Karakter daya hasil bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan panjang buah masih memiliki keragaman genetik yang luas dan hal ini mencerminkan
bahwa genotipe yang dipilih sangat beragam sehingga memungkinkan dilakukan perbaikan pada karakter tersebut. Disisi lain, keenam genotipe yang dipilih
memiliki ragam genetik yang sempit pada ketahanannya terhadap antraknosa, hawar phytophthora, dan layu bakteri. Sempitnya ragam genetik ketahanan
terhadap ketiga penyakit tersebut mengindikasikan bahwa genotipe-genotipe yang dipilih memiliki gen-gen ketahanan yang tidak beragam seragam dalam
mengendalikan masing-masing penyakit.
A. Analisis Dialel pada Kemampuan Daya Hasil Tanaman
Dengan menggunakan 6 genotipe terpilih sebagai tetua yaitu IPBC2, IPBC9, IPBC10, IPBC14, IPBC15, dan IPBC20 maka dibentuk populasi full
diallel yang terdiri dari 6 genotipe tetua dan 30 genotipe kombinasi F1 dan F1R Tabel 19. Sifat kuantitatif yang diamati adalah bobot buah per tanaman, bobot
per buah, dan panjang buah. Tabel 19 Populasi full diallel dengan menggunakan enam genotipe terpilih
♀ ♂ IPBC2 IPBC9
IPBC10 IPBC14
IPBC15 IPBC20
IPBC2
x x
x x
x IPBC9
x
x x
x x
IPBC10 x
x
x x
x IPBC14
x x
x
x x
IPBC15 x
x x
x
x IPBC20
x x
x x
x
1. Metode Hayman
Analisis silang dialel dengan menggunakan metode Hayman dapat memberikan informasi penting mengenai parameter genetik dari tetua yang
digunakan dalam persilangan. Informasi ini sangat diperlukan dalam memilih metode seleksi dalam merakit suatu varietas dalam kegiatan pemuliaan tanaman.
Nilai kuadrat tengah bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan panjang buah disajikan pada Tabel 20. Genotipe yang digunakan memberikan respon
berbeda sangat nyata pada semua karakter yang diamati. Berdasarkan hal ini maka analisis dialel dapat dilanjutkan.
Tabel 20 Nilai kuadrat tengah beberapa sifat kuantitatif cabai
Keterangan: tn = tidak nyata; = nyata pada taraf 5; = nyata pada taraf 1
Interaksi Gen Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis dialel adalah tidak
terdapat interaksi non alelik pada karakter yang diamati. Interaksi ini dapat dilihat melalui nilai b Wr, Vr. Roy 2000 menyatakan jika nilai b berbeda nyata dengan
satu maka terdapat interaksi gen yang yang tidak sealel non alelik mengendalikan suatu karakter dan jika nilai b tidak berbeda nyata dengan satu maka tidak terdapat
interaksi gen. Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa tidak terdapat interaksi non alelik pada karakter yang diamati kecuali panjang buah. Dengan demikian interaksi non
alelik turut menentukan keragaman genetik pada karakter panjang buah. Hartana 1992 menyatakan bahwa interaksi non alelik intergenik adalah interaksi yang
melibatkan dua atau lebih gen dari lokus yang berbeda dan menentukan suatu fenotipe. Menurut Hayman 1954 adanya interaksi non alelik dapat menekan nilai
pendugaan parameter derajat dominansi H
1
D
12
, jumlah kelompok gen pengendali karakater yang diamati, proporsi gen dominan dan resesif KdKr, dan
