Analisa Komposisi Dco (Dilution Crude Oil) Yang Dihasilkan Pada Cot (Crude Oil Tank) Di Pks Pt. Multimas Nabati Asahan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y . 2002. Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah,

Analisis Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Mangoensoekarjo,S. dan Semangun,H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Sumber Buku Panduan PKS PT. Multimas Nabati Asahan. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit.


(2)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

1. Plastik

2. Erlenmeyer 250 ml Pyrex

3. Botol Sentrifugasi

4. Penggaris Butterfly

5. Alat Sentrifugasi Kubota

6. Karet

3.1.2 Bahan

1. CPO (Crude Palm Oil)

3.1.3 Pengambilan sampel

1. Diambil sampel minyak dari Oil Gutter / pipa utama keluaran vibrating screen

2. Diambil 250 ml sampel minyak setiap 2 jam sekali untuk dianalisa

3.2Prosedur

3.2.1 Analisis Komposisi DCO

 Diambil sampel minyak 100 gr

 Dimasukkan sampel minyak ke dalam botol sentrifugasi  Dimasukkan botol sentrifugasi ke dalam alat sentrifugasi


(3)

 Disentirfugasi selama 4 menit dengan kecepatan putaran ± 30 rpm  Diambil botol sentrifugasi dari alat sentrifugasi

 Diukur volume oil, emulsi dan sludge  Dihitung persentase oil, emulsi dan sludge

% oil = �� ��

�� � �

%

%

emulsi

=

�� �

�� � �

%

%

sludge = �� �


(4)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Data Analisis

N o. Tgl Pengambi- an Smpl Jam Pengambi- lan Smpl

Volume Persentase

Vol. Smpl (ml) Min- yak (ml) Emul- si (ml) Slud- ge (ml) Min- yak (%) Emul- si (%) Slud- ge (%)

1. 6-2-2016 16.00 90 34 4 52 37,78 4,44 57,78

18.00 80 32 3 53 36,36 3,41 60,23

20.00 84 31 3 50 36,90 3,57 59,52

22.00 89 32 3 54 35,96 3,37 60,67

Rata-rata 36,75 3,70 59,55

No Tgl Pengambi- lan Smpl Jam Pengambi- lan Smpl

Volume Persentase

Vol. Smpl (ml) Min- yak (ml) Emul- si (ml) Slud- ge (ml) Min- yak (%) Emul- si (%) Slud- ge (%)

1 8-2-2016 16.00 90 34 4 52 37,78 4,44 57,78

18.00 88 32 3 53 36,36 3,41 60,23

20.00 84 31 3 50 36,90 3,57 59,52

22.00 89 32 3 54 35,96 3,37 60,67


(5)

4.2Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Persentase Komposisi DCO

1. Persentase komposisi DCO pada pengambilan sampel jam 16.00 wib

Volume Sampel = 90 ml

Volume minyak = 34 ml

Volume emulsi = 4 ml

Volume sludge = 52 ml

% oil = �� ��

�� � � � %

No Tgl Pengambi- lan Smpl Jam Pengambi - lan Smpl

Volume Persentase

Vol. Smpl (ml) Min- yak (ml) Emul- si (ml) Slud - ge (ml) Min- yak (%) Emul- si (%) Slud- ge (%)

1 9-2-2016 18.00 90 33 4 53 36,67 4,44 38,89

20.00 88 31 3 54 35,36 3,41 61,36

Rata-rata 36,01 3,93 69,87

N o Tgl Pengambi- lan Smpl Jam Pengambi- lan Smpl

Volume Persentase

Vol. Smpl (ml) Min- yak (ml) Emul- si (ml) Slud- ge (ml) Min- yak (%) Emul- si (%) Slud- ge (%)

1 10-2-2016 16.00 90 32 4 54 35,56 4,44 60,00

18.00 88 33 2 53 37,50 2,27 60,23

20.00 84 30 3 51 35,71 3,57 60,71


(6)

=

90 � %

=37.78 %

% emulsi = �� �

�� � � � %

=

90 � %

=4,44 %

% sludge = �� �

�� � � � %

=

90 � %

=57,78 %

Perhitungan yang sama dapat dilakukan untuk data yang lain (dapat dilihat pada tabel 4.1)

4.3Pembahasan

Dari data yang diperoleh bahwa kadar persentase komposisi DCO yang didapat pada pengambilan sampel yang dilakukan selama 4 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 06-02-2016 adalah minyak 36,75% ; emulsi 3,70% ; sludge 59,55% , pada tanggal 08-02-2016 adalah minyak 36,10% ; emulsi 3,57% ; sludge 60,71% , pada tanggal 09-02-20116 adalah minyak 36,01% ; emulsi 3.93% ; sludge 69,87% , dan pada tanggal 10-02-2016 adalah minyak 36,26% ; emulsi 3,43% ; sludge 60,31%. Dimana persentase DCO yang diperoleh masih berada


(7)

pada kondisi standar atau stabil yang dimana standar dari perusahaan 34-38% sehingga masih memenuhi syarat dari perusahaan.

