Demografi dan Perbanyakan Kumbang Elaeidobius kamerunicus sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq

MONIKA NOVALIA. Demografi dan Perbanyakan Kumbang
sebagai
Penyerbuk Kelapa Sawit
Jacq. Dibimbing oleh DEDY DURYADI SOLIHIN
dan TRI ATMOWIDI.
Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari demografi dan perbanyakan
pada bunga jantan kelapa sawit (
jacq). Pengamatan siklus hidup dilakukan pada tiap
fase yaitu telur, larva, pupa, dan imago. Neraca kehidupan dan statistik demografi disusun
berdasarkan data siklus hidup. Waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan satu
siklus adalah 34 hari. Waktu perkembangan telur, larva, pupa, dan imago berturut3turut adalah 3,
10, 3, dan 18 hari. Demografi
yaitu laju reproduksi kotor (G) yaitu 7 betina/kohort,
laju reproduksi bersih (R0) adalah 3,82 betina/kohort, waktu generasi (T) adalah 18 hari, laju
pertumbuhan intrinsik (r) adalah 0,074, dan nisbah kelamin jantan dan betina 5:7. Dari kelas umur
yang diamati dapat dilihat bahwa proporsi kematian tertinggi terdapat pada kelas umur larva. Dari
pengamatan distribusi peletakan telur
maka bagian spikelet yang paling disukai
oleh kumbang untuk meletakan telurnya adalah 133 cm dari ujung. Perbanyakan kumbang
dilaboratorium dihasilkan keturunan 15,55 ekor dengan sex rasio jantan/betina 4:3.

Kondisi bunga jantan yang baik dan masih segar dapat mempengaruhi jumlah imago yang berhasil
hidup.
Kata kunci:

s,

Jacq demografi

MONIKA NOVALIA. Demography and Rearing of Weevil Pollinator
in Oil Palm (
Jacq). Supervised by DEDY DURYADI SOLIHIN and TRI
ATMOWIDI.
The aim of the research were to study demography and rearing of
in oil
palm (
Jacq) male flower. Each phase in life cycle i.e egg, larva, pupa, and imago
were observed. The life table and statistic demography were constructed base on the life cycle
data. The result showed that the life cycle of
was 34 days, the egg, pupa, and
imago development time were 3, 10, 3, and 18 days, respectively. Demography of

obtained were: gross rate of reproduction (G) was 7 female/cohort, the net of reproduction (R0)
was 3,82 female/cohort, the generation time (T) was 18 days, the intrinsic rate of population was
(r) 0.074, and the sex ratio of male and female was 5:7. From age phase observed result that the
highest death proportion was in larva period. From the observation of
egg laying
distribution, weevils prefered 133 cm from the terminal part to lay eggs. Rearing of the weevils can
produce progeny 15,55 individual and male/female sex ratio was 4:3. Good and fresh of male
flower can affect the number of living imago.
Key words:

s,

Jacq demography

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

Judul

Nama
NIM

: Demografi dan Perbanyakan Kumbang
sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit
: Monika Novalia
: G34052304

Jacq

Menyetujui:
Pembimbing I,

Pembimbing II,

(Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA)
NIP 195611021984031003

(Dr. Tri Atmowidi, M.Si)
NIP 196708271993031003


Mengetahui:
Ketua Departemen Biologi

(Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si)
NIP 196410021989031002

Tanggal Lulus:

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberi rahmat dan kemudahan dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Penelitian ini
berjudul Demografi dan Perbanyakan Kumbang
sebagai Penyerbuk
Kelapa Sawit
Jacq. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai
September 2009 di Laboratorium Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Dedy Duryadi Solihin, DEA dan
Dr. Tri Atmowidi, M.Si selaku pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam pelaksanaan
penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Ir.

