Pengaruh Suhu Crude Oil Tank (COT) Terhadap Kadar Air Dari Minyak Sawit Mentah (CPO) Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN. IV Kebun Adolina

(1)

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV

KEBUN ADOLINA

KARYA ILMIAH

ADILLA PRATIWI SIMANJUNTAK 062409039

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV

KEBUN ADOLINA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya ADILLA PRATIWI SIMANJUNTAK

062409039

PROGRAM STUDI DIPLOMA – III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK

(COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : ADILLA PRATIWI SIMANJUNTAK

Nomor Induk Mahasiswa : 062409039

Program Studi : KIMIA INDUSTRI D-3

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan,

Diketaui/Disetuji Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing

DR. RUMONDANG BULAN, MS

NIP. 131 459 466 NIP. 130 517 489


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV

KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

ADILLA PRATIWI SIMANJUNTAK 062409039


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik.

Adapun karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil kerja praktek yang dilaksanakan di PKS PTPN IV Adolina Perbaungan. Penulisan Karya ilmiah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi mata kuliah di program studi Diploma III Kimia Industri Departemen Kimia FMIPA USU.

Karya ilmiah ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu ayahanda dan ibunda, serta keluarga tercinta yang merupakan bagian hidup penulis yang senantiasa mendukung dan mendoakan dari sejak penulis lahir hingga sekarang.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang – orang yang telah berjasa dalam penulisan Karya Ilmiah ini, yaitu antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Tonel Barus sebagai Dosen Pembimbing Karya Ilmiah. 2. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, MSc selaku dekan

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

4. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc, M.Phill selaku ketua Program Studi D-3 Kimia Industri

5. Ayahanda Muhammad Soenardo Simanjuntak dan Ibunda Hj. Wan Rahmanida S.Pd tercinta yang telah bersusah payah berbuat yang terbaik demi kemajuan anak – anaknya baik material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

6. Kakakku Nurmala Justitia Simanjuntak dan adikku tersayang Muhammad Rizky Simanjuntak dan Nirwana Jelita yang telah memberikan doa dan dukungannya


(6)

7. Yang tak terlupakan Priyasin Hadrian karena telah menemani dan banyak membantu selama kuliah.

8. Rekan satu PKL, Ahmad Abdul Aziz

9. Semua rekan – rekan mahasiswa Kimia Industri Angkatan 2006, khususnya Novira sari, Astri Ramadhani, Awaluddin Nainggolan, Indra Nugraha, Ricky Hiadyat, Erix Situmeang, Faisal, Jefri Bolon dan Eka Puspita Sari.

10. Seluruh pihak PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Adolina yang telah banyak membantu serta membimbing selama pengerjaan karya ilmiah ini

11. Seluruh dosen khususnya dosen Kimia Industri

Akhir kata, penulis mengharapkan karya ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca dalam meingkatkan wawasan pengetahuan di bidang ilmu pengetahuan alam.

Medan, Juni 2009 Penulis


(7)

ABSTRAK

Kadar air pada minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dapat merusak mutu CPO karena air merupakan bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Penekanan kadar air ini dapat dilakukan hampir disemua alat pada stasuin klarifikasi pada pabrik – pabrik kelapa sawit dengan memberikan panas atau uap panas agar tidak terjadi peningkatan kadar air. Seperti pada Crude Oil Tank (COT) yang merupakan tempat penampungan minyak kasar, diberikan panas dengan suhu 90- 95OC agar dapat menekan kadar air yang terdapat minyak sawit mentah (CPO).


