sebesar 117.99 dan tahun 2003 dan terendah pada tahun 2001 sebesar 33.90. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua tahun tersebut telah terjadi kelebihan
tingkat pengupayaan yaitu upaya penangkapan yang dilakukan nelayan Kabupaten Buton telah melewati upaya tangkap optimum fMSY pada tahun 1997-2001.
Tingkat pengupayaan sumber daya ikan cakalang di Kabupaten Buton tertera pada Tabel 7 di atas.
4.1.7 Model Produksi Sumber daya Cakalang
Berdasarkan hasil analisis produksi ikan cakalang dengan menggunakan model Schaefer, memperlihatkan bahwa nilai C
MSY
sebesar 4736.985 ton per tahun dan f
MSY
sebesar 16.644 hari dan model produksi sumber daya cakalang di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara adalah sebagai berikut
C = 0.569211f – 0.000017f
2
Hasil simulasi model persamaan produksi setelah dihitung secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 7.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
50000 100000
150000 200000
Effort Upaya tangkapan Produksi ton
produksi
Gambar 7. Hubungan produksi sumber daya ikan cakalang dan upaya penangkapan dengan model Schaefer
Hasil model hubungan produksi dan upaya penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan model Schaefer menunjukan bahwa setiap dilakukan upaya
penangkapan sebesar f satuan maka diperoleh hasil tangkapan ikan cakalang sebesar C satuan. Pada kondisi upaya tangkap telah melebihi nilai batas upaya
MSY
tangkap maksimum fMSY sebesar 88651.06521 hari dan hasil tangkapan maksimum MSY sebesar 4555.016625 ton per tahun maka akan terlihat hasil
tangkapan semakin menurun bahkan dapat menyebabkan kepunahan pada sumber daya cakalang yang dieksploitasi.
Upaya penangkapan optimum f
opt
dengan melakukan simulasi diperoleh sebesar 15.464 hari per tahun dengan jumlah hasil produksi maksimum lestari
MSY 4736.98 ton per tahun. Jika terjadi penambahan upaya tangkap secara terus menerus hingga mencapai 33.483 hari per tahun maka sumber daya cakalang
yang ada di Kabupaten Buton akan mengalami biological overfishing artinya sumber daya akan mengalami pemusnahan. Perolehan hasil simulasi menunjukan
hal yang sama yaitu telah terjadi over eksploitasi pada tahun 2002 hingga tahun 2004.
4.1.8 Status Potensi Sumber daya Ikan Cakalang di Kabupaten Buton
Perairan Kabupaten Buton adalah perairan yang merupakan jalur migrasi ikan dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. Massa air dari dua samudra yang
bekerja pada daerah ini memberikan pengaruh yang kuat terhadap perubahan parameter oseanografi dan klimatologi. Diduga kuat bahwa hasil tangkapan
cakalang selama ini berkaitan erat dengan faktor -faktor tersebut. Daerah-daerah yang terletak pada jalur ini yang sering juga disebut sebagai jalur ARLINDO
merupakan daerah penghasil cakalang yang dominan. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa penelitian yang dilakukan baik oleh kalangan akademis, mahasiswa
ataupun dari pihak pemerintah dan swasta. Ada dua acuan penting yang digunakan disini untuk mengelompokkan
sumberdaya cakalang khususnya dan sumberdaya umumnya. Berdasarkan tingkat pemananfaatannya ada tiga kategori pengelompokkan sumberdaya ikan. Pertama;
tingkat pemanfaatan lebih kecil atau sama dengan 65 dikategorikan dalam pemanfaatan under eksploited, Kedua ; Tingkat pemanfaatan lebih besar dari 65
dan lebih kecil dari 100 dikategorikan dalam pemanfaatan optimal dan Ketiga ; tingkat pemanfaatan sama dengan atau lebih besar dari 100 dikategorikan dalam
pemanfaatan overfishing. Kedua mengacu pada ketentuan TACJTB Total Allowable Catch
Jumlah Tangkapan Diperbolehkan yaitu sebesar 80 dari MSY.
