2.2 Fitoplankton dan Klorofil-a
Fitoplankton adalah tumbuhan yang melayang di laut dengan ukuran yang sangat kecil berkisar antara 2-200µm yang hanya dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop Nontji, 2006. Fitoplankton sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil mampu melaksanakan reaksi fotosintesis di mana air dan karbon
dioksida dengan adanya sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik seperti karbohidrat Nontji, 2005. Kemampuan fitoplankton
dalam hal sebagai penyedia energi tersebut, maka fitoplankton termasuk dalam golongan organisme autotroph Wibisono, 2005. Sedangkan kemampuan
fitoplankton membentuk zat organik dari zat anorganik maka fitoplankton disebut sebagai produsen primer primary producer Nontji, 2005.
Menurut Nontji 2006, terdapat berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh dan menentukan produktivitas primer fitoplankton seperti cahaya,
suhu, dan hara. a.
Cahaya Cahaya matahari mutlak diperlukan untuk reaksi fotosintesis. Cahaya
matahari yang jatuh ke permukaan laut sebenarnya berupa radiasi gelombang elektromagnetik yang mempunyai spektrum lebar, dengan panjang
gelombang berkisar 300-2500 nm atau mencakup spektrum dari sinar ultra violet hingga sinar infra merah. Tetapi yang ditangkap oleh klorofil
fitoplankton di laut hanyalah radiasi dalam spektrum dengan panjang gelombang antara 400-720 nm, yang disebut Photosynthetically Active
Radiation PAR Nontji, 2006.
b. Suhu
Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung karena reaksi kimia enzimatik
yang berperan dalam proses fotosintesis dikendalikan oleh suhu. Peningkatan suhu sampai batas tertentu akan menaikkan laju fotosintesis. Pengaruh tidak
langsung adalah karena suhu akan menentukan struktur hidrologis suatu perairan dimana fitoplankton tersebut berada. Suhu akan sangat menentukan
berat jenis air. Makin rendah suhu air akan semakin tinggi berat jenisnya Nontji, 2006.
Suhu air laut terutama di lapisan permukaan sangat dipengaruhi oleh jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari. Daerah yang paling banyak
menerima bahang sinar matahari adalah daerah pada lintang rendah. Oleh karena itu suhu air laut yang tertinggi ditemukan didaerah ekuator Weyl,
1967. Suhu air laut mengalami variasi dari waktu ke waktu sesuai dengan
kondisi meteorologis yang mempengaruhi perairan tersebut. Variasi tersebut dapat terjadi secara harian, musiman, tahunan maupun jangka panjang
puluhan tahun. Variasi harian terutama pada lapisan permukaan untuk daerah tropis tidak begitu besar yaitu berkisar antara 0,2
o
C – 0,3
o
C. Sedangkan variasi tahunan suhu air laut pada perairan Indonesia tergolong
kecil yaitu sekitar 2
o
C Soegiarto et al., 1975 dalam Holiludin, 2009 c.
Hara Menurut Nontji 2006, fitoplankton membutuhkan berbagai unsur untuk
pertumbuhannya. Beberapa unsur ini dibutuhkan dalam jumlah besar dan
disebut hara makro makro-nutrient misalnya C karbon, H hidrogen, O oksigen, N nitrogen, P fosfor, Si silikon, S sulfur, Mg magnesium,
K kalium dan Ca kalsium. Diantara unsur-unsur ini P, N, dan Si adalah yang paling sering dijumpai sebagai faktor pembatas limitting factor
pertumbuhan fitoplanton. Selain hara makro diperlukan juga hara mikro micro-nutrient. Hara mikro berupa unsur-unsur kelumit trace-elements
yang diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil seperti Fe besi, Mn mangan, Cu tembaga, Zn seng, B boron, Mo molibdenum, V
vanadium, dan Co kobal. Keberadaan plankton juga dipengaruhi oleh keadaan oseanografi setempat
seperti pasang surut, gelombang, dan arus. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa peranan plankton dalam ekosistem perairan sebagai
faktor daya dukung lingkungan Wibisono, 2005. Konsentrasi klorofil-a diperairan pantai dan pesisir lebih tinggi disebabkan
karena adanya pasokan suplai nutrien melalui run-off sungai dari daratan, sedangkan rendahnya konsentrasi klorofil-a di perairan lepas pantai karena tidak
adanya suplai nutrien dari daratan secara langsung. Namun, sering ditemui juga konsentrasi klorofil-a tinggi walaupun jauh dari daratan. Penyebab utamanya
adalah terjadinya fenomena penaikan massa upwelling pada perairan tersebut Nybakken, 1992.
Arsjad 2004 mengelompokkan kadar klorofil-a menjadi lima kelas, yaitu Tabel 1. Pengkelasan kadar klorofil-a
Kelas Konsentrasi mgm
3
Keterangan 1
0,3 Konsentrasi rendah clear water
2 0,3
– 0,5 Konsentrasi sedang medium rich
phytoplankton 3
0,5 – 1,0
Konsentrasi tinggi rich phytoplankton 4
1,0 – 2
Klorofil-a dan muatan suspense tinggi slightly turbid water
5 2
Muatan suspensi tinggi high turbidity Kandungan klorofil yang berada diatas nilai 2 mgm
3
, perlu dilakukan cek lapang. Karena kemungkinan nilai tersebut bukanlah kandungan klorofil tetapi
merupakan pengaruh sedimentasi yang cukup tinggi Arsjad, 2004.
2.3 Teknologi Penginderaan Jauh Warna Laut Ocean Color