang sebanyak 200 gram kemudian diiris tipis dan dibelender
sampai halus, dan didestilasi dengan menggunakan alat Stahl.
3.4.2. Pengeringan Minyak
Universitas Sumatera Utara