23
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Distribusi Spasial Konsentrasi Klorofil-a
Sebaran horizontal klorofil-a data rata-rata 8 harian pada lokasi A terlihat bahwa di permukaan perairan barat Sumatera selama kurang lebih dua belas tahun
tersebut menyebar secara homogen dengan tingkat konsentrasi yang sangat rendah 0,2 mgm
3
. Selanjutnya, meningkat kearah pantai barat Sumatera dengan konsentrasi 0,7 mgm
3
hingga 2,6 mgm
3
. Hal tersebut terlihat dari perbedaan warna yang menunjukkan perubahan nilai konsentrasi klorofil-a dari yang
terendah abu-abu hingga tertinggi merah yang ditampilkan dengan menggunakan skala warna scale bar.
a. I.
b. II.
Gambar 6. Sebaran rata-rata klorofil terendah a. Minggu 21, terbesar b. Minggu 45 dan sebaran ragam I. Minggu 21, II. Minggu 45 pada lokasi A
perairan barat Sumatera
Gambar 6 terlihat bahwa Lokasi A memiliki kisaran terendah pada minggu ke-21 sekitar tanggal 10 Juni sampai dengan tanggal 17 Juni yang merupakan
24
musim timur dengan kisaran rata-rata 0,0862 mgm
3
sampai dengan 1,3432 mgm
3
. Kisaran konsentrasi klorofil tertinggi terdapat pada minggu ke-45 sekitar tanggal
19 Desember sampai dengan tanggal 26 Desember yang termasuk kedalam musim barat dengan kisaran rata-rata 0,1151 mgm
3
sampai dengan 2,4119 mgm
3
. Pada lokasi A perairan barat Sumatera, sebaran konsentrasi klorofil yang
terlihat di minggu pertama sampai minggu delapan terlihat stabil dengan kisaran rata-rata 0,0903 mgm
3
hingga mencapai lebih dari 2,0000 mgm
3
. Pada minggu ke-14 dan minggu ke-17 terjadi sedikit penurunan konsentrasi klorofil dengan
kisaran rata-rata 0,0870 mgm
3
hingga 2,3035 mgm
3
. Penurunan rata-rata konsentrasi klorofil terendah terdapat pada minggu ke-19 dan minggu ke-
21dengan kisaran 0,0747 mgm
3
sampai 1,63 mgm
3
. Pada minggu ke-22, minggu ke-25, minggu ke-26, dan minggu ke-28, sebaran konsentrasi klorofil-a
menunjukkan peningkatan kembali, konsentrasi rata-rata klorofil di sekitar pantai mencapai 1,9976 mgm
3
. Minggu ke-45 sebaran klorofil memperlihatkan peningkatan konsentasi di perairan dekat pantai barat Sumatera. Begitu juga
sebaran konsentrasi klorofil di perairan lepas pantai pantai barat Sumatera, selama minggu pertama sampai minggu delapan konsentrasi klorofil-a cenderung
homogen dan berada pada kisaran antara 0,1 mgm
3
hingga 0,2 mgm
3
dan kemudian mengalami sedikit penurunan konsentrasi pada minggu ke-14 dan
minggu ke-17 yang bernilai kurang dari 0,175 mgm
3
. Penurunan rata-rata konsentrasi klorofil-a terendah juga terdapat pada minggu ke-19, minggu ke-21,
dan minggu ke-22. Pada minggu ke-25, minggu ke-26, dan minggu ke-28 konsentrasi klorofil di perairan lepas meningkat secara perlahan dan mencapai
25
puncaknya pada minggu ke-45. Pola distribusi spasial konsentrasi klorofil-a di posisi A perairan barat Sumatera disajikan pada Gambar 7.
a. I.
b. II.
c. III.
d. IV.
Gambar 7. Pola sebaran rata-rata klorofil a. minggu 1, b. minggu 14, c. minggu 19, d. minggu 25 dan sebaran ragam I. minggu 1, II. minggu 14, III.
minggu 19, minggu 25 pada lokasi A perairan barat Sumatera
Berdasarkan sebaran ragam yang tersaji pada Gambar 6 dan Gambar 7, menunjukkan bahwa nilai ragam setiap minggu pada lepas pantai barat Sumatera
lebih besar daripada di perairan lepas. Hal tersebut memiliki makna bahwa nilai
26
konsentrasi klorofil yang berada di lepas pantai mempunyai nilai yang beragam pada setiap tahunnya. Sedangkan nilai konsentrasi klorofil yang berada di
perairan lepas posisi A dari tahun ke tahun memiliki nilai yang tidak jauh berbeda. Hal ini diketahui dari nilai ragam yang cenderung kecil pada posisi tersebut.
a. I
b. II.
