Pengaruh Padat Penebaran: 75, 100 dan 125 ekor/m2 dan Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus

(1)

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR,

Cherax quadricarinatus

Erik Sumbaga

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

RINGKASAN SEMINAR HASIL PENELITIAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

PENDAHULUAN

Lobster air tawar capit merah atau redclaw Cherax quadricarinatus sudah dibudidayakan secara komersil di Australia (Mosigh, 1998). Selain itu, merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, didalam negeri sendiri pada awal tahun 2007 harga lobster air tawar ukuran 100 gram ditingkat petani mencapai Rp 125.000/kg. Rata-rata kebutuhan pasar dunia mencapai 2.000 ton per tahun dengan pasar ekspor Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat (Lukito dan Prayugo, 2007).

Namun, potensi lobster air tawar di atas belum dimanfaatkan secara optimal karena budidaya ikan ini masih menghadapi kendala, diantaranya sering terjadi kematian benih sehingga produksi benih masih terbatas. Peningkatan produksi benih dapat dilakukan melalui intensifikasi pendederan dengan meningkatkan padat penebaran, padat penebaran yang tinggi menyebabkan kompetisi dalam memperoleh pakan dan ruang gerak, akibat lanjut dari proses tersebut dapat menimbulkan sifat kanibalisme udang lobster air tawar dan menjadikan produksi rendah dan untuk mencegah kanibalisme tersebut digunakanlah shelter

dalam wadah produksi.

Untuk itu, pada media pemeliharaan lobster diperlukan jumlah padat penebaran yang menghasilkan produksi optimal dengan penggunaan jumlah shelter seminimal mungkin. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2 dan ratio shelter 1 dan 0,5 terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar Cherax quadricarinatus

1

RINGKASAN SEMINAR

Judul : Pengaruh Padat Penebaran: 75, 100 dan 125 ekor/m2 dan

Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan

Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus

Jurusan/P.S : Budidaya Perairan/Teknologi dan Manajemen Akuakultur Nama : Erik Sumbaga

NRP : C14103019

Pembimbing I : Ir. Dadang Shafrudin, M.si Pembimbing II : Ir. Irzal Effendi, M.si Tempat/Tanggal : R. Benk/29 Januari 2009


(3)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya Perairan, sedangkan pengukuran kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Desember 2007 sampai dengan Januari 2008 selama 40 hari masa pemeliharaan

Lobster air tawar, dipelihara dengan menggunakan wadah berupa akuarium berukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm sebanyak 18 unit yang diisi air dengan ketinggian 20 cm. Sebelum digunakan, akuarium dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringkan kemudian diisi air yang sebelumnya telah diendapkan minimal 24 jam, setelah itu dilakukan penebaran dengan padat tebar 75, 100 dan 125 ekor)/m2

dengan cara aklimatisasi. Lobster yang digunakan berasal dari petani Desa Cibeureum dengan bobot 0,41+0,03 gram dan panjang 2,61+0,05 cm dan tempat persembunyian (Shelter) yang digunakan terbuat dari pipa paralon PVC berukuran ¾“ dengan panjang 10 cm kemudian ditebar secara merata didasar perairan dengan rasio Shelter 1 dan 0,5. Selama masa pemeliharaan lobster diberi pakan buatan berupa pelet udang komersil yang diberikan setiap dua kali sehari dengan tingkat pemberian pakan 4% dari total biomasa, selain itu setiap hari dilakukan penyifonan kotoran didasar akuarium dan pergantian air pada pagi dan sore hari sebanyak 20% dari total volume air hingga panen.

Setiap 10 hari, dilakukan sampling sebanyak 30% dari total populasi berupa pengukuran bobot dan panjang lobster air tawar. Selain itu, dilakukan penghitungan jumlah lobster air tawar serta kualitas air yang terdiri dari suhu, DO, pH, ammonia, alkalinitas dan Kesadahan. Data yang telah didapatkan digunakan untuk selanjutnya digunakan pada parameter tingkat kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), pertumbuhan panjang mutlak (PPM) dan produksi, kemudian masing-masing dianalisa menggunakan analisis ragam (anova) dan uji deskriptif.

HASIL

Selama 40 hari masa pemeliharaan terjadi penurunan derajat kelangsungan hidup berkisar antara 56,52-73,81%, peningkatan bobot dengan bobot akhir rata-rata berkisar antara 1,46 -1,96 gram, pertambahan panjang dengan panjang akhir rata-rata berkisar antara 3,70-4,19 cm). Hasil uji analisis ragam pada selang kepercayaan menunjukkan peningkatan kepadatan, pengurangan rasio shelter dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, efiesiensi pakan dan produksi (p>0,05). Nilai hasil penrcobaan lobster air tawar selama pemeliharaan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai parameter penelitian pada pemeliharaan Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 75,100 dan 125 ekor/m2 dan menggunakan ratio shelter 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan

Parameter PT. 75; RS. 1 PT. 75; RS. 0.5 PT 100; RS 1 PT 100; RS 0.5 PT. 125; RS 1 PT 125; RS 0.5 SR 69,05+4.12 73,81+4,12 66,67+14.70 68,52+3,12 65,22+4.35 56,52+4,35 SGR 3,81±0,55 3,43±0,13 3,19 ±0,27 3,80± 0,14 3,86± 0,52 3,53 ±0,36

EP 76,77+20.11 61,11+2.25 68,93+17.84 82,04+9.98 88,59+12.09 75,74+18.16

PPM 1,49+0.12 1,41+0.24 1,07+0.16 1,48+0.27 1,62+0.46 1,47+0.15

Produksi 13,95+1,99 11,84+0,37 11,50+7,04 15,65+1,50 16,30+1,38 10,63+3,08 Keterangan :

PT : Padat tebar (ekor/m2 )


(4)

RS : Ratio shelter

SR : Survival rate (tingkat kelangsungan hidup) (%) SGR : Specifik growth rate (Laju pertumbuhan harian) (%) EP : Efisiensi pakan (%)

PPM : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Selama 40 hari masa pemeliharaan didapatkan nilai suhu berkisar antara 25,4-25,9 0

C, pH berkisar antara 7,033-8,633, oksigen terlarut berkisar antara 5,7-8,3 mg/l, alkalinitas berkisar antara 19,900-75,620 mg/l CaCO3, kesadahan berkisar antara 14,017-57,057 mg/l CaCO3, ammonia berkisar antara 0,0003-0,2697 mg/l. nilai kualitas air selama masa pemeliharaan disajikan pada table 2.

Tabel 2. Nilai fisika kimia air media pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dengan kepadatan 75,100 dan 125 ekor/m2 (PT) dan ratio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan.

Parameter

Kualitas air Waktu

PERLAKUAN Tandon PT. 75;

RS. 1 PT. 75; RS. 0,5 PT. 100; RS. 1 PT. 100; RS. 0,5 PT. 125; RS. 1 PT. 125; RS. 0,5 Suhu

Awal 25,30 25,56 25,73 25,43 25,83 25,40 25,55

Tengah 25,87 25,87 25,99 25,81 26,01 25,65 25,70

Akhir 25,70 26,20 26,50 26,00 26,26 25,90 25,63

pH

Awal 8,10 8,24 8,17 8,23 8,23 8,21 8,38

Tengah 7,26-7,63 7,313-7,470 7,313-7,47 7,46-7,55 7-60-7,67 7,60-7,67 7,81

Akhir 7,03 7,07 7,17 7,13 7,17 6,67 7,10

DO

Awal 6,50 6,30 6,27 6,07 6,20 5,77 6,00

Tengah 7,80 7,45 7,42 7,42 7,51 7,30 6,76

Akhir 7,41 7,11 7,16 7,22 6,99 7,07 6,91

Alkalinitas

Awal 22,31 75,62 70,31 66,33 70,31 70,31 59,70

Tengah 15,17 46,80 44,58 52,18 43,34 53,07 49,09

Akhir 23,80 25,21 22,55 29,19 19,90 42,25 26,53

Kesadahan

Awal 31,40 24,02 28,03 30,03 33,03 22,02 37,04

Tengah 31,83 36,37 32,70 33,70 36,70 53,07 38,71

Akhir 33,03 41,04 40,04 46,05 49,05 55,06 57,06

N-NH3

Awal 0,0041 0,0388 0,0407 0,0512 0,0540 0,0455 0,0281

Tengah 0,0011 0,0018 0,0018 0,0043 0,0018 0,0034 0,0059

Akhir 0,0076 0,1140 0,0993 0,1543 0,1127 0,1200 0,2697

Keterangan :

PT : Padat tebar (ekor/m2 ) RS : Ratio shelter

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil percobaan menyimpulkan peningkatan padat penebaran lobster air tawar dari 75 ekor/m2 hingga 125 ekor/m2 pada rasio shelter 0,5 hingga 1 menghasilkan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, produksi dan efisiensi pakan yang relatif sama (p>0,05). Dengan mempertimbangkan teknologi yang digunakan dan beberapa aspek produksi seperti dikemukakan diatas, maka untuk keperluan praktis disarankan pemeliharaan lobster menggunakan padat penebaran 75 ekor/m2


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Lukito, A dan Prayugo S. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar, Pembenihan dan Pembesaran, Sumber Modal Usaha, Peluang dan Strategi Pasar, Analisis Usaha Pembenihan dan Pembesaran. Jakarta. Penebar Swadaya


(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2

DAN

RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax

quadricarinatus

Adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

Erik Sumbaga C14103019


(7)

Erik Sumbaga. Pengaruh Padat Penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m dan Rasio

Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus. DADANG SHAFRUDIN dan IRZAL EFFENDI

Lobster air tawar capit merah Cherax quadricarinatus merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Kebutuhan pasar dunia mencapai 2.000 ton per tahun dengan pasar ekspor Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat. Namun, budidaya ikan ini masih menghadapi kendala, diantaranya sering terjadi kematian benih sehingga produksi benih masih terbatas. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui intensifikasi pendederan dengan meningkatkan padat penebaran dan menyediakan shelter dalam wadah produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2 dengan rasio shelter 1 dan 0,5 terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar, Cherax quadricarinatus

Lobster yang digunakan memiliki bobot 0,41+0,03 gram dan panjang 2,61+0,05 cm. Shelter yang digunakan berupa pipa PVC berukuran ¾ inch dengan panjang 10 cm kemudian ditebar secara merata didasar perairan. Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 60x30x30 cm sebanyak 18 unit yang diisi air dengan ketinggian 20 cm. Selama pemeliharaan, lobster diberi pakan buatan berupa pelet udang komersil yang diberikan setiap 2 kali sehari dengan tingkat pemberian pakan 4% dari total biomasa. Selain itu, setiap hari dilakukan penyifonan kotoran dan pergantian air pada pagi dan sore hari sebanyak 20% dari total volume air. Setiap 10 hari, dilakukan sampling sebanyak 30% dari total populasi.

