Latar Belakang Analysis and predictive catch for skipjack tuna (katsuwonus pelamis) in buton region waters south east sulawesi

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu daerah penangkapan ikan cakalang di perairan Indonesia adalah perairan Kabupaten Buton, yang merupakan bagian dari wilayah propinsi Sulawesi Tenggara, dan terletak antara 121°00 - 124°30 BT dan 04°14 - 06°30 LS dengan luas wilayah 54.190 km 2 terdiri dari 6.463 k m 2 11,95 daratan dan 7.697 km 88,07 wilayah laut Badan Pusat Statistik Buton,2003. Daerah ini dikelilingi oleh tiga wilayah laut yaitu Selat Buton, Laut Flores dan Laut Banda. Secara garis besar berdasarkan pola pergerakan angin musim dapat dibagi menjadi dua wilayah pantai yaitu pantai barat yang terletak di Selat Buton dan pantai timur yang berhadapan dengan Laut Banda. Diantara jenis ikan pelagis yang ditangkap di perairan ini tercatat bahwa produksi ikan cakalang Katsuwonus pelamis cukup tinggi sepanjang tahun dan berfluktuasi pada setiap musim penangkapan. Hal ini diduga disebabkan karena kondisi oseanografi perairan tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan umum Musim Barat dan Musim Timur, sehingga jika terjadi perubahan pola arus akibat perubahan angin musim maka ikan cakalang akan melakukan ruaya mengikuti pola tersebut. Hal ini terjadi karena Perairan Buton merupakan bagian dari perairan yang terletak antara Dangkalan Sunda di sebela h Barat dan Dangkalan Sahul di sebelah timur. Perairan ini terisi oleh massa air dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, baik di lapisan permukaan maupun di lapisan dalam. Keadaan topografi dasar perairan erat kaitannya dengan pertukaran massa air di lapisan dalam antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Pada musim Barat, terjadi arus-arus musim dari Laut Cina Selatan yang masuk ke Laut Jawa dan Laut Flores, selanjutnya menuju ke Laut Banda dan Laut Arafura. Sebagai arus kompensasi akan bercabang dua yaitu ke Samudra Pasifik dan melalui laut Timor menuju ke Samudra Hindia. Pada musim timur terjadi keadaan sebaliknya. Arus dari Laut Banda dan Laut Arafura masuk ke Laut Flores menuju ke Laut Jawa dan Laut Cina Selatan. Arus ini diperkuat oleh arus -arus kompensasi yang datang dari Samudra Pasifik, satunya melewati Laut Halmahera, Laut Seram dan Laut Banda Utara dan lainnya melewati Laut Sulawesi dan Selat Makassar. Oleh karena itu diduga bahwa hasil tangkapan ikan tersebut berkorelasi dengan kondisi iklim yang mempengaruhi arus tersebut, seperti iklim lokal berupa curah hujan, suhu udara, arah angin, kecepatan angin, penyinaran matahari, dan iklim global berupa El Nino Southtern Oscilation =ENSOChristensen, dalam Irawati, 2003. Keterkaitan antara hasil tangkapan cakalang dengan faktor -faktor penyebab peningkatan hasil tangkapan itu sendiri cukup banyak diteliti dan dimodelkan hubungannya. Misalkan hubungan hasil tangkapan dengan faktor oseanografi, hubungan hasil tangkapan dengan iklim atau juga hubungan hasil tangkapan dengan faktor internal seperti dengan keseluruhan unit tangkapannya atau dengan faktor internal dalam ikan itu sendiri. Biasanya hubungan ini dianalisis menggunakan hubungan regresi linear, regresi berganda, analisis korelasional maupun menggunakan analisis komponen utama untuk mengatahui kedekatan hubungan antara variable-variabel yang bersangkutan dengan variable terikatnya. Model yang diterapkan pada hubungan hasil tangkapan dan faktor - faktor iklim baik lokal dan global serta oseanografi disini pada dasarnya melihat kedekatan hubungan antara hasil tangkapan dengan faktor -faktor yang mempengaruhinya. Kelebihan dari model ini adalah dapat menghubungkan faktor- faktor iklim dan oseanografi terhadap hasil tangkapan cakalang yang terkategori dalam kelas sedikit, sedang dan tinggi. Penggunaaan model ini tidak lain dalam rangka menambah wawasan keilmuan karena penelitian memanfaatkan analisis ini masih sedikit diterapkan. Studi ini diharapkan akan menghasilkan profil sumber daya perikanan dan model pendugaan hasil tangkapan cakalang untuk dimanfaatkan sebagai pengembangan informasi iklim dan oseanografi dalam proses pembuatan keputusan di bidang perikanan. Akurasi prediksi ini amat menentukan keberhasilan usaha suatu kegiatan dimana dalam hal ini adalah kegiatan penangkapan ikan. Oleh karena itu kajian ini dibatasi pada prediksi hasil tangkapan ikan cakalang menggunakan faktor iklim.

1.2 Perumusan Masalah