proporsi gen positif dan negatif H
2
4H
1
sehingga tidak dapat digunakan. Pengaruh Aditif dan Dominansi
Komponen ragam akibat pengaruh aditif dan dominan dapat dilihat berturut-turut dari nilai D dan H
1
Tabel 21. Pengaruh ragam aditif sangat nyata pada semua karakter yang diamati dan ini menunjukan adanya peran gen aditif
yang mengendalikan karakter tersebut. Pengaruh dominansi nyata pada karakter bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan panjang buah. Ragam aditif dan
dominan yang nyata dan sangat nyata pada karakter yang diamati merupakan ekpresi dari keberadaan gen-gen yang bersifat aditif dan dominan. Jika dilihat
proporsi antara pengaruh aditif dan dominan maka pengaruh aditiflah yang besar peranannya pada fenotipe bobot buah per tanaman D=26210.4; H
1
=14567.2, Sumber
Kuadrat Tengah keragaman
db Bobot buah per tanaman
Bobot buah Panjang buah
Ulangan 2
15686.84tn 2.35
1.52 Genotipe
35 74761.12
14.33 28.49
Galat 70 10043.14
0.45 0.44
KK 20.97
12.65 7.98
bobot per buah D=7.24; H
1
=2.69, dan panjang buah D=17.52; H
1
=3.13. Tabel 21 Pendugaan parameter genetik pada beberapa sifat kuantitatif cabai
Parameter genetik Bobot buah
per tanaman Bobot per
buah Panjang
buah Interaksi gen non alelik
bWr,Vr 0.74tn
0.91tn 0.94
Ragam pengaruh aditif D
26210.4 7.24
17.52 Ragam pengaruh dominansi
H
1
14567.2 2.69
3.13 Distribusi gen di dalam tetua
H
2
14614.9 1.80
2.31 Rata-rata peragam pengaruh aditif
dan non aditif F
-18652.3 -1.53
-2.18 Simpangan rata-rata F1 dari rata-rata
tetua h
2
35333.7 0.05tn
-0.07tn Ragam pengaruh lingkungan
E 3399.94
0.17 0.16
Tingkat dominansi H
1
D
12
0.75 0.60
0.42 Proporsi gen dengan pengaruh positif
dan negatif dalam tetua H
2
4H
1
0.25 0.17
0.18 Proporsi gen dominan terhadap gen
resesif KdKr
1 1
1 Jumlah gen pengendali karakter
h
2
H
2
2.42 0.03
-0.03 Arah dominansi
r Wr+VrYr -0.35
0.72 0.84
Heritabilitas arti luas h
2
bs 0.83
0.96 0.98
Heritabilitas arti sempit h
2
ns 0.65
0.87 0.93
Distribusi Gen di dalam Tetua Asumsi lain yang harus dipenuhi dalam analisis dialel adalah gen-gen
pengendali suatu karakter harus menyebar normal pada tetua yang digunakan. Penyebaran gen-gen dalam tetua yang digunakan dapat dilihat dari nilai H
2
. Jika nilai H
2
tidak berbeda nyata berarti gen-gen yang mengendalikan suatu sifat tersebar pada tetua yang digunakan, namun jika H
2
berbeda nyata maka ini menunjukkan bahwa gen-gen tidak menyebar merata pada tetua yang digunakan.
Pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa gen-gen yang mengendalikan bobot buah per tanaman H
2
=14614.9, bobot buah H
2
=1.80, dan panjang buah H
2
=2.31 tidak menyebar merata pada tetua yang digunakan. Dengan demikian salah satu
asumsi analisis dialel tidak terpenuhi sehingga akan mempengaruhi nilai proporsi gen dengan pengaruh positif dan negatif dalam tetua H
2
4H
1 ,
proporsi gen dominan terhadap gen resesif KdKr, dan
jumlah gen pengendali karakter h
2
H
2 .