Hasil akhir selama pemeliharaan dengan perlakuan padat tebar 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter 1 dan 0,5 didapatkan tingkat kelangsungan hidup berkisar 56,52-73,81%, laju pertumbuhan bobot harian berkisar 3,19-3,86%, pertumbuhan panjang mutlak berkisar 1,07-1,62 cm, produksi berkisar 10,63-16,30 gram efisiensi pakan berkisar 61,11-88,59%. Selain itu, didapatkan kandungan fisika-kimia air selama pemeliharaan dengan suhu berkisar 25,4-25,9 0C, amoniak berkisar 0,000295-0,054004 mg/l, alkalinitas berkisar 19,90-75,62 mg/l CaCO3, pH berkisar 7,03-8,63, oksigen terlarut (DO) berkisar 5,70-8,30 mg/l, kesadahan berkisar 14,02-57,06 mg/l CaCO3. Perbedaan kepadatan lobster dari 75 hingga 125 ekor/m2 dan rasio Shelter 0,5 hingga 1 menghasilkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang relatif sama (p>0,05). Untuk itu, bagi keperluan praktis disarankan memelihara lobster pada kepadatan 75 ekor/m2.


(8)

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN

RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus

ERIK SUMBAGA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(9)

125 EKOR/M2

DAN RASIO SHELTER 1 DAN 0,5

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus

Nama : Erik Sumbaga

Nomor Pokok : C14103019

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Dadang Shafrudin, M.Si Ir. Irzal Effendi, M.Si

NIP. 130 814 493 NIP.131 841 732

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.S c

NIP. 131 578 799


(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Padat Penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2

dan Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar, Cherax qudricarinatus” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Ir. Dadang Shafrudin, M.Si dan Bapak Ir. Irzal Effendi, M.Si selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Kukuh Nirmala yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi

3. Ayahanda Hasanudin dan Ibunda Imas Mulyati, kakakku Hasbi Suryadilaga, Iwan Dirwana dan Feri Firmansyah atas kasih sayang, do’a, dukungan semangat baik moril dan materil

4. Pak Jajang, Pak Aam, Pak Henda, Pak Ranta, Pak Wasjan, Mba Yuli, Pak Marijanta, Kang Asep, Kang Abe atas bantuan yang diberikan

5. Sahabatku Giri, Dawud, Firman dan BDP’40 lainnya, kakak kelas BDP’39, BDP’38, BDP’37 dan adik kelas BDP’41, BDP’42.

6. Teman ”satu atap” Riky, Abah, Roby, Yasir, Budi, Dedi, Boni, Ucup, Mas Yanto, Indra, Aceng, Nana, Ade, Ujang Dindin dan keluarga besar Pak ucup yang telah memberikan kebersamaan selama penyelesaian skripsi 7. Teman ”ngumpul bareng” Erman, Rowa, Kidal, Hamdan, Hendra dan

sahabat lainnya yang tidak mungkin dipaparkan, atas kebersamaan do’a dan dukungan semangatnya.

Bogor, Mei 2009


(11)

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR,

Cherax quadricarinatus

Erik Sumbaga

SKRIPSI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

RINGKASAN SEMINAR HASIL PENELITIAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

PENDAHULUAN

Lobster air tawar capit merah atau redclaw Cherax quadricarinatus sudah dibudidayakan secara komersil di Australia (Mosigh, 1998). Selain itu, merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi, didalam negeri sendiri pada awal tahun 2007 harga lobster air tawar ukuran 100 gram ditingkat petani mencapai Rp 125.000/kg. Rata-rata kebutuhan pasar dunia mencapai 2.000 ton per tahun dengan pasar ekspor Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat (Lukito dan Prayugo, 2007).

Namun, potensi lobster air tawar di atas belum dimanfaatkan secara optimal karena budidaya ikan ini masih menghadapi kendala, diantaranya sering terjadi kematian benih sehingga produksi benih masih terbatas. Peningkatan produksi benih dapat dilakukan melalui intensifikasi pendederan dengan meningkatkan padat penebaran, padat penebaran yang tinggi menyebabkan kompetisi dalam memperoleh pakan dan ruang gerak, akibat lanjut dari proses tersebut dapat menimbulkan sifat kanibalisme udang lobster air tawar dan menjadikan produksi rendah dan untuk mencegah kanibalisme tersebut digunakanlah shelter

dalam wadah produksi.

Untuk itu, pada media pemeliharaan lobster diperlukan jumlah padat penebaran yang menghasilkan produksi optimal dengan penggunaan jumlah shelter seminimal mungkin. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui padat penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2 dan ratio shelter 1 dan 0,5 terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar Cherax quadricarinatus

1

RINGKASAN SEMINAR

Judul : Pengaruh Padat Penebaran: 75, 100 dan 125 ekor/m2 dan

Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan

Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus

Jurusan/P.S : Budidaya Perairan/Teknologi dan Manajemen Akuakultur Nama : Erik Sumbaga

NRP : C14103019

Pembimbing I : Ir. Dadang Shafrudin, M.si Pembimbing II : Ir. Irzal Effendi, M.si Tempat/Tanggal : R. Benk/29 Januari 2009


(13)

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya Perairan, sedangkan pengukuran kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan Desember 2007 sampai dengan Januari 2008 selama 40 hari masa pemeliharaan

Lobster air tawar, dipelihara dengan menggunakan wadah berupa akuarium berukuran 60 cm x 30 cm x 30 cm sebanyak 18 unit yang diisi air dengan ketinggian 20 cm. Sebelum digunakan, akuarium dibersihkan terlebih dahulu dan dikeringkan kemudian diisi air yang sebelumnya telah diendapkan minimal 24 jam, setelah itu dilakukan penebaran dengan padat tebar 75, 100 dan 125 ekor)/m2

dengan cara aklimatisasi. Lobster yang digunakan berasal dari petani Desa Cibeureum dengan bobot 0,41+0,03 gram dan panjang 2,61+0,05 cm dan tempat persembunyian (Shelter) yang digunakan terbuat dari pipa paralon PVC berukuran ¾“ dengan panjang 10 cm kemudian ditebar secara merata didasar perairan dengan rasio Shelter 1 dan 0,5. Selama masa pemeliharaan lobster diberi pakan buatan berupa pelet udang komersil yang diberikan setiap dua kali sehari dengan tingkat pemberian pakan 4% dari total biomasa, selain itu setiap hari dilakukan penyifonan kotoran didasar akuarium dan pergantian air pada pagi dan sore hari sebanyak 20% dari total volume air hingga panen.

Setiap 10 hari, dilakukan sampling sebanyak 30% dari total populasi berupa pengukuran bobot dan panjang lobster air tawar. Selain itu, dilakukan penghitungan jumlah lobster air tawar serta kualitas air yang terdiri dari suhu, DO, pH, ammonia, alkalinitas dan Kesadahan. Data yang telah didapatkan digunakan untuk selanjutnya digunakan pada parameter tingkat kelangsungan hidup (SR), laju pertumbuhan harian (LPH), efisiensi pakan (EP), pertumbuhan panjang mutlak (PPM) dan produksi, kemudian masing-masing dianalisa menggunakan analisis ragam (anova) dan uji deskriptif.

HASIL

Selama 40 hari masa pemeliharaan terjadi penurunan derajat kelangsungan hidup berkisar antara 56,52-73,81%, peningkatan bobot dengan bobot akhir rata-rata berkisar antara 1,46 -1,96 gram, pertambahan panjang dengan panjang akhir rata-rata berkisar antara 3,70-4,19 cm). Hasil uji analisis ragam pada selang kepercayaan menunjukkan peningkatan kepadatan, pengurangan rasio shelter dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata pada tingkat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian, pertumbuhan panjang mutlak, efiesiensi pakan dan produksi (p>0,05). Nilai hasil penrcobaan lobster air tawar selama pemeliharaan disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Nilai parameter penelitian pada pemeliharaan Cherax quadricarinatus dengan kepadatan 75,100 dan 125 ekor/m2 dan menggunakan ratio shelter 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan

Parameter PT. 75; RS. 1 PT. 75; RS. 0.5 PT 100; RS 1 PT 100; RS 0.5 PT. 125; RS 1 PT 125; RS 0.5 SR 69,05+4.12 73,81+4,12 66,67+14.70 68,52+3,12 65,22+4.35 56,52+4,35 SGR 3,81±0,55 3,43±0,13 3,19 ±0,27 3,80± 0,14 3,86± 0,52 3,53 ±0,36

EP 76,77+20.11 61,11+2.25 68,93+17.84 82,04+9.98 88,59+12.09 75,74+18.16

PPM 1,49+0.12 1,41+0.24 1,07+0.16 1,48+0.27 1,62+0.46 1,47+0.15

Produksi 13,95+1,99 11,84+0,37 11,50+7,04 15,65+1,50 16,30+1,38 10,63+3,08 Keterangan :

PT : Padat tebar (ekor/m2 )


(14)

RS : Ratio shelter

SR : Survival rate (tingkat kelangsungan hidup) (%) SGR : Specifik growth rate (Laju pertumbuhan harian) (%) EP : Efisiensi pakan (%)

PPM : Pertumbuhan panjang mutlak (cm)

Selama 40 hari masa pemeliharaan didapatkan nilai suhu berkisar antara 25,4-25,9 0

C, pH berkisar antara 7,033-8,633, oksigen terlarut berkisar antara 5,7-8,3 mg/l, alkalinitas berkisar antara 19,900-75,620 mg/l CaCO3, kesadahan berkisar antara 14,017-57,057 mg/l CaCO3, ammonia berkisar antara 0,0003-0,2697 mg/l. nilai kualitas air selama masa pemeliharaan disajikan pada table 2.

