2.3 Titik-Titik Landmarks pada Jaringan Keras
Titik-titik referensi yang digunakan pada sefalometri pada dasarnya terbagi atas dua yaitu: titik-titik pada jaringan keras dan jaringan lunak. Titik-titik pada
jaringan keras tersebut antara lain: Gambar 1
9,15,16,19,20
a. Nasion N : Titik paling depan diantara tulang frontal dan tulang nasal pada sutura frontonasalis.
b. Sella S : Titik yang terletak di tengah-tengah sella tursika atau fossa pituitary.
c. Titik A Subspinale : Titik paling dalam pada pertengahan spina nasalis anterior dan prosthion.
d. Titik B Supramentale : Titik paling dalam pada pertengahan tulang alveolar mandibula dan prosesus mentalis.
e. Spina Nasalis Anterior ANS : Titik paling anterior dari maksila pada level palatum.
f. Spina Nasalis Posterior PNS : Titik paling posterior dari palatum keras. g. Pogonion Pog : Titik paling anterior dari tulang dagu.
h. Gnation Gn : Titik paling depan dan paling dalam dari simpisis mandibula atau titik tengah antara pogonion dan menton.
i. Menton Me : Titik paling bawah pada dagu. j. Porion Po : Titik paling tinggi pada tepi atas meatus auditorius eksternal.
k. Orbitale Or : Titik terendah pada tepi bawah rongga mata. l. Artikulare Ar : Titik perpotongan antara batas posterior ramus dan batas
inferior dari basis kranial posterior. m. Gonion Go : Titik perpotongan yang dibentuk oleh garis tangen ke posterior
ramus dan garis tangen ke tepi bawah mandibula. n. Pterigomaxillary PTM : Kontur fissura pterigomaxilary yang dibentuk di
anterior oleh tuberositas retromolar maksila dan di posterior oleh kurva anterior dari prosesus pterigoid pada tulang sphenoid.
o. Basion Ba : Titik paling bawah pada tepi anterior dari foramen magnum.
Gambar 1. Titik-titik landmarks pada jaringan keras
19
2.4 Analisis Tweed
Tweed merupakan salah satu murid kesayangan Angle. Dua tahun sebelum kematian Angle, mereka bekerjasama, dimana Tweed mendiagnosa dan mengobati
pasiennya sedangkan Angle bertindak sebagai mentornya. Angle sangat gembira terhadap apa yang dilakukan Tweed pada waktu itu. Tweed berjanji kepada
mentornya bahwa ia akan mendedikasikan hidupnya dalam perkembangan ortodonti dan membuat ortodonti menjadi salah satu cabang spesialis. Akhirnya pada tahun
1929, ortodonti menjadi cabang ilmu spesialis dan Tweed menjadi spesialis ortodonti pertama di Amerika.
Pada tahun 1932, Tweed menerbitkan artikel pertamanya yang berjudul “Reports of Cases Treated with Edgewise Arch Mechanism”. Tweed memegang
teguh pendirian Angle bahwa seseorang tidak boleh melakukan ekstraksi gigi. Namun pendirian ini hanya bertahan selama empat tahun. Empat tahun berikutnya, Tweed
menemukan suatu penemuan bahwa posisi gigi insisivus mandibula mempunyai andil dalam keseimbangan wajah setelah perawatan. Beliau menyimpulkan bahwa untuk
mendapatkan posisi insisivus mandibula yang tepat, dokter gigi perlu melakukan preparasi penjangkaran dan mencabut keeempat gigi premolar satu. Prinsip ini sangat
bertentangan dengan prinsip Angle.
21
Sebelum Tweed mempublikasikan analisis sefalometrinya pada tahun 1954, beliau mengikuti pembelajaraan tentang sefalometri yang diajarkan oleh Moore,
Wylie, Downs, dan Riedel untuk lebih memahami tentang pengaruh sefalometri terhadap hasil perawatan. Setelah pertemuan itu, beliau memfokuskan penelitiannya
pada peranan sefalometri dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan.
5
Tweed menemukan bahwa pada wajah yang normal, dengan beberapa pengecualian, mempunyai oklusi normal atau maloklusi kelas I. Beliau juga menyatakan bahwa
pada semua kasus, gigi insisivus bawah terletak pada tulang basal dan ada korelasi pasti antara garis wajah yang seimbang dengan posisi gigi insisivus bawah terhadap
tulang basal.