(8)

THE INFLUENCE OF TEMPERATURE IN CRUDE OIL TANK (COT) TOWARDS WATER CONTENT OF CRUDE PALM OIL IN PALM OIL

FACTORY PTPN. IV KEBUN ADOLINA

ABSTRACT

The water content in Crude Palm Oil could damage the quality of Crude Palm Oil because water is material in the hydrolysis reaction. Emphasis of water content can be done almost on whole machines on clarification station at Crude Palm Oil factory with provide heat or steam so that increasing of water content does not occured. As in the Crude Oil Tank (COT), which is a rouge crude palm oil shelter, provided heat with temperature 90 - 95OC in order to reduce the water content of the crude palm oil.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ... ii

PENGHARGAAN ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan ... 2

1.4 Manfaat ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Sejarah Kelapa Sawit ... 4

2.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit ... 5

2.2.1 Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung ... 5

2.2.2 Berdasarkan Warna Kulit Buah ... 6

2.3 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya ... 7

2.4 Pengolahan Kelapa Sawit ... 8

2.5 Tujuan Pemurnian CPO ... 12

2.6 Crude Oil Tank (COT) ... 12

2.7 Kadar Air ... 14

BAB 3 BAHAN DAN METODE ... 16

3.1 Alat – alat ... 16


(10)

3.3 Prosedur Percobaan ... 16

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Data ... 18

4.2 Perhitungan ... 19

4.3 Pembahasan ... 19

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

5.1 Kesimpulan ... 21

5.2 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak yang dapat dimakan (edible oil), minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama di konversi menjadi perkebunan kelapa sawit.

Salah satu mutu minyak sawit tergantung pada kadar air dan kadar asam lemak bebas. Jumlah kandungan air pada minyak dapat bertambah disebabkan karena pengolahan minyak sawit itu sendiri serta penyimpanan. Kenaikan kandungan air dapat menyebabkan terjadinya hidrolisis minyak sawit yang dipacu oleh enzim lipase. Hidrolisis adalah porses penguraian minyak dengan air yang dikatalisis oleh enzim lipase sehingga akan terbentuk asam lemak dan gliserin. Hidrolisis menurunkan mutu minyak karena akan menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Selama penyimpanan dan pengolahan minyak atau lemak dengan proses pemurinian dan doedorisasi untuk dapat menghasilkan minyak yang baik mutunya.

Oleh karena itu dilakukan pemeriksaan terhadap kadar air CPO yang keluar dari COT (crude oil tank) dengan variasi perubahan suhu / temperatur 50 – 900C. Dari hasil analisis laboratorium maka akan dapat diketahui pada suhu berapakah kadar air pada minyak kelapa sawit (CPO) masih memenuhi standart mutu yang ditetapkan dan pabrik


(12)

dapat menekan sekecil mungkin kualitas CPO dengan menekan kadar air minyak sejak minyak berada di COT (crude oil tank).

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk lebih mendalami dan menulis karya ilmiah ini dengan judul “Pengaruh Suhu pada COT (Crude Oil Tank) Terhadap Kadar Air Minyak Sawit Mentah (CPO) di PTPN IV Kebun Adolina Perbaungan”.

1.2Perumusan Masalah

Apakah kadar air yang terkandung dalam CPO setelah keluar dari COT (Crude Oil Tank) dengan variasi perubahan suhu antara 50 – 90 OC sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan di PTPN IV Kebun Adolina Perbaungan.

1.3Tujuan

Tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah mengetahui berapa besar pengaruh suhu terhadap kenaikan kadar air minyak kelapa sawit yang keluar dari COT (Crude Oil Tank) dengan variasi perubahan suhu 50 – 90 OC.

1.4. Manfaat

- Untuk meliat secara langsung penerapan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah terhadap variabel – variabel yang berkaitan dengan proses produksi dalam skala besar.

- Untuk mengetahui kadar air pada setiap variasi suhu antara 50 - 90 OCdari minyak kelapa sawit yang keluar dari COT (crude oil tank).


(13)

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis Guineensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1848, di bawah dari Mautitius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasa dari kedua tempat tersebut masing – masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di kebun raya Bogor. Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagai keturunan kelapa sawit dari kebun raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara) hingga dinamakan varietas Deli Dura.

Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang kebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1983.