Tabel 2. Nilai fisika kimia air media pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dengan kepadatan 75,100 dan 125 ekor/m2 (PT) dan ratio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan.

Parameter

Kualitas air Waktu

PERLAKUAN Tandon PT. 75;

RS. 1 PT. 75; RS. 0,5 PT. 100; RS. 1 PT. 100; RS. 0,5 PT. 125; RS. 1 PT. 125; RS. 0,5 Suhu

Awal 25,30 25,56 25,73 25,43 25,83 25,40 25,55

Tengah 25,87 25,87 25,99 25,81 26,01 25,65 25,70

Akhir 25,70 26,20 26,50 26,00 26,26 25,90 25,63

pH

Awal 8,10 8,24 8,17 8,23 8,23 8,21 8,38

Tengah 7,26-7,63 7,313-7,470 7,313-7,47 7,46-7,55 7-60-7,67 7,60-7,67 7,81

Akhir 7,03 7,07 7,17 7,13 7,17 6,67 7,10

DO

Awal 6,50 6,30 6,27 6,07 6,20 5,77 6,00

Tengah 7,80 7,45 7,42 7,42 7,51 7,30 6,76

Akhir 7,41 7,11 7,16 7,22 6,99 7,07 6,91

Alkalinitas

Awal 22,31 75,62 70,31 66,33 70,31 70,31 59,70

Tengah 15,17 46,80 44,58 52,18 43,34 53,07 49,09

Akhir 23,80 25,21 22,55 29,19 19,90 42,25 26,53

Kesadahan

Awal 31,40 24,02 28,03 30,03 33,03 22,02 37,04

Tengah 31,83 36,37 32,70 33,70 36,70 53,07 38,71

Akhir 33,03 41,04 40,04 46,05 49,05 55,06 57,06

N-NH3

Awal 0,0041 0,0388 0,0407 0,0512 0,0540 0,0455 0,0281

Tengah 0,0011 0,0018 0,0018 0,0043 0,0018 0,0034 0,0059

Akhir 0,0076 0,1140 0,0993 0,1543 0,1127 0,1200 0,2697

Keterangan :

PT : Padat tebar (ekor/m2 ) RS : Ratio shelter

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil percobaan menyimpulkan peningkatan padat penebaran lobster air tawar dari 75 ekor/m2 hingga 125 ekor/m2 pada rasio shelter 0,5 hingga 1 menghasilkan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, produksi dan efisiensi pakan yang relatif sama (p>0,05). Dengan mempertimbangkan teknologi yang digunakan dan beberapa aspek produksi seperti dikemukakan diatas, maka untuk keperluan praktis disarankan pemeliharaan lobster menggunakan padat penebaran 75 ekor/m2


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Lukito, A dan Prayugo S. 2007. Panduan Lengkap Lobster Air Tawar, Pembenihan dan Pembesaran, Sumber Modal Usaha, Peluang dan Strategi Pasar, Analisis Usaha Pembenihan dan Pembesaran. Jakarta. Penebar Swadaya


(16)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2

DAN

RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax

quadricarinatus

Adalah benar merupakan karya sendiri dan belum digunakan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, April 2009

Erik Sumbaga C14103019


(17)

Erik Sumbaga. Pengaruh Padat Penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m dan Rasio

Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus. DADANG SHAFRUDIN dan IRZAL EFFENDI

Lobster air tawar capit merah Cherax quadricarinatus merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Kebutuhan pasar dunia mencapai 2.000 ton per tahun dengan pasar ekspor Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat. Namun, budidaya ikan ini masih menghadapi kendala, diantaranya sering terjadi kematian benih sehingga produksi benih masih terbatas. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui intensifikasi pendederan dengan meningkatkan padat penebaran dan menyediakan shelter dalam wadah produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh padat penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2 dengan rasio shelter 1 dan 0,5 terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup lobster air tawar, Cherax quadricarinatus

Lobster yang digunakan memiliki bobot 0,41+0,03 gram dan panjang 2,61+0,05 cm. Shelter yang digunakan berupa pipa PVC berukuran ¾ inch dengan panjang 10 cm kemudian ditebar secara merata didasar perairan. Wadah yang digunakan berupa akuarium berukuran 60x30x30 cm sebanyak 18 unit yang diisi air dengan ketinggian 20 cm. Selama pemeliharaan, lobster diberi pakan buatan berupa pelet udang komersil yang diberikan setiap 2 kali sehari dengan tingkat pemberian pakan 4% dari total biomasa. Selain itu, setiap hari dilakukan penyifonan kotoran dan pergantian air pada pagi dan sore hari sebanyak 20% dari total volume air. Setiap 10 hari, dilakukan sampling sebanyak 30% dari total populasi.

Hasil akhir selama pemeliharaan dengan perlakuan padat tebar 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter 1 dan 0,5 didapatkan tingkat kelangsungan hidup berkisar 56,52-73,81%, laju pertumbuhan bobot harian berkisar 3,19-3,86%, pertumbuhan panjang mutlak berkisar 1,07-1,62 cm, produksi berkisar 10,63-16,30 gram efisiensi pakan berkisar 61,11-88,59%. Selain itu, didapatkan kandungan fisika-kimia air selama pemeliharaan dengan suhu berkisar 25,4-25,9 0C, amoniak berkisar 0,000295-0,054004 mg/l, alkalinitas berkisar 19,90-75,62 mg/l CaCO3, pH berkisar 7,03-8,63, oksigen terlarut (DO) berkisar 5,70-8,30 mg/l, kesadahan berkisar 14,02-57,06 mg/l CaCO3. Perbedaan kepadatan lobster dari 75 hingga 125 ekor/m2 dan rasio Shelter 0,5 hingga 1 menghasilkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang relatif sama (p>0,05). Untuk itu, bagi keperluan praktis disarankan memelihara lobster pada kepadatan 75 ekor/m2.


(18)

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN

RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus

ERIK SUMBAGA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(19)

125 EKOR/M2

DAN RASIO SHELTER 1 DAN 0,5

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus

Nama : Erik Sumbaga

Nomor Pokok : C14103019

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Dadang Shafrudin, M.Si Ir. Irzal Effendi, M.Si

NIP. 130 814 493 NIP.131 841 732

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.S c

NIP. 131 578 799


(20)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya skripsi yang berjudul: ”Pengaruh Padat Penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2

dan Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar, Cherax qudricarinatus” ini dapat diselesaikan. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Ir. Dadang Shafrudin, M.Si dan Bapak Ir. Irzal Effendi, M.Si selaku Pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Kukuh Nirmala yang telah memberikan masukan dalam menyelesaikan skripsi

3. Ayahanda Hasanudin dan Ibunda Imas Mulyati, kakakku Hasbi Suryadilaga, Iwan Dirwana dan Feri Firmansyah atas kasih sayang, do’a, dukungan semangat baik moril dan materil

4. Pak Jajang, Pak Aam, Pak Henda, Pak Ranta, Pak Wasjan, Mba Yuli, Pak Marijanta, Kang Asep, Kang Abe atas bantuan yang diberikan

5. Sahabatku Giri, Dawud, Firman dan BDP’40 lainnya, kakak kelas BDP’39, BDP’38, BDP’37 dan adik kelas BDP’41, BDP’42.

6. Teman ”satu atap” Riky, Abah, Roby, Yasir, Budi, Dedi, Boni, Ucup, Mas Yanto, Indra, Aceng, Nana, Ade, Ujang Dindin dan keluarga besar Pak ucup yang telah memberikan kebersamaan selama penyelesaian skripsi 7. Teman ”ngumpul bareng” Erman, Rowa, Kidal, Hamdan, Hendra dan

sahabat lainnya yang tidak mungkin dipaparkan, atas kebersamaan do’a dan dukungan semangatnya.

Bogor, Mei 2009


(21)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR...iii

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN...vii

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...2

II. TINJAUAN PUSTAKA...3

2.1 Klasifikasi dan Morfologi...3

2.2 Habitat Lobster Air Tawar ...4

2.3 Pakan...5

2.4 Padat Tebar, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan...6

2.5 Shelter...9

2.6 Kualitas Air...11

III. BAHAN DAN METODE...14

3.1 Waktu dan Tempat...14

3.2 Alat dan Bahan ...14

3.2.1 Wadah Pemeliharaan...14

3.2.2 Lobster Uji...14

3.2.3 Shelter...14

3.2.4 Pakan...15

3.3 Metode Penelitian...15

3.3.1 Rancangan Percobaan dan Analisis Data...15

3.3.2 Persiapan wadah Pemeliharaan...17

3.3.3 Adaptasi Benih Lobster Air Tawar...17

3.3.4 Penebaran Benih Lobster...17

3.3.5 Pemberian Pakan...17


(22)

ii

3.4 Parameter Penelitian...18 3.4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup...18 3.4.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian...18 3.4.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak...19 3.4.4 Efisiensi Pakan...19 3.4.5 Produksi ...20 3.4.6 Kualitas Air...20 3.4.7 Analisis Data...21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...22 4.1 Hasil...22 4.1.1 Tingkat Kelangsungan Hidup...22 4.1.2 Laju Pertumbuhan Bobot Harian...23 4.1.3 Pertumbuhan Panjang Mutlak...25 4.1.4 Efisiensi Pakan...26 4.1.5 Produksi...27 4.1.6 Kualitas Air...28 4.2 Pembahasan...35

V. KESIMPULAN DAN SARAN...40 5.1 Kesimpulan...40 5.2 Saran...40

DAFTAR PUSTAKA...41 LAMPIRAN...45


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus... 3 2. Morfologi Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus (Department of

Primary Industries, 1989)……….. 4

3. Penyebaran Lobster air Tawar di benua Australia (Mosigh, 1998)…… 5 4. Tingkat kelangsungan hidup (%) Cherax quadricarinatus dengan padat

tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan... 22 5. Tingkat kelangsungan hidup Cherax quadricarinatus dengan padat

tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharan... 23 6 Bobot rata-rata Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75,

100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari... 24 7. Laju pertumbuhan bobot harian Cherax quadricarinatus dengan padat

tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan……… 24 8. Panjang rata-rata tiap sampling Cherax quadricarinatus dengan padat

tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan……….. 25 9. Pertumbuhan panjang mutlak Cherax quadricarinatus dengan padat

tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan……….. 26 10. Efisiensi pakan Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75,

100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari

masa pemeliharaan………... 27

11. Produksi Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa

pemeliharaan………. 28

12. Suhu (0C) pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75,100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan……… 29 13. Kandungan oksigen (mg/l) pada masing-masing perlakuan selama

masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75,100 dan 125 ekor/m2 30


(24)

iv

pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan… 14. Konsentrasi amoniak (mg/l) pada masing-masing perlakuan selama

masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan…. 31 15. Kandungan alkalinitas (mg/l CaCO3) pada masing-masing perlakuan

selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa

pemeliharaan……… 32

16. Kandungan pH pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan……… 33 17. Kandungan kesadahan (mg/l CaCO3) pada masing-masing perlakuan

selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa

pemeliharaan……… 34

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih lobster air

tawar Cherax quadricarinatus pada berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda dalam akuarium………. 7 2. Komposisi nutrien yang terdapat pada pelet udang komersil... 15 3. Kombinasi perlakuan pada percobaan dengan padat tebar 75, 100 dan 125 16


(25)

ekor/m2 dan rasio Shelter 1 dan 0,5...