Penentuan kadar komposisi DCO dilakukan dengan cara sentrifugasi, dimana sampel minyak yang diambil dimasukkan kedalam alat sentrifugasi kemudian dilakukan pemusingan atau dengan gaya sentrifugal untuk memisahkan minyak, emulsi dan sludge. Penghitungan persentase komposisi DCO dilakukan agar dapat mengetahui kehilangan minyak (losses oil) pada saat pengambilan sampel dilakukan.


(8)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

1. Dari hasil analisis komposisi DCO yang dilakukan selama 4 hari berturut menunjukkan persentase dari DCO yang dikeluarkan dari COT (Crude Oil Tank).

Tanggal Pengambilan

Minyak (%) Emulsi (%) Sludge (%)

06-02-2016 36,75 3,70 59,55

08-02-2016 36,10 3,57 60,71

09-02-2016 36,01 3,93 69,87

10-02-2016 36,26 3,43 60,31

2. Dari data hasil analisis menunjukkan bahwa komposisi DCO atau minyak dari hasil keluaran COT (Crude Oil Tank) tidak melebihi dari kapasitas standar, dimana masih sesuai dengan standar dari pabrik PKS PT. Multimas Nabati Asahan sekitar 34-38%.

5.2Saran

1. Proses klarifikasi atau pemurnian harus tetap dipertahankan agar hasil minyak dari COT (Crude Oil Tank) tetap pada batas standar pabrik.

2. Dilakukannya pengawasan yang aktif dan teratur agar proses pemurnian minyak tetap berjalan dengan baik.


(9)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.


(10)

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar. Tanaman sawit dengan tipe cangkang psifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan :

 Eksoskrap, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.  Mesoskarp, serabut buah

 Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).


(11)

Kelapa sawit yang dibudidayakn terdiri dari dua jenis: E.guineensis dan E.oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang dari kedua spesies kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E.guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E.oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. Banyak orang sedang menyilangkan kedua spesies ini untuk mendapatkan spesies yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E.oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

2.2Sejarah Singkat Kelapa Sawit Masuk di Indonesia 2.2.1 Daerah Asal Kelapa Sawit

Mengenai daerah asal kelapa sawit terdapat beberapa pendapat. Pendapat pertama menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Afrika, sedangkan pendapat yang kedua menyebut Amerika Selatan sebagai daerah asal. Pendapat pertama didukung oleh alasan-alasan yang sangat kuat. Penyelidikan Zeven (192) terhadap fosil tepung sari (pollen) yang terdapat dalam lapisan-lapisan arkeologis dari zaman Miocene maupun lapisan-lapisan yang lebih muda, memberikan indikasi bahwa kelapa sawit telah tumbuh sejak lama sekali di kawasan Afrika. Selanjutnya catatan-catatan sejarah penjelajahan orang-orang Eropa ke benua Afrika pada abad ke-15 dan ke-16 turut memperkuat pendapat tersebut. Don Mosto dalam penjelajahannya antara tahun 1435 dan 1460 menemukan sejumlah besar pohon hitam di kawasan Afrika Barat. Dalam kisah perjalanan Duarte Peraria disebutkan adanya pohon-pohon kelapa sawit di pantai Liberia dan perdagangan minyak kelapa sawit di Nigeria. Penjelajahan-penjelajahan kemudian oleh pengelana bangsa Portugis, Belanda, dan Inggris juga menyebutkan adanya minyak kelapa sawit dan anggur (wine) kelapa sawit. Sedangkan perjalanan


(12)

Broecke menjelang akhir abad ke16 di antaranya mengemukakan adanya bahan-bahan yang diperkirakan berasal dari pohon kelapa sawit.

Telaah linguistic juga mendukung pendapat bahwa kelapa sawit berasal dari afrika. Di Suriname misalnya, nama-nama yang dipakai untuk kelapa sawit merupakan modifikasi kata “Afrika” dalam bahasa-bahasa Yoruba, Fanti-Twi, dan Kikongo. Demikian pula nama “dede” yang dipakai di Brazil diperkirakan berasal dari kata “ndende” yang memberikan petunjuk bahwa kelapa sawit dibawa ke benua Amerika dalam abad ke-16 bersama-sama dengan budak belian, dan tumbuh dengan baik di Brazil.

Pendapat kedua, yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan, didukung antara lain oleh Cook, yang mengemukakan dua alasan sebagai berikut: (1) Kelapa sawit tumbuh secara alamiah di pantai Brazil, dan (2) Marga-marga palma lainnya kebanyakan berasal dari Amerika Selatan. Tetapi alasan-alasan ini dianggap kurang meyakinkan, karena (1) sifat mudah tumbuh dan cepat berkembang biak memang merupakan karakteristik dari keluarga palma, dan (2) suatu jenis palma yang berasal dari Afrika Selatan, yaitu

Jubaeopsis caffra ternyata juga merupakan anggota dari suku (tribe) Cocoinae.