Sebagai areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam perkembangannya, kepemilikan perkebunan ini digantikan oleh perusahaan-perusahaan asing dari Eropa. Pada tahun 1957, pemerintah republik Indonesia menasionalisaikan (mengambil alih) seluruh perkebunan milik asing menjadi perusahaan milik negara. Perkebunan kelapa sawit di


(15)

Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalannya mengalami pasang surut.

2.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas – varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas – varietas tersebut. Ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas lain.

2.2.1 Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung 1. Varietas Dura

Tempurung cukup tebal (2-8 mm), daging buah tipis. Persentase daging buah terhadap buah 35-50%, inti buah (kernel) besar, tetapi kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat – pusat penelitian.

2. Varietas Psifera

Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak inti rendah karena ukuran kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau sebagai penghasil tempurung sari.


(16)

3. Varietas Tenera

Merupakan hasil persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera (P) sehingga sifat – sifat morfologi dan anatomi ini (DxP) merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya. Tebal tempurung varietas tenera adalah 0,5-4,0 mm, persentasi daging buah terhadap buah 60 -90%, kandungan minyak daging buah 18-23%, dan kandungan minyak inti 5%

4. Varietas Macro Carya

Daging buah sangat tipis tempurung sangat tebal (4-5 mm) 5. Varietas Dwikka Wakka

Dwikka Wakka mempunyai ciri khas, yaitu daging buahnya (sabut) berlapis dua. Oleh karena itu disebut Dwikka. Macro Carya dan Dwikka Wakka merupakan varietas yang jarang ditemukan di lapangan, sedangkan tenera merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan karena dianggap paling menguntungkan secara economis. (Hadi,M.M.,2004)

2.2.2. Berdasarkan Warna Kulit Buah

Pembagian Varietas bedasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut :

a. Nigrescens

Warna kulit bhuah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak.


(17)

Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa – sisa warna hijau.

c. Albescens

Warna kulit keputih – putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning – kuningan jika sudah tua / masak.

Diantara ketiga varietas di atas, Nigrescens paling banyak di budidayakan. Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh lembaga – lembaga penelitian. (Mangoensoekarjo, S dan Semangun,H.,2003)

2.3 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain – lain.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut manjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain – lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, detejen, BBM, dan lain – lain).

Kegunaan dari masing – masing produk tersebut adalah :

• Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain – lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain – lain).


(18)

• Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan sabun, minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.

• Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar / sumber energi.

• Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk kalium.

• Ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap. (Hadi,M.M.,2004)

2.4 Pengolahan Kelapa Sawit

Tahap – tahap pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi Crude palm Oil (CPO) adalah sebagai berikut :

1. Stasiun Penerimaan Buah

Sebelum diolah dalam PKS, tandan buah segar (TBS) yang berasal dari kebun pertama kali diterima di stasiun penerimaan buah untuk ditimbang dijembatan timbang (Weight Bridge) dan ditampung sementara di penampungan buah (loading ramp).

a. Jembatan Timbang

Penimbangan dilakukan dua kali untuk setiap angkutan TBS yang masuk ke pabrik, yaitu pada saat masuk (berat truk dan TBS) serta pada saat keluar (Berat Truk). Dari selisih timbangan saat truk masuk dan keluar, diperoleh berat bersih.


(19)

b. Sortasi

Setelah selesai ditimbang kemudian buah dibawa ketempat pengumpulan buah untuk disortasi. Penyortasian dilakukan berdasarkan kriteria kematangan buah, hal ini bertujuan pada penentuan rendemen minyak.

c. Loading Ramp

TBS yang telah ditimbang dijembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berupa kisi – kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45o. Kisi – kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading Ramp dilengkapi pintu – pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolis sehingga memudahkan dalam pengisian TBS kedalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori dapat dimuat dengan 2,5 ton TBS. 2. Stasiun Rebusan (Sterilizer)

Lori – lori yang telah berisi TBS dikirim ke stasiun rebusan dengan cara ditarik menggunakan capstand yang digerakkan oleh motor listrik hingga memasuki sterilizer. Sterilizer yang digunakan adalah berkapasitas 10 lori atau setara 20 ton TBS. Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap temperatur 135OC dan tekanan 2,0 – 3,0 Kg/Cm2 selama 90 menit.