4. Parameter fisika- kimia air yang diamati selama percobaan... 20 5. Nilai fisika-kimia air media pada masing-masing perlakuan selama 40 hari

pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75,100 dan 125 ekor/m2 pada rasio

shelter (RS) 1 dan 0,5……… 28

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Denah percobaan... 45 2. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR %) Lobster Air Tawar Cherax

quadricarinatus Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan... 46 3. Bobot Lobster Air Tawar (gram) Cherax quadricarinatus Selama 40

Hari Masa Pemeliharaan... 48 4. Laju Pertumbuhan Bobot Harian (LPBH %) Lobster Air Tawar Cherax


(26)

vi

5. Pakan komersil yang Dihabiskan (gram) Lobster Air Tawar (gram)

Cherax quadricarinatus Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan... 50 6. Efisiensi Pakan (EP%) Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus

Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan………. 51 7. Nilai Panjang (cm) Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus Selama

40 Hari Masa Pemeliharaan……….. 52

8. Nilai Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) (PPM) Lobster Air Tawar

Cherax quadricarinatus Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan…………. 53

9. Produksi (gram) Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus Selama 40

Hari Masa Pemeliharaan………... 54

10. Fisika-kimia Air Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus selama 40


(27)

Penulis dilahirkan di Sukabumi, 8 Oktober 1984 adalah anak keempat dari empat bersaudara, dari ayah bernama Hasanudin dan ibu Imas mulyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Gunungguruh III, Sukabumi pada tahun 1997 kemudian tahun 2000 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan di SLTPN 2 Cisaat, Sukabumi. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMUN 3 Kota Sukabumi pada tahun 2003, Penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Institut Pertanian Bogor di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Penulis pernah aktif menjadi Asinten dosen Mata Kuliah Dasar-Dasar Akuakultur pada tahun ajaran 2007/2008, Perikanan Budidaya dan Pembenihan pada tahun ajaran 2008/2009. Selain itu, pernah menjadi KOMTI kelas BDP”40 dan anggota aktif Himakua (Himpunan Profesi Mahasiswa Akuakultur).

Penulis menjalani magang kerja di PT. Labuan Monodon, Sukabumi dan Jatiga Fish Farm, Bogor. Tugas akhir di perguruan tinggi Penulis selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul ”Pengaruh Padat Penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2

dan Rasio Shelter 1 dan 0,5 Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Lobster Air Tawar, Cherax quadricarinatus”


(28)

2

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lobster air tawar capit merah atau red claws Cherax quadricarinatus merupakan salah satu jenis lobster air tawar yang dibudidayakan secara komersil di Australia (Mosigh, 1998). Di Indonesia dengan iklim tropis, lobster air tawar berumur periode 1 tahun dapat menghasilkan telur 200-500 telur dan dapat memijah 3-5 kali dalam satu tahun (Iskandar, 2003). Lobster air tawar juga banyak diminati masyarakat karena merupakan komoditas perikanan yang bernilai ekonomis tinggi. Di dalan negeri sendiri, harga lobster air tawar lebih tinggi apabila dibandingkan dengan produk perikanan air tawar lainnya, terlihat pada awal tahun 2007 harga lobster air tawar ukuran 100 gram ditingkat petani mencapai Rp 125.000/kg. Menurut Rural Industries Researche and Development Corporation (RIRDC), produksi lobster air tawar di Australia pada kurun waktu tahun 1996-1999 rata-rata 421 ton per tahun. Pada periode 2004/2005, nilai ini diprediksi mencapai 1.589 ton. Rata-rata kebutuhan pasar mencapai 2.000 ton per tahun dengan pasar ekspor ke Eropa dan Asia Tenggara, serta pasar baru seperti Jepang, Korea, Hongkong, Taiwan dan Amerika Serikat (Lukito dan Prayugo, 2007). Potensi lobster air tawar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dikarenakan budidaya lobster air tawar masih menghadapi kendala, diantaranya produksi benih masih terbatas.

Peningkatan produksi benih dapat dilakukan melalui intensifikasi pendederan. Pada tahap pendederan, lobster air tawar ditebar dengan kepadatan tinggi dan diberi pakan yang baik. Padat penebaran yang tinggi memungkinkan terjadinya kompetisi dalam memperoleh pakan dan ruang gerak, akibat lanjut dari proses tersebut dapat menimbulkan kanibalisme antar lobster. Untuk itu, pada media pemeliharaan lobster diperlukan pengaturan kepadatan dan tempat persembunyian (shelter).

Percobaan padat penebaran lobster air tawar Cherax quadricarinatus pernah dilakukan sebelumnya oleh Nilamsari (2007) dengan tingkat padat penebaran sebanyak 40-70 ekor/m2 dengan sistem pergantian air, didapatkan


(29)

pertumbuhan berkisar antara 2,99-3,86%. Hasil percobaan tersebut menunjukkan peningkatan padat penebaran menghasilkan pengaruh yang relatif sama terhadap efisiensi pakan dan produksi, namun secara deskriptif laju pertumbuhan masih mengalami kenaikan seiring dengan lama waktu pemeliharaan. Selain itu, kualitas air yang terukur menunjukkan masih berada dalam kisaran optimal bagi perkembangan dan pertumbuhan lobster air tawar. Percobaan peningkatan padat penebaran dengan memanfaatkan jumlah shelter pernah dilakukan oleh Tanribali (2007) dengan menggunakan potongan piva PVC sebagai shelter pada sistem resirkulasi, hasil percobaan menyimpulkan kepadatan yang memberikan hasil terbaik adalah 100 ekor/m2. Dari rasio shelter 1 didapatkan hasil yang lebih baik

daripada rasio shelter 1,5 sehingga perlakuan yang memberikan hasil terbaik adalah kepadatan 100 ekor/m2 dengan rasio shelter 1

Percobaan diatas memerlukan upaya lebih lanjut untuk memperolah jumlah padat penebaran yang optimal dengan penggunaan jumlah shelter yang minimal.

1.2 Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah mengetahui pengaruh padat penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter 1 dan 0,5 terhadap pertumbuhan dan


(30)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Lobster air tawar termasuk kedalam keluarga Parasticidae. Salah satu jenis lobster ini dikenal dengan sebutan red claws karena pada kedua capitnya terdapat warna merah. Menurut Holdich and Lowery (1988) dan Wickins and Lee (2002), lobster air tawar diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom Subfilum Kelas Ordo Infraordo Superfamili Famili Genus

: Animalia : Crustacea : Malacostraca : Decapoda : Astacidae : Parastacoidea : Parastacidae

: Cherax quadricarinatus

Gambar 1. Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus

Secara khusus, ciri-ciri morfologi lobster air tawar capit merah adalah warna tubuhnya yang bevariasi antara warna biru abuan atau hijau keabu-abuan, pada capitnya terdapat ciri berupa garis merah tajam di bagian luarnya, memiliki duri-duri kecil berwarna putih di atas permukaan setiap segmen capit. Lobster air tawar Cherax quadricarinatus merupakan udang air tawar yang mempunyai bentuk seperti lobster laut kerena memiliki capit yang sangat besar dan kokoh, serta rostrum picak berbentuk segitiga yang meruncing (Mosigh, 1998)


(31)

Tubuh lobster air tawar terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan yang merupakan gabungan antara kepala dan dada yang disebut chephalothorax serta bagian belakang yang terdiri dari badan yang disebut abdomen dan ekor. Bagian kepala ditutupi oleh cangkang (carapace) yang mengandung zat tanduk (chitin) yang dapat mengelupas (moulting) pada interval waktu tertentu untuk tujuan pertumbuhan (Wiyanto dan Hartono, 2003).

2.2 Habitat Lobster Air Tawar

Menurut Lukito dan Prayugo (2007) lobster air tawar telah dibudidayakan diberbagai belahan dunia terutama di tempat asalnya seperti Amerika serikat, Eropa dan Australia. Jenis lobster Cherax quadricarinatus banyak di temukan di sungai air deras serta danau di pantai utara dan daerah timur laut Quessland. Selain itu, jenis ini juga banyak ditemukan sebelah selatan dari Papua New Guenea bagian timur (Mosigh, 1998).

Menurut Sukmajaya dan Suharjo (2003) habitat alami lobster air tawar berupa rawa atau sungai yang biasa ditempati dalam melaksanakan siklus hidupnya diantaranya habitat yang relatif dangkal dilengkapi dengan dasar yang terdiri dari campuran lumpur, pasir dan batuan. Menurut Mosigh (1998) di Australia lobster air tawar dibudidayakan pada kolam dengan kedalaman 1 sampai 1,5 meter untuk indukan dan 0,5 hingga 1 meter untuk kolam pembesaran.

Yabby (Cherax albidus) Yabby

( Cherax tenuimanus )

Gambar 2. Morfologi Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus (Department of Primary Industries, 1989)


(32)

Yabby

(Cherax destructor)

Yabby

(Cherax albidus) Benua Australia

Yabby

(Cherax tenuimanus)

Red claw

(Cherax quadricarinatus)

6

Gambar 3. Penyebaran Lobster air Tawar di benua Australia (Mosigh, 1998) 2.3 Pakan

Menurut Effendi (1997) makanan pada kawasan tropik merupakan faktor luar utama selain suhu perairan yang mempengaruhi pertumbuhan bila keadaan faktor-faktor lain normal. Keberhasilan mendapatkan makanan menentukan pertumbuhan sehingga dalam satu keturunan akan didapatkan ukuran yang bervariasi. Menurut Iskandar (2003) di habitat aslinya, lobster air tawar aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Selain itu, Lobster air tawar adalah jenis binatang pemakan tumbuhan dan hewan (omnivora) serta dapat mengkonsumsi biji-bijian, ubi-ubian, cacing, lumut dan bangkai hewan.

