V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Perubahan yang terjadi pada organ hati dan ginjal setelah pemberian ekstrak sirih merah dan diuji tantang virus AI adalah kongesti, degenerasi,
pendarahan, infiltrasi sel radang dan nekrosa. 2. Pemberian ekstrak sirih merah 10 mampu menahan mengurangi
perubahan patologis hati dan ginjal akibat infeksi virus AI. 3. Pemberian ekstrak sirih merah mampu menghambat kematian ayam akibat
infeksi virus AI H5N1.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan dosis ekstrak sirih merah guna pencegahan infeksi virus H5N1 dengan toksisitas yang
rendah sehingga tidak menimbulkan perubahan patologis pada organ hati dan ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
[Anonim]. 2009. Liver Histology.www.octc.kctcs.edugcaplananat2notes35 [23 Juni 2009].
[Anonim]. 2009. Kidney Histology.www.octc.kctcs.edugcaplananat2notes35 [23 Juni 2009].
Beigel JH, Farrar J, Han AM. 2005. Avian influenza H5N1 infecttion in humans. N Engl J Med. 1374-1385.
Bevelander G, Ramaley JA. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Ed ke-8. Jakarta : Erlangga.
Budiantono. 2003. Kajian Histopatologi Kasus HPAI di Bali Tahun 2003. Bali : badan Pengujian dan Penyelidikan Veteriner, Regional VI, Denpasar.
Bombang H, Wahyudin B. 2005. Flu Burung Avian Influenza. Jurnal Medis Nusantara 26;216-221 [19 Februari 2010].
Chotpitayasunondh T, Ungchusak K, Hanshaoworakul W. 2004. Human disease from influenza A H5N1, Thailand Emerg Infect Dis 2005; 11 : 201-209.
Darmawan S. 1979. Hati dan saluran Empedu. Di dalam: Himawan, editor Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Dasuki U. 1994. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bidang
Ilmu Hayati. ITB. Duryatmo S. 2006. Wajah Ganda Sirih Merah. Dalam Majalah Trubus 434; 93.
Fitriani R. 1999. Minyak Atsiri, Pati, Vitamin dan Mineral Rimpang Kencur.
Skripsi program sarjana strata 1 Pendidikan Kimia Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.
Gerrit B, Judith A. 1988. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta : Erlangga. Guyton AC Hall JE. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Bndung: Institut Tekhnologi Bandung.
Harada T, Akiko E, Gary AB, Robert M. 1999. Liver and Gallbladder. Di dalam : Maronpot RR, editor. Pathology of the Mouse : Reference and Atlas.
United States of America: Cache River Press Hartono. 1992. Histologi Veteriner. Bogor: IPB.
Henryk dan Peter . 2010. Clinical HepathologyPrinciples and Practice of
Hepatobilliary Disease Volume 1. Springer Verlag-Berlin Heidelberg.
Horimoto T, Kawaoka Y. 2001. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses. Clin Microbiol Rev. 141 : 129-149.
Jia-Jung Lee, MD, Hung-Chun Chen, Md. 2006. Flavonoid Induced Acute Nephopathy by Cupressus funebris Endl Mourning Cypress.American
Journal of Kidney Disease. Vol 48. Hlm 81-85 [ 21 Juni 2010]. Jie Han, Xinchu Weng, Kaisun Bi. 2006. Antioxidant from Chinese medicinal
herb-Lithospermum erythorhizon. Journal of Food Chemistry 196 20082-10. [23 Maret 2010].
Jones TC, Ronald DH, Norval WK. 1997. Veterinary Pathology. 6
th
ed. Baltimore: Blackwell Publishing.
Jubb KVF, Peter CK, Nogel P. 1993. Pathology of Domestic Animal. 4
th
ed. CaliforniaL Academic Press.
Junqueira LC, Jose C, Robert OK. 1998. Histologi Dasar. Ed ke-8. Jakarta: EGC. Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar. Asas, Organ Sasaran dan Penilaian Resiko.
Edisi ke 2. Jakarta: UI Press. Manoi F.2007. Sirih Merah Sebagai Tanaman Multi Fungsi,Warta Puslitbangbun
Vol.13 2. Nabib R. 1987. Patologi Khusus Veteriner. Ed ke-2. Bogor: Proyek
PeningkatanPengembangan Perguruan Tinggi IPB. Price SA, Lorraine MW. 2006. Ptofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta: EGC. Terjemahan dari : Pathophisiology Clinical Concept of Disesase Processes.
RachmawatiH.2010.Antioksidanrarafarmasi.staff.umm.ac.idfiles201001ANTIO KSIDA. Diakses tanggal 9 Juli 2010.
Radji M. 2006. Avian Influenza A H5N1 : Patogenesis, Pencegahan dan Penyebaran pada Manusia. Majalah Ilmu Kefarmasian 3 2; 55-65.
Rusmiati, Lestari A. 2004. Struktur histologis organ hepar dan ren mencit Mus Musculus L jantan setelah perlakuan dengan ekstrak kayu secang
Caesalpinia sappan L. Vol 1. No 1. Hlm 23-30. Setiyono A, Winarsih W, Syakir M, Bermawie N. 2008. “Potensi Tanaman Obat
untuk Penanggulangan Flu Burung ”. Laporan Hasil Penelitian Kerjasama
Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan , Institut Pertanian Bogor.
Sholikhah A. 2006. Sirih Merah Menurunkan Kadar Glukosa Darah. http:www.pustakatani.com. diakses pada tanggal 14 Oktober 2009.