Tujuan dari perebusan TBS adalah :

- Menghentikan perkembangan asam lemak bebas (ALB) atau free fatty acid (FFA) - Memudahkan pemipilan brondolan dari tandan

- Penyempurnaan dalam pengolahan


(20)

3. Stasiun Pemipilan (Stripper)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim ke bagian pemipilan yang dituangkan ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hoisting crane. Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga membanting – banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang besi perantara sehingga membentuk kisi – kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara tandan kosong yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh elevator kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper.

4. Stasiun Pencacahan (Digesting)

Berondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkut ke bagian pengadukan / pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan / pencacahan berupa sebuah tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan – lengan pencacah di bagian dalamnya.

Tujuan utama dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil – kecilnya.

5. Stasiun Pengempaan (Presser)

Berondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang persis dibagian bawah digester. Pada pabrik kelapa sawit,


(21)

umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah berlawanan tertekan oleh sliding cone. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang – lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah atara sliding cone dan press cage.

6. Pemurnian (Clarifier)

Minyak hasil pengempaan dialirkan (masuk) ke sand trap tank (penangkap pasir) lalu menuju vibro separator untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank). Selanjutnya dikirim ke Vertical Continue Tank (VCT), di VCT proses pemisahan dilakukan berdasarkan berat jenis antara minyak, air dan sludge, dimana minyak yang ringan akan keatas, lalu dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.

Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di pabrik kelapa sawit, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung didalamnya, lalu dialirkan kembali ke VCT lalu dikirim ke Oil Tank.

Dari oil tank minyak dimurnikan kembali melalui oil purifier, setelah itu dikirim ke vacuum drier untuk dihilangan kandungan air yang ada didalam minyak dan siap dikirim ke tangki penimbunan (storage tank). (Pahan, 2007)


(22)

2.5 Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel – partikel dari tempurung dan serabut serta 40 – 45% air.

Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (Crude Oil Tank) dan setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam minyak. Minyak sawit ini dapat ditampung dalam tangki – tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai di hasilkan minyak sawit murni (Processed Palm Oil, PPO) dan hasil olahan lainnya. Sedangkan sisa olahan yang berupa lumpur, masih dapat dimanfaatkan dengan proses daur ulang untuk diambil minyak sawitnya. (Tim Penulis PS, 1997)

2.5. Tujuan Pemurnian CPO

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan / pemurnian minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampungan minyak kasar (crude oil tank).


(23)

Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT) dipanaskan hingga 95 – 100 0C. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting artinya yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air, dan sludge sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya, minyak dari COT dikirim ke tangki pengendap (continous settling tank/clarifier tank). (Pahan,2007)

2.6 Crude Oil Tank (COT)

Crude oil tank (COT) berfungsi untuk mengendapkan partikel – partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Karena tangki ini ukurannya kecil yaitu 10 M3 dengan masa tunggu 30 – 45 menit untuk PKS 30 ton/jam, dapat dikatakan bahwa retention time minyak relatif singkat sehingga lebih berfungsi untuk mengendapkan pasti atau lumpur partikel besar. Sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil.

Fungsi utamanya oil tank ialah menampung minyak dari ayakan sebelum di pompakan pada voorscheider atau oil settling tank, yang ditempatkan tepat dibawah ayakan getar, sehingga minyak dari ayakan getar langsung ditampung.

Pemisahan minyak lebih sempurna jika panas minyak dipertahankan 800C, oleh sebab itu dalam COT di pasang alat pipa coil pemanas. Pemanasan dilakukan dengan closed steam dan open steam.