Penggunaan pelet komersil telah digunakan oleh para pembudidaya lobster air tawar, terutama beberapa jenis pelet komersil yang menggunakan kandungan protein tinggi (pelet untuk udang). Menurut Lukito dan Prayugo (2007) kebutuhan protein pakan pada lobster air tawar semakin berkurang seiring dengan pertambahan umur dan biomassa tubuh. Juvenil lobster air tawar dengan bobot 0,02 gram membutuhkan pakan dengan kandungan protein sebesar 33-40%, sementara lobster dengan bobot tubuh 3,03 gram membutuhkan pakan dengan kandungan protein sebesar 30%. Selain itu, menurut Holdich dan Lowery (1988) tingkat pemberian pakan tertinggi untuk pemeliharaan benih yaitu sekitar 1-4%.

Beberapa hasil percobaan penggunaan pelet komersil menunjukkan bahwa pelet komersil dapat digunakan sebagai pakan dan memberikan nilai laju pertumbuhan pada pemeliharaan lobster air tawar. Akbar (2007) melakukan percobaan pada pemeliharaan lobster dengan memberikan pelet komersil yang memiliki kandungan protein 33% dengan tingkat pemberian pakan sebanyak 4%


(33)

dari total biomassa per hari pada padat penebaran 100-200 ekor/m2 atau 625-1917 ekor/m3 dengan ukuran lobster air tawar rata-rata berkisar 2,67-2,78 cm menghasilkan laju pertumbuhan 2,36-2,90%. Sementara, percobaan Tanribali (2007) pada pemberian pelet komersil dengan kandungan protein dan tingkat pemberian pakan yang sama pada padat penebaran 50-150 ekor/m2 dan rasio shelter 1 dan 1,5 dengan ukuran lobster air tawar berkisar 2,71 cm menghasilkan laju pertumbuhan 2,394-4,192% (Tabel 1). Menurut Supono dan Hudaidah (2007) yang melakukan penelitian terhadap perbedaan pemberian pakan pada lobster air tawar pada ukuran benih, didapatkan pemberian pakan campuran antara pakan alami dan pelet komersil memberikan pertumbuhan yang tinggi apabila dibandingkan dengan perlakuan pemberian pakan alami saja atau pelet saja, tapi tidak berpengruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup. Menurut Trijoko dan Madyaningrana (2004) yang melakukan penelitian perbedaan pemberian pakan berupa cacing sutera, kuning telur, pelet komersil, campuran antara pelet komersil dengan cacing sutera dan campuran antara pelet komersil dengan kuning telur pada lobster air tawar berukuran juvenil, didapatkan hasil pemberian pakan pelet komersil memberikan pertumbuhan paling baik dan pemberian kuning telur menunjukkan pertumbuhan paling rendah. Selain itu, pemberian pakan pelet dan cacing sutera menunjukkan efisiensi tertinggi apabila dibandingkan dengan pemberian pakan lainnya, penelitian ini menyimpulkan bahwa pertumbuhan juvenil lobster air tawar tertinggi dan efisiensi pakan terbaik yaitu dengan pemberian cacing sutera dan pelet.

2.4 Padat Penebaran, Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan

Informasi tentang kepadatan yang optimum untuk lobster air tawar masih terbatas, namun beberapa percobaan telah dilakukan diantaranya, tertera pada Tabel 1 yang menunjukkan pengaruh padat penebaran terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus yang dipelihara pada padat penebaran dan ukuran berbeda.


(34)

8

Tabel.1 Kelangsungan hidup, pertumbuhan dan efisiensi pakan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus pada berbagai ukuran yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda dalam akuarium.

Padat tebar (ekor/m2 ) Sistem pemeliharaan Bobot awal (gram) SR (%) Laju pertumbuhan (%) Effisiensi pakan (%) Sumber 40 Pergantian air

0,40 85,71 3,86 74,75

Nilamsari (2007)

50 0,40 81,48 3,26 74,00

60 0,40 75.76 3,23 65,25

70 0,40 74,38 2,99 63,05

20

Resirkulasi

6,23 100 1,596 41,924

Irawan (2007)

30 6,23 100 0,873 22,842

40 6,23 100 0,812 21,823

50 6,23 92,59 0,707 17,129

50,RS 1

Resirkulasi

0,67 79,17 4.192 67,34

Taribali (2007) 50,RS

1,5 0,67 83,33 3.852 50,94

100, RS

1 0,67 75,56 4.041 68,43

100, RS

1,5 0,67 73,33 3.753 57,92

150, RS

1 0,67 68,12 3.294 30,00

150, RS

1,5 0,67 68,12 2.934 31,19

100

Resirkulasi

0,62 60,00 2,36 51,54

Akbar (2007)

100 0,62 52,17 2,77 85,78

150 0,62 70,48 2,90 73,37

200 0,62 50,00 2,57 72,50

RS = Rasio Shelter

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan lobster air tawar berkurang seiring dengan peningkatan penebaran. Perbedaan pada kelangsungan hidup, laju pertumbuhan dan efisiensi pakan diduga akibat adanya persaingan dalam memperolah pakan dan ruang gerak (Nilamsari, 2007; Irawan, 2007; Tanribali, 2007; Akbar, 2007).

Sistem budidaya intensif bertujuan untuk meningkatkan produksi sehingga penggunaan lahan dapat termanfaatkan secara optimal, hal ini dapat dicapai dengan cara meningkatkan padat penebaran. Menurut Effendi (2004) padat penebaran benih adalah jumlah (biomassa) benih yang ditebarkan per satuan luas atau per volume. Padat penebaran benih akan menentukan tingkat intensitas pemeliharaan, semakin tinggi padat penebaran benih yang berarti semakin banyak


(35)

jumlah atau biomassa benih persatuan luas maka semakin tinggi intensitas tingkat pemeliharaannya. Peningkatan padat penebaran yang terlalu tinggi dapat menurunkan mutu air, pertumbuhan ikan lambat, tingkat kelangsungan yang rendah serta tingkat keragaman ukuran ikan yang tinggi.

Menurut Effendi (1997) pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi adalah pertambahan jumlah. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis, hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) berasal dari makanan. Bahan dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah terpakai. Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya. Selain itu pertumbuhan juga dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis, serta faktor eksternal yang berhubungan dengan pakan dan lingkungan. Faktor-faktor eksternal tersebut diantaranya adalah komposisi kimia air dan tanah, suhu air, bahan buangan metabolit, ketersediaan oksigen dan ketersediaan pakan.

Kelangsungan hidup merupakan salah satu parameter produksi, menurut Effendi (1997) kelangsungan hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu. Padat penebaran ikan yang tinggi dapat mempengaruhi lingkungan budidaya dan interaksi ikan. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) secara alami, setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dengan lingkungannya dalam batas-batas tertentu yang disebut dengan tingkat toleransi. Jika perubahan yang terjadi diluar tingkat toleransi suatu hewan, maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mati. Selain itu, penyakit dan kekurangan oksigen akan mengurangi jumlah ikan secara drastis, terutama ikan yang berukuran kecil.


(36)

10

Peningkatan padat penebaran dapat mengakibatkan penurunan pertumbuhan, tetapi selama proporsi penurunan pertumbuhan lebih kecil dibandingkan peningkatan padat penebaran maka produksi akan tetap meningkat. Ketika terjadi pertumbuhan makin kecil, maka penurunan produksi akan terjadi hingga mencapai tingkat pertumbuhan nol. Ini berarti bahwa hasil ikan yang ditebar telah mencapai nilai daya dukung maksimum (Carrying Capacity) wadah budidaya. Peningkatan padat penebaran ikan tanpa disertai dengan peningkatan jumlah pakan yang diberikan dan pemeliharaan kualitas air akan menyebabkan penurunan pertumbuhan ikan dan jika telah sampai pada batas tertentu maka pertumbuhan akan berhenti sama sekali (Hepher dan Pruginin, 1981).

Menurut Waterman (1960) pada dasarnya, pertumbuhan pada hewan yang memiliki cangkang luar tidak pernah lepas dari proses pergantian kulit (moulting), hal ini juga mempengaruhi proses metabolisme, prilaku, reproduksi bahkan ketajaman yang berhubungan dengan perasaan, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Menurut Iskandar (2003) selain untuk keperluan pertumbuhan tubuh, moulting juga berfungsi merangsang pematangan gonad dan mengganti bagian-bagian tubuh yang cacat. Capit yang patah dapat tumbuh kembali bersamaan dengan proses moulting. Pada lobster muda, pergantian capit tersebut hanya membutuhkan satu kali proses moulting hingga capit yang baru tumbuh tersebut memiliki ukuran yang sama dengan capitnya yang lain dan pada lobster dewasa membutuhkan 3-4 kali proses moulting. Selain itu, disebutkan bahwa saat terjadi pergantian kulit adalah saat yang rawan bagi lobster. Beberapa jam sebelum moulting, lobster akan terdiam karena kondisinya sangat lemah. Ketika kulitnya terlepas, tubuh yang ada didalamnya tidak memiliki pelindung lagi dan ini merupakan peluang lobster dimakan temannya sangat besar mengingat lobster temasuk hewan kanibal.

2.5 Shelter

Menurut penelitian Smith dan Sandifer (1978) dalam Sofiandi (2002) ada beberapa faktor penting yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pada juvenil udang, antara lain adanya tempat berlindung dan bernaung yang cukup, suhu air, pemberian pakan yang cukup dan padat


(37)

penebaran. Tempat persembunyian (shelter) dalam budidaya lobster air tawar harus disediakan, hal ini berhubungan erat dengan daur hidup lobster yang mengalami fase moulting, sifat kanibal dan teritorial yang merupakan ciri pada hewan krustasea. Menurut Salmon dan Hyatt (1983) lobster akan bersembunyi di tempat yang telah di sediakan agar tidak diserang dan dimakan oleh lobster lain. Kondisi lobster saat moulting sangat lemah selama 2-3 hari lobster hanya berdiam diri di tempat persembunyian hingga kulit yang baru tumbuh mengeras, hal ini menjadikan shelter sebagai tempat yang aman ketika terjadi proses moulting.