2.2.2 Upaya Pembudidayaan Kelapa Sawit

Upaya pembudidayaan kelapa sawit di dunia secara kebetulan pertama-tama terjadi di Indonesia. Catatan Tesymann menunjukkan bahwa kelapa sawit diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1848. Dari introduksi tersebut empat pohon ditanam di Kebun Raya Bogor, dua di antaranya berasal dari Hortus Botanicus Amsterdam, dan dua lagi dari Reunion atau Mauritius. Diduga keempat


(13)

pohon tersebut berasal dari wilayah pertumbuhan yang sama di benua Afrika, tetapi tiba di Indonesia melalui jalan yang berbeda.

Setelah pohon-pohon tersebut menghasilkan, pengamatan Teysman menunjukkan bahwa sebagai penghasil minyak nabati kelapa sawit sawit memang lebih unggul daripada kelapa. Keturunan dari keempat pohon tersebut kemudian ditanam di berbagai daerah di kawasan Nusantara, dengan tujuan untuk memperluas pengenalan kelapa sawit kepada petani. Sebelum tahun 1860 telah dibangun petak-petak pertanaman di Banyumas (Jawa) dan Palembang, dan pada tahun 1875 dibangun perkebunan kelapa sawit di wlayah Deli (Sumatera Utara). Keturunan dari pertanaman kelapa sawit di wilayah Deli inilah (tipe Dura atau bercangkang tebal) yang kelak digunakan untuk merintis pengembangan perkebunan kelapa sawit di temat-tempat lain di kawasan Asia Tenggara maupun kawasan benua Afrika.

Kelapa sawit Deli serta keturunannya yng disebar di berbagai daerah, ternyata lebih unggul daripada nenel moyangnya di Afrika. Ukuran buahnya lebih besar, dan potensi bagian mesokarp (bagian yang mengandung minyak kelapa sawit)dari tiap buah juga lebih tinggi. Hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa seluruh pertanaman kelapa sawit yang bibitnya berasal dari Kebun Raya Bogor sangat seragam. Fakta ini mengundang dua macam interpretasi, yaitu: (a) Keempat pohon inttroduksi yang ditanam di Kebun Raya Bogor berasal dari satu pohon yang sama,atau (b) Seluruh pertanaman yang tersebar di berbagai tempat Indonesia berasal dari hanya salah satu dari keempat pohon introduksi.


(14)

Upaya pengembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dirintis oleh Adrian Hallet berkebangsaan Belgia yang mempunyai pengalaman pembudidayaan kelapa sawit di Afrika. Pada tahun 1911 ia membangun perkebunan kelapa sawit pertama dalam skala besar di Sungai Liput (pantai timur Aceh) dan Pulu Raja (Asahan) dengan menggunakan benih dari Deli. Pada tahun 1914 perkebunan ini telah mencapai luas 3.250 ha, tetapi penanaman selanjutnya mengalami stagnasi karena pecahnya Perang Dunia I dan kurangnya informasi mengenai pasar maupun cara-cara pengolahan yang lebih maju. Bersama dengan rintisan oleh A.Hallet, seorang berkebangsaan Jerman bernama Karl Valentine Theodore Schadt, adalah pelopor pembudidayaan tanaman kelapa sawit di kebun Tanah Itam Ulu di wilayah konsesi Deli. Upaya pengembangan kelapa sawit selanjutnya di Indonesia cukup pesat. Pada tahun 1925 di pulau Sumatera telah ditanam 39.000 ha, dan pada tahun 1938 seluas 114.000 ha. (Mangoesoekarjo, S, 2003).

2.3Ekologi Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak factor, baik factor dari luar maupun dari tanaman kelapa sawit itu sendiri. Faktor-faktor tersebut pada dasarnya dapat dibedakan menjadi factor lingkungan, genetis, dan factor teknis-agronomis. Dalam menunjang pertumbuhan dan proses produksi kelapa sawit, factor tersebut saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain. Akan dibahas faktor lingkungan yang meliputi iklim dan tanah.


(15)

2.3.1 Faktor Iklim

Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan udara, dan angin.

a. Curah hujan

Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun,yang terpenting adalah tidak terjadi deficit air sebesar 250 mm. Bila tanah dalam keadaan kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanah.

Table 2.1 Klasifikasi Defisit Air Tahunan Pada Budidaya Kelapa Sawit

Klasifikasi (mm) Keterangan

0-150 150-250 250-350 350-400 400-500 >500

Optimum

Masih sesuai (favourable) Intermediary

Limit Kritis (marginal) Tidak sesuai (unfavourable)


(16)

b. Sinar Matahari

Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari.

c. Suhu

Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28°� untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah 18°� dan tertinggi 32°�. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah.

d. Kelembapan udara dan angin

Kelembapan udara dan angin adalah factor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembapan optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembapan, dan dalam waktu lama mengakibatkan tanaman layu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan, dan evapotranspirasi.


