Pengaruh Penambahan Soda Ash Terhadap pH Air Baku Pada Pengolahan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

(1)

5.2. Saran

Diharapkan kepada IPA Hamparan Perak agar mengkalibrasi alat yang digunakan sebelum dilakukan pengujian agar hasil yang diperoleh saat pengujian lebih akurat

Diharapkan kepada IPA Hamparan Perak agar sebaiknya pemeriksaan turbidimeter air baku perlu dperhatikan karena dengan parameter itu kita dapat mellihat kondisi air. Sehingga dapat ditentukan berapa dosis PAC, soda Ash serta klor yang harus ditambahkan pada proses pengolahan air.

Diharapkan kepada seluruh masyarakat yang berada disekitar sungai agar menjaga kelestarian sungai.

DAFTAR PUSTAKA

Franzini, J.B dan Sasongko D., 1985. Teknik Sumber Daya Air. Edisi 3 jiid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Madan, R.D., 1987. Modern Inorganic Chemistry. New Delhi: S. Chand & Company LTD.

Rahayu, I. 2007. Cara Menangani Air Kotor menjadi Air Bersih. Bandung: Citra Praya. Soejardi., 1978.Pemurnian Air Dengan Proses Pengendapan. Yogyakarta: Lembaga

Penelitian

Sutrisno, TC dan Suciastuti E., 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit PT. Bina Aksara.


(2)

dimasukkan ke dalam air dapat melepaskan OH- memperbanyak ion H+ akibatnya [ H+ ] > [ OH- ]. Oleh karena itu di tambahkan larutan soda Ash.

(Soejardi., 1978)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat Dan Bahan 3.1.1.Alat

 Beakerglass 1000 ml Pyrex

 Neraca analitis

 pH meter sension 156

 Erlenmeyer 250 ml pyrex

 Spatula

 Batang pengaduk

 Pipet serologi 5 ml pyrex

 Pipet serologi 10 ml pyrex

 Bola karet

 Tisu


(3)

 Turbidimeter Hach 2100 P

 Komparator pH 10 ml pyrex

 Kuvet komparator 10 ml

 Botol aquadest

 Plastik

 Pipet tetes

 Kerucut Imhof

3.1.2 Bahan

 Air baku

 Air reservoir

 Indikator BTB

 Soda ash(Na2CO3)

 Aquadest 3.2 Prosedur

3.2.1 Pembuatan Larutan Jenuh Soda Ash

 Sediakan 5 buah beakerglass 1000 ml berisi air bersih 1000 ml.

 Timbang 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; g soda Ash dan masukkan masing-masing kedalam beakerglass berisi air bersih. Aduk sampai soda Ash benar-benar larut.

 Periksa pH Larutan Soda Ash dengan menggunakan pH meter Sension 156.


(4)

3.2.3 Pemeriksaan Dengan Cara Jar Test

 Siapkan 5 buah beakerglass 1000 ml berisi air baku 1000 ml.

 Periksa kekeruhan dan pH air baku yang akan di Jar Test.

 Ambil larutan PAC sebanyak 1000 ml dan tuangkan ke kerucut imhof 1000 ml

 Masukkan baumeter dan baca skala yang terdapat pada baumeter, Sesuaikan pembacaan skala pada baumeter dengan tabel kolerasi yang ada.

 Catat hasil pengukuran konsentrasi PAC.

 Siapkan larutan PAC 1% dengan cara:

 Pipet 10 ml larutan PAC 5%

 Masukkan kedalam labu ukur 100 ml dan tambahkan aquadest Sampai garis Batas, aduk hingga homogen.

Dosis PAC=

 Injeksikan kedalam 5 buah beakerglass 1000 ml sesuai dosis PAC yang direkomendasikan/sesuai turbiditas air baku.

 Masukkan 5 buah beakerglass 1000 ml kedalam alat Jar Test dan turunkan Agiator Jar Test, aktifkan alat dan atur putaran pada 140 ppm untuk putaran cepat selama 5 menit, kemudian atur kembali putaran pada posisi 50 ppm untuk putaran lambat selama 10 menit. Matikan alat, angkat agiator, diamkan selama 20 menit untuk proses pengenadapan.


(5)

 Setelah terbentuk endapan periksa dan catat kekeruhan dan pH air masing-masing beakerglass. Tentukan dosis berdasarkan kekeruhan terkecil dan pH optimum.

 Ambil 5 buah beakerglass 1000 ml yang baru berisi air baku 1000 ml.

 Masukkan larutan PAC 1% dan samakan dosisnya dengan beakerglass yang kekeruhannya kecil dan pHnya Optimum kedalam 5 beakerglass yang berisi air baku.

 Masukkan 5 buah beakerglass 1000 ml kedalam alat Jar Test dan turunkan Agiator Jar Test, aktifkan alat dan atur putaran pada 140 ppm untuk putaran cepat selama 5 menit, kemudian atur kembali putaran pada posisi 50 ppm untuk putaran lambat selama 10 menit.

Teteskan 5 buah beakerglass 1000 ml tersebut yang sudah di Jar Test dengan larutan soda Ash jenuh berdasarkan pH optimum sebanyak 1; 2; 3; 4; 5; ml. Matikan alat, angkat agiator, diamkan selama 20 menit untuk proses pengenadapan.

