1.2 Perumusan Masalah
Ikan cakalang merupakan salah satu komoditas hayati laut yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi sebagai komoditas ekspor dan
untuk konsumsi dalam negri. Ikan cakalang bagi Kabupaten Buton sangat penting peranannya dalam menghasilkan devisa dan menyerap banyak tenaga kerja.
Perkembangan Volume dan nilai ekspor ikan cakalang periode 1986-1999 adalah 26.059 ton dan pada tahun 1986 meningkat menjadi 132.367 ton pada tahun 1999
dan mulai meningkat US 21.677 menjadi US 341.712 dalam tahun yang sama dengan rata-rata kenaikkan 28,6 dalam volume dan 23,2 dalam nilai. Dari
jumlah tersebut sebagian besar 70 dihasilkan dari perairan kawasan Indonesia bagian Timur Naamin,dkk.dalam Afiat, 2002. Hal ini menunjukkan bahwa
daerah perairan Kabupaten Buton merupakan daerah yang potensial bagi kegiatan perikanan, khususnya perikanan laut. Namun potensi yang besar ini masih belum
dapat dioptimalkan. Masalah utama yang dihadapi dalam upaya optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya perikanan khususnya ikan cakalang Katsuwonus pelamis di Kabupaten Buton adalah terbatasnya data dan informasi mengenai daerah
penyebaran dan potensi penangkapan ikan. Hal ini berkaitan erat dengan terbatasnya penelitian-penelitian oseanografi dan iklim baik lokal dan global di
daerah ini. Penentuan daerah potensi penangkapan ikan oleh nelayan sejauh ini masih
menggunakan cara-cara tradisional sehingga penentuan daerah penangkapan ikan masih belum tepat sasaran. Akibatnya nelayan mengalami pengeluaran biaya
operasional yang tinggi seperti bahan bakar dan lain-lain, waktu trip yang lama, tenaga dan biaya es jadi bertambah. Agar hal ini dapat diatasi maka pengetahuan
mengenai karakteristik daerah penangkapan ikan serta yang berkaitan dengannnya mutlak diperlukan guna meningkatkan pendapatan nelayan serta menjadi
informasi yang berguna bagi pelaku usaha sumberdaya ikan cakalang Ada tiga aspek penting yang harus diketahui berkenaan dengan
karakteristik daerah penangkapan ikan guna peningkatan hasil tangkapan nelayan yaitu teknologi penangkapan ikan beserta unit-unitnya, kondisi oseanografi dan
iklim baik lokal maupun global. Data oseanografi seperti suhu permukaan laut
SPL , Chlorofil, paras laut dan pola arus merupakan parameter penting dalam menentukan daerah potensi ikan dan proses pengambilan datanya yang menelan
biaya cukup besar bisa digantikan dengan bantuan dari proses pengolahan citra satelit sehingga nelayan cukup menerima informasi tersebut sebelum mereka pergi
melaut. Demikian juga halnya dengan kondisi iklim lokal dapat diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika sedang untuk data iklim globalnya dapat juga
diperoleh lewat down load di internet. Selanjutnya bagaimana memodelkan hasil tangkapan ini berdasarkan faktor -faktor iklim dan oseanogarfi di atas.
Dalam penelitian ini akan difokuskan pada tiga bagian tersebut yang selanjutnya data -data tersebut akan diolah dan dibua tkan model pendugaan hasil
tangkapannya. Selanjutnya diuji model prediksi hasil tangkapan ini sejauh mana model dapat memberikan kontribusinya pada penyelesaian masalah di atas.
1.3 Tujuan Penelitian