Proporsi Gen Positif dan Negatif Kegiatan pemuliaan dilakukan dengan harapan diperoleh suatu tanaman
dengan karakter yang diinginkan. Gen-gen yang mengendalikan karakter yang diinginkan inilah disebut sebagai gen-gen positif. Keberadaan gen-gen positif
dapat dijelaskan dengan proposi nilai H
1
dan H
2
. Jika H
1
H
2
maka gen-gen positif yang banyak dan sebaliknya jika H
1
H
2
maka gen-gen negatif lebih banyak pada tetua yang digunakan. Tabel 21 menunjukkan bahwa gen-gen positif lebih banyak
pada karakter bobot per buah H
1
=2.69; H
2
=1.80 dan panjang buah H
1
=3.13; H
2
=2.31, artinya gen-gen yang mengendalikan bobot per buah yang besar dan panjang buah yang panjang banyak dalam populasi yang
digunakan. Sebaliknya, karakter bobot buah per tanaman H
1
=14567.2; H
2
=14614.9 memiliki gen negatif yang lebih banyak sehingga masih perlu dilakukan peningkatan keragaman gen pengendali bobot buah per tanaman dengan
mencari genotipe lain sebagai sumber gen Tabel 21. Simpangan Rata-Rata F1 dari Tetua Rata-Rata
Untuk melihat terjadinya penyimpangan rata-rata F1 yang diperoleh dibandingkan tetua rata-rata dapat dilihat dari nilai h
2
. Populasi F1 memiliki simpangan yang nyata dari tetuanya pada karakter bobot buah per tanaman dengan
nilai 35333.7 namun tidak terjadi penyimpangan yang cukup berarti antara rata- rata populasi F1 dan tetua pada karakter bobot buah h
2
= 0.05tn dan panjang buah h
2
=-0.07tn dan dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22 Rata-rata tetua dan F1 pada karakter yang diamati
Karakter F1
Tetua Bobot buah per tanaman
97.12 381.36
Bobot per buah 5.33
5.10tn Panjang buah
8.44 8.23tn
Tingkat Dominansi Pengaruh dominansi dapat dilihat dari nilai H
1
D
12
berdasarkan Hayman 1954. Nilai H
1
D
12
yang lebih dari satu menunjukkan overdominansi, sedangkan jika nilainya antara 0 dan 1 menunjukkan adanya dominansi parsial
dominan parsial atau resesif parsial. Bobot buah per tanaman, bobot per buah,
dan panjang buah menunjukkan adanya dominansi parsial dengan nilai H
1
D
12
berturut-turut 0.75, 0.60, dan 0.42. Dominansi parsial juga dapat dilihat dari nilai D H
1
pada semua karakter yang diamati Tabel 21. Proporsi Gen Dominan dan Resesif
Nilai KdKr menunjukkan proporsi kandungan gen dominan atau resesif. Jika KdKr 1 maka lebih banyak gen dominan dalam tetua, sedangkan jika
KdKr ≤ 1 maka gen resesif lebih banyak dalam tetua. Karakter bobot buah per tanaman, bobot per buah, dan panjang buah memiliki KdKr=1 yang menunjukkan
bahwa gen resesif lebih banyak dibandingkan gen dominan pada tetua yang digunakan Tabel 21.
Proporsi gen dominan dan resesif dalam tetua juga tercermin pada nilai F Tabel 21. Nilai KdKr1 ditunjukkan dengan nilai F positif dan KdKr≤1
memiliki nilai F negatif. Pada penelitian ini gen resesif lebih banyak dalam tetua yang digunakan pada karakter bobot buah per tanaman F=-18652.3, bobot per
buah F=-1.53, dan panjang buah F=-2.18. Jumlah Gen Pengendali Karakter
Jumlah gen pengendali dapat dilihat dari nilai h
2
H
2
. Karakter bobot buah per tanaman h
2
H
2
=2.42 dikendalikan minimal oleh tiga kelompok gen sedangkan bobot per buah h
2
H
2
=0.03 dan panjang buah h
2
H
2
=-0.03 dikendalikan minimal satu kelompok gen Tabel 21.
Arah dan Urutan Dominansi Penentuan suatu karakter dominan atau resesif dapat dilihat dari nilai
r Wr+VrYr
. Nilai r
Wr+VrYr
yang negatif menunjukan bahwa nilai kuantifikasi yang tinggi dominan terhadap yang rendah. Sebaliknya, jika nilai r
Wr+VrYr
positif artinya kuantifikasi nilai yang rendah dominan terhadap yang tinggi. Bobot buah per tanaman memiliki nilai r
Wr+VrYr
yang negatif yang menunjukkan bahwa karakter bobot buah per tanaman yang tinggi bersifat dominan. Sebaliknya,
karakter bobot per buah dan panjang buah memiliki nilai r
Wr+VrYr
positif yang menjelaskan bahwa bobot per buah yang kecil dan buah yang pendek bersifat
dominan.
Urutan dominansi dicerminkan oleh posisi tetua pada grafik Vr+Wr. Makin dekat posisi tetua pada titik nol maka tetua tersebut paling banyak
mengandung gen dominan dan sebaliknya makin jauh dari titik pusat maka tetua tersebut paling banyak mengandung gen resesif Gambar 10.