 Periksa pHnya.

3.2.3 Pemeriksaan pH Air Baku dari Larutan Jenuh Soda Ash Hasil Jar Test

 Siapkan komparator pH dan indikator BTB.

 Ambil 10 ml air baku dari larutan jenuh soda Ash hasil Jar Test dan teteskan Indikator BTB sebanyak 3 tetes.


(6)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 4.1. Pemakaian Soda Ash untuk Soda Ash lemah Hari PH

Air Baku Kekeruhan (NTU) Debit Air (ltr/det) Volume Sampel (ml) Soda Ash (g)

pH pH

Dalam Keadaan Jenuh I II III IV V 6,90 7,00 7,00 7,00 7,00 88,90 20,10 15,70 17,60 20,90 130 130 130 130 130 1000 1000 1000 1000 1000 5 5 5 5 4 6,70 6,90 6,90 6,90 6,90 10,830 10,770 10.800 10,710 10,800

Tabel 4.2. Pemakaian larutan Soda Ash jenuh terhadap kenaikan pH Hari Volume

sampel (mol) Kekeruhan Awal (NTU) Larutan Soda Ash Jenuh (ml)

pH Kekeruhan akhir (NTU)


(7)

I II III IV V 1000 1000 1000 1000 1000 88,90 20,10 15,70 17,60 20,90 2 2 1 1 1 7,00 7,10 7,00 7,10 7,00 0,62 0,73 0,55 0,61 0,50 4.2. Pembahasan

Dari percobaan yang telah dilakukan di laboratorium PDAM Tirtanadi IPA (instalasi Pengolahan Air) Hamparan Perak, pada sampel hari pertama, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas 88,90 NTU, keasaman (pH) 6,90, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test diperoleh turbiditas air menjadi 0,062 NTU dan keasaman (pH) 6,70 serta dosis PAC 25 ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran yang sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air yang sama yaitu 0,62 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,00 pada air baku yang berisi 2 ml larutan soda ash jenuh.


(8)

Pada hari kedua, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas 20,10 NTU, keasaman (pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test diperoleh turbiditas air menjadi 0,73 NTU dan keasaman (pH) 6,90 serta dosis PAC 21 ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu 21 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran yang sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air yang sama yaitu 0,73 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,10 pada air baku yang berisi 2 ml larutan soda ash jenuh. Pada hari ketiga, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas 15,70 NTU, keasaman (pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test diperoleh turbiditas air menjadi 0,55 NTU dan keasaman (pH) 6,90 serta dosis PAC 25 ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran yang sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air yang sama yaitu 0,55 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,00 pada air baku yang berisi 1 ml larutan soda ash jenuh. Pada hari keempat, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas 17,60 NTU, keasaman (pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test diperoleh turbiditas air menjadi 0,61 NTU dan keasaman (pH) 6,90 serta dosis PAC 23 ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu 23 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran yang sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan soda ash


(9)

jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air yang sama yaitu 0,61 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,10 pada air baku yang berisi 1 ml larutan soda ash jenuh. Pada hari kelima, diperoleh turbidi air baku yaitu; turbiditas 20,90 NTU, keasaman (pH) 7,00, setelah penambahan PAC 1% dan dilakukan jar test diperoleh turbiditas air menjadi 0,50 NTU dan keasaman (pH) 6,90 serta dosis PAC 25 ppm. Kemudian dilakukan percobaan yang sama pada air baku tetapi dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan di jar test kembali dengan waktu dan kecepatan putaran yang sama, tetapi pada putaran lambat di teteskan 1; 2; 3; 4; 5 ml larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum dan didiamkan beberapa menit untuk proses pengendapan. Setelah diperiksa pH dan kekeruhannya kembali didapat turbiditas air yang sama yaitu 0,50 NTU dan keasaman berubah menjadi (pH) 7,00 pada air baku yang berisi 1 ml larutan soda ash jenuh.

Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pH yang diperoleh sudah memenuhi persyaratan kualitas air minum Nomor : 492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu dengan parameter kimiawi (pH) 6,5 – 8,5 karena apabila pH berubah atau tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Kemenkes maka akan menyebabkan perubahan pada bau, rasa dan warna serta terjadi pelarutan logam berat dan korosi jaringan pada air minum.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa air hasil olahan IPA Hamparan Perak sudah memenuhi syarat dan ketentuan yang ditetapkan. Sehingga air hasil olahan di IPA Hamparan Perak dapat disalurkan ke pelanggan untuk keperluan rumah tangga.


(10)

Menghitung Jumlah Soda Ash Na2CO3 yang dipakai hingga didapat nilai pH= 7,0 – 8,0 yang dilakukan di laboratorium dengan melakukan percobaan Jar Test

Hasil Penelitian Hari I

Untuk mencapai pH Larutan Jenuh = 10,830 (pada tabel I) di perlukan tepung Soda Ash :

= 5,0 g Soda Ash/1000 ml Air = 5 g/ltr

Untuk mencapai nilai pH = 7,00 (pada table 2) dalam proses netralisasi dibutuhkan larutan soda Ash jenuh sebanyak :

= 2,0 ml/1000 ml air = 2 ml/ltr

Bila debit air = 130ltr/det, maka dibutuhkan larutan soda Ash jenuh sebanyak: = 130 ltr/det x 2 ml/ltr

=260 ml/det = 0,26ltr/det

Sedangkan tepung soda Ash yang terkandung di dalam air : = larutan soda Ash jenuh x tepung soda Ash


(11)

= 1,3 g/det

Jumlah kapur yang digunakan adalah : = 1,3 g/det x 3600 det x 1/1000

= 4,6 kg/jam

2. Perhitungan pH Air dengan Penambahan Kapur SecaraRumus pH

Menghitung pH air secara rumus pH dengan data hasil penelitian hari I, II, III. IV, V.