Hadisunarso, M.Si atas saran dan masukan yang diberikan pada ujian karya ilmiah.Terima kasih
pula kepada PT. Astra Agro Lestari Tbk. atas sebagian dana penelitiannya. Ucapan terima kasih
setinggi3tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua, kakak, adik, dan keluarga besar atas
do`a, dukungan, dan segala cintanya. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Bagus
Budiprakoso yang senantiasa memberikan semangat, do’a, dan cintanya. Terima kasih juga kepada
Amalia Sholehana, Ednan Setriawan, Amin, Putriati, Gaink, Bramantyo, Bu Nana, Pak Yana, kak
Tina, kak Disti, Riri, Pak Nunu atas bantuan yang telah diberikan selama penelitian. Teman3teman
seperjuangan di laboratorium dan keluarga besar Laboratorium Perilaku Hewan dan PAU atas
semangat dan kebersamaannya. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sahabat3
sahabatku tercinta Puji Purwanti, Sang Ayu Putu Listia, Yohana Widya Astuti, Bonardo Tigor,
Ayu Setianingrum dan semua anak Bio’42 atas segala dukungan dan bantuan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2010

Penulis dilahirkan di Bogor Jawa Barat pada tanggal 14 November 1987 dari ayahanda R.
Suyatna dan ibunda Ike lindawati. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Tahun
2005 penulis lulus dari SMU Negeri 7 Bogor dan lolos seleksi masuk IPB melalui Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.

Penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Struktur Hewan, Departemen Biologi,
FMIPA, IPB pada tahun 2009. Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang di PT. Bio Farma
(Persero) Bandung dari bulan Juli sampai Agustus 2008 dengan judul Uji Stabilitas Master Seed
Tipe b dengan Menggunakan API3NH Kit di PT. Bio Farma (Persero)
Bandung.

1

DAFTAR TABEL .....................................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................

vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang.......................................................................................................................
Tujuan....................................................................................................................................
Waktu dan Tempat.................................................................................................................


1
1
1
1

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ......................................................................................................................
Studi Demografi dan Pengamatan Distribusi Peletakan Telur Kumbang
di
Laboratorium .........................................................................................................................
Perbanyakan Kumbang
di Laboratorium .....................................................
Analisis data ..........................................................................................................................

2
2
2
2
2


HASIL
Studi Demografi dan Pengamatan Distribusi Peletakan Telur Kumbang
di
Laboratorium..........................................................................................................................
Perbanyakan Kumbang
di Laboratorium .....................................................

2
2
4

PEMBAHASAN........................................................................................................................

4

SIMPULAN...............................................................................................................................

6


DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

6

1

1
2
3

Neraca kehidupan
Siklus hidup
Perbanyakan Kumbang

...........................................................
...................................................................................
..................................................................

3
3

4

1
2
3
4
5

Kurva rata3rata ketahanan hidup
....................................................
Grafik rata3rata jumlah larva
yang ditemukan pada spikelet .......
Posisi larva terbanyak pada spikelet .......................................................................
Diagram kehidupan
.......................................................................
Diagram kehidupan
(Syed 1982) ..................................................