Menurut Wiyanto dan Hartono (2003) shelter berfungsi sebagai tempat persembunyian agar terhindar dari serangan lobster lain, melindungi dari sinar matahari dan tempat mencari makan. Tempat persembunyian bisa dimanipulasi agar fungsinya hampir sama dengan aslinya, beberapa benda yang bisa digunakan untuk tempat persembunyian yaitu pipa PVC, lembaran jaring (waring) atau tali rafia yang dibentuk atau dibundel seperti pohon (artifisial plant), roster, pelepah daun kelapa kering, genteng dan batu bata mesh. Menurut Lukito dan Prayugo (2003) penggunaan pipa PVC lebih dianjurkan baik diakuarium ataupun di kolam karena memiliki daya tahan yang lebih lama, tidak mudah pecah dan dapat dipotong sesuai ukuran lobster yang dipelihara apabila dibandingkan dengan batu bata mesh.

Percobaan penggunaan shelter sebelumnya telah dilakukan, menurut Manurung (2006) yang melakukan percobaan menggunakan potongan piva PVC sebagai shelter yang berdiameter ¾ inch dengan panjang 10 cm diberbagai tingkat kolom air, diperoleh kelangsungan hidup lobster air tawar Cherax quadricarinatus dicapai dengan pemeliharaan menggunakan posisi shelter di dasar dan di lapisan atas kolom air, yakni masing-masing sebesar 83,33%. Percobaan peningkatan padat penebaran dengan memanfaatkan jumlah shelter yang menggunakan potongan piva PVC pada sistem resirkulasi diperoleh kepadatan yang memberikan hasil terbaik adalah 100 ekor/m2. Dari rasio shelter 1

didapatkan hasil yang lebih baik daripada rasio shelter 1,5 sehingga perlakuan yang memberikan hasil terbaik adalah kepadatan 100 ekor/m2 dengan rasio

shelter 1, hal ini dikarenakan banyaknya pakan yang terselip diantara sela-sela shelter seiring dengan peningkatan shelter sehingga dapat menurunkan laju


(38)

12

pertumbuhan dan menimbulkan kerusakan kualitas air, selain itu lobster membutuhkan ruang terbuka bagi pergantian kulit (Tanribali, 2007).

2.6 Kualitas Air

Menurut Boyd (1982) intensifikasi budidaya perikanan melalui penggunaan padat penebaran dan laju pemberian pakan yang tinggi, dapat menimbulkan masalah kualitas air walaupun ikan memakan sebagian besar pakan yang diberikan, tetapi persentase terbesar dari pakan yang dimakan dieksresi menjadi buangan metabolik. Buangan-buangan ini adalah karbondioksida, amoniak, fosfor dan unsur hara tambahan lain yang merangsang produksi plankton. Selain itu, pergantian air dapat memperbaiki kualitas air yang rusak dengan cara menurunkan kadar pH, amoniak dan nitrit.

Suhu merupakan salah satu faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan selain makanan. Suhu air berpengaruh terhadap daya toksik bahan-bahan pencemar, kecepatan metabolisme hewan air dan kelarutan oksigen dalam air (Effendi, 1997). Menurut Watanabe (1988) suhu perairan harus dijaga secara optimal karena akan memaksimumkan intake pakan dan menormalkan proses laju metabolisme tubuh, hal ini dikaitkan karena ikan memiliki sifat poikilothermic dimana suhu tubuh ikan mengikuti suhu lingkungan. Lobster air tawar berkembang baik pada suhu 20-310C dan memiliki pertumbuhan terbaik

pada suhu berkisar 23-280C, bahkan lobster air tawar memiliki toleransi pada suhu

rendah hingga 100C dan suhu tinggi hingga 350C pada periode yang pendek,

namun tertalu lama pada kondisi tersebut pada akhirnya akan menimbulkan lobster stres dan mengakibatkan kematian (Mosigh, 1998). Menurut Kusmini (2004) yang melakukan percobaan penggunaan parameter suhu pada pemeliharaan lobster air tawar Cherax quadricarinatus diperoleh nilai laju pertumbuhan tertinggi pada suhu 28,780C sebesar 1,15+0,037% dan sintasan yang

tinggi diperoleh pada suhu 260C dan 280C masing-masing sebesar 83,33%.

Lobster air tawar pada umumnya dalam waktu yang pendek dapat hidup pada selang parameter air yang lebar bahkan mampu berjalan di darat (tanpa adanya air) namun dengan kondisi insang tetap basah. Menurut Boyd (1982) kisaran nilai optimum oksigen terlarut bagi pertumbuhan krustasea adalah di atas


(39)

5 mg/l, meskipun demikian kandungan oksigen terlarut 4,21-5,43 mg/l masih dapat memberikan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang baik. Untuk itu, pemeliharaan krustasea didaerah tambak dengan sistem intensif memerlukan penambahan kandungan oksigen dengan cara penggunaan kincir air (peadle wheal), tetapi pada budidaya skala kecil seperti akuarium dapat digunakan sumber aerasi dari higblow atau blower sehingga kondisi oksigen akan terus terpenuhi. Menurut Mosigh (1998) lobster air tawar dapat mentoleransi kandungan oksigen terlarut di air hingga 1 mg/l.

Menurut Boyd (1982) pada kolam dengan tingkat kepadatan tinggi dan diberikan makanan tambahan, konsentrasi amoniak mungkin meningkat ke kadar yang tinggi dan tidak dikehendaki. Dekomposisi metabolit dan sisa pakan yang meningkat akan meningkatkan konsentrasi amoniak di dalam sistem pemeliharaan sehingga mendorong meningkatnya laju oksidasi amoniak, laju oksidasi nitrit dan laju nitrifikasi. Nilai konsentrasi toksik untuk perendaman jangka pendek adalah 0,6 hingga 2 mg/l NH3-N untuk kebanyakan spesies ikan. Menurut Mosigh

(1998) lobster air tawar dapat mentoleransi kondisi amoiak hingga 0,5 mg/l.

Menurut Swingle (1961) dan Mount (1973) dalam Boyd (1982) titik mati asam dan basa untuk ikan masing-masing kira-kira pada pH 4 dan 1. Perairan yang lebih asam dari pH 6,5 atau lebih basa dari pada pH 9-9,5 dalam jangka waktu yang lama, reproduksi dan pertumbuhan akan menurun dan akan memiliki pertumbuhan yang baik pada pH 6,5–9. Selain itu juga, tinggi rendahnya pH dalam suatu perairan dapat dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan, khususnya sisa pakan dan hasil metabolisme. Menurut Mosigh (1998) lobster air tawar dapat hidup pada kisaran pH 6-9 dan memiliki kisaran optimum pada pH 7-8,5.

Alkalinitas berperan sebagai kapasitas penyangga (buffer capacity) terhadap perubahan pH perairan. Perairan yang mengandung 40 mg/l CaCO3 atau

lebih dianggap lebih produktif dari pada perairan dengan alkalinitas lebih rendah (Moyle, 1945; Mairs, 1966 dalam Boyd, 1982). Menururt Lukito dan Prayugo (2007) kesadahan sangat penting artinya bagi pembudidaya lobster air tawar. Kesadahan menggambarkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ serta ion logam


(40)

14

CaCO3 termasuk kedalam perairan yang lunak (tidak sadah). Air yang memiliki

kesadahan tinggi lebih disukai oleh lobter air tawar daripada air lunak. Hal ini diperlukan untuk menjaga kandungan kalsium terlarut yang cukup tinggi sehingga menjamin pembentukan cangkang dengan baik. Menurut Rouse (1997) nilai alkalinitas dan kesadahan yang cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan lobster air tawar berkisar antara 100-200 mg/l CaCO


(41)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2007 hingga Januari 2008 bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi Budidaya Perairan. Pengukuran kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Wadah Pemeliharaan

Wadah yang digunakan adalah akuarium berukuran 60 x 30 x 30 cm sebanyak 18 unit. Akuarium dilengkapi dengan sumber udara, streofoam dan dua buah tandon, masing-masing berukuran 2 x 1 x 0,5 m dan 0,2 x 0,5 m. Tandon pertama digunakan untuk pengendapan dan tandon kedua untuk memudahkan pengangkutan penggantian air pada wadah pemeliharaan lobster air tawar.

3.2.2 Lobster Uji

Lobster yang diuji dalam penelitian ini adalah benih lobster air tawar jenis red claws Cherax quadricarinatus berasal dari Desa Cibeureum, Bogor. Bobot rata-rata lobster uji adalah 0,41+0,03 gram dan panjang 2,61+0,05 cm.

3.2.3 Shelter

Shelter yang digunakan terbuat dari pipa paralon PVC berukuran ¾ inch dengan panjang 10 cm. Jumlah shelter disesuaikan dengan perlakuan dan rasio shelter yang diujikan yaitu 1 dan 0,5, selanjutnya shelter ditebar secara merata pada dasar akuarium.


(42)

1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup

Persentase kelangsungan hidup benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama 40 hari masa pemeliharaan pada masing-masing perlakuan mengalami penurunan, dengan kisaran tingkat kelangsungan hidup berkisar antara 56,52-73,81% (Gambar 5). Hasil analisis ragam menunjukkan padat penebaran, rasio shelter dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup (p>0,05) (Lampiran 2). Hasil percobaan mengenai kelangsungan hidup pada akhir pemeliharaan disajikan pada Gambar 5.

Gambar 4. Tingkat kelangsungan hidup (%) Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1


(43)

Gambar 5. Tingkat kelangsungan hidup Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan

0,5 selama 40 hari masa pemeliharan

1.2. Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Selama 40 hari masa pemeliharaan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus telah terjadi peningkatan bobot dengan bobot akhir rata-rata berkisar antara 1,46-1,96 gram (Gambar 7). Laju pertumbuhan bobot harian pada akhir masa pemeliharaan berkisar 3,19-3,97% (Lampiran 4). Hasil analisis ragam menunjukkan padat penebaran, rasio shelter dan interaksi antara keduanya tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian (p>0,05) (Lampiran 4).