Hari I

Na2CO3 Na2+ + CO3- Mol Na2CO3 = Gr

BM 2NaOH = 5

80 = 0,062 mol Mol OH- = Na2CO3

= 2Na+ + 2(OH) 2NaOH

2 (OH) = 2 x 0,062 = 0,124

Jumlah mol OH- = 1000 x 0,124 1000


(12)

OH- = 1,24 x 10-1 pOH = -Log (OH-) = -Log 0,124 x 10-1 = 1 – Log 1,24 = 1 – (-0,09) = 1,09

Maka pH netral air = pOH + Penurunan pH = 1,09 + 6,7

= 7,79

4.3 Hasil penentuan dan jumlah soda Ash, pH dan kekeruhan dari Air Sampel Jumlah soda Ash pH air Kekeruhan

1 5 6,90 88,90

2 5 7,00 20,50

3 5 7,00 15,70

4 5 7,00 17,60


(13)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pengendalian yang dilakukan terhadap soda Ash yaitu dengan melihat sampel pada hari pertama diperoleh Turbidity awal 88,90 NTU dan pH = 6,90, setelah di jar test maka diperoleh turbidity 0,62 NTU dan pH = 6,70 serta dosis alumunium sulfat (PAC) yang diperoleh 25 ppm dan setelah di jar test kembali dengan dosis alumunium sulfat (PAC) yang sama 25 ppm pada air baku yang baru tetapi pada pengadukan lambat diteteskan larutan soda ash jenuh berdasarkan pH optimum diperoleh turbidity menjadi 0,62 NTU dan pH air menjadi pH = 7,00 diperlukan soda Ash sebanyak 4,6 kg/jam atau 2 ml larutan soda Ash jenuh.


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Tentang Air

Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti yang telah kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia.

Air adalah salah satu diantara pembawa sakit yang berasal dari tinja sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa minuman atau pun makanan tidak menyebabkan/merupakan pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumur, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat di perlukan.

Setiap makhluk di dunia memerlukan air. Tanpa air sebagai zat yang paling esensial untuk menunjang kehidupan, maka dapat di pastikan tidak ada kehidupan di dunia ini. Untuk manusia, air selain sebagai konsumsi makanan dan minuman juga di andalkan untuk keperluan pertanian, industri dan lain-lain.

Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air ( khususnya air minum ) cukup mengambil dari sumber –sumber air yang ada di


(15)

dekatnya dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sudah langkah akan sumber air minum yang

bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian. Umumnya air sudah tercemar, dan ini berarti harus mempergunakan suatu peralatan suatu yang modern untuk mendapatkan air minum agar terbebas dari berbagai penyakit.

Sumber – sumber air : 1. Air laut

2. Air atmosfer, air meteriogik 3. Air permukaan

4. Air tanah

1. Air Laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3 %. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2. Air Atmosfer, Air Meteriologik

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran – kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada penampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung banyak kotoran.

Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa – pipa penyatu maupun bak – bak reservoir, sehingga ini akan mempercepat terjadinya


(16)

korosi atau karatan. Juga air hujan ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun.

3. Air permukaan

Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang –batang kayu, daun – daun, kotoran industri kota dan sebagainya.

Beberapa pengotoran ini, masing masing permukaan akan berbeda – beda tergantung pada daerah pengaaliran air permukaan ini. Jenis pengotorannya adalah merupakan pengotoran fisik, kimia, dan bakteriologi.

Air permukaan dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Air sungai b. Air rawa / danau 4. Air tanah

Air tanah terbagi atas : a. Air tanah dangkal b. Air tanah dalam c. Mata air

a. Air tanah dangkal

Terjadi karena adanya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia ( yang terlarut ) karena melalui lapisan tanah yang mempunyai unsur – unsur kimia tertentu untuk masing – masing lapisan tanah.


(17)

Lapisan tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disamping penyaringan, pengotoran juga masih berlangsung terutama pada permukaan air yang terdapat pada permukaan tanah, setelah menemui lapisan rapat ini, air terkumpul merupakan air tanah dangkal dimana air tanah dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur – sumur dangkal

b. Air tanah dalam

Air tanah dalam terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam ini, tidak semudah pada air tanah dangkal. Dalam hal ini harus digunakan bor dan memasukkan pipa kedalamnya sehingga dalam suatu kedalaman tertentu akan didapat suatu lapisan air.

Jika tekanan air tanah ini besar, maka air ini akan dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini sumur ini disebut Artesis. Jika air tidak dapat keluar dengan sendirinya, maka digunakan pompa untuk membantu pengeluaran air tanah dalam ini.

c. Mata air

Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitas sama dengan keadaan air dalam.