4
4

4
5
5

! " #
Indonesia merupakan negara yang
kaya akan sumber daya alam salah satunya
adalah kelapa sawit (
Jacq).
Peningkatan produksi kelapa sawit perlu
dilakukan melihat Indonesia merupakan salah
satu penghasil komoditas kelapa sawit
terbesar di dunia dan kelapa sawit merupakan
salah satu tanaman perkebunan di Indonesia
yang memiliki nilai devisa tinggi. Kebutuhan
buah kelapa sawit meningkat tajam seiring
dengan meningkatnya kebutuhan
(CPO) dunia, seperti yang terjadi beberapa
bulan terakhir ini. Dengan meningkatnya
harga minyak mentah dunia, menjadikan CPO
sebagai pilihan untuk bahan baku pembuatan
bio energi dan minyak goreng. Peluang
industri pengolahan kelapa sawit (PKS) masih
sangat prospektif untuk memenuhi pasar
dalam dan luar negeri.
Kumbang
(Coleoptera: Curculionidae) berasal dari
daerah Kamerun Afrika yang hidup spesifik
pada bunga kelapa sawit. Kumbang ini
memiliki pergerakan yang lincah, mampu
terbang jauh dan berkembangbiak dengan
cepat.
merupakan serangga
yang mengalami metamorfosis sempurna yang
berkembang dari telur menjadi larva,
kemudian pupa, dan akhirnya menjadi imago
(Susanto
. 2007). Ukuran tubuh
jantan: 334 mm, ukuran tubuh
betina: 233 mm.
Serangga
penyerbuk
tertarik pada
aroma bunga jantan yang dilepaskan pada saat
bunga betina sedang reseptive yaitu bunga
betina siap untuk diserbuki oleh serbuk sari
jantan (Lubis 1992). Kumbang ini memiliki
musuh alami berupa tikus dan nematoda
(
(Poinar
2003).
Kelapa sawit (
Jacq)
termasuk dalam ordo Palmales, famili
Palmaceae, subfamili Palminae, genus
.
Kelapa sawit tumbuh tegak dapat mencapai
ketinggian 15320 m. Tanaman ini berumah
satu atau monoecious dimana bunga jantan
dan betina terdapat pada satu pohon. Tandan
bunga jantan dan tandan bunga betina terletak
terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun.
Waktu pematangan berbeda sehingga sangat
jarang terjadi penyerbukan sendiri (Lubis
1992). Munculnya buah didahului oleh
munculnya bunga pada 233 tahun setelah

penanaman (Adam
2005). Tandan bunga
betina dibungkus oleh seludang bunga yang
akan pecah 15330 hari sebelum anthesis
(kematangan bunga). Bunga betina inilah
yang akan diserbuki serbuk sari. Bunga betina
ini tidak serentak anthesisnya. Pada satu
tandan umumnya membutuhkan waktu 335
hari atau lebih. Tandan bunga jantan
(infloresensia) juga dibungkus oleh seludang
bunga yang pecah jika akan anthesis seperti
bunga betina. Tiap spikelet memiliki panjang
10320 cm, dan diameter 131,5 cm. Tiap
spikelet berisi 50031500 bunga yang akan
menghasilkan serbuk sari jutaan banyaknya.
Tandan bunga yang sedang anthesis ini berbau
adas (khas). Tiap tandan bunga jantan akan
dapat menghasilkan serbuk sari sebanyak 403
60 gram (Tan 1987; Hartley 1988; Lubis
1992).
Penyerbukan bunga atau yang sering
disebut dengan istilah polinasi merupakan
proses pemindahan polen (serbuk sari) dari
bunga jantan ke bunga betina. Proses
penyerbukan pada bunga kelapa sawit
memerlukan agen penyerbuk. Agen pembawa
serbuk sari dari bunga jantan ke bunga betina
disebut sebagai polinator (Susanto
.
2007). Polinator bunga kelapa sawit dapat
berupa angin, air, manusia, hewan vertebrata
dan serangga. Serangga merupakan polinator
yang paling efektif dan efisien pada tanaman
kelapa sawit. Di Indonesia, serangga polinator
yang paling banyak dijumpai adalah
(Chee & Chu 1998),
!
dan "
sp. (Pardede
1990). Perbanyakan kumbang
perlu dilakukan, karena apabila populasi
kumbang penyerbuk ini menurun maka dapat
menyebabkan
menurunnya
keberhasilan
penyerbukan kelapa sawit, yang pada
akhirnya akan menurunkan produksi kelapa
sawit. Demografi mempelajari dinamika
populasi seperti laju pertumbuhan, struktur
umur dan neraca kehidupan (Price 1984).
$%$
Penelitian ini bertujuan mempelajari
demografi dan perbanyakan
pada bunga jantan kelapa sawit (
Jacq)
"$&
! '
Penelitian dilakukan pada bulan Februari
hingga September 2009 di Laboratorium
Perilaku Hewan, Departemen Biologi,
FMIPA, IPB.