Penggunaan uap langsung (pipa terbuka) pada minyak akan menyebabkan beberapa hal :


(24)

a. Pembentukan Emulsi

Pemberian uap langsung pada minyak (ujung pipa berada didalam tangki) dapat menyebabkan terbentuknya kembali emulsi minyak yang sangat sulit dipisahkan dalam alat pemisah selanjutnya.

b. Peningkatan Viscositas Cairan

Pemberian uap langsung terjadi goncangan – goncangan menyebabkan partikel halus kembali melayang – melayang dalam cairan minyak meningkatkan viscositas cairan sehingga pemisahan fraksi minyak dan non minyak semakin sulit.

c. Pengeluaran Kabut

Penggunaan uap langsung yang terbuka akan mengeluarkan uap yang berbentuk kabut sehingga dapat mempengaruhi ketenangan kerja operator, dan dirasakan pengaruhnya pada unit pengolahan yang berada disebelah atas alat tersebut.

Pemanasan dengan pipa terbuka sering dilakukan untuk mempercepat pemanasan minyak, karena suhu minyak yang keluar mempercepat pemanasan minyak, karena suhu minyak yang keluar dari oil gutter sangat rendah, yang mungkin akibat pemberian air pengencer bersuhu rendah dalam screw press.

Untuk mempertahankan retention time dari cairan yang ada dalam COT, perlu dilakukan pembungan lumpur dan air dari lapisan bawah tangki secara terjadwal dengan memompakannya ke solution tank, dan jika di buang ke dalam parit maka terjadi kehilangan minyak karena minyak yang melekat dalam lumpur masih tinggi.


(25)

Crude oil tank selain menampung minyak dari oil gutter juga difungsikan untuk menerima minyak dari fat pit dan reclaim tank. Pengoperasian COT untuk menerima cairan dari alat pengolah lain akan menyebabkan penurunan retention time cairan dalam alat tersebut dan dapat menyebabkan goncangan dan turbulensi akibat aliran cairan yang masuk dan akan menyebabkan pemisahan minyak dengan lumpur semakin berkurang. Oleh sebab itu penggunaan COT seharusnya hanyalah untuk menampung minyak dari oil gutter. (Naibaho, 1998)

2.7 Kadar Air

Minyak yang masih mengandung air 0,6 – 1,0 % perlu dikeringkan agar air tersebut tidak lagi berfungsi sebagai bahan pereaksi dalam reaksi hidrolisis. Maka untuk menghilangkan air tersebut perlu dilakukan pengeringan khusus. Pengeringan ini dapat dilakukan dengan panas dalam udara terbuka, pemanasan dalam ruangan tertutup dan dalam ruangan hampa.

Mekanisme pemanasan minyak dapat mempengaruhi mutu minyak dan dapat diketahui dari hasil pengeringan antara lain :

a. Kadar air

Pengeringan minyak yang tidak sempurna dapat diketahui dari kandungan air dalam minyak, pengeringan dikatakan baik jika kadar air dibawah 0,1 %

b. Nilai DOBI

Seperti diketahui bahwa nilai DOBI minyak adalah menggambarkan tingkat kerusakan minyak dalam proses pengolahan seperti oksidasi, kegosongan dan perombakan carotene dalam minyak yang tidak disukai oleh konsumen. Jika nilai DOBI


(26)

minyak rendah maka dalam proses pengolahan lanjutan akan mengalami kesulitan dalam proses pemucatan sehingga warna minyak seperti refined, bleached dan deodorized palm oil berwarna R3 dan Y30 yang tidak disukai oleh pemakai seperti konsumen minyak goreng.

c. Polimerisasi

Minyak yang dihasilkan bila diolah dalam fraksinasi masih menghasilkan fraksi olein dengan cloud poin yang tinggi, ini menunjukkan bahwa dalam minyak terjadi polimerisasi yang masih sulit dipisahkan dengan cara filtrasi.