(17)

2.3.2 Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia dan sifat fisik tanah.

a. Sifat fisik tanah

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20-60%, debu 10-40%, dan liat 20-50. Tanah yang kurang cocok adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal.

Topografi yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan kemiringan 0-15°. Hal iniakan memudahkan pengangkutan buah dari pohon ke tempat pemungutan hasil atau dari perkebunan ke pabrik pengolahan.

b. Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah. Kelapa sawit dapat tumbh pada pH tanah antara 4,0-6,5, sedangkan pH optimumnya adalah 5-5,5. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah yang memiliki kandungan unsure hara yang tinggi, dengan C/N mendekati 10 dimana C 1% dan N 0,1%.


(18)

Daya tukar Mg dan K berada pada batas normal, yaitu untuk Mg 0,4-1,0 me/100 gram, sedangkan k 0,15-1,20 me/100 gram.

2.4Varietas Kelapa Sawit

` Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas-varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya.

2.4.1 Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relative tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35-50%. Kernel (daging biji) biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

2. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hamper tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis Psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di


(19)

perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5-4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60-96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relative lebih kecil.

4. Macro Carya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali.

2.4.2 Berdasarkan warna kulit buah

1. Nigrescens

Buah berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu masak. Varietas ini banyak ditanam di perkebunan.

2. Virescens

Pada waktu muda buahnya berwarna hijau dan ketika masak warna buah berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijauan.

3. Albescens

Pada waktu muda buah berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah masak menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.


(20)

2.5Proses Pengolahan Sawit

PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa tandan buah segar (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (kernel). Proses pengolahan buah kelapa sawit yang ada pada PKS PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung terdapat pada beberapa stasiun, yaitu :

1. Stasiun Penerimaan Buah a. Weighbridge (timbangan)

Timbangan berfungsi untuk menimbang buah yang masih dalam truck yang akan masuk ke dalam pabrik sekaligus untuk menimbang produksi yang diangkut keluar pabrik. Penimbangan ini bertujuan untuk mengetahui berat TBS yang akan diproses didalam pabrik, jumlah TBS dapat diketahui dari selisih berat bruto. Penimbangan dilakukan pada saat truk berisi buah. Kapasitas timbangan di pabrik kelapa sawit PT. Multimas Nabati Asahan adalah maksimal ± 50 ton.

b. Sortasi

Sortasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memisahkan TBS yang berkualitas baik dengan TBS yang berkualitas buruk, dengan tujuan untuk menentukan kualitas TBS yang diterima sesuai konfirmasi dengan harga beli (Form A), sesuai estimasi rendemen sortasi setelah di sortir (Form B), serta estimasi rendemen dari manajer (Form C).


(21)

c. Loading Ramp

Loading ramp adalah tempat penimbunan Tandan Buah Segar (TBS) setelah buah disortasi. Buah yang telah dimasukkan kedalam hopper akan dikirim ke dalam setiap lori, hopper di PKS MNA mempunyai jumlah keseluruhan 52 pintu yang dibuka tutup dengan system hidrolik, terdiri dari 3 line yaitu sebelah kiri 14 pintu, kanan 14, dan depan 24 yang mempunyai sudut kemiringan peronnya 45º.

2. Stasiun Sterilizer

Dalam sterilizer buah yang direbus dalam sterilizer matang normalnya 95 menit. Suhu steam pemanas dalam sterilizer yaitu 140ºC. Fungsi dari perebusan adalah :

 Menonaktifakn enzim-enzim lipase yang dapat menyebabkan kenaikan Asam Lemak Bebas (ALB) atau FFA (Free Fatty Acid).

 Memudahkan pelepasan berondolan dari janjangan sampai lapisan terdalam.

 Melunakkan brondolan untuk memudahkan pemisahan daging buah dengan nut di digester.

 Melunakkan daging buah agar memudahkan proses pengutipan minyak dari daging buah.

 Mengurangi kadar air pada nut sehingga memudahkan saat pemecahan nut.


(22)

3. Stasiun Tippler

Tippler adalah alat bantu untuk menuangkan lori yang berisi TBS masak. Penuangan tippler dilakukan minimal tiga tahap untuk mencapai putaran penuh 200º. Rata-rata penuangan satu lori memerlukan waktu 6-8 menit.

4. Stasiun Digesting (Pelumatan Buah)

Digester merupakan tank silinder tegak yang berfungsi untuk melumatkan buah setelah proses perebusan. Digester digerakkan oleh electromotor. Suhu dalam digester yaitu 90-95ºC. Jumlah digester di PKS PT. MNA ada 7 buah dengan volume 3,5 ton. Adapun tujuan dari pelumatan di digester adalah :

 Melumatkan daging buah

 Mengepres struktur jaringan pericap dan pembukaan sel dimana minyak yang terkandung didalamnya.

