Gambar 1 Prototipe sistem panen hujan melalui atap bangunan untuk keperluan rumah tangga. Sistem ini sangat lazim dilakukan di
negara-negara yang sangat rentan terhadap kekeringan seperti di Afrika, India, Srilangka,
Iran, Cina, dan di beberapa negara Asia Tenggara. Di Indonesia, sistem panen hujan
yang diaplikasikan di beberapa negara tersebut dapat dijadikan pembelajaran untuk
mengantisipasi kelangkaan air terutama di wilayah
beriklim kering.
Upaya yang
dilakukan yaitu dengan menampung air hujan dari atap rumah, terutama untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Sistem panen hujan untuk keperluan rumah tangga dengan
menampung aliran air dari atap rumah dapat mempergunakan
berbagai jenis
bak penampung yang sudah dilakukan sejak
ribuan tahun yang lalu. Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk minum,
memasak, dan untuk irigasi dalam skala rumah tangga. Ilustrasi panen hujan secara
sederhana dari suatu atap bangunan disajikan pada Gambar 1.
2.3.2 Perkembangan Pemanenan Hujan di
Beberapa Negara
Di beberapa negara ternyata pemanenan hujan sudah lama dilakukan dan sampai
sekarang masih terus dikembangkan. Kegiatan pemanenan hujan tersebut sudah tersebar di
banyak lokasi di Filipina di tempat yang tidak mungkin diperoleh air tawar dengan cara lain.
Di India, terdapat advokasi yang kuat melalui kampanye air oleh CSE Center for Science
and
Technology ,
yang menganjurkan
menghentikan fokus pada masalah dan beralih pada solusinya. Di Amerika Serikat kegiatan
pemanenan hujan masih terus dikembangkan di Hawaii dan California. Air hujan dari atap
rumah yang ditampung dalam suatu bak dapat dijadikan sember air utama bagi keperluan
rumah tangga. Bahkan terdapat peraturan bahwa pembangunan rumah baru tidak akan
diberi izin
jika tidak
ada rencana
penampungan air hujan dari atapnya. Bandar udara Changi di Singapura juga
menggunakan sistem pemanenan hujan dari atap, dengan total penggunaan antara 28
sampai 30 dari air yang digunakan. Hasilnya sistem ini dapat menghemat kira-kira
S 390.000 per tahunnya. Juga di Negara- negara lain seperti Jerman, Jepang, Malaysia,
Thailand, China dan Afrika juga diterapkan sistem
pemanenan hujan
tersebut www.rainwaterharvesting.com.
2.3.3 Sejarah Pemanenan Hujan di
Indonesia
Pemanenan hujan yang tertua dikenal dalam sejarah Indonesia adalah sebagai
penadah air hujan untuk memperoleh air tawar bagi kehidupan sehari-hari, terutama untuk
minum. Mula-mula ditampung biasa dengan peralatan seadanya. Kemudian dikembangkan
dengan pemanenan dari atap rumah yang dikumpulkan dalam bak-bak penampungan
dan digunakan secara hemat sampai hujan tiba berikutnya. Penyediaan seperti ini lazim
digunakan di daerah pantai dan pulau-pulau kecil, dengan air permukaan dan air tanah
yang payau dan asin Notodoharjo, 2006.
Penggunaan air hujan pun semakin beragam
di kemudian
hari. Petani
menggunakan air hasil pemanenan hujan untuk mengairi sawah tadah hujan Jawa atau
persawahan berbandar langit Sumatra. Dalam perkembangannya yang lebih baru,
muncul kreasi-kreasi untuk memanen air hujan secara lebih modern. Untuk keperluan
air domestik digunakan kolam-kolam atau bak penampungan
yang kemudian
dapat memberikan
air secara
gravitasi atau
menggunakan pompa dengan ukuran yang cukup besar untuk persediaan dalam jangka
waktu yang lebih lama.
Gambar 2 Sistem pemanenan hujan di bandara Changi Singapura.
2.4 Bangunan Hijau Green building