Gambar 8. Sebaran rata-rata klorofil terendah a. minggu 21 terbesar b. minggu 42 dan sebaran ragam I. minggu 21, II. minggu 42 pada lokasi B
perairan barat Sumatera
Pada Lokasi B terlihat bahwa sebaran horizontal rata-rata klorofil-a di permukaan perairan barat Sumatera menyebar secara homogen dengan tingkat
konsentrasi yang sangat rendah 0,2 mgm
3
. Selanjutnya, meningkat kearah pantai barat Sumatera dengan rata-rata konsentrasi mencapai lebih dari 1,0 mgm
3
. Konsentrasi klorofil-a di perairan pantai lebih besar daripada konsentrasi klorofil
di laut lepas, hal ini dikarenakan adanya pasokan suplai nutrien melalui run-off sungai dari daratan. Pada Gambar 8 terlihat bahwa Lokasi B memiliki kisaran
terendah pada minggu ke-21 sekitar tanggal 10 Juni sampai dengan tanggal 17 Juni pada musim timur dengan kisaran antara 0,0862 mgm
3
sampai dengan 1,3432 mgm
3
dan kisaran tertinggi pada minggu ke-42 sekitar tanggal 25
27
November sampai dengan tanggal 2 Desember antara 0,1057 mgm
3
sampai dengan 1,3548 mgm
3
yang termasuk ke dalam musim barat. Perairan lepas pantai barat Sumatera pada minggu pertama, minggu kedua,
minggu kelima, dan minggu ketujuh sampai minggu ke-12 konsentrasi klorofil-a cenderung meningkat dan berada pada kisaran antara 0,1 mgm
3
hingga 0,175mgm
3
dan kemudian mengalami sedikit penurunan konsentrasi pada minggu ke-13, minggu ke-14, minggu ke-16 sampai dengan minggu ke-21 yang
berada pada kisaran 0,0717 mgm
3
sampai dengan 0,0888 mgm
3
. Pada minggu ke-22, minggu ke-23, minggu ke-24, minggu ke-26, dan minggu ke-28
konsentrasi klorofil di perairan lepas barat Sumatera kembali mengalami peningkatan. Peningkatan konsentrasi klorofil di perairan lepas mengalami
puncaknya pada minggu ke-42 sekitar 25 November sampai 2 Desember dan minggu ke-45 sekitar 19 Desember sampai 26 Desember yang mencapai kisaran
rata-rata 0,1188 mgm
3
. Pola distribusi spasial konsentrasi klorofil-a di posisi B perairan barat Sumatera disajikan pada Gambar 9.
Pada Gambar 8 dan Gambar 9 juga menunjukkan sebaran ragam pada lokasi B. Berdasarkan gambar tersebut dapat terlihat bahwa nilai sebaran
konsentrasi rata-rata klorofil-a tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya nilai ragam pada posisi B. Namun, terkecuali
yang terjadi pada minggu 1, minggu 42, dan minggu 45. Pada minggu-minggu tersebut nilai ragam terlihat meningkat di antara daerah Kepulauan Batu dan Pulau
Siberut dengan pantai barat Sumatera. Meningkatnya nilai ragam tersebut berarti dari tahun ke tahun nilai konsentrasi klorofil-a pada daerah tersebut mengalami
banyak perubahan.
28
a. I
b. II.
c. III.
d. IV.