5. Stasiun Press

Berfungsi untuk mengepres fruit yang sudah tercacah oleh digester yang digerakkan oleh electromotor. Kapasitas 15 ton/jam dengan tekanan 38-42 ampere. Tujuan pengepresan adalah memperkecil kehilangan minyak dalam fruit, sehingga kehilangan minyak akan lebih rendah.

6. Stasiun Pemurnian/Klarifikasi

Pada dasarnya campuran minyak, air dan kotoran akan selalu terbentuk pelapisa larutan yang terjadi sebagai akibat perbedaan berat jenis farksi berat akan turun ke bawah sementara farksi ringan akan naik ke atas. Pada stasiun ini terdiri dari beberapa unit alat pengolahan untuk memurnikan minyak yaitu:


(23)

a. Sandtrap Tank

Sandtrap tank adalah alat untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan ke vibrating screen. Fungsinya adalah untuk menangkap pasir dengan cara mengendapkan dan untuk mempermudah pemisahan minyak dan pasir tangki. Dengan suhu minyak kasar 90-95ºC. Dengan suhu 95ºC bertujuan untuk mempermudah pemisahan antara minyak dan kotoran pada sandtrap tank.

b. Vibrating Screen

Fungsinya untuk menyaring kembali padatan (pasir, fiber) yang tidak tertangkap di sandtrap tank. Vibrating screen terdiri dari double deck saringan kawat dengan ukuran 20 mesh dan 30 mesh. Cara kerjanya dengan bergetar dengan gerakan beraturan sehingga padatan yang tersaring langsung bergerak kearah dinding pembatas yang langsung terhubung ke bottom conveyor, sedangkan minyak akan dialirkan ke crude oil tank 1.

c. Crude Oil Tank 1 dan 2

Crude oil tank 1 (COT 1) merupakan bak penampungan minyak kasar dan mengendapkan kembali pasir, kotoran dan sludge yang lolos dari vibrating screen. Bak ini dilengkapi dengan pipa pemanas injeksi. Suhu yang digunakan pada COT 1 berkisar antara 80-95ºC.

Crude oil tank 2 adalah tempat penampungan sludge under flow dari CST sebelum masuk ke sand cyclone. Di COT 2 juga terjadi pemanasan 80-95ºC menggunakan steam injeksi.


(24)

d. Continous Settling Tank (CST)

Minyak dari COT dipompakan ke CST, tujuan CST untuk memisahkan minyak dengan suhu 90-95ºC, sludge berdasarkan berat jenisnya. Setelah terjadi pemisahan, minyak yang berada pada bagian atas dialirkan secara over flow yang dikutip melalui skimmer menuju oil tank, sedangkan lumpur (sludge) yang masih mengandung minyak pada bagian bawah dialirkan secara under flow ke COT 2.

e. Oil Tank

Fungsi dari oil tank adalah untuk tempat penampungan minyak sementara sebelum dialirkan ke vacuum dryer. Dalam oil tank juga terjadi pemanasan dengan steam coil dan injeksi dengan suhu 80-85ºC. Dengan tujuan untuk mengurangi kadar air.

f. Vacuum Dryer

Berfungsi untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam minyak dengan suhu 80-85ºC, di sini minyak disemprotkan dengan menggunakan nozzle sehingga campuran minyak dan air tersebut akan pecah, hal ini akan mempermudah pemisahan air di dalam minyak. Vacuum dryer mempunyai tekanan vacuum minus 680-760 mmH.

g. Storage Tank

Minyak dari vacuum dryer di pompakan ke storage tank. Di PKS MNA terdapat 2 tank sebagai penampungan hasil akhir dari pemurnian minyak


(25)

sebelum dipompakan ke refinery. Dengan suhu 50ºC dengan kapasitas 500 Mt.

2.6Crude Oil Tank (COT)

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40-45% air.

Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudia dialirkan ke dalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil, CPO). Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur, masih dapat dimanfaatkan dengan proses daur ulang untuk diambil minyak sawitnya.

2.7Kadar minyak, zat menguap dan kotoran

Pada umumnya, penyaringan hasil minyak sawit dilakukan dalam rangkaian proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi. Dengan proses diatas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis.


(26)

Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar dipompa dan dialirkan ke dalam tangki pemisah melalui pipa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan 80% minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki pemisah bersama air panas yang bersuhu 95ºC dengan perbandingan1:1, diolah pada


(27)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang, mulai dari pengangkutan TBS, pensortiran buah, perebusan, pencacahan, pengempaan, permurnian sampai dihasilkan minyak kelapa sawit mentah (CPO), selain itu juga harus memerlukan control yang cermat agar minyak yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu. Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama pengolahan TBS di pabrik yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi inti sawit.

