Saran Optimasi fungsi ekologi-ekonomi dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang berbasis ikan target (Kasus Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus Sulawesi Utara)

124 4 Keberhasilan pengelolaan berkelanjutan di kawasan terumbu karang Pulau Hogow dan Pulau Putus-Putus tidak bisa lepas dari peran yang besar dari pemerintah, maka dalam kebijakan yang dibuat perlu memadukan aspek- aspek ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan serta teknologi.

6.2 Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka implikasi hasil penelitian ini dapat dituangkan dalam bentuk kebijakan pemerintah dan pihak terkait lainnya yang terintegrasi sehingga program kegiatan dapat dilaksanakan secara terpadu. Perlu dilakukan kegiatan inisiasi, perencanaan dan implementasi, pemantauan dan evaluasi, serta umpan balik pengelolaan terkait dengan bentuk-bentuk pengelolaan di lapangan dan hendaknya dilakukan secara terbuka antar semua pihak yang terkait untuk menjamin akuntabilitas program. Sehingga program pengelolaan yang disusun tidak hanya memperbaiki satu aspek pengelolaan tetapi bersifat lebih terpadu untuk menyelesaikan masalah-masalah pengelolaan yang ada. 125 DAFTAR PUSTAKA Adrianto L. 2004. Kebijakan Pengelolaan Perikanan dan Wilayah Pesisir. Kumpulan working paper tahun 2004. Bogor: PKSPL. Adrianto L. 2006. Mewujudkan Tata Kelola Pulau-Pulau Kecil yang Berkelanjutan: Gelombang Ketiga Tata Kelola Kelautan dan Perikanan. Forum Perguruan Tinggi Kelautan dan Perikanan Seluruh Indonesia. Batam. 15 hlm. Adrianto L. 2010. Model Keterkaitan Mangrove dan Perikanan di Kawasan Estuari: Pendekatan Ekologi-Ekonomi. Paper. Diseminarkan pada Delta Forum Semarang. Adrianto L, Matsuda Y, Sakuma Y. 2005. Assessing local sustainability of fisheries system: a multi-criteria participatory approach with the case of Yoron Island, Kagoshima prefecture, Japan. Marine Policy 29:9-23. Allen GR, Steene R. 1996. Indo-Pacific coral reef field guide. Tropical Reef Research, Singapore. 378 hlm. Baker LP, Kaeoniam. 1986. Manual of Coastal Development Planning and Management for Thailand . Jakarta: The Unesco MAP and COMAR Programmes. [BAPPENAS] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia . BAPPENAS Jakarta. Barbier EB, Mike A, Ducan K. 1997. Economic valuation of wetlands: a guide for policy makers and planners. Ramsar website. Barbier EB. 2000. The values of wetlands: landscape and institutional perspectives. Valuing the environment as input: review of applications to mangrove-fishery linkages. Ecological Economics 35: 47 –61. Barnes RDK. 1980. Invertebrate Zoology. Holt-Sauders International. 1089 hlm. Beets J. 1997. Can coral reef fish assemblages be sustained as fishing intensity increases. Proceedings of the 8th International Coral Reef Symposium in Panama 22:2009-2014. Beets J, Rogers C. 2000. Changes in fishery resources and reef fish assemblages in a Marine Protected Area in the US Virgin Islands: the need for a no take marine reserve. Proceeding of the 9th International Coral Reefs Symposium in Bali 12:449-454. Beller WS, Ayala P, Hein P. 1990. Sustainable development and environmental management of small island

s. Paris:UNESCO.