3

(

&
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini antara lain kumbang
, bunga jantan
Jacq yang berasal dari Seameo Biotrop Tajur3
Bogor, dan air. Alat yang digunakan adalah
kotak
pemeliharaan
serangga
ukuran
12cmx10cmx18cm, wadah, karet gelang,
balon, tisu, pipet, kain, gunting, penggaris,
kuas, termometer maksimum3minimum, #
meter.
$&)
! *# +)
&
! #
), )-$,) ! ! "
!$
$ - #
&) -* * )$
Satu pasang kumbang jantan dan betina
dipelihara pada bunga jantan
(1 spikelet) di dalam kotak pemeliharaan
serangga. Bagian bawah spikelet tersebut
direndam pada wadah yang berisi air. Setelah
hari ke empat tiap kotak di buka, spikelet
dipotong 1,1 cm setiap harinya hingga 10 hari
kedepan sampai hari ke 13 untuk dihitung
jumlah larva yang berhasil ditemukan
terbanyak pada spikelet. Setiap spikelet yg
dipotong, diamati ada atau tidaknya larva. Jika
ditemukan larva, maka larva tersebut
dipindahkan ke bunga jantan yang segar.
Setiap hari diamati, dua hari sekali air
ditambahkan kedalam wadah agar bunga
jantan tetap segar. Pengamatan dilakukan
dalam 7 ulangan. Pengukuran suhu dan
kelembaban dilakukan setiap hari sampai
dengan pengamatan selesai.
! - . "
$ - #
&)
-* * )$
Satu pasang kumbang jantan dan betina
dipelihara pada bunga jantan
(1 spikelet) di dalam kotak pemeliharaan
serangga. Bagian bawah spikelet tersebut
direndam pada wadah yang berisi air.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk
melihat apakah sudah terlihat kumbang
yang
dapat berhasil hidup.
Pengamatan dilakukan hingga hari ke 34, dari
spikelet yang tersisa diamati pula apakah ada
yang masih tersisa kumbangnya. Setiap dua
hari sekali air ditambahkan kedalam wadah
agar bunga jantan tetap segar. Pengamatan
dilakukan dalam 9 ulangan. Pengukuran suhu
dan kelembaban dilakukan setiap hari sampai
dengan pengamatan selesai.

),),
Jumlah telur, larva, pupa, dan imago
dicatat pada masing3masing ulangan. Dari 7
ulangan kemudian data dirata3ratakan, dan
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
x = kelas umur kohort (hari)
ax = banyaknya individu yang hidup pada
setiap umur pengamatan
lx = proporsi individu yang hidup pada umur
x (l =
) (lx = ax/ao)
dx = banyaknya individu yang mati di setiap
kelas umur (d =
)
qx = proporsi mortalitas pada masing3masing
umur (qx = dx/ax)
Lx = jumlah rata3rata individu pada kelas
umur x dan kelas umur berikutnya, x+1
(Lx= (lx+lx+1)/2))
Tx = jumlah individu yang hidup pada kelas
umur x=0…w (x=w merupakan kelas
umur terakhir) (Tx = ∑Lx)
ex = harapan hidup individu pada setiap kelas
umur x (ex= Tx/lx)
px = proporsi individu yang hidup pada kelas
umur x+1 (px= Lx+1/Lx)
mx = jumlah anak betina yang lahir pada
umur x
G = laju reproduksi kotor (∑ mx)
R0 = laju reproduksi bersih (∑ lxmx)
T = waktu generasi (∑ xlxmx/∑ lxmx)
r = laju pertumbuhan intrinsik (ln R0)/T
Proporsi individu yang hidup pada umur
x (lx) dengan kelas umur kohort (x) kemudian
diplotkan dalam kurva ketahanan hidup
(
) (Price 1984)