Selain itu minyak yang dihasilkan harus memiliki standar mutu yang baik agar didapat kualitas minyak yang baik yang sesuia dengan standar pabrik. Standar mutu minyak menurut pabrik di PKS PT.MNA adalah terdiri dari kadar air berkisar 0,20%, kadar FFA <3,50% , kadar dirt atau kotoran 0,020% dan kadar minyak hasil pengenceran (DCO) adalah berkisar 34-38%. (sumber PKS PT.Multimas Nabati Asahan)

Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan yang rutin terhadap kadar minyak atau komposisi DCO yang diambil dari COT (Crude Oil Tank) dengan variasi


(28)

waktu pengambilan minyak yang dilakukan setiap dua jam sekali agar dapat diketahui berapa persentase dari kadar minyak tersebut. Yang kemudian akan dianalisa di laboratorium maka akan dapat diketahui berapa persenkah komposisi atau kadar dari minyak yang masi terdapat pada COT (Crude Oil Tank ) yang sesuai dengan standar dari pabrik itu sendiri.

Berdasarkan kajian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul : ANALISA KOMPOSISI DCO (DILUTION CRUDE OIL) YANG DIHASILKAN PADA COT (CRUDE OIL TANK) DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN.

1.2Perumusan Masalah

Apakah persentase komposisi DCO atau kadar minyak yang keluar dari COT (Crude Oil Tank) dengan pengambilan dengan variasi waktu 2 jam sekali sudah sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan di PKS PT. Multimas Nabati Asahan.

1.3Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah mengetahui berapa persentase perbandingan komposisi DCO yang dilakukan pengambilan selama beberapa hari berturut yang keluar dari COT (Crude Oil Tank).


(29)

o Manfaat

1. Untuk melihat secara langsung ilmu yang diterapkan di bangku kuliah terhadap variabel-variabel yang berkaita dengan proses produksi dalam skala besar.

2. Untuk mengetahui komposisi kadar DCO (Dilution Crude Oil) yang keluar melalui COT (Crude Oil Tank).


(30)

ABSTRAK

Penentuan kadar komposisi DCO dilakukan dengan cara sentrifugasi, dimana sampel minyak yang diambil dari COT (Crude Oil Tank)

dimasukkan kedalam alat sentrifugasi kemudian dilakukan pemusingan atau dengan gaya sentrifugal selama 4 menit untuk memisahkan minyak, emulsi dan sludge. Penghitungan persentase komposisi DCO dilakukan agar dapat mengetahui kehilangan minyak (losses oil) pada saat pengambilan sampel dilakukan. Yang kemudian diperoleh data dari pengambilan sampel yang dilakukan selama 4 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 06-02-2016 adalah minyak 36,75% ; emulsi 3,70% ; sludge 59,55% , pada tanggal 08-02-2016 adalah minyak 36,10% ; emulsi 3,57% ; sludge 60,71% , pada tanggal 09-02-20116 adalah minyak 36,01% ; emulsi 3.93% ; sludge 69,87% , dan pada tanggal 10-02-2016 adalah minyak 36,26% ; emulsi 3,43% ; sludge 60,31%. Dimana persentase DCO yang diperoleh masih berada pada kondisi standar atau stabil yang dimana standar dari perusahaan 34-38% sehingga masih memenuhi syarat dari perusahaan.


(31)

DCO COMPOSITION ANALYSIS (DILUTION CRUDE OIL) PRODUCED IN THE COT (CRUDE OIL TANK) IN PKS PT. MULTIMAS NABATI

ASAHAN ABSTRACK

Determination of the composition of the DCO is done by means of centrifugation, where oil samples taken from COT (Crude Oil Tank) was added centrifuge, then do centrifugation or centrifugal force for 4 minutes to separate the oil, emulsion and sludge. Calculation of percentage composition of DCO done in order to determine loss (oil losses) at the time of sampling done. Thus obtained the data from sampling conducted over four consecutive days, on 06-02-2016 is an oil 36,75% ; emulsion 3,70% ; sludge 59,55%, on 08-02-2016 is oil 36,10% ; emulsion 3,57% ; sludge 60,71%, on 09-02-2016 is oil 36,01% ; emulsion 3,93% ; sludge 69,87%, and on 10-02-2016 is an oil 36,26% ; emulsion 3,43% ; sludge 60,31%. Where the DCO percentage gained is still in standard conditions or stable condition where the standard of the company 34-38%, so it is still eligible from the companies.


(32)

Analisa Komposisi Dco (Dilution Crude Oil) Yang Dihasilkan Pada Cot (Crude Oil Tank) Di Pks Pt. Multimas Nabati Asahan

Karya Ilmiah

Herry Adrianus Sipahutar 132401067

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIAK DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(33)

KARYA ILMIAH

Ditujukan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya

HERRY ADRIANUS SIPAHUTAR 132401067

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIAK DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016


(34)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KOMPOSISI DCO (DILUTION CRUDE OIL) YANG DIHASILKAN PADA COT (CRUDE OIL TANK) DI PKS PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama :HERRY ADRIANUS SIPAHUTAR

Nomor Induk Mahasiswa : 132401067 Program Studi : D-3 KIMIA

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGTAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, 2016 Diketahui/ Disetujui Oleh

