34 dengan menggunakan bahan peledak, racun sianida, alat tangkap bubu, muro ami
sejenis  alat  tangkap  gillnet  serta  aktivitas  manusia  lainnya  seperti  kegiatan pemanfaatan sumberdaya di kawasan darat, akan sangat mempengaruhi ekosistem
terumbu karang Bengen 2002
a
. Usaha-usaha  untuk  melestarikan  terumbu  karang  sangat  ditentukan  oleh
masyarakat  yang  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  selalu  terlibat  dengan kehidupan  di  laut.  Masyarakat  nelayan  merupakan  salah  satu  contoh  kelompok
sosial yang hidupnya secara langsung tergantung kepada hasil laut. Disamping itu ada juga beberapa kelompok yang secara tidak langsung memperoleh penghasilan
dari sektor perikanan laut seperti pedagang, dan para penampung  hasil  tangkapan ikan petibo. Kelompok lain yang perlu mendapat perhatian dalam hal rehabilitasi
dan pengelolaan terumbu karang adalah para pengambil dan pembeli batu karang sebagai  bahan  pondasi  bangunan,  secara  langsung  maupun  tidak  langsung  ikut
menyumbangkan  kerusakan  terumbu  karang  yang  sudah  ada.  Kelompok  terakhir yang  juga  dapat  memberikan  andil  dalam  hal  kerusakan  terumbu  karang  adalah
kelompok  pengusaha  yang  berkecimpung  dalam  usaha  budidaya  rumput  laut, souvenir  dari  jenis  kerang-kerangan  serta  sumberdaya  laut  lainnya.  Selain  itu
kerusakan  terumbu  karang  dapat  diakibatkan  oleh  faktor  alam,  seperti  iklim, penyakit, bencana, dan  sedimentasi Charles 2001.
2.7  Pengelolaan Pesisir Terpadu Integrated Coastal Management
Prinsip keterpaduan sangat penting dan memegang peran yang fundamental sebagai  salah  satu  kunci  sukses  pengelolaan  dalam  konteks  pengelolaan  wilayah
pesisir,  dimana  hal  tersebut  berkaitan  dengan  sifat  alamiah  dari  wilayah  pesisir yang  sering  disebut  sebagai  “the  most  complex  system  and  multi-use  region”.
Seperti  yang  di  ungkapkan  oleh  Thia-Eng  2006,  dapat  dipastikan  bahwa keterpaduan  merupakan  konsistensi  internal  antara  kebijakan  dan  aksi
pengelolaan,  sehingga  memunculkan  3  katagori  keterpaduan  atau  integrasi  yaitu sistem, fungsi dan kebijakan.
Lebih lanjut Thia-Eng 2006 mengatakan bahwa penerapan integrasi sistem harus  mempertimbangkan  dimensi  temporal  dan  spasial  dari  sistem  sumberdaya
pesisir  di  dalam  perubahan  fisik  lingkungan,  pola  pemanfaatan  sumberdaya  dan sosioekonomi.  Dengan  demikian  integrasi  sistem  dapat  relevan  dengan  isu
35 pengelolaan  yang  berkaitan  dengan  lingkungan,  ekonomi  dan  sosial.  Untuk
integrasi  fungsi  sangat  berhubungan  dengan  program  dan  manajemen  proyek dalam kaitannya dengan sasaran dan tujuan. Sebagai contoh integrasi fungsi yang
efektif  adalah  skema  zona  pesisir  yang  mengalokasikan  sumberdaya  alam  guna pemanfaatan  spesifik,  dan  melalui  skema  ini  ditemukan  tipe  dan  level  dari
aktivitas  yang  diijinkan  di  tiap  zona,  sesuai  dengan  sasaran  dan  tujuan  dari pengelolaan  pesisir  terpadu.  Sedangkan  integrasi  kebijakan  bertujuan  untuk
mencapai  konsistensi  antara  kebijakan  pemerintah  lokal  dan  nasional  dalam perencanaan pengembangan ekonomi di tingkat lokal dan nasional.