Pemanasan minyak dapat merangsang proses oksidasi terutama jika minyak tersebut kontak dengan udara dan dalam minyak dijumpai proksidan. Pemanasan yang berlebihan dapat menyebabkan kegosongan minyak sehingga dalam proses pemucatan akan lebih sulit atau derajat pemucatannya rendah.(Naibaho,1998)


(27)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1. Alat – alat - Oven

- Cawan Porselin - Neraca Analitik - Desicator

3.2 Bahan

- Minyak sawit mentah (CPO)

3.3. Prosedur Percobaan

- Sampel CPO dipanaskan dan diaduk hingga homogen

- Sampel CPO ditimbang ±10 g dan dimasukkan kedalam cawan porselin yang sudah ditentukan berat kosongnya

- Dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam - Didinginkan kedalam desicator selama ± 15 menit.


(28)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Suhu (oC) A (g) B (g) C (g) D (g) E (g) Kadar Air(%) 90 63,2826 46,2611 17,0215 63,2501 0,0325 0,191 80 62,7702 46,2501 16,5201 62,7373 0,0329 0,199 70 62,6637 46,2512 16,4125 62,6302 0,0335 0,204 60 62,2124 45,9981 16,2143 62,1778 0,0346 0,213 50 62,3129 46,2101 16,2101 62,2758 0,0371 0,245

Keterangan :

A = Cawan penguap + sampel minyak B = Cawan penguap kosong

C = Berat sampel minyak

D = Cawan penguap + sampel minyak kering E = Berat zat menguap


(29)

4.2 Perhitungan

Penentuan kadar air Kadar air = %

Keterangan : A = Berat CPO sebelum dipanaskan B = Berat CPO setelah dipanaskan C = Berat sampel

Contoh perhitungan

Kadar air = %

=

= 0,191 %

4.3 Pembahasan

Dari data diperoleh hasil analisis kadar air pada CPO yang terdapat pada Crude Oil Tank (COT) dengan variasi perubahan suhu menunjukkan bahwa penurunan suhu pada COT mengakibatkan peningkatan kadar air pada COT.

Pemberian panas pada Crude Oil Tank (COT) bertujuan untuk menurunkan kadar air pada CPO dan untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge atau pengotor – pengotor lainnya. Peningkatan kadar air dapat merusak mutu CPO karena air dapat mengakibatkan reaksi hidrolisis pada CPO yang juga akan meningkatkan kadar asam lemak bebas pada CPO. Oleh karena itu disetiap alat pada stasiun klarifikasi diberikan uap panas yang bertujuan menekan kadar air.


(30)

Penekanan kadar air pada COT dapat membantu pengurangan kadar air pada minyak sawit mentah produksi. Suhu optimum pada COT adalah 900C. Kadar air yang diinginkan dalam minyak sawit mentah adalah 0,15%. Karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup.

Dari hasil percobaan di laboratorium didapat kadar air sebesar 0,191% dalam minyak sawit mentah dimana minyak sawit mentah yang memiliki kadar air diatas 0,15% merupakan media tumbuh mikroba yang baik.


(31)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisis kadar air menunjukkan bahwa pengaruh suhu pada Crude Oil Tank (COT) mempengaruhi kadar air dalam minyak sawit kasar. Kenaikan kadar kotoran pada COT dengan variasi suhu 50 – 90oC adalah :

Suhu (0C) Kadar Kotoran (%)

90 0,191

80 0,199

70 0,204

60 0,213

50 0,245

2. Dari data hasil analisis menunjukkan bahwa suhu yang lebih sesuai dengan standar mutu (kadar air 0,15%) adalah pada suhu 900C dimana diperoleh kadar air yang mendekati standar mutu yaitu 0,191%.


(32)

5.2 Saran

1. Agar proses pemanasan pada Crude Oil Tank (COT) dipertahankan pada suhu yang optimum yaitu 90oC agar kadar air pada CPO tetap terjaga sehingga tidak mengurai mutu minyak sawit mentah (CPO).