Ketua Program studi D3 kimia Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nst, M.si Drs. Darwis Surbakti, M.Si NIP.195509181987012001 NIP. 195307071983031001

Disahkan oleh

Depertemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP 195408301985032001


(35)

PERNYATAAN

ANALISA KOMPOSISI DCO (DILUTION CRUDE OIL) YANG DIHASILKAN PADA COT (CRUDE OIL TANK) DI PKS PT. MULTIMAS

NABATI ASAHAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

Herry Adrianus Sipahutar


(36)

PENGAHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Adapun karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilaksanakan di PKS PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung. Penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi mata kuliah di program studi Diploma III Kimia Departemen Kimia FMIPA USU.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penulisan Karya Ilmiah ini, yaitu antara lain :

Keluarga tercinta, ayah A.Sipahutar dan Ibu E.Simanjuntak, beserta adikku Hesty Sipahutar yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

1. Bapak Drs. Darwis Surbakti, M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dra. Emma Zaidar Nst, M.Si selaku ketua jurusan Program Studi D-3 Kimia di Fakultas MIPA USU.


(37)

3. Bapak Darma Syahputra, selaku pembimbing PKL yang senantiasa memberikan pengarahan kepada saya.

4. Staf dan karyawan di PT. Multimas Nabati Asahan yang telah membantu saya saat menyusun karya ilmiah ini.

5. Teman-teman seperjuangan PKL (Hot Bonardo, Rahmat Zulfahmi, Jhon Taris, Dan Sartika Purnama Sari), terimakasih atas kerja samanya selama PKL berlangsung.

6. Teman-teman D-3 KIMIA stambuk 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu dan adik stambuk, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moril yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa penyajian karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada. Tapi penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2016 Penulis


(38)

ABSTRAK

Penentuan kadar komposisi DCO dilakukan dengan cara sentrifugasi, dimana sampel minyak yang diambil dari COT (Crude Oil Tank)

dimasukkan kedalam alat sentrifugasi kemudian dilakukan pemusingan atau dengan gaya sentrifugal selama 4 menit untuk memisahkan minyak, emulsi dan sludge. Penghitungan persentase komposisi DCO dilakukan agar dapat mengetahui kehilangan minyak (losses oil) pada saat pengambilan sampel dilakukan. Yang kemudian diperoleh data dari pengambilan sampel yang dilakukan selama 4 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 06-02-2016 adalah minyak 36,75% ; emulsi 3,70% ; sludge 59,55% , pada tanggal 08-02-2016 adalah minyak 36,10% ; emulsi 3,57% ; sludge 60,71% , pada tanggal 09-02-20116 adalah minyak 36,01% ; emulsi 3.93% ; sludge 69,87% , dan pada tanggal 10-02-2016 adalah minyak 36,26% ; emulsi 3,43% ; sludge 60,31%. Dimana persentase DCO yang diperoleh masih berada pada kondisi standar atau stabil yang dimana standar dari perusahaan 34-38% sehingga masih memenuhi syarat dari perusahaan.


(39)

DCO COMPOSITION ANALYSIS (DILUTION CRUDE OIL) PRODUCED IN THE COT (CRUDE OIL TANK) IN PKS PT. MULTIMAS NABATI

ASAHAN ABSTRACK

Determination of the composition of the DCO is done by means of centrifugation, where oil samples taken from COT (Crude Oil Tank) was added centrifuge, then do centrifugation or centrifugal force for 4 minutes to separate the oil, emulsion and sludge. Calculation of percentage composition of DCO done in order to determine loss (oil losses) at the time of sampling done. Thus obtained the data from sampling conducted over four consecutive days, on 06-02-2016 is an oil 36,75% ; emulsion 3,70% ; sludge 59,55%, on 08-02-2016 is oil 36,10% ; emulsion 3,57% ; sludge 60,71%, on 09-02-2016 is oil 36,01% ; emulsion 3,93% ; sludge 69,87%, and on 10-02-2016 is an oil 36,26% ; emulsion 3,43% ; sludge 60,31%. Where the DCO percentage gained is still in standard conditions or stable condition where the standard of the company 34-38%, so it is still eligible from the companies.


(40)

DAFTAR ISI

PENGHARGAAN i

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 2

1.3Tujuan Penelitian 2

1.4Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kelapa Sawit 4

2.2Sejarah Kelapa Sawit 6

2.2.1 Daerah Asal Kelapa Sawit 6

2.2.2 Upaya Pembudidayaan Kelapa Sawit 7

2.3Ekologi Kelapa Sawit 9

2.3.1 Faktor Iklim 10

2.3.2 Tanah 12

2.4Varietas Kelapa Sawit 13

2.4.1 Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah 13

2.4.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah 14

2.5Proses Pengolahan Sawit 15

2.6Crude Oil Tank (COT) 20

2.7Kadar Minyak, Zat Menguap dan Kotoran 20

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1Alat dan Bahan 22

3.1.1 Alat 22

3.1.2 Bahan 22

3.1.3 Pengambilan Sampel 22

3.2Prosedur 22

3.2.1 Analisis Komposisi DCO 22


(41)