Gambar 9. Pola sebaran rata-rata klorofil a. minggu 1, b. minggu 13, c. minggu 22, d. minggu 45 dan sebaran ragam I. minggu 1, II. minggu 13, III.
minggu 11, minggu 45 pada lokasi B perairan barat Sumatera
Pada lokasi C, konsentrasi rata-rata klorofil di lepas pantai cenderung rendah dari minggu keenam hingga minggu ke-23 sekitar 26 Juni sampai 3 Juli
dengan kisaran kurang dari 0,082 mgm
3
. Konsentrasi rata-rata klorofil yang terdapat di pantai barat Sumatera pun tergolong rendah pada minggu tersebut,
yaitu kurang dari 1,5 mgm
3
. Lokasi C tersebut memiliki kisaran terendah pada minggu ke-6 sekitar tanggal 10 Februari sampai dengan tanggal 17 Februari
antara 0,0751 mgm
3
sampai dengan 0,8201 mgm
3
dan kisaran tertinggi pada
29
minggu ke-23 sekitar tanggal 10 Juni sampai dengan tanggal 17 Juni antara 0,0811 mgm
3
sampai dengan 1,3588 mgm
3
yang termasuk ke dalam musim timur. Distribusi spasial konsentrasi klorofil-a di posisi C perairan barat Sumatera
selengkapnya disajikan pada Gambar 10.
a. I.
b. II.
Gambar 10. Sebaran rata-rata klorofil terendah a. minggu 6 terbesar b. minggu 23 dan sebaran ragam I. minggu 6, II. minggu 23 pada lokasi C
perairan barat Sumatera
Sebaran ragam yang terlihat dari Gambar 10 menunjukkan bahwa pada posisi C mempunyai nilai konsentrasi klorofil-a yang hampir sama atau tidak jauh
berbeda dari tahun ke tahunnya. Hal ini ditunjukkan dengan sangat sangat kecilnya nilai ragam yang terlihat dari gambar sebaran tersebut.
Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa klorofil-a permukaan laut 8- harian rata-rata per-lokasi pengamatan memperlihatkan nilai yang berbeda-beda
antara ketiga lokasi pengamatan. Pada tiga lokasi pengamatan dan 46 minggu tersebut, konsentrasi klorofil-a tinggi sering dijumpai pada minggu ke-40 sampai
dengan minggu ke-45.
30
Berdasarkan analisis data spasial, secara umum konsentrasi klorofil-a di lokasi A lebih tinggi jika dibandingkan dengan lokasi B dan C. Pada lokasi A
rentang konsentrasi klorofil-a adalah 0,0747 mgm
3
sampai 2,6672 mgm
3
. Lokasi B mempunyai rentang konsentrasi klorofil 0,0683 mgm
3
sampai 1,9142 mgm
3
. Sedangkan lokasi C mempunyai rentang klorofil terendah, yaitu 0,0645 mgm
3
sampai 1,383 mgm
3
. Konsentrasi klorofil-a dan laju produktivitas primer meningkat di sekitar katulistiwa, dimana terjadi aliran nutrien secara vertikal
akibat adanya upwelling di daerah divergensi katulistiwa Cullen et al., 1992 dalam Tubalawony, 2007. Pada Lokasi A dan Lokasi B sebaran konsentrasi
klorofil terbesar terdapat pada musim barat. Hal ini disebabkan karena adanya ASK yang merupakan arus besar yang datang arah barat pada bulan Desember
sampai April yang membawa massa air bersuhu tinggi. Tingginya suhu memudahkan terjadinya penyerapan nutrien oleh fitoplankton. Kandungan
nutrien mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi fitoplankton Tubalawony, 2007. Sedangkan pada Lokasi C sebaran konsentrasi klorofil terbesar terdapat
pada musim timur. Peningkatan klorofil yang terjadi pada musim timur ini diduga dipengaruhi oleh upwelling di selatan Jawa. Upwelling tersebut membawa massa
air kaya nutrient dari perairan selatan Jawa akibat aliran AKS yang mencapai barat daya Sumatera Tubalawony, 2007.
Kekosongan data lebih banyak terjadi pada lokasi ketiga dibandingankan lokasi pertama dan lokasi kedua. Berdasarkan ketiga lokasi tersebut,kekosongan
data sering terjadi pada minggu 31 sampai minggu 41 yang merupakan musim peralihan II. Kekosongan data juga terjadi pada minggu 9 sampai minggu 12
yang termasuk kedalam musim peralihan I pada ketiga lokasi tersebut.
31
Kekosongan data tersebut kemungkinan dapat terjadi akibat derajat penutupan awan yang tinggi di daerah tersebut. Selain itu, proses pemfilteran penapisan
data yang dilakukan sebelum memvisualisasikan data tersebut diduga turut menambah kekosongan data.
4.2 Distribusi Spasial Suhu Permukaan Laut