Contoh air sumur

(Sutrisno Totok dan Suciastuti Eni.,1987)


(18)

Air murni adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau yang terdiri dari Hidrogen dan Oksigen. Karena air bersifat universal, maka yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat-tingkat tertentu ada zat yang terlarut didalamnya. Di samping ini akibat daur hidrologi air juga mengandung berbagai zat lainnya termasuk gas, zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat di dalam air.

Dalam penelitian mutu air, pencemar di dalam air biasanya di klasifikasikan atas: fisik, kimia dan biologis.

2.2.1 Sifat-sifat fisik dari air

a. Bahan padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu contoh air dan menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padat terapung didapat dengan menyaring suatu contoh air. Perbedaan bahan padat keseluruhan dan bahan padat terapung merupakan bahan padat terlarut. Konsentrasi bahan padat terlarut keseluruhan, bersama-sama suatu analisis kimiawi terperinci, dipergunakan untuk menguji kecocokan berbagai sumber air untuk berbagai pemanfaatan, misalnya industri dan pertanian.

b. Kekeruhan, yaitu mengurangi kejernihan air dan akibatnya oleh pencemar-pencemar yang terbagi halus, darimanapun asalnya, yang ada dalam air. Kekeruhan biasanya disebabkan oleh lempung, lanau, partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar koloidal lainnya.

c. Warna yang banyak diakibatkan oleh jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari tanah atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk.


(19)

d. Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan warna, rasa dan bau.

e. Suhu air merupakan hal yang penting jika dikaitkan dengan tujuan penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta pengangkutannya. Suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air permukaan yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut kedalamannya.

2.2.2 Sifat-sifat Kimia a. Derajat keasaman (pH)

pH adalah bilangan yang menunjukkan berapa konsentrasi ion H+ di dalam suatu larutan. Konsentrasi ini ditunjukkan oleh pH yang berarti pH=-log (H+). Air murni atau netral (tidak asam dan tidak basa) mempunyai pH=7. Air yang bersifat asam mempunyai jumlah ion H+ lebih besar dari ion OH- dan sebaliknya, air yang bersifat basa mempunyai jumlah ion OH- lebih besar dari ion H+.

b. Alkalinitas air adalah pengukur kapasitasnya untuk menetralisir asam-asam. Pada air alamiah, alaklinitas dikaitkan dengan konsentrasi bikarbonat, karbonat dan hidrookarbonat dalam milligram per liter. Keasaman dinyatakan dalam jumlah kalsium karbonat yang di butuhkan untuk menetralisir air tersebut. c. Karbon dioksida adalah salah satu gas minor yang ada di atmosfer dan

merupakan hasil akhir dari pembusukan biologi, baik yang aerobik maupun yang anaerobik. Air hujan dan kebanyakan persediaan air permukaan mengandung


(20)

sejumlah kecil karbon dioksida (biasanya kurang dari 5mg/l), tetapi air tanah dapat mengandung jumlah karbon dioksida lebih besar yang merupakan hal penting, karena mempengaruhi pH air, menimbulkan karat bagi banyak sistem perpipaan dan mempengaruhi kebutuhan dosis bila digunakan pengolahan kimiawi.

a. Kalsium dan magnesium adalah ion-ion utama yang membentuk kesadahan air. Seperti tercantum dalam tabel, ion-ion logam terlarut yang bervalensi dua dan tiga, misalnya aluminium, besi, mangan dan seng, mempunyai sumbangan juga dalam pembentukan kesadahan. Kesadahan dinyatakan dalam milligram per liter padanan kalsium karbonat. Kesadahan air alamiah sangat bervariasi diseluruh Amerika Serikat. Air kira-kira dapat diklasifikasikan menurut tingkat kesadahan yang dikandungnya sebagai berikut:

Kesadahan total mg/l sebagai CaCO3

klasifikasi Kurang dari 15

15-60 61-120 121-180 Lebih dari 180

Air yang sangat lunak Air lunak

Air yang agak lunak Air sadah

Air yang sangat sadah

2.2.3 Sifat sifat biologi

Dari sudut kontrol terhadap penyakit ada dua golongan besar dari organisme yaitu:

1. Mikroorganisme patogen, yang dapat menyebabkan penyakit, yang paling menjadi perhatian pada masalah kualitas air.

2. Mikroorganisme non patogen, mikroorganisme yang tidak menimbulkan penyakit.


(21)

(Franzini Joseph B.,1979)

2.3.Standar Kualitas Air

Pemerintah telah menetapkan standar kualitas air yang berbeda-beda bergantung pada penggunaannya. Standar kualitas air untuk air minum berbeda dengan standar kualitas air untuk keperluan mandi, mencuci, pertanian, perikanan dan peternakan.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 Tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air, air menurut peruntukannya digolongkan menjadi empat golongan yakni A,B,C dan D.

Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

Golongan B, air dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Golongan C, air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

Golongan D, air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.82 Tahun 2001 tentang Pengeloloaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi empat kelas, yakni kelas satu, dua, tiga dan empat.


(22)

Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Syarat-syarat standar kualitas air bersih diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Berdasarkan peraturan tersebut, dikenal istilah air minum, air bersih, air kolam renang dan air pemandian umum.

Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Air kolam renang adalah air di dalam kolam renang yang digunakan untuk olahraga renang dan kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan. Air pemandian umum adalah air yang digunakan pada tempat pemandian umum tidak termasuk pemandian untuk pengobatan tradisional dan kolam renang yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan.


(23)

Persyaratan kualitas air meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika dan kimia. Air dengan kualitas baik harus memenuhi persyaratan parameter fisika, kimia dan mikrobiologi.

(Rahayu,I.,2007)

2.4. Pembuatan Soda Ash

Sodium karbonat, Na2CO3.10H2O garam terhidrasi juga dikenal sebagai soda cuci atau soda garam anhidrat, Na2CO3 disebut soda ash atau soda. Natrium karbonat terjadi di banyak perairan danau. Hal ini juga terjadi pada beberapa Tumbuhan.

Na2CO3 juga dapat dibuat di laboratorium dengan cara menetralisir larutan NaOH dengan CO2.

2NaOH + CO2 Na2CO3 + H2O

Natrium karbonat diproduksi secara besar oleh tiga metode berikut :

1. Proses Leblanc

- NaCl +H2SO4 ↔ NaHSO4 (p) + HCl (g) - NaHSO4 + NaCl ↔ Na2SO4 (p) + HCl (g) - Na2SO4(p) + C(p) ↔ Na2S(p) + CO(g) - Na2S(p) + CaCO3 ↔ Na2CO3 + CaS(p)

- Na2S (dilarutkan) + CO2 ↔ Na2CO3(g) + H2S(g Usaha untuk menaikkan konversi

- Digunakan H2SO4 ekses, gas HCl, CO segera dialirkan - Temperatur tinggi karena reaksi reversible dan endotermis - Digunakan Cokas dan CaCO3 ekses


(24)

Proses lablanc sudah di tinggalkan karena : - Proses ini banyak membutuhkan bahan bakar

- Konsumsi energi yang sangat besar pada saat pelelehan.

- Membutuhkan tenaga kerja yang intensif karena prosesnya merupakan proses batch yang memerlukan banyak tahap.

- Dalam kemurnian hasil serta di tinjau dari segi ekonomis proses leblanc tidak dapat bersaing dengan proses lain

2. Proses Solvay

Proses ini di ambil dari nama seorang ilmuan belgia, Erents Solvay. - NH3(g) + H2O ↔ NH4OH(c) + Q (H2O ada dalam larutan NaCl) - 2NH4OH(c) +CO2(g) ↔ (NH4)2CO3(c) + H2O(c) +Q

- (NH4)2CO3 + CO2 +H2O ↔ 2NH4HCO3 - NH4HCO3 + NaCl ↔ NH4Cl + NaHCO3 - NaHCO3 ↔ Na2CO3 + CO2 + H20 –Q Keunggulan Proses Solvay

Penemuan Proses solvay menyebabkan proses leblanc sudah tidak digunakanlagi. Proses solvay sering disebut juga proses amonia soda.

keunggulan dari proses ini ialah amonia yang sudah dipakai dapat direcovery kembali, sehingga biaya produksi lebih murah. Lagipula harga amonia lebih mahal dari soda abu itu sendiri.

3. Proses Natural Alam

Bahan baku yang digunakan pada proses Natural ini adalah burkeite crystal (Na2CO3.2Na2SO4)


(25)

yang telah dipisahkan dari impuritasnya. Crude burkeite crystal yang terdiri atas Li2Na PO4 dan Na2CO3.2Na2SO4 dipisahkan sedangkan filtratnya dipekatkan menjadi Na2SO

4.10H2

Reaksi : Na2CO3.2Na2SO4 (s) → Na2CO3 (s) + 2Na2SO4(aq)

(Madan, R.D., 1987)

2.5.Menaikkan pH Dengan Menggunakan Soda Ash

Akibat penambahan alun tersebut pH air turun, untuk itu dalam pengolahan air selanjutnya ditambahkan larutan soda Ash [Na2CO3] sampai diperoleh pH air yang diinginkan:

1. Bahan yang sangat lembut 2. Tudak berbau

3. Dapat menyerap embun dari udara. 4. Memiliki kebasaan (pkb) 3,67.

5. Kelarutan dalam air 43,6 g/100 ml (100 oC)

6. Dapat digunakan untuk membedakan ion logam yang lain bila diendapkan dengan ion karbonat.

7. Dapat dipergunakan sebagai bahan tambahan untuk kolam renang untuk menetralkan efek korosi dari klorin dan menaikkan pH serta digunakan sebagai bahan pelembut air dalam mencuci pakaian.

Dengan adanya penambahan larutan soda Ash pada air yang dapat menetralkan atau menaikkan pH air dan juga menghilangkan bau air. Di mana larutan asam yang


(26)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak bahkan oleh semua makhluk hidup oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi mendatang maupun generasi mendatang.

Saat ini, masalah yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kuantitas air untuk keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan dan perlindungan sumber daya air secara seksama.

Pengolahan sumber daya air sangat penting agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan. Salah satu langkah pengolahan yang dilakukan adalah pemantauan dan interpretasi data kualitas air, mencakup kualitas fisika, kimia dan biologi.