$&)
! *# +)
&
! #
), )-$,) ! ! "
!$
$ - #
&) -* * )$
Dari tujuh pasang imago, dihasilkan
telur, yang berubah menjadi larva kemudian
pupa dan akhirnya menjadi imago. Jumlah
telur diasumsikan sama dengan jumlah larva,
jumlah pupa diasumsikan sama dengan jumlah
imago (Tabel 1). Parameter lingkungan pada
saat
pengamatan
antara
lain,
suhu
laboratorium 273320C, suhu minimum 263
270C, suhu maksimum 313320C, dan
kelembaban 78392%.

33

Tabel 1, menunjukkan bahwa dari 22
telur
ternyata yang berhasil
mencapai larva 22. Larva yang berhasil
menjadi pupa 12, dari sini didapatkan
persentase larva yang berhasil hidup menjadi
pupa yaitu 54,55%. Pupa yang berhasil
menjadi imago 12, terdiri dari jantan 5 dan
betina 7. Dengan demikian nisbah kelamin
jantan/betina 5:7.
Tabel 1 Neraca kehidupan
Kelas
Umur
Telur
Larva
Pupa
Imago

x
3
10
3
18
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

ax
22
22
12
12
12
12
12
12
8
8
8
5
5
4
4
4
4
3
3
3
0

lx
1
1
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,55
0,36
0,36
0,36
0,23
0,23
0,18
0,18
0,18
0,18
0,14
0,14
0,14
0

dx
0
10
0
0
0
0
0
0
4
0
0
3
0
1
0
0
0
1
0
3
0

qx
0
0,83
0
0
0
0
0
0
0,50
0
0
0,60
0
0,25
0
0
0
0,33
0
1
0

dipindahkannya larva pada bunga jantan baru
(spikelet yang segar). Pemindahan tersebut
menyebabkan larva rentan mati dan sulit
beradaptasi dengan baik pada spikelet baru.
Nilai yang terdapat pada kolom qx
menggambarkan tingkat mortalitas atau
peluang masing3masing individu mengalami
mortalitas pada masing3masing kelas umur.

Lx
1
0,77
0,55
0,27
0,55
0,55
0,55
0,45
0,36
0,36
0,30
0,23
0,20
0,18
0,18
0,18
0,16
0,14
0,07
0.07
0

Tx
7,05
6,05
5,27
4,73
4,45
3,91
3,36
2,82
2,36
2,00
1,64
1,34
1,11
0,91
0,73
0,55
0,36
0,20
0,07
0
0

ex
7,05
6,05
9,67
8,67
8,17
7,17
6,17
5,17
6,50
5,50
4,50
5.,90
4,90
5,00
4,00
3,00
2,00
1,50
0,50
0
0

px
0,77
0,71
0,50
2
1
1
0,83
0,80
1
0,81
0,77
0,90
0,89
1
1
0,88
0,86
0,50
1
0
0

mx
0
0
0
7
7
7
7
7
6
6
5
5
5
4
4
3
2
2
1
1
0

lx.mx
0
0
0
3,82
3,82
3,82
3,82
3,82
2,18
2,18
1,82
1,14
1,14
0,73
0,73
0,55
0,36
0,27
0,14
0,14
0

lx.mx.x
0
0
0
68,73
68,73
72,55
76,36
80,18
48,00
50,18
43,64
28,41
29,55
19,64
20,36
15,82
10,91
8,45
4,36
4,50
0

Dari
perhitungan
tersebut,
diperoleh
parameter demografi sebagai berikut :
G
=7
R0 = 3,82
T
= 18
r = 0,074

Tabel 2, menunjukkan siklus hidup
34 hari dengan masa telur 3 hari,
masa larva 10 hari, masa pupa 3 hari, masa
imago 18 hari.

