bobot buah per tanaman, bobot per buah dan panjang buah. Nilai DGU bobot buah per tanaman tertinggi adalah IPBC15 82.68 dengan rata-rata bobot per tanaman
sebesar 581.13 g. Genotipe IPBC14 juga dapat dipilih sebagai tetua karena rata- rata bobot per tanaman tidak berbeda nyata dengan IPBC15, yaitu sebesar 511.84
g Tabel 24. Tabel 24 Nilai rata-rata, DGU, dan DGK pada bobot buah per tanaman, bobot per
buah dan panjang buah
Genotipe Bobot buahtanaman
Bobot per buah Panjang buah
Rata-rata DGU
Rata-rata DGU
Rata-rata DGU
IPBC2 428.68bc
14.15 7.31a
1.56 13.66a
2.41
IPBC9 395.05c
28.36
7.24a 1.05
9.37c 1.31
IPBC10 107.79e
-57.61 0.93d
-0.56 3.54d
0.03 IPBC14
511.84ab 50.55
5.50b 1.00
8.77c 1.78
IPBC15 581.13a
82.68 7.04a
1.30 11.03b
2.31 IPBC20
263.67d -34.97
2.59c 0.14
2.99d -0.18
DGK DGK
DGK IPBC2xIPBC9
500.74b-i 15.38
6.60c 0.07
10.17de -0.41
IPBC2xIPBC10 327.76h-k
-2.21 5.34d-g
0.09 8.40f
-0.11 IPBC2xIPBC14
611.45a-e 48.10
8.93a 1.07
12.81ab 0.75
IPBC2xIPBC15 603.99a-f
14.82 7.98ab
0.27 12.11bc
0.31
IPBC2xIPBC20 397.78f-k
1.35 5.29d-g
-0.41 6.15hi
-1.09 IPBC9xIPBC2
536.50a-h -17.88
7.97ab -0.69
10.80de -0.31
IPBC9xIPBC10 211.72k
-85.43 1.79n
-0.96 4.60jl
-0.82 IPBC9xIPBC14
744.04a 127.64
7.81ab 0.38
9.70e 0.85
IPBC9xIPBC15 743.65a
73.57 6.26ce
-0.38 10.22de
-0.04 IPBC9xIPBC20
409.99e-k -25.86
4.26g-j -0.34
5.41i-k -0.25
IPBC10xIPBC2 337.21g-k
-4.72 3.45j-m
0.94 7.63fg
0.38 IPBC10xIPBC9
281.05j-k -34.67
2.53mn -0.37
5.62ij -0.51
IPBC10xIPBC14 422.85e-j
-22.20 2.75k-n
-0.96 5.91hi
-0.93 IPBC10xIPBC15
539.83a-g 87.35
3.75i-l -0.01
7.77fg 0.12
IPBC10xIPBC20 320.62i-k
77.97 2.67k-n
1.10 4.30kl
1.36 IPBC14xIPBC2
636.98a-d -12.76
8.45ab 0.24
12.04bc 0.38
IPBC14xIPBC9
657.70a-d 43.17
5.82c-f 0.99
10.93c-e -0.61
IPBC14xIPBC10 342.11g-k
40.37 2.38mn
0.19 5.64ij
0.14 IPBC14xIPBC15
687.97ab -9.72
7.72b 0.68
12.36b 1.06
IPBC14xIPBC20 470.63b-j
-9.56 4.85f-i
0.18 6.01hi
-0.25 IPBC15xIPBC2
677.10a-c -36.56
8.34ab -0.18
13.73a -0.81
IPBC15xIPBC9 649.18a-d
47.23 6.38cd
-0.06 10.51de
-0.15 IPBC15xIPBC10
543.48a-g -1.83
3.81i-k -0.03
7.75fg 0.01
IPBC15xIPBC14 684.03ab
1.97 7.85ab
-0.07 12.12bc
0.12
IPBC15xIPBC20 557.87a-f
-1.81 5.00f-h
-0.23 6.96cd
-0.35 IPBC20xIPBC2
416.80e-k -9.51
5.18e-g 0.05
7.15gh -0.50
IPBC20xIPBC9 344.40g-k
32.79 3.97h-j
0.14 5.17gh
0.12 IPBC20xIPBC10
304.35i-k 8.14
2.63l-n 0.02
3.97il 0.17
IPBC20xIPBC14 462.12d-j
4.26 5.25d-g
-0.20 6.11l
-0.05 IPBC20xIPBC15
489.62b-j 34.13
4.82f-i 0.09
6.86hi 0.05
Persilangan IPBC9xIPBC14 memiliki nilai DGK terbesar, yaitu 127. 64 dengan rata-rata bobot buah 744.04 g namun persilangan ini tidak berbeda nyata
bobot per tanamannya dengan persilangan IPBC9xIPBC15, IPBC2xIPBC14, IPBC2xIPBC15, IPBC10xIPBC15, dan IPBC14xIPBC9 yang juga memiliki DGK
bernilai positif Tabel 24. Sujiprihati 1996 menyatakan bahwa daya gabung khusus DGK yang positif menunjukkan bahwa tetua tersebut mempunyai
kombinasi hibrida yang tinggi dengan salah satu tetua yang digunakan. Bobot per buah merupakan komponen yang turut berperan dalam
menentukan produktivitas tanaman. Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa genotipe IPBC2 memiliki nilai DGU terbesar dengan bobot buah 7.31 g namun rata-rata
bobot per buahnya tidak berbeda nyata dengn IPBC9 dan IPBC15. Persilangan IPBC2xIPBC14, IPBC2xIPBC15, IPBC9xIPBC14, dan IPBC14xIPBC2 memiliki
nilai DGK positif dan rata-rata bobot buah yang tidak berbeda nyata. Genotipe IPBC2 dengan DGU tertinggi sebesar 2.41 memiliki rata-rata
panjang 13.66 cm. Menurut standar nasional Indonesia SNI buah cabai mutu kelas I jika memiliki panjang 12-14 cm. Pada Tabel 24, persilangan yang memiliki
DGU positif dengan panjang buah ≥ 12 cm adalah IPBC2xIPBC14 12.81 cm,
IPBC2xIPBC15 12.11 cm, IPBC14xIPBC2 12.04 cm, IPBC14xIPBC15 12.36 cm, dan IPBC15xIPBC14 12.12 cm.