(27)

1.2. Permasalahan

Apakah pH air reservoir yang terdapat di Instalasi PDAM Tirtanadi Hamparan Perak Medan masih memenuhi standart kualitas air minum yang telah di tetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor: 907/MENKES/VII/2002.

1.3. Tujuan

Untuk Mengetahui jumlah pengendalian Soda Ash (Na2CO3) pada proses pengolahan air minum supaya air tersebut meningkat kembali.

1.4. Manfaat

Dengan adanya penambahan zat-zat kimia seperti soda ash dapat menghilangkan bau dan dapat menjernihkan air agar pH kembali netral.


(28)

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh penambahan soda Ash terhadap pH air baku pada pengolahan air minum di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Telah dilakukan pemeriksaan terhadap pH air baku di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak dengan pH normal 6,90 dan kekeruhan 88,90 NTU. Metode yang digunakan dalam proses ini menggunakan Jar Test. Sebelum dilakukan Jar Test dilakukan pembuatan soda Ash jenuh dengan pH optimum dan dengan menggunakan PAC 1% dan sesuai dosis yang direkomendasikan. kemudian dilakukan Jar Test dengan kecepatan pengadukan 140 rpm selama 5 menit untuk homogenisasi larutan dan dengan pengadukan lambat 50 rpm selama 10 menit serta didiamkan selama 20 menit untuk proses pengendapan. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan larutan PAC 1% sesuai dosis PAC yang direkomendasikan diperoleh turbidity 0,62 NTU dan pH 6,70 serta dosis PAC 25 ppm. Setelah di Jar Test kembali pada air baku yang baru dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan pada pengadukan lambat diteteskan soda Ash Jenuh berdasarkan pH optimum diperoleh pH 7,00 dengan kekeruhan akhir yang sama yaitu 0,62 NTU pada 2 ml larutan soda Ash jenuh .


(29)

EFFECT OF ADDITION OF SODA ASH TO PH RAW’S WATER IN DRINKING WATER TREATMENT IN PDAM TIRTANADI

HAMAPARAN PERAK ABSTRACT

Research on the effect of adding Soda Ash to the pH of raw water in drinking water treatment in PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Has been examined on the pH of water in PDAM Tirtanadi Hamparan Perak with normal pH of 6.90 and a turbidity of 88.90 NTU. The method used in this process using the Jar Test. Before the Jar Test conducted by making soda Ash saturated with optimum pH and using PAC 1% and appropriate recommended dose. then do Jar Test with a stirring speed of 140 rpm for 5 minutes to homogenise the solution and stirring slow 50 rpm for 10 minutes and allowed to stand for 20 minutes for the deposition process. The results showed by using a solution of 1% corresponding PAC PAC recommended dose gained 0.62 NTU turbidity and pH of 6.70 and a dose of 25 ppm PAC. Once back in the water Jar Test of a new standard with the same PAC dose of 25 ppm and the stirring slowly dripped soda Ash Saturated based pH optimum pH of 7.00 was obtained with the same final turbidity is 0.62 NTU on a 2 ml solution of soda Ash saturated.


(30)

PENGARUH PENAMBAHAN SODA ASH TERHADAP PH AIR

BAKU PADA PENGOLAHAN AIR MINUM DI PDAM

TIRTANADI HAMPARAN PERAK

KARYA ILMIAH

RIZKY AZHARI

132401038

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(31)

PENGARUH PENAMBAHAN SODA ASH TERHADAP PH AIR

BAKU PADA PENGOLAHAN AIR MINUM DI PDAM

TIRTANADI HAMPARAN PERAK

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Mencapai Ahli Madia

RIZKY AZHARI

132401038

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016


(32)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Penambahan Soda Ash Terhadap pH Air Baku Pada Pengolahan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak

Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Rizky Azhari

Nomor Induk Mahasiswa : 132401038

Program studi : Diploma (3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli 2016

Disetujui Oleh :

Program Studi D-3 Kimia Ketua,

Pembimbing,

Dr. Emma Zaidar Nasution, MS Dr.Rumondang Bulan, MS

NIP.195512181987012001 NIP.195408301985032001

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr.Rumondang Bulan, MS NIP.195408301985032001


(33)

PERNYATAAN

PENGARUH PENAMBAHAN SODA ASH TERHADAP PH AIR BAKU PADA PENGOLAHAN AIR MINUM

DI PDAM TIRTANADI HAMPARAN PERAK

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

RIZKY AZHARI 132401038


(34)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih karunia dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul Studi Pengaruh Penambahan Soda Ash Terhadap pH Air Baku Pada Pengolahan Air Minum Di PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Hamparan Perak.

Selama penyusunan karya ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari babagai pihak, baik berupa material, spiritual, informasi maupun sesi administrasi, oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda beserta saudara-saudara tercinta selama ini yang sudah memberi bantuan dan dukungan sepenuhnya.

2. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dr.Rumondang Bulan, MS selaku ketua Departemen kimia FMIPA USU 4. Ibu Dra. Emma Zaidar Nasution, MS selaku ketua Prodi D-III Kimia

5. Bapak pimpinan, staf dan karyawan PDAM Tirtanadi Hamparan Perak yang telah berkenaan memberikan pengarahn serta tempat untuk melaksanakan Praktek Lapangan Kerja.