Kolom ax menunjukkan jumlah
kumbang yang masih bertahan hidup pada
masing3masing kelas umur. Dari nilai yang
ada dapat diketahui bahwa tidak semua telur
yang berhasil hidup mampu menyelesaikan
siklus hidupnya. Nilai yang terdapat pada
kolom lx menggambarkan proporsi kumbang
yang hidup pada kelas umur yang berbeda,
pada Gambar 1 kurva ketahanan hidup
menunjukkan terjadinya penurunan jumlah
yang berhasil hidup dari larva menjadi pupa.
Kolom dx berisi nilai proporsi individu
yang mati. Dari kelas umur yang diamati
dapat dilihat bahwa proporsi kematian
tertinggi terdapat pada kelas umur larva.
Kematian pada stadium ini disebabkan

Tabel 2 Siklus hidup
Kelas
Hari ke3
Umur
Telur
133
Larva
4313
Pupa
14316
Imago
17334
Total

Lamanya
(Hari)
3
10
3
18
34

Pola pertumbuhan
juga
dapat dilihat dalam kurva ketahanan hidup
yaitu plot jumlah individu hidup dalam suatu
(Young 1978). Gambar 1 merupakan
ketahanan hidup tipe I (Campbell
2004).

343

Telur Larva
Pupa

Imago

) "!/
Gambar 1 Kurva rata3rata ketahanan hidup
Menurut Susanto
(2007) waktu
yang diperlukan sampai telur menetas adalah
233 hari. Oleh karena itu pemotongan
dilakukan pada hari ke empat. Jumlah larva
terbanyak (7 larva) yaitu pada potongan kedua
(hari ke 5) setelah perkawinan (Gambar 2).

Gambar 2 Grafik rata3rata jumlah larva
yang ditemukan pada
spikelet
Posisi yang terbaik per spikelet
ditempati larva terdapat pada 133 cm dari
ujung (Gambar 3).

Potongan
kedua

Gambar 3 Posisi larva terbanyak pada spikelet
! - . "
$ - #
&)
-* * )$
Sembilan pasang imago yang
diperbanyak di laboratorium dihasilkan data
dalam Tabel 3.

Tabel 3 Perbanyakan
Jumlah
imago
Ulangan
1
6
2
9
3
8
4
21
5
2
6
37
7
24
8
21
9
12
Total
Sex rasio
Rata3rata
15,55±8,21


4
5
8
13
1
20
12
10
7
80
4


2
4
0
8
1
17
12
11
5
60
3

merupakan serangga
yang mengalami metamorfosis sempurna yang
berkembang dari telur menjadi larva,
kemudian pupa, dan akhirnya menjadi imago.
Telur diletakan dengan oviposistor (alat
peletak telur) ke dalam lubang pada bagian
luar tangkai sari bunga jantan yang anthesis.
Larva memakan pangkal tangkai sari bunga,
berwarna kuning terang, dapat memakan lima
sampai enam bunga jantan. Pupa terbentuk di
dalam bunga jantan yang terakhir dimakan
oleh larva, sebelum menjadi pupa, larva
terlebih dahulu menggigit bagian ujung bunga
jantan sehingga lepas. (Susanto
. 2007).
Waktu generasi (T) merupakan waktu
yang dibutuhkan oleh kumbang untuk dapat
menghasilkan keturunan (Young 1978). Nilai
T rata3rata sebesar 18 hari. Hasil tersebut
tidak berbeda jauh dengan penelitian yang
telah dilakukan bahwa T pada
sebesar 17,9 hari (Dhileepan 1994), 15,288
hari (komunikasi pribadi). Nilai laju
reproduksi kotor (G) rata3rata sebesar 7. Hal
ini berarti terdapat 7 individu betina. Menurut
Price (1984) G adalah pendugaan jumlah total