2. Untuk mendapatkan kinerja Crude Oil Tank (COT) yang optimal sebaiknya dilakukan pengawasan dan perawatan alat secara periodik.


(33)

D AFTAR PUSTAKA

Hadi,M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Mangoensoekarjo,S. dan Semangun,H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Naibaho,P.M.1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi Keempat. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pahan,I. 2007. Kelapa Sawit. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.


(1)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data

Suhu (oC) A (g) B (g) C (g) D (g) E (g) Kadar Air(%) 90 63,2826 46,2611 17,0215 63,2501 0,0325 0,191 80 62,7702 46,2501 16,5201 62,7373 0,0329 0,199 70 62,6637 46,2512 16,4125 62,6302 0,0335 0,204 60 62,2124 45,9981 16,2143 62,1778 0,0346 0,213 50 62,3129 46,2101 16,2101 62,2758 0,0371 0,245

Keterangan :

A = Cawan penguap + sampel minyak B = Cawan penguap kosong

C = Berat sampel minyak

D = Cawan penguap + sampel minyak kering E = Berat zat menguap


(2)

4.2 Perhitungan

Penentuan kadar air Kadar air = %

Keterangan : A = Berat CPO sebelum dipanaskan B = Berat CPO setelah dipanaskan C = Berat sampel

Contoh perhitungan

Kadar air = %

=

= 0,191 %

4.3 Pembahasan

Dari data diperoleh hasil analisis kadar air pada CPO yang terdapat pada Crude Oil Tank (COT) dengan variasi perubahan suhu menunjukkan bahwa penurunan suhu pada COT mengakibatkan peningkatan kadar air pada COT.

Pemberian panas pada Crude Oil Tank (COT) bertujuan untuk menurunkan kadar air pada CPO dan untuk memudahkan pemisahan minyak dengan sludge atau pengotor – pengotor lainnya. Peningkatan kadar air dapat merusak mutu CPO karena air dapat


(3)

Penekanan kadar air pada COT dapat membantu pengurangan kadar air pada minyak sawit mentah produksi. Suhu optimum pada COT adalah 900C. Kadar air yang diinginkan dalam minyak sawit mentah adalah 0,15%. Karena pada kadar air tersebut mikroba sudah mengalami kesulitan untuk hidup.

Dari hasil percobaan di laboratorium didapat kadar air sebesar 0,191% dalam minyak sawit mentah dimana minyak sawit mentah yang memiliki kadar air diatas 0,15% merupakan media tumbuh mikroba yang baik.


(4)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisis kadar air menunjukkan bahwa pengaruh suhu pada Crude Oil Tank

(COT) mempengaruhi kadar air dalam minyak sawit kasar. Kenaikan kadar kotoran pada COT dengan variasi suhu 50 – 90oC adalah :

Suhu (0C) Kadar Kotoran (%)

90 0,191

80 0,199

70 0,204

60 0,213

50 0,245

2. Dari data hasil analisis menunjukkan bahwa suhu yang lebih sesuai dengan standar mutu (kadar air 0,15%) adalah pada suhu 900C dimana diperoleh kadar air yang mendekati standar mutu yaitu 0,191%.


(5)

5.2 Saran

1. Agar proses pemanasan pada Crude Oil Tank (COT) dipertahankan pada suhu yang optimum yaitu 90oC agar kadar air pada CPO tetap terjaga sehingga tidak mengurai mutu minyak sawit mentah (CPO).

2. Untuk mendapatkan kinerja Crude Oil Tank (COT) yang optimal sebaiknya dilakukan pengawasan dan perawatan alat secara periodik.


(6)

D AFTAR PUSTAKA

Hadi,M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Mangoensoekarjo,S. dan Semangun,H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan Pertama. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Naibaho,P.M.1998. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Edisi Keempat. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Pahan,I. 2007. Kelapa Sawit. Cetakan Kedua. Penebar Swadaya. Jakarta.