kategori tinggi diprediksi tinggi sebanyak 7, sehingga diperoleh nilai ketepatan model diskriminan yang telah terklarifikasi dalam membedakan hasil tangkapan
sebesar 84. Ketepatan dalam memprediksi hasil tangkapan berdasarkan nilai validasi silang
diperoleh untuk model dengan kategori rendah diprediksi rendah ada 4, kategori sedang diprediksi sedang sebanyak 16 dan kategori tinggi dan
prediksi tinggi ada 4, sehingga untuk nilai validasi silang persen benar diperoleh
86. Hal ini dapat dilihat pada grafik prediksi hasil tangkapan Lampiran 8 dan
nilai fungsi diskriminan yang terbentuk Lampiran 14 menunjukkan ketepatan prediksi yang dihasilkan. Selanjutnya, dilakukan pula analisis untuk data log hasil
tangkapan terkoreksi Lampiran 8, ketepatan fungsi diskriminan dalam membedakan ketiga kategori hasil tangkapan menunjukkan bahwa nilai ketepatan
model dalam membedakan hasil tangkapan sebesar 84 dan ketepatan dalam memprediksi hasil tangkapan berdasarkan nilai validasi silang diperoleh 86.
Faktor yang berpengaruh adalah Arah angin dan ENSO. Tabel 15. Hasil Validasi Antara Model dan Observasi
Observasi Prediksi
Total Kategori
1 2
3 Model
Nilai 1
4 4
2 16
1 17
3 7
7 Observasi
1 100.0
0.0 100.0
2 0.0
0.0 5.9
100.0 3
0.0 94.1
100.0 100.0
Validasi Silang
Nilai 1
4 4
2 16
1 17
3 3
4 7
Observasi 1
100.0 0.0
0.0 100.0
2 0.0
94.1 5.9
100.0 3
0.0 42.9
57.1 100.0
5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil perhitungan regresi terhadap kedua besaran effort dan CPUE maka hubungan antara upaya penangkapan effort dengan CPUE
membentuk persamaan regresi sebagai berikut CPUE = 0.102762818 – 0.000000579592 f.
2. Berdasarkan persamaan tersebut pula maka tingkat upaya penangkapan untuk mencapai produksi maksimum lestari fMSY sebesar 88651.06521
triptahun, dan menghasilkan tingkat produksi maksimum lestari sebesar 4555.016625 tontahun
3. Penurunan CPUE dalam kurun waktu 7 tahun diduga awal karena terjadinya penurunan kelimpahan atau semakin berkurangnya stok yang
berada pada perairan ini. Selain itu kemungkinan yang dapat diduga karena besarnya upaya penangkapan yang terjadi di daerah ini sehingga
ikan cakalang mengalami perubahan lokasi migrasi dan hal ini sesuai dengan keadaan riil perairan saat ini.
4. Nilai hasil fMSY yang diperoleh sebesar 88651.06521 triptahun dengan rata-rata jumlah armada pole and line dan Tonda sebanyak 503 unit maka
diperoleh rata -rata hasil tingkat pengupayaan selama periode tahun 1997- 2003 sebesar 72.54 dengan tingkat pengupayaan tertinggi pada tahun
2002 sebesar 117.99 dan tahun 2003 dan terendah pada tahun 2001 sebesar 33.90. Hal ini menunjukan bahwa pada kedua tahun tersebut
telah terjadi kelebihan tingkat pengupayaan yaitu upaya penangkapan yang dilakukan nelayan Kabupaten Buton telah melewati upaya tangkap
optimum fMSY pada tahun 1997-2001. 5. Berdasarkan hasil analisis produksi ikan cakalang dengan menggunakan
model Schaefer, memperlihatkan bahwa nilai C
MSY
sebesar 4736.985 ton per tahun dan f
MSY
sebesar 16.644 hari dan model produksi sumber daya cakalang di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara adalah sebagai berikut
a. C = 0.569211 f – 0.000017 f
2
.
6. Pada kondisi upaya tangkap telah melebihi nilai batas upaya tangkap maksimum fMSY sebesar 88651.06521 hari dan hasil tangkapan
maksimum MSY sebesar 4555.016625 ton per tahun maka akan terlihat hasil tangkapan semakin menurun bahkan dapat menyebabkan kepunahan
pada sumber daya cakalang yang dieksploitasi. 7. Upaya penangkapan optimum f
opt
dengan melakukan simulasi diperoleh sebesar 15.464 hari per tahun dengan jumlah hasil produksi maksimum
lestari MSY 4736.98 ton per tahun. Jika terjadi penambahan upaya tangkap secara terus menerus hingga mencapai 33.483 hari per tahun maka
sumber daya cakalang yang ada di Kabupaten Buton akan mengalami biological overfishing
artinya sumber daya akan mengalami pemusnahan. Perolehan hasil simulasi menunjukan hal yang sama yaitu telah terjadi
over eksploitasi pada tahun 2002 hingga tahun 2004.
8. Berdasarkan klasifikasi di atas maka kondisi sumber daya perikanan cakalang di Kabupaten Buton dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahun
1997 hingga 1998 sumberdaya cakalang masuk dalam kategori under exploited
, hal ini berarti dalam 3 tahun tersebut tingkat pemanfaatannya masih rendah. Sementara upaya penangkapannya hampir tidak mengalami
peningkatan yang signifikan.. 9. Estimasi nilai Maximum Sustainable Yield MSY berdasarkan hasil
analisis dengan menggunakan model surplus produksi Schaefer diperoleh nilai Maximum Sustainable Yield MSY sebesar 4555.016625 ton
pertahun dengan upaya penangkapan optimum fMSY sebesar 88651.06521 hari pertahun dengan armada penangkapan pole and line dan
Tonda rata-rata sebanyak 500 unit per tahun. 10. Nilai IMP bervariasi dan berkisar antara 80,0725-111,483.
Perhitungan IMP cakalang dapat dilihat pada Lampiran 22. Puncak penangkapan ikan cakalang selama periode 1997-2003 terjadi pada bulan-
bulan Juni, Oktober, November dan Desember dengan nilai IMP masing- masing 103.7897, 105,0936, 103,3195,dan 111.483. Bila
dihubungkan dengan musim yang berlaku pada perairan ini maka pada
bulan Juni adalah merupakan bulan akhir dari Musim Peralihan Barat ke Timur. Pada bulan-bulan Juli hingga Agustus yang masuk dalam ketegori
Musim Timur merupakan masa paceklik bagi nelayan dan masuk pertengahan September, Oktober hingga Desember merupakan masa-masa
puncak ikan. 11. Variabel iklim yang berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan cakalang
adalah arah angin dan radiasi ENSO . 12. Model diskriminan yang digunakan untuk memprediksi hasil tangkapan
ikan cakalang memiliki tingkat kebenaran 86 verifikasi model dan 86 verifikasi dari model silang.
5.2 SARAN