6. Seluruh Staf dan Dosen Kimia Analis FMIPA USU atas ilmu yang telah diberikan selama di bangku perkuliahan.


(35)

7. Sahabat-sahabatku : Seprinto, Heri, Dimas, Benri, Riva, Lia, Deswanti, Nur Ainun, tengku Nur Atika yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka dan membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di D-III Kimia.

8. Teman-teman mahasiswa D-III kimia 2013 yang telah bersama-sama berjuang dalam menyelsaikan studi D-III kimia.

Walaupun penulis berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang ada pada penulis.

Semoga Karya Ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang memerlukannya khususnya bagi penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Juli 2016 Penulis,


(36)

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh penambahan soda Ash terhadap pH air baku pada pengolahan air minum di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Telah dilakukan pemeriksaan terhadap pH air baku di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak dengan pH normal 6,90 dan kekeruhan 88,90 NTU. Metode yang digunakan dalam proses ini menggunakan Jar Test. Sebelum dilakukan Jar Test dilakukan pembuatan soda Ash jenuh dengan pH optimum dan dengan menggunakan PAC 1% dan sesuai dosis yang direkomendasikan. kemudian dilakukan Jar Test dengan kecepatan pengadukan 140 rpm selama 5 menit untuk homogenisasi larutan dan dengan pengadukan lambat 50 rpm selama 10 menit serta didiamkan selama 20 menit untuk proses pengendapan. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan larutan PAC 1% sesuai dosis PAC yang direkomendasikan diperoleh turbidity 0,62 NTU dan pH 6,70 serta dosis PAC 25 ppm. Setelah di Jar Test kembali pada air baku yang baru dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan pada pengadukan lambat diteteskan soda Ash Jenuh berdasarkan pH optimum diperoleh pH 7,00 dengan kekeruhan akhir yang sama yaitu 0,62 NTU pada 2 ml larutan soda Ash jenuh .


(37)

EFFECT OF ADDITION OF SODA ASH TO PH RAW’S WATER IN DRINKING WATER TREATMENT IN PDAM TIRTANADI

HAMAPARAN PERAK ABSTRACT

Research on the effect of adding Soda Ash to the pH of raw water in drinking water treatment in PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Has been examined on the pH of water in PDAM Tirtanadi Hamparan Perak with normal pH of 6.90 and a turbidity of 88.90 NTU. The method used in this process using the Jar Test. Before the Jar Test conducted by making soda Ash saturated with optimum pH and using PAC 1% and appropriate recommended dose. then do Jar Test with a stirring speed of 140 rpm for 5 minutes to homogenise the solution and stirring slow 50 rpm for 10 minutes and allowed to stand for 20 minutes for the deposition process. The results showed by using a solution of 1% corresponding PAC PAC recommended dose gained 0.62 NTU turbidity and pH of 6.70 and a dose of 25 ppm PAC. Once back in the water Jar Test of a new standard with the same PAC dose of 25 ppm and the stirring slowly dripped soda Ash Saturated based pH optimum pH of 7.00 was obtained with the same final turbidity is 0.62 NTU on a 2 ml solution of soda Ash saturated.


(38)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

DaftarTabel viii

DaftarSingkatan ix

BAB 1. Pendahuluan 1

1.1.Latar Belakang 2

1.2.Permasalahan 2

1.3.Tujuan 2

1.4.Manfaat 2

BAB 2. TinjauanPustaka 3

2.1.Tinjauan UmumTentang Air 6

2.2.Sifat-sifat Mutu Air 6

2.2.1.Sifat-Sifat Fisika 7

2.2.2.Sifat-Sifat Kimia 8

2.2.3.Sifat-Sifat Biologi 9

2.3.Standart Kualitas Air 10

2.4.Pembuatan Soda Ash 12

2.5.Menaikkan pH DenganMenggunakan Soda Ash 17

BAB 3. MetodePenelitian 15

3.1.Alat Dan Bahan 15

3.1.1.Alat 15

3.1.2.Bahan 16

3.2.Prosedur Percobaan 16

3.2.1.Pembuatan LarutanJuenuh Soda Ash 16 3.2.2.PemeriksaanDengan Cara Jar Test 16 3.2.3.Pemeriksaan PH dariLarutanJenuh Soda Ash Hasil Jar Test 18

BAB 4. Hasil dan Pembahasan 19

4.1.Hasil 19

4.2.Pembahasan 20

BAB 5. Kesimpulan dan Saran 26

5.1.Kesimpulan 26

5.2.Saran 26


(39)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Pemakaian Soda Ash untuk Soda Ash lemah 19 Tabel 4.2. Pemakaian larutan Soda Ash jenuh terhadap kenaikan pH 19 Tabel 4.3. Hasil Penentuan dan jumlah soda Ash, pH dan kekeruhan air 22


(40)

DAFTAR SINGKATAN

NTU = Nephelometric Turbidity Unit TDS = Total Disolved Solute

PTT = Padatan Total Terlarut BTB = Brom Thymol Blue PAN = Penilaian Acuan Norma

PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum IPA = Instalasi Pengolahan Air PAC = Poly Aluminium Chloride WHO = World Health Organization


(1)

7. Sahabat-sahabatku : Seprinto, Heri, Dimas, Benri, Riva, Lia, Deswanti, Nur Ainun, tengku Nur Atika yang selalu mendampingi penulis dalam suka dan duka dan membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di D-III Kimia.