4.1Data Analisis 24

4.2Perhitungan 25

4.2.1 Perhitungan Persentase Komposisi DCO 25

4.3Pembahasan 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 28

5.2Saran 28


(1)

PENGAHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Adapun karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilaksanakan di PKS PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung. Penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi mata kuliah di program studi Diploma III Kimia Departemen Kimia FMIPA USU.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang telah berjasa dalam penulisan Karya Ilmiah ini, yaitu antara lain :

Keluarga tercinta, ayah A.Sipahutar dan Ibu E.Simanjuntak, beserta adikku Hesty Sipahutar yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

1. Bapak Drs. Darwis Surbakti, M.Si, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.


(2)

3. Bapak Darma Syahputra, selaku pembimbing PKL yang senantiasa memberikan pengarahan kepada saya.

4. Staf dan karyawan di PT. Multimas Nabati Asahan yang telah membantu saya saat menyusun karya ilmiah ini.

5. Teman-teman seperjuangan PKL (Hot Bonardo, Rahmat Zulfahmi, Jhon Taris, Dan Sartika Purnama Sari), terimakasih atas kerja samanya selama PKL berlangsung.

6. Teman-teman D-3 KIMIA stambuk 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu dan adik stambuk, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moril yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa penyajian karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang ada. Tapi penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Maret 2016 Penulis


(3)

ABSTRAK

Penentuan kadar komposisi DCO dilakukan dengan cara sentrifugasi, dimana sampel minyak yang diambil dari COT (Crude Oil Tank) dimasukkan kedalam alat sentrifugasi kemudian dilakukan pemusingan atau dengan gaya sentrifugal selama 4 menit untuk memisahkan minyak, emulsi dan sludge. Penghitungan persentase komposisi DCO dilakukan agar dapat mengetahui kehilangan minyak (losses oil) pada saat pengambilan sampel dilakukan. Yang kemudian diperoleh data dari pengambilan sampel yang dilakukan selama 4 hari berturut-turut yaitu pada tanggal 06-02-2016 adalah minyak 36,75% ; emulsi 3,70% ; sludge 59,55% , pada tanggal 08-02-2016 adalah minyak 36,10% ; emulsi 3,57% ; sludge 60,71% , pada tanggal 09-02-20116 adalah minyak 36,01% ; emulsi 3.93% ; sludge 69,87% , dan pada tanggal 10-02-2016 adalah minyak 36,26% ; emulsi 3,43% ; sludge 60,31%. Dimana persentase DCO yang diperoleh masih berada pada kondisi standar atau stabil yang dimana standar dari perusahaan 34-38% sehingga masih memenuhi syarat dari perusahaan.


(4)

DCO COMPOSITION ANALYSIS (DILUTION CRUDE OIL) PRODUCED IN THE COT (CRUDE OIL TANK) IN PKS PT. MULTIMAS NABATI

ASAHAN ABSTRACK

Determination of the composition of the DCO is done by means of centrifugation, where oil samples taken from COT (Crude Oil Tank) was added centrifuge, then do centrifugation or centrifugal force for 4 minutes to separate the oil, emulsion and sludge. Calculation of percentage composition of DCO done in order to determine loss (oil losses) at the time of sampling done. Thus obtained the data from sampling conducted over four consecutive days, on 06-02-2016 is an oil 36,75% ; emulsion 3,70% ; sludge 59,55%, on 08-02-2016 is oil 36,10% ; emulsion 3,57% ; sludge 60,71%, on 09-02-2016 is oil 36,01% ; emulsion 3,93% ; sludge 69,87%, and on 10-02-2016 is an oil 36,26% ; emulsion 3,43% ; sludge 60,31%. Where the DCO percentage gained is still in standard conditions or stable condition where the standard of the company 34-38%, so it is still eligible from the companies.


(5)

DAFTAR ISI

PENGHARGAAN i

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR ISI v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 2

1.3Tujuan Penelitian 2

1.4Manfaat 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kelapa Sawit 4

2.2Sejarah Kelapa Sawit 6

2.2.1 Daerah Asal Kelapa Sawit 6 2.2.2 Upaya Pembudidayaan Kelapa Sawit 7

2.3Ekologi Kelapa Sawit 9

2.3.1 Faktor Iklim 10

2.3.2 Tanah 12

2.4Varietas Kelapa Sawit 13

2.4.1 Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging Buah 13 2.4.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah 14 2.5Proses Pengolahan Sawit 15

2.6Crude Oil Tank (COT) 20

2.7Kadar Minyak, Zat Menguap dan Kotoran 20 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1Alat dan Bahan 22


(6)

4.1Data Analisis 24

4.2Perhitungan 25

4.2.1 Perhitungan Persentase Komposisi DCO 25

4.3Pembahasan 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan 28

5.2Saran 28