4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Indian Ocean Dipole Mode IODM
Indian Ocean Dipole Mode IODM adalah fenomena yang terjadi karena adanya interaksi antara lautan dan atmosfer di Samudera Hindia. Fenomena ini
terbentuk oleh dua kutub anomali SPL, antara perairan selatan Jawa dan barat Sumatera dengan perairan Afrika Rao, 2001.
Saji, et al. 1999 melaporkan bahwa terdapat juga osilasi klimatologi di Samudera Hindia. Fenomenanya ditunjukkan dengan adanya variabilitas internal
dengan SPL negatif atau lebih dingin dari normalnya di pantai barat Sumatera atau Samudera Hindia bagian timur 90
o
– 110
o
BT, 10
o
LS – ekuator dan
anomali positif di Samudera Hindia bagian barat 50
o
– 70
o
BT, 10
o
LS – 10
o
LU. Fenomena ini bersifat unik dan melekat di Samudera Hindia dan terlihat tidak
bergantung pada El Nino Southern Oscillation ENSO. IODM dibagi menjadi dua fase yakni IODM Positif dan IODM Negatif.
IODM Positif terjadi pada saat tekanan udara permukaan di atas wilayah barat Sumatera relatif bertekanan lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Afrika yang
bertekanan relatif rendah, sehingga udara mengalir dari bagian barat Sumatera ke bagian timur Afrika yang mengakibatkan pembentukkan awan-awan konvektif di
wilayah Afrika dan menghasilkan curah hujan di atas normal, sedangkan di wilayah Sumatera terjadi kekeringan, begitu sebaliknya dengan IODM Negatif
Saji et al., 1999. Skematik fenomena Dipole mode disajikan pada Gambar 1.
a b
Gambar 1. Skematik Fenomena Dipole Mode a Dipole mode positif dan b Dipole mode negatif Jamstec, 2008
Pada daerah yang berwarna merah dan biru pada Gambar 1 menunjukkan daerah yang memiliki anomali SPL. Daerah merah menunjukkan daerah dengan
anomali hangat sedangkan daerah berwarna biru menunjukkan daerah dengan anomali dingin. Bayangan putih menunjukkan aktifitas konvektif yang meningkat
dan panah tersebut menunjukkan arah anomali angin selama fenomena IODM Rao, 2001.
Saji et al., 1999 menyatakan bahwa Dipole Mode Index DMI dapat digunakan untuk mengidentifikasi fenomena IODM. DMI dihitung sebagai
perbedaan rata-rata daerah SST antara West Tropical Indian Ocean WTIO dan Southeast Tropical Indian Ocean Setio. Indeks ini dikembangkan berdasarkan
hubungan kecepatan angin dan SPL di Samudera Hindia. Jika DMI bernilai positif, SPL di Samudera Hindia bagian timur menjadi rendah dan sebaliknya
terjadi di Samudera Hindia bagian barat. Sedangkan, jika SPL di Samudera Hindia bagian timur menjadi tinggi dan sebaliknya terjadi Samudera Hindia
bagian barat maka DMI akan bernilai negatif.
Gambar 2. Skematik Dipole Mode Index OOPC, 2006
Indeks anomali SST WTIO merupakan indikator dari suhu permukaan di daerah lintas khatulistiwa mencakup Samudera Hindia barat tropis 50 ° BT - 70 °
BT, 10 ° LS - 10 ° LU. Sedangkan Indeks anomali SST Setio merupakan indikator dari suhu permukaan di Samudera Hindia tropis bagian tenggara, barat
Pulau Sumatera Indonesia 90 ° BT - 110 ° BT, 10 ° LS - 0 ° Saji et al., 1999. Fenomena Dipole Mode diawali dengan munculnya anomali suhu
permukaan laut negatif di sekitar selat Lombok hingga selatan Jawa pada bulan Mei-Juni, bersamaan dengan itu terjadi anomali angin tenggara yang lemah di
sekitar Jawa dan Sumatera. Selanjutnya pada bulan Juli-Agustus, anomali nagatif SPL tersebut terus menguat dan semakin meluas sampai ke ekuator hingga pantai
barat Sumatera, sementara itu anomali positif SPL mulai muncul di Samudera Hindia bagian barat. Perbedaan tekanan di antara keduanya semakin memperkuat
angin tenggara di sepanjang dan pantai barat Sumatera. Siklus ini mencapai puncaknya pada bulan Oktober dan selanjutnya menghilang dengan cepat pada
bulan November-Desember Saji et al., 1999.
2.2 Fitoplankton dan Klorofil-a