8. Teman-teman mahasiswa D-III kimia 2013 yang telah bersama-sama berjuang dalam menyelsaikan studi D-III kimia.

Walaupun penulis berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang ada pada penulis.

Semoga Karya Ilmiah ini berguna bagi semua pihak yang memerlukannya khususnya bagi penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Juli 2016 Penulis,


(2)

ABSTRAK

Penelitian tentang pengaruh penambahan soda Ash terhadap pH air baku pada pengolahan air minum di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Telah dilakukan pemeriksaan terhadap pH air baku di PDAM Tirtanadi Hamparan Perak dengan pH normal 6,90 dan kekeruhan 88,90 NTU. Metode yang digunakan dalam proses ini menggunakan Jar Test. Sebelum dilakukan Jar Test dilakukan pembuatan soda Ash jenuh dengan pH optimum dan dengan menggunakan PAC 1% dan sesuai dosis yang direkomendasikan. kemudian dilakukan Jar Test dengan kecepatan pengadukan 140 rpm selama 5 menit untuk homogenisasi larutan dan dengan pengadukan lambat 50 rpm selama 10 menit serta didiamkan selama 20 menit untuk proses pengendapan. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggunakan larutan PAC 1% sesuai dosis PAC yang direkomendasikan diperoleh turbidity 0,62 NTU dan pH 6,70 serta dosis PAC 25 ppm. Setelah di Jar Test kembali pada air baku yang baru dengan dosis PAC yang sama yaitu 25 ppm dan pada pengadukan lambat diteteskan soda Ash Jenuh berdasarkan pH optimum diperoleh pH 7,00 dengan kekeruhan akhir yang sama yaitu 0,62 NTU pada 2 ml larutan soda Ash jenuh .

v


(3)

EFFECT OF ADDITION OF SODA ASH TO PH RAW’S WATER IN DRINKING WATER TREATMENT IN PDAM TIRTANADI

HAMAPARAN PERAK ABSTRACT

Research on the effect of adding Soda Ash to the pH of raw water in drinking water treatment in PDAM Tirtanadi Hamparan Perak. Has been examined on the pH of water in PDAM Tirtanadi Hamparan Perak with normal pH of 6.90 and a turbidity of 88.90 NTU. The method used in this process using the Jar Test. Before the Jar Test conducted by making soda Ash saturated with optimum pH and using PAC 1% and appropriate recommended dose. then do Jar Test with a stirring speed of 140 rpm for 5 minutes to homogenise the solution and stirring slow 50 rpm for 10 minutes and allowed to stand for 20 minutes for the deposition process. The results showed by using a solution of 1% corresponding PAC PAC recommended dose gained 0.62 NTU turbidity and pH of 6.70 and a dose of 25 ppm PAC. Once back in the water Jar Test of a new standard with the same PAC dose of 25 ppm and the stirring slowly dripped soda Ash Saturated based pH optimum pH of 7.00 was obtained with the same final turbidity is 0.62 NTU on a 2 ml solution of soda Ash saturated.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

DaftarTabel viii

DaftarSingkatan ix

BAB 1. Pendahuluan 1

1.1.Latar Belakang 2

1.2.Permasalahan 2

1.3.Tujuan 2

1.4.Manfaat 2

BAB 2. TinjauanPustaka 3

2.1.Tinjauan UmumTentang Air 6 2.2.Sifat-sifat Mutu Air 6 2.2.1.Sifat-Sifat Fisika 7 2.2.2.Sifat-Sifat Kimia 8 2.2.3.Sifat-Sifat Biologi 9 2.3.Standart Kualitas Air 10 2.4.Pembuatan Soda Ash 12 2.5.Menaikkan pH DenganMenggunakan Soda Ash 17

BAB 3. MetodePenelitian 15

3.1.Alat Dan Bahan 15

3.1.1.Alat 15 3.1.2.Bahan 16 3.2.Prosedur Percobaan 16 3.2.1.Pembuatan LarutanJuenuh Soda Ash 16 3.2.2.PemeriksaanDengan Cara Jar Test 16 3.2.3.Pemeriksaan PH dariLarutanJenuh Soda Ash Hasil Jar Test 18

BAB 4. Hasil dan Pembahasan 19

4.1.Hasil 19

4.2.Pembahasan 20

BAB 5. Kesimpulan dan Saran 26

5.1.Kesimpulan 26

5.2.Saran 26

Daftar Pustaka 27

vii


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Pemakaian Soda Ash untuk Soda Ash lemah 19 Tabel 4.2. Pemakaian larutan Soda Ash jenuh terhadap kenaikan pH 19 Tabel 4.3. Hasil Penentuan dan jumlah soda Ash, pH dan kekeruhan air 22


(6)

DAFTAR SINGKATAN

NTU = Nephelometric Turbidity Unit TDS = Total Disolved Solute

PTT = Padatan Total Terlarut BTB = Brom Thymol Blue PAN = Penilaian Acuan Norma

PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum IPA = Instalasi Pengolahan Air PAC = Poly Aluminium Chloride WHO = World Health Organization

ix