Daya gabung umum DGU yang besar dan positif menunjukkan bahwa tetua tersebut mempunyai daya gabung yang baik. Nilai DGU yang negatif berarti
tetua yang bersangkutan mempunyai daya gabung rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan tetua-tetua lainnya. Daya gabung khusus DGK yang positif
menunjukkan bahwa tetua tersebut mempunyai kombinasi hibrida yang tinggi dengan salah satu tetua yang digunakan. Sebaliknya, apabila DGK negatif berarti
tetua tersebut tidak mempunyai kombinasi hibrida yang tinggi dengan salah satu dari tetua-tetua yang digunakan Sujiprihati 1996. Tabel 24 menunjukkan bahwa
tetua dengan nilai DGU yang negatif tidak selalu menghasilkan kombinasi persilangan dengan nilai DGK yang negatif juga. Pada karakter bobot buah per
tanaman, genotipe IPBC10 memiliki nilai DGU yang negatif namun terdapat hasil persilangannya yang memiliki nilai DGK yang positif, yaitu IPBC10xIPBC15,
IPBC10xIPBC20. Hal yang sama terjadi pada genotipe IPBC20 yang memiliki
DGU negatif namun hasil silangannya memiliki nilai DGK yang positif, yaitu hasil persilangan IPBC20 dengan IPBC9, IPBC10, IPBC14 dan IPBC15. Berdasarkan
Tabel 21 dapat dilihat bahwa karakter bobot buah per tanaman dipengaruhi oleh ragam aditif dan ragam dominan. DGU merupakan hasil dari aksi gen aditif dan
DGK merupakan hasil gen dominan, epistasis dan interaksi Welsh 1981. Adanya peran gen dominan inilah menyebabkan besarnya nilai DGK.
Pada karakter bobot per buah juga dipengaruhi oleh peran ragam aditif dan dominan. Hal ini menjelaskan mengapa munculnya DGK positif dari tetua dengan
nilai DGU yang negatif. Tetua IPBC10 memiliki DGU yang negatif -0.56 namun persilangan IPBC10xIPBC2 0.94 dan IPBC10xIPBC20 1.10 memiliki DGK
positif. Selain ragam dominan dan ragam aditif, interaksi juga ikut berperan dalam
menentukan panjang buah. Genotipe IPBC20 adalah satu-satunya genotipe yang memiliki nilai DGU yang negatif, namun karena adanya peran ragam non aditif
ragam dominan dan interaksi maka ada hasil persilangannya yang memiliki nilai DGK yang positif Tabel 24. Menurut Falconer 1981 pengaruh DGU dan DGK
merupakan indikator penting dari nilai potensial suatu galur murni dalam kombinasi hibrida.
Keberadaan ragam dominan pada karakter bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan panjang buah pada Tabel 21 mendukung munculnya fenomena
heterosis. Kusandriani 1996a menemukan heterosis pada tanaman cabai sehingga dimungkinkan dibentuknya hibrida. Fehr 1987 menyatakan heterosis merupakan
peningkatan atau penurunan penampilan hibrida dibandingkan nilai rata-rata kedua tetuanya. Heterobeltiosis adalah peningkatan penampilan hibrida dibandingkan
tetua terbaik yang digunakan dalam persilangan. Nilai heterosis bobot buah per tanaman berkisar antara -15.79-72.63.
Hanya satu persilangan yang memiliki nilai heterosis yang negatif yaitu IPBC9xIPBC10. Nilai heterobeltiosis pada bobot buah per tanaman berkisar -
46.41-45.37. Persilangan IPBC10xIPBC20 dan IPBC9xIPBC14 merupakan genotipe yang berturut-turut memiliki nilai heterosis dan heterobeltiosis yang
tertinggi Tabel 25. Yunianti 2007 menyatakan bahwa calon hibrida yang baik layaknya dihasilkan dari persilangan tetua yang memiliki daya gabung umum,
daya gabung khusus, dan heterosis yang tinggi. Untuk pembentukan hibrida dengan bobot buah per tanaman yang tinggi maka genotipe yang baik dijadikan
tetua adalah IPBC9, IPBC14,dan IPBC15. Tabel 25 Nilai heterosis dan heterobeltiosis pada karakter cabai yang diamati
Genotipe Bobot buah per tanaman
Bobot per buah Panjang buah
Heterosis Heterobeltiosis
Heterosis Heterobeltiosis
Heterosis Heterobeltiosis
IPBC2xIPBC9 21.58
16.81 -9.29
-9.74 -11.69
-25.54 IPBC2xIPBC10
22.19 -23.54
29.49 -27.01
-2.38 -38.53
IPBC2xIPBC14 30.02
19.46 39.45
22.13 14.21