Gambar 6. Bobot rata-rata Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40

hari


(44)

3

Gambar 7. Laju pertumbuhan bobot harian Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1

dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan

1.3. Pertumbuhan Panjang Mutlak

Selama 40 hari masa pemeliharaan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus terjadi penambahan ukuran panjang. Panjang akhir rata-rata selama masa pemeliharaan berkisar antara 3,70-4,19 cm. Pertumbuhan panjang mutlak pada akhir masa pemeliharaan berkisar antara 1,07-1,62 cm (Lampiran 7). Hasil analisis ragam menunjukkan padat penebaran, rasio shelter dan interaksi keduanya tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak (p>0,05) (Lampiran 8).


(45)

Gambar 8. Panjang rata-rata tiap sampling Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5

selama 40 hari masa pemeliharaan.

Gambar 9. Pertumbuhan panjang mutlak Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5

selama 40 hari masa pemeliharaan.


(46)

5

1.4. Efisiensi Pakan

Selama 40 hari masa pemeliharaan lobster air tawar Cherax quadricarinatus didapatkan efiesiensi pakan rata-rata berkisar antara 61,11-88,59% (Gambar 10). Hasil uji analisis ragam menunjukkan padat penebaran, rasio shelter dan interaksi antara keduanya tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap nilai efisiensi pakan (p>0,05) (Lampiran 6). Hasil penelitian mengenai efisiensi pakan pada akhir pemeliharaan disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10. Efisiensi pakan Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40

hari masa pemeliharaan

1.5. Produksi

Selama 40 hari masa pemeliharaan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus didapatkan nilai produksi akhir rata-rata berkisar antara 10,63-16,30 gram (Gambar 11). Hasil uji analisis ragam menunjukkan padat penebaran, rasio shelter dan interaksi keduanya tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap


(47)

produksi (p>0,05) (Lampiran 9). Hasil percobaan mengenai produksi pada akhir pemeliharaan disajikan pada Gambar 12.

Gambar 11. Produksi Cherax quadricarinatus dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari

masa pemeliharaan

1.6. Fisika-Kimia Air

Nilai kualitas air pada masing-masing perlakuan selama masa percobaan berlangsung tertera pada Tabel 5 di bawah ini dan untuk lebih rinci disajikan pada Lampiran 10. Deskripsi parameter fisika-kimia air tersebut disajikan pada gambar 12-17

Tabel 5. Nilai fisika-kimia air media pada masing-masing perlakuan selama 40 hari pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75,100 dan 125 ekor/m2 pada

rasio shelter (RS) 1 dan 0,5

Parameter Waktu PT.75;RS. 1 PT.75;RS. 0,5 PT.100;RS. 1 PT.100;RS 0,5 PT.125;RS.1

PT.125;RS

0,5 Tandon

Suhu Awal 25,5 25,7 25,4 25,8 25,4 25,5 25,3

Akhir 26,2 26,5 26 26,3 25,9 25,6 25,7

pH Awal 8,23 8,17 8,23 8,23 8,21 8,39 8,10

Akhir 7,03 7,06 7,17 7,13 7,16 6,66 7,10

DO Awal 6,30 6,26 6,07 6,20 5,76 6,00 6,50

Akhir 7,11 7,15 7,22 6,98 7,07 6,91 7,41

Alkalinita s

Awal 75,62 70,31 66,33 70,31 70,31 59,7 22,31

Akhir 25,2 22,55 29,18 19,96 42,25 26,53 39,8

Kesadaha Awal 24,02 28,02 30,03 33,03 22,02 37,04 31,4


(48)

7

n Akhir 41,04 40,04 46,04 49,04 55,05 57,05 33,03

N-NH3 Awal

0,03876 0,040738 0,051215 0,054004 0,048761 0,028117 0,004088

Akhir 0,00079 0,000795 0,001143 0,001003 0,005518 0,001266 0,001328

Suhu selama 40 hari masa pemeliharaan berkisar antara 25,3-26,5oC

(Lampiran 10). Gambar 12 menunjukkan grafik suhu selama pemeliharaan dari masing-masing tiap perlakuan. Dari gambar tersebut terlihat suhu cendrung meningkat hingga 20 hari pertama masa pemeliharaan untuk setiap perlakuan, kemudian suhu menurun hingga hari ke-30 dan cendrung naik kembali hingga akhir masa pemeliharaan (panen) .

Gambar 12. Suhu (0C) pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan

dengan padat tebar (PT) 75,100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter

(RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan

Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam wadah pemeliharaan benih lobster air tawar Cherax quadricarinatus selama masa pemeliharaan berkisar antara 5,7-8,4 mg/l (Lampiran 10). Gambar 13 menunjukkan grafik kandungan oksigen terlarut selama pemeliharaan dari masing-masing tiap perlakuan. Dari gambar tersebut terlihat kandungan oksigen berfluktuasi selama masa pemeliharaan dimana kandungan oksigen naik pada awal pemeliharaan hingga 10 hari pertama untuk setiap perlakuan, kemudian menurun hingga hari ke-20 dan naik kembali hingga hari ke-30 serta kembali menurun hingga akhir masa pemeliharaan (panen).

Gambar 13. Kandungan oksigen (mg/l) pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75,100 dan 125 ekor/ m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa

pemeliharaan

Konsentrasi amoniak (mg/liter) dalam wadah pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus selama masa percobaan berkisar antara 0,000295 hingga 0,054004 mg/l (Lampiran 10). Gambar 14 menunjukkan grafik kandungan amoniak selama pemeliharaan dari masing-masing tiap perlakuan. Dari gambar tersebut terlihat kandungan amoniak selama pemeliharaan mengalami penurunan


(49)

hingga 10 hari pertama untuk tiap perlakuan kemudian cendrung konstan hingga akhir masa pemeliharaan (panen).

Gambar 14. Konsentrasi amoniak (mg/l) pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/ m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa

pemeliharaan

Kandungan alkalinitas didalam wadah pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus selama masa percobaan berkisar antara 19,96 hingga 72,91 mg/l CaCO3 (Lampiran 10). Gambar 15 menunjukkan grafik konsentrasi alkalinitas

selama pemeliharaan dari masing-masing tiap perlakuan. Dari gambar tersebut terlihat kandungan alkalinitas diperairan memiliki kecendrungan menurun untuk setiap perlakuan hingga akhir masa pemeliharaan (panen).

Gambar 15. Kandungan alkalinitas (mg/l CaCO3) pada masing-masing

perlakuan selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40

hari masa pemeliharaan

Kandungan pH didalam wadah pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus selama masa percobaan berkisar antara 7,033 hingga 8,633 (Lampiran 10). Gambar 16 menunjukkan grafik kandungan pH selama pemeliharaan dari masing-masing tiap perlakuan. Dari gambar tersebut pH selama pemeliharaan terlihat cendrung menurun untuk setiap perlakuan dimana penurunan drastis terjadi pada awal pemeliharaan hingga 10 hari pertama.

Gambar 16. Kandungan pH pada masing-masing perlakuan selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2

pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40 hari masa pemeliharaan

Kandungan kesadahan didalam wadah pemeliharaan benih Cherax quadricarinatus selama masa percobaan berkisar antara 14,02 hingga 57,06 mg/l CaCO3, (Lampiran 10). Gambar 17 menunjukkan grafik kandungan kesadahan


(50)

9

selama pemeliharaan dari masing-masing tiap perlakuan. Dari gambar tersebut terlihat kandungan kesadahan selama masa pemeliharaan mengalami fluktuasi, dimana kesadahan mengalami kecendrungan turun pada awal pemeliharaan (hari ke-0) hingga 10 hari pertama kemudian mengalami kenaikan hingga hari ke-20 untuk setiap perlakuan. Setelah itu, beberapa perlakuan mengalami penurunan hingga hari ke-30 dan di akhiri dengan kenaikan kembali hingga akhir pemeliharaan (panen) dan ada pula perlakuan dengan kesadahan yang cendrung konstan hingga akhir masa pemeliharaan.

Gambar 17. Kandungan kesadahan (mg/l CaCO3) pada masing-masing

perlakuan selama masa pemeliharaan dengan padat tebar (PT) 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter (RS) 1 dan 0,5 selama 40

hari masa pemeliharaan

2. Pembahasan

Selama 40 hari masa pemeliharaan lobster air tawar dengan perlakuan padat penebaran 75, 100 dan 125 ekor/m2 pada rasio shelter 0,5 dan 1, didapatkan


(51)

terlihat kematian terdapat pada setiap perlakuan. Hal ini juga terjadi pada percobaan yang dilakukan oleh Nilamsari (2007) yang melakukan percobaan dengan padat penebaran yang lebih rendah, dimana lobster ditebar dengan kepadatan 40-70 ekor/m2 menghasilkan tingkat kelangsungan hidup berkisar

85,71-74,38% (Tabel 1). Berdasarkan pengamatan, kematian diakibatkan dari beberapa faktor terutama yang berkaitan dengan sifat alami dari lobster air tawar diantaranya agresif, gagal moulting dan kanibalisme. Faktor kematian tersebut ditunjukkan dengan bangkai lobster yang cangkangnya masih lembek,

chephalotoraks terkelupas dan bagian tubuhnya terpotong-potong bahkan ada lobster yang mati masih dalam keadaan utuh.

Agresifitas antar lobster cenderung ditandai dengan adanya perkelahian antara lobster yang terlihat sama kuat dan biasanya lobster yang lebih lemah cenderung menghindar. Agresifitas ini diawali dengan kontak antara kaki capit terlebih dahulu kemudian baru saling melakukan penyerangan. Perkelahian tersebut dapat merusak organ tubuh seperti terpotongnya kaki capit, ruas-ruas kaki atau bagian tubuh lainnya, dan dikuti dengan infeksi penyakit pada lobster yang terluka. Hilangnya kaki capit membuat pertahanan dari serangan lobster akan berkurang dan peluang kematian yang diakibatkan oleh serangan lobster berikutnya semakin besar.

Peluang kematian juga meningkat akibat kondisi lemah ketika terjadi proses moulting. Pada saat itu lobster kehilangan unsur mineral terutama kalsium yang berkurang secara drastis dalam tubuhnya akibat lepasnya cankang keras dari tubuhnya. Pada keadaan tersebut lobster berada dalam kondisi tidak terlindungi. Menurut Wiyanto dan Hartono (2003) saat proses moulting, lobster mengeluarkan bau tertentu yang mengundang lobster lainnya untuk mendekat dan memangsanya. Akibatnya, gangguan lobster lain yang menyebabkan kejutan pada lobster yang sedang mengalami moulting juga menyebabkan penyerangan meningkat dan dapat menyebabkan kematian bagi lobster tersebut bahkan dapat dimakannya (kanibal).