Berdasarkan klasifikasi di atas maka kondisi sumber daya perikanan cakalang di Kabupaten Buton dapat dijelaskan sebagai berikut : Tahun 1997
hingga 1998 sumberdaya cakala ng masuk dalam kategori under exploited, hal ini berarti dalam 3 tahun tersebut tingkat pemanfaatannya masih rendah. Sementara
upaya penangkapannya hampir tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Bila kita hubungkan dengan keadaan perikanan pada tahun-tahun tersebut
dapatlah dikatakan bahwa sebenarnya pada saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia khususnya dan negara Asia umumnya yang terjadi pada tahun 1997
hingga 1999 juga memberikan dampak pada kegiatan perikanan Kabupaten Buton. Keadaan harga pasar yang tidak menentu, nilai tukar rupiah yang tinggi,
juga roda perekonomian yang tidak stabil telah mempengaruhi aspek teknis di lapangan. Juga pada saat awal kejadian El nino paling hebat saat itu turut
mempengaruhi kondisi nelayan di daerah ini. Karena cuaca yang buruk sehingga mempengaruhi rutinitas nelayan melaut.
Periode 4 tahun kemudian mulai menunjukkan tingkat pemanfatan yang berarti yaitu terjadinya pemanfaatan yang optimal terhadap hasil tangkapan
cakalang. Namun pada dua tahun terakhir memperlihatkan gejala overfishing dengan tingkat pengupayaan sebesar 177.99 dan 144.60. Hal ini logis karena
kurun waktu dari awal tahun 2000 hingga saat ini mulai berdatangkan pengungsi dari Ambon yang banyak membawa perubahan dari berbagai bidang terutama
bidang perikanan. Kapal-kapal pole and line mulai berdatangan dan menambah armada perikanan pole and line yang telah ada sebelumnya. Kondisi ini
mengakibatkan sumberdaya Kabupaten Buton mulai mengalami biological over fishing
karena pemanfaatannya telah mencapai 91.78. Hal tersebut terjadi sejak tahun 2000. Jadi tidak mengherankan bila saat ini mulai terjadi overfishing di
daerah ini. Estimasi nilai Maximum Sustainable Yield MSY berdasarkan hasil analisis
dengan menggunakan model Surplus Produksi Schaefer diperoleh nilai Maximum Sustainable Yield
MSY sebesar 4555.016625 ton per tahun dengan upaya penangkapan optimum fMSY sebesar 88651.06521 hari per tahun dengan
armada penangkapan pole and line dan Tonda rata-rata sebanyak 500 unit per tahun.
Kondisi over fishing dan biological over fishing yang terjadi pada dua tahun terakhir di Kabupaten Buton diduga selain jumlah armada tangkap yang terlalu
banyak dengan upaya tangkap yang melebihi upaya tangkap yang diperbolehkan fMSY juga kondisi kualitas lingkungan perairan diduga mengalami penurunan
karena sebagian besar perairan Kabupaten Buton merupakan jalur pelayaran kapal-kapal niaga. Selain itu perairan yang dijadikan sebagai jalur pelayaran dapat
mengalami kerusakan karena pencemaran dan dapat terjadi degradasi fisik ekosistem perairan sebagai tempat pemijahan, asuhan dan mencari makan bagi
ikan cakalang. Hal ini menyebabkan penyebaran ikan cakalang hanya pada lokasi- lokasi tertentu saja seperti pada bagian selatan dan bagian timur perairan
Kabupaten Buton yang dijadikan daerah penangkapan. Keterbatasan daerah penangkapan dengan jumlah armada tangkap yang ada, dioperasikan pada daerah
yang sama kemungkinan besar menyebabkan terjadinya over eksploitasi.
4.2 Musim dan Daerah Penangkapan