lain. Karena
itulah, air
hujan juga
mengandung debu, bakteri, serta berbagai senyawa yang terdapat dalam udara. Jadi
kualitas air hujan juga banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya McBroom dan
Beasley 2004.
2.1 Pengelompokan Pengguna Air
Variasi tujuan dari penggunaan air dapat dikelompokkan
dalam tiga
bagian, 1.
Domestik, 2. Industri, 3. Publik Hardenberg dan Rodie, 1960. Selain itu, didalam setiap
sistem yang berhubungan dengan air, biasanya terdapat air yang tidak terhitung terhilang
misalnya air yang terhilang karena kebocoran leakage dan karena terjadi pemborosan
penggunaan air waste. Pengguna domestik mencakup penggunaan air di tempat tinggal
untuk tujuan rumah tangga dan juga untuk menyirami tanaman. Air juga digunakan
untuk industri dan komersial. Industri biasanya menggunakan jumlah air yang tetap
dari tahun ke tahun dengan standar kualitas yang
tertera pada
Permenkes RI
No.907MENKESSKVII2002 Hardyanti
2006.
2.2 Perkiraan Pemakaian Air
Dalam perhitungan perkiraan kebutuhan air, jumlah pengguna air merupakan faktor
yang paling penting. Sudah jelas bahwa jumlah pengguna air yang besar akan
memakai air dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah pengguna air yang kecil.
Perhitungan kebutuhan air diperlukan unruk merencanakan sistem suplai air yang
dilakukan untuk perencanaan pelayanan masa yang akan datang. Analisis kebutuhan masa
depan suatu
wilayah dimulai
dengan memperhatikan pemakaian sekarang dengan
kondisi masyarakat yang ada. Perhitungan kebutuhan air bersih di
Indonesia mengacu pada petunjuk Tata Cara Teknis Survei dan Pengkajian Kebutuhan Air
dan Pelayanan Air Minum yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal
Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum. 2.3 Pemanenan Hujan
Pemanenan hujan
adalah proses
memanfaatkan air
hujan dengan
cara ditampung dan dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Air hujan biasanya dikumpulkan atau dipanen dari bubungan
atap, lantai beton di pekarangan rumah, jalan, dan permukaan yang kedap air lainnya. Air
hujan kemudian mengalir sepanjang talang gutter, dan masuk ke dalam suatu tangki
pengumpul.
Pemanenan hujan
sangat membantu mengurangi air larian permukaan
runoff yang berasal dari hujan Helmreich Horn 2008.
2.3.1 Metode Pemanenan hujan
Secara garis besar, menurut Asdak 2007 cara pemanenan hujan dapat dibagi kedalam
dua bagian, pertama dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di atas atap
bangunan roof catchment dan yang kedua dilakukan dengan mengumpulkan air hujan di
atas permukaan tanah ground catchment.
Cara pemanenan hujan di atas permukaan tanah pada dasarnya adalah usaha menampung
air larian permukaan surface runoff. Banyaknya air hujan yang dapat dipanen
dengan cara pengumpulan air di atas permukaan tanah akan ditentukan oleh
topografi bidang tangkapan datar atau miring dan oleh kemampuan lapisan tanah
atas menahan air Yan Li et al. 2003. Asdak 2007 menyatakan pula bahwa besarnya air
yang dapat dipanen bervariasi dari sekitar 30 dari total hujan untuk kondisi permukaan
bidang tangkapan yang bersifat tidak kedap air pervious dan dalam keadaan datar,
sampai dengan lebih dari 90 untuk keadaan bidang tangkapan yang berlereng dan bersifat
tidak kedap air impervious.
Cara pemanenan
hujan dari
atap bangunan yaitu dengan mengalirkan dan
mengumpulkan air hujan dari atap bangunan rumah,
bangunan besar,
greenhouse ,
courtyard, dan permukaan yang impermeable
termasuk jalan. Secara garis besar, ada tiga komponen
dalam alat pemanenan hujan dari atap bangunan
ini. Collector
berupa atap
bangunan, conveyor sebagai saluran air, dan storage
berupa tangki penyimpanan air. Awalnya, air hujan akan menerpa atap
bangunan dan terkumpul melalui talang gutter
di sekeliling
bangunan. Agar
terhindar dari pencemaran, dinding atap itu tidak boleh menggunakan bahan asbes serta
jangan mengalami
pengecatan yang
mengandung unsur yang mungkin mencemari air, seperti chrome, besi atau metal. Atap
sebaliknya juga
tidak terganggu
oleh pepohonan, sehingga tidak ada dedaunan atau
kotoran hewan yang ikut mengalir melalui talang
conveyor. Sebagai
proses pembersihan awal, perlu dipasang alat
penyaring alat yang berbentuk tipping bucket atau alat penyaringan lainnya untuk kemudian
air yang kotor disalurkan melalui pipa air menuju saluran drainase, dan air yang sudah
cukup bersih disalurkan ke bak penampungan.
Gambar 1 Prototipe sistem panen hujan melalui atap bangunan untuk keperluan rumah tangga. Sistem ini sangat lazim dilakukan di
negara-negara yang sangat rentan terhadap kekeringan seperti di Afrika, India, Srilangka,
Iran, Cina, dan di beberapa negara Asia Tenggara. Di Indonesia, sistem panen hujan
yang diaplikasikan di beberapa negara tersebut dapat dijadikan pembelajaran untuk
mengantisipasi kelangkaan air terutama di wilayah
beriklim kering.
Upaya yang
dilakukan yaitu dengan menampung air hujan dari atap rumah, terutama untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Sistem panen hujan untuk keperluan rumah tangga dengan
menampung aliran air dari atap rumah dapat mempergunakan
berbagai jenis
bak penampung yang sudah dilakukan sejak
ribuan tahun yang lalu. Biasanya air yang ditampung dapat dipergunakan untuk minum,
memasak, dan untuk irigasi dalam skala rumah tangga. Ilustrasi panen hujan secara
sederhana dari suatu atap bangunan disajikan pada Gambar 1.
2.3.2 Perkembangan Pemanenan Hujan di