353

keturunan betina. Nilai laju reproduksi
bersih (R0) rata3rata sebesar 3,82. Hal ini
berarti terdapat 3,82 individu betina yang akan
menggantikan
induk
betina,
menurut
Southwood (1978) R0 adalah jumlah
keturunan betina yang akan menggantikan
induk betina dalam satu generasi. Nilai ini
menggambarkan
peningkatan
ataupun
penurunan populasi (Tobing
2007).
R0>1 menunjukkan terjadinya peningkatan
populasi kumbang, artinya populasi kumbang
meningkat dan tidak akan mengalami
kepunahan. Nilai r rata3rata sebesar 0,074
menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan
sebesar 0,074. Laju
pertumbuhan intrinsik (r) yaitu tingkat
kenaikan pada pertumbuhan populasi dalam
keadaan konstan (Waberdi 2005). Pada kurva
rata3rata ketahanan hidup
merupakan ketahanan hidup tipe I (Campbell
2004) yang menggambarkan kematian
yang rendah pada umur muda yaitu fase telur,
larva dan pupa namun kematian mulai
meningkat pada fase imago dihari ke 22
sampai akhirnya mencapai angka 0 dihari ke
34 (keseluruhan imago mati).
Gambar 4 menunjukkan peluang hidup
fase telur adalah 0,77 artinya bahwa dari
jumlah telur yang ada akan bertahan hidup
77%. Peluang hidup fase larva adalah 0,71
artinya bahwa dari jumlah larva yang ada akan
bertahan hidup 71%. Peluang hidup fase pupa
adalah 0,50 artinya bahwa dari jumlah pupa
yang ada akan bertahan hidup 50%. Jadi
jumlah imago yang dihasilkan (12 ekor) dari
satu siklus hidup sebesar 6x jumlah induk
(sepasang imago) dengan nisbah kelamin
jantan/betina 5:7.
Menurut Syed (1982)
memiliki siklus hidup rata3rata 18324 hari.
Sepasang Imago mampu meletakan 35 telur
(Gambar 5). Pada umumnya telur menetas 233
hari setelah diletakan. Periode larva hingga
menjadi pupa berlangsung dalam waktu 539
hari. Sekitar 1 hari sebelum terbentuk pupa,
larva menjadi tidak aktif. Periode pupa
berlangsung dalam waktu 236 hari (Susanto
2007).

Sepasang Imago
Telur
(22)

*

0,77

px

6x
Sex rasio
5:7

Larva
(22)

0,71

px

Pupa
(12)

0,50

px

Gambar 4 Diagram kehidupan
($Susanto
2007)

Gambar 5 Diagram kehidupan
(Syed 1982)

Imago
(12)

336

Tabel 2, Ulangan 5 jumlah imago yang
berhasil hidup hanya sedikit. Hal ini
disebabkan kondisi bunga jantan yang tidak
baik. Proses menjadi imago diperlukan bunga
jantan berkondisi baik agar larva tidak
kekurangan makanan dan dapat memakan
bagian pangkal tangkai sari bunga jantan
(Susanto
. 2007). Dari rata3rata
keseluruhan memperlihatkan dari sepasang
yang
diperbanyak
di
laboratorium mampu menghasilkan keturunan
15,55 ekor
dengan
nisbah kelamin
jantan/betina 4:3, dan memiliki selang dari
7,34 ekor hingga 23,76 ekor.

Nilai demografi
adalah G = 7, R0 = 3,82, T = 18, r = 0,074.
Kumbang
memiliki siklus
hidup 34 hari, masa telur 3 hari, masa larva 10
hari, masa pupa 3 hari, masa imago 18 hari.
Perkembangan
di
laboratorium menunjukkan bahwa tidak
semua telur yang berhasil hidup mampu
menyelesaikan siklus hidupnya. Dari kelas
umur larva hingga pupa menunjukkan nilai
yang menurun. Dari kelas umur yang diamati,
menunjukkan bahwa proporsi kematian
tertinggi terdapat pada kelas umur larva.
Bagian spikelet yang paling disukai oleh
kumbang untuk meletakan telurnya adalah
133 cm dari ujung. Kondisi bunga jantan yang
baik dan masih segar dapat mempengaruhi
jumlah imago yang berhasil hidup.