10
Tweed pada penelitiannya menggunakan 3 bidang yang bergabung membentuk segitiga diagnostik. Bidang tersebut antara lain :
a Frankfurt Horizontal FH : bidang yang menghubungkan titik orbitale dengan
titik porion. b
Bidang mandibula : bidang yang merupakan garis tangen terhadap tepi bawah mandibula.
c Garis yang ditarik sepanjang gigi insisivus bawah long axis of the lower
incisor.
9,15,19
Sudut-sudut yang dibentuk antara lain: Gambar 2 1.
Frankfurt Mandibular Plane Angle FMA, yaitu sudut yang dibentuk dari hubungan bidang Frankfurt Horizontal dengan bidang mandibula.
19
FMA merupakan sudut yang terpenting dari segitiga Tweed karena dapat menggambarkan pola skeletal wajah. Nilai batas normalnya antara 22° - 28°.
22
2. Incisor Mandibular Plane Angle IMPA, yaitu sudut antara inklinasi aksial
gigi insisivus bawah dengan bidang mandibula. Nilai rata-ratanya adalah 90°.
3. Frankfurt Mandibular Incisor Angle FMIA, yaitu sudut yang dibentuk dari
hubungan aksis sepanjang gigi insisivus bawah dengan bidang Franfurt Horizontal. Nilai rata-ratanya adalah 65°.
19
Gambar 2. Segitiga diagnostik Tweed
9
Sudut FMA merupakan sudut yang terpenting, dimana dari perubahan sudut- sudutnya dapat diketahui hal-hal berikut.
1. FMA bernilai 16° sampai 28° : prognosis baik Gambar 3 Pada saat FMA 16°, IMPA sebaiknya 90° + 5° = 95°, saat FMA 22°, IMPA
sebaiknya 90°, saat FMA 28°, IMPA sebaiknya 90° - 5° = 85°. Hampir 60 maloklusi memiliki FMA antara 16° sampai 28°.
2. FMA bernilai 28° sampai 35°, prognosis sedang, pada saat 28° IMPA sebaiknya 90°
– 5° = 85°. Ekstraksi diperlukan pada sebagian besar kasus saat FMA 35 dimana IMPA sebaiknya 80° sampai 85°. Gambar 4.
3. FMA di atas 35°, prognosis buruk dimana ekstraksi cenderung akan memperparah keadaan.
9,23
Gambar 5
Gambar 3. Pasien Kelas I maloklusi dengan prognosis baik
23
Tweed menyatakan bahwa dalam perencanaaan perawatan sangat penting
memperhatikan besarnya sudut FMIA. Nilai FMA sangat bervariasi sebesar ± 5° jika pertumbuhan mandibula
dianggap mengikuti pola normal. Brash dan Brodie memberikan informasi yang sangat berharga tentang kapan dan dimana pertumbuhan mandibula itu terjadi.
Mereka menemukan bahwa pertumbuhan mandibula awalnya sama rata sepanjang mandibula sampai terjadi erupsi gigi molar permanen pertama. Setelah itu,
pertumbuhan terbatas pada tepi posterior dari rami, prosesus alveolaris, tepi sigmoid notch, dan kepala kondilus. Mandibula akan maju seiring dengan bertambahnya tepi
posterior rami dimana resorpsi dari tepi anterior mempertahankan pola dari tulang mandibula. Kondilus merupakan pusat pertumbuhan dari pertumbuhan vertikal
maksila dan mandibula. Margolis menambahkan bahwa ada terjadi reduksi dari tulang alveolar manusia yang menyebabkan dagu berkembang. Ini menyebabkan
insisivus mandibula tumbuh tegak selama proses evolusi berlangsung.
23
Gambar 4. Pasien maloklusi Kelas II divisi 1 dengan prognosis sedang
23
Gambar 5. Pasien dengan prognosis buruk
23
Analisis Tweed digunakan terutama untuk perencanaan perawatan klinis dan bukan merupakan suatu analisis yang lengkap. Penentuan posisi gigi insisivus
bawah, posisi mandibula yang bervariasi dapat ditentukan dan posisi gigi insisivus atas dapat disesuaikan dengan gigi insisivus bawah. Posisi gigi insisivus bawah yang
ideal dapat membantu dalam mendapatkan stabilitas hasil perawatan yang berpengaruh pada prognosis.
9
2.5 Suku Batak