Padat Penebaran, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan

dari total biomassa per hari pada padat penebaran 100-200 ekorm2 atau 625- 1917 ekorm3 dengan ukuran lobster air tawar rata-rata berkisar 2,67-2,78 cm menghasilkan laju pertumbuhan 2,36-2,90. Sementara, percobaan Tanribali 2007 pada pemberian pelet komersil dengan kandungan protein dan tingkat pemberian pakan yang sama pada padat penebaran 50-150 ekorm2 dan rasio shelter 1 dan 1,5 dengan ukuran lobster air tawar berkisar 2,71 cm menghasilkan laju pertumbuhan 2,394-4,192 Tabel 1. Menurut Supono dan Hudaidah 2007 yang melakukan penelitian terhadap perbedaan pemberian pakan pada lobster air tawar pada ukuran benih, didapatkan pemberian pakan campuran antara pakan alami dan pelet komersil memberikan pertumbuhan yang tinggi apabila dibandingkan dengan perlakuan pemberian pakan alami saja atau pelet saja, tapi tidak berpengruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup. Menurut Trijoko dan Madyaningrana 2004 yang melakukan penelitian perbedaan pemberian pakan berupa cacing sutera, kuning telur, pelet komersil, campuran antara pelet komersil dengan cacing sutera dan campuran antara pelet komersil dengan kuning telur pada lobster air tawar berukuran juvenil, didapatkan hasil pemberian pakan pelet komersil memberikan pertumbuhan paling baik dan pemberian kuning telur menunjukkan pertumbuhan paling rendah. Selain itu, pemberian pakan pelet dan cacing sutera menunjukkan efisiensi tertinggi apabila dibandingkan dengan pemberian pakan lainnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan juvenil lobster air tawar tertinggi dan efisiensi pakan terbaik yaitu dengan pemberian cacing sutera dan pelet.

2.4 Padat Penebaran, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan

Informasi tentang kepadatan yang optimum untuk lobster air tawar masih terbatas, namun beberapa percobaan telah dilakukan diantaranya, tertera pada Tabel 1 yang menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus yang dipelihara pada padat penebaran dan ukuran berbeda. Tabel.1 Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus pada berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda dalam akuarium. Padat tebar ekorm 2 Sistem pemeliharaan Bobot awal gram SR Laju pertumbuhan Effisiensi pakan Sumber 40 Pergantian air 0,40 85,71 3,86 74,75 Nilamsari 2007 50 0,40 81,48 3,26 74,00 60 0,40 75.76 3,23 65,25 70 0,40 74,38 2,99 63,05 20 Resirkulasi 6,23 100 1,596 41,924 Irawan 2007 30 6,23 100 0,873 22,842 40 6,23 100 0,812 21,823 50 6,23 92,59 0,707 17,129 50,RS 1 Resirkulasi 0,67 79,17 4.192 67,34 Taribali 2007 50,RS 1,5 0,67 83,33 3.852 50,94 100, RS 1 0,67 75,56 4.041 68,43 100, RS 1,5 0,67 73,33 3.753 57,92 150, RS 1 0,67 68,12 3.294 30,00 150, RS 1,5 0,67 68,12 2.934 31,19 100 Resirkulasi 0,62 60,00 2,36 51,54 Akbar 2007 100 0,62 52,17 2,77 85,78 150 0,62 70,48 2,90 73,37 200 0,62 50,00 2,57 72,50 RS = Rasio Shelter Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan lobster air tawar berkurang seiring dengan peningkatan penebaran. Perbedaan pada kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan efisiensi pakan diduga akibat adanya persaingan dalam memperolah pakan dan ruang gerak Nilamsari, 2007; Irawan, 2007; Tanribali, 2007; Akbar, 2007. Sistem budidaya intensif bertujuan untuk meningkatkan produksi sehingga penggunaan lahan dapat termanfaatkan secara optimal, hal ini dapat dicapai dengan cara meningkatkan padat penebaran. Menurut Effendi 2004 padat penebaran benih adalah jumlah biomassa benih yang ditebarkan per satuan luas atau per volume. Padat penebaran benih akan menentukan tingkat intensitas pemeliharaan, semakin tinggi padat penebaran benih yang berarti semakin banyak jumlah atau biomassa benih persatuan luas maka semakin tinggi intensitas tingkat pemeliharaannya. Peningkatan padat penebaran yang terlalu tinggi dapat menurunkan mutu air, pertumbuhan ikan lambat, tingkat kelangsungan yang rendah serta tingkat keragaman ukuran ikan yang tinggi. Menurut Effendi 1997 pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino protein berasal dari makanan. Bahan dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah terpakai. Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis, serta faktor eksternal yang berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah komposisi kimia air dan tanah, suhu air, bahan buangan metabolit, ketersediaan oksigen dan ketersediaan pakan. Kelangsungan hidup merupakan salah satu parameter produksi, menurut Effendi 1997 kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Menurut Hepher dan Pruginin 1981 secara alami, setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dengan lingkungannya dalam batas-batas tertentu yang disebut dengan tingkat toleransi. Jika perubahan yang terjadi diluar tingkat toleransi suatu hewan, maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mati. Selain itu, penyakit dan kekurangan oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang berukuran kecil. Peningkatan padat penebaran dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan, tetapi selama proporsi penurunan pertumbuhan lebih kecil dibandingkan peningkatan padat penebaran maka produksi akan tetap meningkat. Ketika terjadi pertumbuhan makin kecil, maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai tingkat pertumbuhan nol. Ini berarti bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai nilai daya dukung maksimum Carrying Capacity wadah budidaya. Peningkatan padat penebaran ikan tanpa disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan pemeliharaan kualitas air akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan dan jika telah sampai pada batas tertentu maka pertumbuhan akan berhenti sama sekali Hepher dan Pruginin, 1981. Menurut Waterman 1960 pada dasarnya, pertumbuhan pada hewan yang memiliki cangkang luar tidak pernah lepas dari proses pergantian kulit moulting, hal ini juga mempengaruhi proses metabolisme, prilaku, reproduksi bahkan ketajaman yang berhubungan dengan perasaan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut Iskandar 2003 selain untuk keperluan pertumbuhan tubuh, moulting juga berfungsi merangsang pematangan gonad dan mengganti bagian-bagian tubuh yang cacat. Capit yang patah dapat tumbuh kembali bersamaan dengan proses moulting. Pada lobster muda, pergantian capit tersebut hanya membutuhkan satu kali proses moulting hingga capit yang baru tumbuh tersebut memiliki ukuran yang sama dengan capitnya yang lain dan pada lobster dewasa membutuhkan 3-4 kali proses moulting. Selain itu, disebutkan bahwa saat terjadi pergantian kulit adalah saat yang rawan bagi lobster. Beberapa jam sebelum moulting, lobster akan terdiam karena kondisinya sangat lemah. Ketika kulitnya terlepas, tubuh yang ada didalamnya tidak memiliki pelindung lagi dan ini merupakan peluang lobster dimakan temannya sangat besar mengingat lobster temasuk hewan kanibal.

2.5 Shelter