Adam H, Jouannic S, Escoute J, Duval Y,
Verdeil JL, Tregear JW. 2005.
Reproductive
Developmental
Complexity In The African Oil Palm
(
, Arecaceae). % &
' 92: 1836–1852.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2004.
Biology Ed. Ke33. Manulu W, Alih
bahasa; safitri A, Editor; Jakarta
Erlangga. Terjemahan dari: '
.
Chee KH, Chu SB. 1998. A study of
in West Kalimantan oil
palm plantations. "
74: 5873
595.
Dhileepan K. 1994. Variation In Population
Of The Introduced Pollinating Weevil
(
)
(Coleoptera: Curculionidae) And Its
Impact On Fruitset Of Oil Palm (

) In India. '
. Res
84: 4773485.
Hartley CWS. 1988.
( " . England:
Longman.
Lubis AU. 1992. )
* ! (
Jacq.) di Indonesia. Medan:
PPKS.
Pardede, D. 1990. Indigenous polinator
insects of oil palm at Kertarahardja
Lebak and Kertajaya estates nucleus
estate smallholder project V South
Banten. ' "
21: 2133223.
Poinar GO, Jackson TA, Bell NL, Wahid MB.
2003.
sp. n.
associated with the oil palm weevil,
(Faust) (Coleoptera:
Curculionidae), with a synopsis of the
family
Cylindrocorporidae
and
establishment of Longibuccidae n. fam.
(Diplogastroidea:
Nematoda).
5: 1833190.
Price WP. 1984. +
Ed. Ke32.
Canada: John Willey & Sons
Southwood TRE. 1978. Ecological Methods.
Cambridge: The University Printing
House
Susanto A, Purba RY, Prasetyo AE. 2007.
*
"
)
* ! Medan : PPKS.
Syed RA. 1982. Insect pollination of palm oil:
introduction,establishment
and
polinating
efficiency
of
in
Malaysia.
Commonwealth Institute of Biological
Control: 34 halaman.
Tan Bock Thiam. 1987. Cost of oil in mayor
producing
countries.inf.conf.
Oil
palm/Palm oil. K.Lumpur, Malaysia.
Tobing MC, Nasution DB. 2007. Biologi
Predator
#
(Fabr.) (Coleoptera: Coccinellidae)
Pada Kutu Daun
Gilette
(Homoptera:
Aphididae). %
26: 993104
Waberdi B. 2005. Demografi Jangkrik ,
Burm. (Orthoptera: Gryllidae)
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor
Young AM. 1978. "
'
(
+
. New York & London:
Plenum Pr.

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tegakan Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Umur 10 Tahun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat

3 83 102

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Pengaruh Pemberian Limbah Kalapa sawit (Sludge) dan Pupuk Majemuk NPK Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guinsensis Jacq) di Pembibitan Awal

0 25 95

Kajian Musuh Alami Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera : curculionidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

6 115 51

Studi Biologi Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : Curculionidae) Elaeis guineensis Jacq. Di Laboratorium

1 55 44

Model pendugaan cadangan karbon pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) umur 5 tahun di perkebunan kelapa sawit PT. Putri Hijau, Kabupaten Langkat.

6 77 76

Demografi dan Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) Sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

2 12 132

Populasi kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) sebagai penyerbuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kumai, Kalimantan Tengah

0 10 31

Morfometri Kumbang Penyerbuk Kelapa Sawit (Elaeidobius kamerunicus Faust)

0 2 32

Demografi dan Populasi Kumbang Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera Curculionidae) Sebagai Penyerbuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

0 13 61