Peningkatan padat penebaran dikuti dengan tingkat kelangsungan hidup yang relatif sama (p>0,05) (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan kebutuhan pakan dan lingkungan telah tercukupi. Pada pemeliharaan ini lingkungan berpotensi


(1)

Lampiran 7.

Nilai Panjang (cm) Lobster Air Tawar

Cherax quadricarinatus

Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan

Perlakuan Hari

Ke-0 10 20 30 40

75

1

2,69 3,28 3,83 4,47 4,26

2,71 3,23 3,90 4,03 4,25

2,62 3,12 3,32 3,88 3,97

Rata-rata 2,67 3,21 3,69 4,13 4,16

Simpangan 0,049 0,080 0,315 0,308 0,165

0,5

2,65 3,24 4,13 3,67 4,03

2,65 3,12 3,69 4,14 3,82

2,61 3,27 3,56 3,94 4,27

Rata-rata 2,63 3,21 3,79 3,92 4,04

Simpangan 0,02 0,08 0,30 0,24 0,23

100

1

2,58 2,70 2,95 3,48 3,80

2,70 3,28 3,49 3,99 3,76

2,63 3,06 3,22 3,59 3,55

Rata-rata 2,64 3,01 3,22 3,69 3,70

Simpangan 0,06 0,29 0,27 0,27 0,14

0,5

2,54 3,12 3,76 3,99 3,72

2,64 3,52 3,31 4,02 4,19

2,56 3,14 3,73 4,14 4,26

Rata-rata 2,58 3,26 3,60 4,05 4,06

Simpangan 0,05 0,22 0,25 0,08 0,29

125

1

2,53 3,23 3,42 3,67 4,69

2,64 3,13 3,12 3,59 3,99

2,52 3,02 3,16 3,65 3,87

Rata-rata 2,56 3,13 3,23 3,63 4,18

Simpangan 0,07 0,11 0,16 0,04 0,44

0,5

2,52 2,94 3,05 3,72 3,85

2,53 2,85 3,13 3,93 3,97

2,59 3,99 3,17 4,01 4,22

Rata-rata 2,55 3,26 3,12 3,89 4,02

Simpangan 0,04 0,63 0,06 0,15 0,19


(2)

9

Lampiran 8.

Nilai Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) (PPM) Lobster Air Tawar

Cherax quadricarinatus

Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan

Ulangan

Perlakuan PT 75;RS 1 PT75;RS

0,5 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 PT 125;RS 0,5

1 1,57 1,38 1,23 1,18 2,16 1,34

2 1,54 1,17 1,06 1,55 1,35 1,44

3 1,35 1,66 0,92 1,70 1,36 1,63

Jumlah 4,47 4,22 3,20 4,43 4,86 4,41

Rata-rata 1,49+0.12 1,41+0.24 1,07+0.16 1,48+0.27 1,62+0.46 1,47+0.15

"Uji Analisis Ragam Pertumbuhan Panjang Mutlak

Cherax quadricarinatus

Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan"

SK JK db KT F P-value F0.05 F0.06 F0.07

Kepadatan 0,22903 2 0,11451 1,68351 0,22675 3,88529 3,58942 3,34619

Shelter 0,01445 1 0,01445 0,21243 0,65311 4,74722 4,74722 3,95585

Interaksi 0,27930 2 0,13965 2,05300 0,17106 3,88529 3,58942 3,34619

Galat 0,81626 12 0,06802

Total 1,33905 17


(3)

Lampiran 9.

Produksi (gram) Lobster Air Tawar

Cherax quadricarinatus

Selama

40 Hari Masa Pemeliharaan

Ulangan Perlakuan

PT 75;RS 1 PT75;RS 0,5 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 PT 125;RS 0,5

1 12,70 12,25 9,26 16,06 17,83 7,33

2 12,91 11,73 19,39 16,90 15,15 13,43

3 16,24 11,53 5,86 13,99 15,93 11,14

Jumlah 41,85 35,51 34,51 46,95 48,91 31,90

Rata-rata 13,95+1,99ab 11,84+0,37ab 11,50+7,04a 15,65+1,50ab 16,30+1,38b 10,63+3,08a Keterangan: Huruf yang sama menyatakan pengaruh yang sama pada taraf p = 0,06

S2

gabungan χ 2

faktor terkoreksi χ 2

terkoreksi χ 2

tabel

Nilai 0,02 15,77 1,19 13,20 11,10

Kesimpulan : χ 2 terkoreksi > χ 2 tabel maka minimal ada satu perlakuan yang ragamnya berbeda

dengan yang lain

“Transformasi Data Logaritmik”

Ulangan Perlakuan

PT 75;RS 1 PT75;RS 0,5 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 PT 125;RS 0,5

1 1,10 1,09 0,97 1,21 1,25 0,87

2 1,11 1,07 1,29 1,23 1,18 1,13

3 1,21 1,06 0,77 1,15 1,20 1,05

Jumlah 3,43 3,22 3,02 3,58 3,63 3,04

Rata-rata 1,14 1,07 1,01 1,19 1,21 1,01


(4)

11

“Uji Analisis Ragam Produksi

Cherax quadricarinatus

selama 40 hari masa

pemeliharaan”

Sumber keragaman JK db KT F P-value F0.05 F0.06 F0.07

Kepadatan 0,00044 2 0,00022 0,01411 0,98601 3,88529 3,58943 3,34620

Shelter 0,00326 1 0,00326 0,20891 0,65579 4,74723 4,74723 3,95586

Interaksi 0,11434 2 0,05717 3,65850

0,05747

* 3,88529 3,58943 3,34620

Galat 0,15151 12 0,01263

Total 0,30556 17

Kesimpulan : Tidak berbeda nyata (p > 0,05) *= Berbeda nyata (p < 0.06)

Lampiran 9.

(Lanjutan) Produksi (gram) Lobster Air Tawar

Cherax

quadricarinatus

Selama 40 Hari Masa Pemeliharaan

“Uji Lanjut Produksi

Cherax quadricarinatus

selama 40 hari masa pemeliharaan

Pada Taraf p = 0,06”

Nilai BNT Pada Taraf p = 0.06 adalah 0,19051

Perlakuan PT 75;RS 1 PT75;RS 0,5 PT 100;RS 1 PT 100;RS 0,5 PT 125;RS 1 PT 125;RS 0,5

Rata-rata 1,14177 1,07309 1,00736 1,19315 1,21126 1,01336

PT 75;RS 1 1,14177 0,00000 0,06868 0,13441 0,05138 0,06949 0,12842

PT75;RS 0,5 1,07309 0,06868 0,00000 0,06573 0,12006 0,13817 0,05973

PT 100;RS 1 1,00736 0,13441 0,06573 0,00000 0,18579 0,20390 0,00599

PT 100;RS 0,5 1,19315 0,05138 0,12006 0,18579 0,00000 0,01811 0,17979

PT 125;RS 1 1,21126 0,06949 0,13817 0,20390 0,01811 0,00000 0,19790


(5)

Lampiran 10.

Fisika-kimia Air Lobster Air Tawar Cherax quadricarinatus

selama 40 Hari Masa Pemeliharaan.

Padat Tebar (ekor/m2))

Rasio

Shelter

Waktu (Hari Ke -)

Parameter 0 10 20 30 40

75

1

Suhu 25,5 25,9 26,0 25,6 26,2

pH 8,23 7,63 7,47 7,26 7,03

DO 6,30 7,23 7,06 7,76 7,11

Alkalinitas 75,62 59,70 48,85 31,84 25,20

Kesadahan 24,02 17,01 45,04 47,04 41,04

N-NH3 0,038760 0,007437 0,002694 0,000298 0,000790

0,5

Suhu 25,7 26,1 26,1 25,7 26,5

pH 8,17 7,47 7,48 7,31 7,06

DO 6,26 7,20 6,80 7,36 7,15

Alkalinitas 70,31 61,02 47,50 25,20 22,55

Kesadahan 28,02 14,01 51,05 33,03 40,04

N-NH3 0,040738 0,000812 0,003223 0,001101 0,000795

1002

1

Suhu 25,4 26,1 25,9 25,4 26,0

pH 8,230 7,470 7,747 7,713 7,167

DO 6,067 7,200 6,733 8,333 7,220

Alkalinitas 66,33 61,02 53,06 42,45 29,18

Kesadahan 30,03 14,01 45,04 42,04 46,04

N-NH3 0,051215 0,000812 0,005257 0,003817 0,001143

0,5

Suhu 25,8 26,1 26,2 25,8 26,3

pH 8,23 7,55 7,54 7,46 7,13

DO 6,20 7,20 6,83 8,03 6,98

Alkalinitas 70,31 62,35 45,10 22,55 19,90

Kesadahan 33,03 25,02 45,04 40,04 49,04

N-NH3 0,054004 0,000295 0,002786 0,001254 0,001003

125 1 Suhu 25,4 25,7 25,9 25,4 25,9

pH 8,21 7,67 7,60 7,61 7,16


(6)

13

DO 5,76 7,13 6,76 8,00 7,07

Alkalinitas 70,31 72,96 49,08 37,14 42,25

Kesadahan 22,02 24,02 51,053 56,05 55,05

N-NH3 0,048761 0,001647 0,003493 0,003873 0,005518

0,5

Suhu 25,5 25,7 25,9 25,5 25,6

pH 8,39 7,67 7,66 7,59 6,66

DO 6,00 7,13 6,13 7,00 6,91

Alkalinitas 59,70 72,96 43,78 30,51 26,53

Kesadahan 37,04 24,02 51,053 41,041 57,05

N-NH3 0,028117 0,007717 0,009297 0,004212 0,001266

Tandon

Suhu 25,3 25,6 25,4 25,4 25,7

pH 8,10 7,81 7,81 7,81 7,10

DO 6,50 6,60 8,40 8,40 7,41

Alkalinitas 22,31 54,30 15,04 15,04 39,80

Kesadahan 31,40 5,12 22,14 22,14 33,03