Distribusi Spasial Suhu Permukaan Laut

31 Kekosongan data tersebut kemungkinan dapat terjadi akibat derajat penutupan awan yang tinggi di daerah tersebut. Selain itu, proses pemfilteran penapisan data yang dilakukan sebelum memvisualisasikan data tersebut diduga turut menambah kekosongan data.

4.2 Distribusi Spasial Suhu Permukaan Laut

Sebaran spasial SPL yang diperoleh dari data NOAA dengan menggunakan analisis optimum interpolation di ketiga lokasi pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut. a. b. c. d. Gambar 11. Pola sebaran rata-rata SPL a. minggu 1, b. minggu 14, c. minggu 21, d. minggu 45 pada lokasi A perairan barat Sumatera Sebaran spasial SPL pada lokasi A Gambar 11 memperlihatkan bahwa SPL Minggu 1 sekitar 1 Januari sampai 8 Januari sampai dengan minggu 8 sekitar 26 Februari sampai 5 Maret berkisar antara 28,7210 – 29,7748 o C. Pada minggu 14 sekitar 15 April sampai 22 April sampai dengan minggu 19 sekitar 25 Mei sampai 1 Juni terjadi peningkatan SPL dengan kisaran 29,7753 – 32 30,3403 o C. Namun, pada minggu 21 sekitar 10 Juni sampai dengan 17 Juni sampai minggu 45 sekitar 19 Desember sampai dengan 26 Desember nilai SPL berangsur-angsur menurun dengan kisaran 28,8401 – 30,1174 o C. A B C D Gambar 12. Pola sebaran rata-rata SPL a. minggu 1, b. minggu 13, c. minggu 22, d. minggu 45 pada lokasi B perairan barat Sumatera Sebaran spasial SPL pada lokasi B Gambar 12 menunjukkan bahwa pada minggu 1 sekitar 1 Januari sampai 8 Januari sampai dengan minggu 7 sekitar 18 Februari sampai dengan 25 Februari memiliki kisaran antara 28,8265 – 29,7877 o C. Pada minggu 13 sekitar 7 April sampai dengan 14 April sampai dengan minggu 21 sekitar 10 Juni sampai dengan 17 Juni terjadi peningkatan SPL dengan kisaran antara 29,7874 – 30,3159 o C. Pada minggu 22 sampai minggu 28 SPL terlihat menurun dengan kisaran antara 29,2725 – 29,9275 o C. Pada minggu 42 dan minggu 45 SPL terlihat sedikit menurun dengan kisaran 28,8093 – 29,1203 o C. Sebaran rata-rata SPL pada posisi C Gambar 13 menunjukkan bahwa pada minggu keenam memiliki kisaran suhu antara 28,5789 – 29,2204 o C. Pada minggu 13 sekitar 7 April sampai dengan 14 April sampai minggu 19 sekitar 25 33 Mei sampai 1 Juni memiliki kisaran yang cukup tinggi antara 29,4331 – 30,1379 o C. Pada minggu 20 sekitar 2 Juni sampai 9 Juni sampai minggu 23 sekitar 26 Juni sampai dengan 3 Juli terjadi sedikit penurunan dengan kisaran antara 28,8756 – 29,8865 o C. A B C D Gambar 13. Pola sebaran rata-rata SPL a. minggu 6, b. minggu 13, c. minggu 20, d. minggu 23 pada lokasi C perairan barat Sumatera. Berdasarkan analisis spasial SPL pada ketiga posisi pengamatan Gambar 11 – Gambar 13, sebaran SPL pada minggu 13 sekitar 7 April sampai 14 April sampai minggu ke-19 sekitar 25 Mei sampai 1 Juni cenderung lebih hangat dibandingkan dengan minggu-minggu lainnya, yaitu berkisar antara 29,3 – 30,3 o C. Pada periode tersebut merupakan musim peralihan 1 dan awal musim timur. Hangatnya massa air permukaan laut disebabkan karena angin yang bertiup pada musim ini cenderung lemah sehingga bahang yang dilepaskan dari permukaan laut menjadi lebih kecil. Lemahnya angin tersebut mengakibatkan percampuran massa air kolom perairan tidak terjadi secara baik sehingga stratifikasi suhu perairan semakin kuat, akibatnya SPL menjadi hangat Tubalawony, 2007. Hangatnya masa air yang terjadi pada musim peralihan 1 ini juga dapat disebabkan karena 34 adanya Jet Wyrtki. Schott et al., 2008 menerangkan bahwa Jet Wyrtki membawa masa air permukan yang hangat ke timur Samudera Hindia sehingga menaikkan muka laut dan mempertebal lapisan tercampur. Pada minggu ke-22 Sekitar 18 Juni sampai 25 Juni sampai minggu ke- 28 sekitar 5 Agustus sampai 12 Agustus yang merupakan musim timur, SPL pada ketiga posisi mengalami penurunan dengan kisaran rata-rata 28,8 -30 o C. Minggu ke-45 sampai minggu ke-7 yang memasuki musim barat, SPL di ketiga posisi pengamatan mengalami penurunan kembali dengan kisaran suhu rata-rata 28,5 – 29,3 o C. Secara umum berdasarkan hasil analisis spasial dari sebaran SPL di perairan barat sumatera berkisar antara 28-30 o C. Hangatnya massa air di perairan barat Sumatera tersebut dipengaruhi oleh Arus Sakal khatulistiwa yang cenderung membawa massa air hangat di sepanjang ekuator dari bagian barat Samudera Hindia. Berdasarkan pengamatan di atas dapat diketahui bahwa faktor suhu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a.

4.3 Upwelling di Perairan Barat Sumatera