Dengan melihat pada kenyataan yang ada bahwa fungsi wilayah pesisir yang dinamik,  Cicin-Sain  dan  Knecht  1998  memberikan  petunjuk  bahwa  ada  5
komponen keterpaduan dalam pengelolaan pesisir yaitu : 1
Keterpaduan  sektoral,  mensyaratkan  adanya  koordinasi  antar  sektor  dalam pemanfaatan  sumberdaya  pesisir.  Integrasi  antar  sektor  yang  memanfaatkan
sumberdaya pesisir ini dapat bersifat horisontal dan vertikal, misalnya sektor perikanan  dan  pariwisata  bahari  untuk  horisontal,  dan  sektor  yang
memanfaatkan  sumberdaya  pesisir  dan  yang  memanfaatkan  sumberdaya daratan yang memberikan pengaruh terhadap dinamika ekosistem pesisir dan
laut sektor perikanan dengan pertanian pesisir untuk vertikal. 2
Keterpaduan  pemerintahan,  memiliki  makna  integrasi  antar  level penyelenggara  pemerintahan  dalam  sebuah  konteks  pengelolaan  wilayah
pesisir  tertentu.  Seperti  contoh  pengelolaan  sebuah  teluk  dapat  melibatkan lebih  dari  satu  pemerintah  kabupatenkota.  Dengan  demikian  koordinasi  dan
integrasi  antar  level  pemerintah  seperti  antara  pemerintah  kabupaten  kota dengan  pemerintah  propinsi atau  bahkan pemerintah  pusat  diperlukan  dalam
konteks keterpaduan pemerintah ini. 3
Keterpaduan  spasial,  memberikan  arah  pada  integrasi  ruang  dalam  sebuah pengelolaan  kawasan  pesisir,  yaitu  mencakup  kawasan  daratan  dan  kawasan
laut.  Seperti  yang  telah  dikemukakan,  terdapat  keterkaitan  yang  sangat  kuat antara  ekosistem  daratan  dan  ekosistem  laut.  Dengan  demikian  pengelolaan
pesisir  harus  mempertimbangkan  keterkaitan  antar  ekosistem  tersebut sehingga integrasi pengelolaan secara spasial menjadi kebutuhan mutlak.
36 4
Keterpaduan ilmu dan manajemen, menitikberatkan pada integrasi antar ilmu dan pengetahuan yang terkait dengan pengelolaan pesisir. Dalam konteks ini,
integrasi  pemahaman  bersama  antara  ilmu  alam,  ekonomi  dan  sosial menjadi  sangat  penting  sehingga  tujuan  pengelolaan  pesisir  berkelanjutan
dapat diwujudkan. 5
Keterpaduan internasional, mensyaratkan adanya integrasi pengelolaan pesisir yang melibatkan dua atau lebih negara seperti dalam konteks  transboundary
species ,  high  migratory  biota  maupun  efek  polusi  antar  ekosistem.
Keterpaduan  ini  misalnya  sangat  diperlukan  ketika  pemerintah  harus terlibat dalam  pengelolaan  perikanan  regional  Regional  Fisheries  Management
Organization seperti  yang  diisyaratkan  oleh  Code  of  Conduct  for
Responsible  Fisheries FAO  1995,  IOTC  Indian  Ocean    of  Tuna
Commision dan lain sebagainya.
Menurut  Adrianto  2004  pendekatan  keterpaduan  dalam  sistem  wilayah pesisir di pulau-pulau kecil berbasis keberlanjutan menjadi sebuah syarat mutlak.
Dengan  kata  lain,  pengelolaan  lingkungan  wilayah  pesisir  di  pulau-pulau  kecil harus  mempertimbangkan  faktor  keterpaduan  antar  komponen  yang  secara  nyata
tidak  dapat  dipisahkan  satu  sama  lain.  Keterpaduan  ini  akan  menjadi  salah  satu motor  bagi  tercapainya  keberlanjutan  pembangunan  pengelolaan  wilayah  pesisir
dan  laut    khususnya  di  pulau-pulau  kecil.  Skema  interkorelasi  antar  sub-wilayah dalam  wilayah  pesisir  dan  laut  pulau-pulau  kecil  yang  memiliki  tujuan  akhir
pengelolaan wilayah yang berkelanjutan dapat dilihat pada Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5   Kerangka keterpaduan dan keberlanjutan pulau-pulau kecil Debance 1999 in Adrianto 2004
37
3     METODOLOGI
Di  dalam  mengembangkan  kegiatan  di  kawasan  ekosistem  terumbu  karang perlu  diketahui  aspek-aspek  yang  bepeluang  untuk  dikaji.  Aspek-aspek  yang
menjadi  kajian  dalam  penelitian  ini  meliputi  aspek  potensi  dan  biofisik sumberdaya  ekosistem  terumbu  karang  subsistem  biofisik,  aspek  pasar  dan
finansial  ekosistem  sumberdaya  terumbu  karang  subsistem  ekonomi,  aspek penguatan  kapasitas  kelembagaan  dan  modal  sosial,  aspek  sarana  dan  prasarana,
dan aspek teknis subsistem sosial.
3.1  Lokasi dan Waktu Penelitian