Urutan dominansi tetua pada karakter bobot buah per tanaman adalah IPBC15 5421.20, IPBC20 9226.43, IPBC2 15377.26, IPBC14 16484.02,
IPBC10 20740.19, dan IPBC9 33795 disajikan pada Gambar 10a. Genotipe IPBC15 adalah tetua yang paling dekat posisinya dengan titik pusat 0 sehingga
merupakan tetua yang memiliki banyak gen dominan. Genotipe IPBC9 merupakan genotipe yang paling jauh dari titik pusat dan merupakan tetua yang memiliki
sedikit gen dominan. Urutan dominansi tetua pada karakter bobot buah adalah IPBC20 1.44,
IPBC10 1.49, IPBC2 2.82, IPBC15 2.89, IPBC9 4.31, dan IPBC14 4.80 disajikan pada Gambar 10b. Genotipe IPBC20 merupakan tetua yang memiliki gen
dominan paling banyak dan IPBC14 adalah tetua dengan banyak gen resesif dengan kata lain memiliki sedikit gen dominan.
Urutan dominansi tetua pada karakter panjang buah adalah IPBC20 2.34, IPBC10 3.41, IPBC15 5.81, IPBC9 6.65, IPBC2 8.06, dan IPBC14 8.52.
Tetua IPBC20 memiliki gen dominan paling banyak dan sebaliknya, IPBC14 memiliki paling sedikit gen dominan untuk panjang buah Gambar 10c.
IPBC2 IPBC20
IPBC14 IPBC10
IPBC9
IPBC15 Wr = 5939.498 + 0.7360Vr
Heritabilitas Gambar 10 Hubungan varians Vr dan peragam Wr pada populasi F1 silang
dialel. a bobot buah per tanaman; b bobot per buah; c panjang buah.
b Wr=1.34 + 0.91Vr
IPBC20
IPBC10 IPBC2
IPBC15 IPBC9
IPBC14
c Wr=3.89 + 0.94Vr
IPBC20 IPBC10
IPBC15 IPBC9
IPBC2 IPBC14
Heritabilitas dalam arti luas adalah proporsi besaran ragam genetik terhadap besaran ragam fenotipe suatu karakter tertentu Makmur 2001. Ragam genetik
terdiri dari ragam aditif dan ragam non aditif dominan dan interaksi. Ragam aditif D dan ragam dominan H
1
berperan dalam menentukan bobot buah per tanaman dan bobot per buah Tabel 21. Ragam genetik merupakan penjumlahan
kedua ragam tersebut. Besarnya ragam aditif dan dominan ini menyebabkan nilai heritabilitas arti luas kedua karakter tersebut tinggi yaitu masing-masing sebesar
0.83 dan 0.96. Pada karakter panjang buah, ragam genetik tidak hanya merupakan penjumlahan ragam aditif dan dominan tapi juga ditambah juga dengan adanya
interaksi non alelik b=0.94 sehingga ragam genetik menjadi lebih besar. Ragam genetik yang besar ini akan mengakibatkan heritabilitas arti luasnya menjadi
besar, yaitu 0.98. Heritabilitas arti sempit narrow sense menggambarkan pengaruh aditif dari
alel yang diwariskan dari tetua kepada turunannya Roy 2000. Heritabilitas arti sempit tergolong tinggi pada karakter bobot buah per tanaman 0.65, bobot per
buah 0.87, dan panjang buah 0.93 Tabel 21. Hal ini mengindikasikan bahwa karakter yang diamati dipengaruhi oleh ragam aditif dan dapat diwariskan pada
keturunannya. Heritabilitas arti sempit dapat digunakan untuk kemajuan genetik harapan
akibat seleksi. Semakin besar nilai heritabilitas suatu sifat maka semakin besar kemungkinan sifat tersebut diturunkan ke generasi selanjutnya. Adanya interaksi
non alelik pada karakter panjang buah menyebabkan nilai heritabilitas arti luas menjadi besar dan arti sempit menjadi lebih kecil.
2. Metode Griffing