Spector WG, Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum. Edisi ke 3. Soetjipto NS, penerjemah. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press
Sudewo B. 2005. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.
Tabbu C. R. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulanganya Penyakit Bakterial, Mikal dan Viral. Cetakan Pertama, Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Underwood JCE. 1992. General Systemic Pathology. United Kingdom : Churcill Livingstone
Verkerk et al. 2006. Avian Influenza. Di dalam : Setiyono et al. Laporan Hasil Penelitian Kerjasama Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian dan Fakultas Kedokteran Hewan , Institut Pertanian Bogor Winekler, Anstall JMM, dan Dinacler FM. 1971. Pathology an Introduction. Di
dalam : Rusmiati dan A Lestari. Struktur Histologi Organ Hepar dan Ren encit Mus Musculus L jantan setelah perlakuan dengan ekstrak kayu
secang Carsalpinia sappan L L. Vol 1. No1. Hlm 23-30
Wijayakusuma H. 2000. Hidup Sehat Cara Hembing. Ed ke-15. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Yuen, KY and Wong SS. 2005. Human Infection by avian influenza A H5N1.HongKong Med J. 113 189-199.[ 06 Juli 2010].
Lampiran 1 Proses Pembuatan Sediaan Histopatologi Pembuatan Sediaan Histopatologi
Sampling Organ
Fiksasi
BNF 10 selama 6-48 jam
Dehidrasi
Alkohol 70, 80, 90, alkohol absolut I, II masing-masing 2 jam
Clearing
Xilol I dan II masing-masing 2 jam
Embedding
Penanaman jaringan dalam paraffin, pada suhu 56 C
Sectioning
Pemotongan jaringan menggunakan mikrotom setebal 5μm
Mounting
Penempelan jaringan pada gelas objek
Staining
Pewarnaan
Pewarnaan Haematoksilin Eosin Xylol I, 2 menit
Xylol II, 2 menit Alkohol absolut, 2 menit
Alkohol 95, 1 menit Alkohol 80, 1 menit
Cuci dengan air kran, 1 menit Mayer’s Haematoksilin, 8 menit
Cuci dengan air kran, 30 detik
Lithium carbonat, 15-30 detik Cuci dengan air kran, 2 menit
Eosin, 2-3 menit Cuci dengan air kran, 30-60 detik
Alkohol 95, 10 celupan Alkohol absolut I, 10 celupan
Alkohol absolut II, 2 menit Xylol I, 1 menit
Xylol II, 2 menit Tutup dengan cover glass
Lampiran 2 Hasil Analisa Statistik Kruskall Wallis Organ Hati dan Ginjal. Kruskal-Wallis Test Organ Hati
Ranks
80 201,06
52 264,08
334 295,64
79 256,01
545 Perlakuan
K1 K2
P1 P2
Total Hati
N Mean Rank
Tes t Statis tics
a,b
28,042 3
,000 Chi-Square
df A sy mp. Sig.
Hati
Kruskal Wallis Test a.
Grouping V ariable: Perlakuan b.
Kruskal-Wallis Test Organ Ginjal
Ranks
97 326,66
45 242,43
342 293,21
94 260,17
578 Perlakuan
K1 K2
P1 P2
Total Ginjal
N Mean Rank
Tes t Statis tics
a,b
12,900 3
,005 Chi-Square
df A sy mp. Sig.
Ginjal
Kruskal Wallis Test a.
Grouping V ariable: Perlakuan b.
Lampiran 3 Hasil Uji Lanjutan Analisa Statistik Uji Dunn
Organ Ginjal Subscript
Perlakuan N
Mean Rank Selisih Absolut
B K1
97 201,128866
A K2
45 149,1222222 52,0066
AB P1
116 179,7327586 21,3961 30,6105
A P2
94 160,2021277 40,9267 11,0799 19,5306
352
K 4
N 352
sumt3 21746600
sumt 578
Z 2,24
Pairwise |Ri - Rj|
Pembanding Keputusan K1 vs K2
52,01 29,11 Signifikan
K1 vs P1 21,40
22,21 Tidak signifikan K1 vs P2
40,93 23,36 Signifikan
K2 vs P1 30,61
28,35 Signifikan K2 vs P2
11,08 29,26 Tidak signifikan
P1 vs P2 19,53
22,40 Tidak signifikan
Lampiran 4 Hasil Uji Lanjutan Analisa Statistik Uji Dunn Organ Hati
Subscript Perlakuan
N Mean Rank
Selisih Absolut
A K1
70 117,95
B K2
52 149,7307692
31,7808 B
P1 92
166,4619565 48,5120 16,7312
B P2
79 148,278481
30,3285 1,4523 18,1835
293
K 4
N 293
sumt3 19386304
sumt 544
Z 2,24
Pairwise |Ri - Rj|
Pembanding Keputusan
K1 vs K2 31,78
16,64 Signifikan
K1 vs P1 48,51
14,41 Signifikan
K1 vs P2 30,33
14,92 Signifikan
K2 vs P1 16,73
15,77 Signifikan
K2 vs P2 1,45
16,23 Tidak signifikan
P1 vs P2 18,18
13,94 Signifikan
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit flu burung atau flu unggas Bird Flu, Avian Influenza adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza tipe A dan
ditularkan oleh unggas. Penyakit flu burung disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1. Penyakit flu burung pada unggas telah terjadi di Republik Korea,
Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, Cina, Indonesia, Pakistan, Irak dan Turki. Sumber penyakit diduga berasal dari migrasi burung dan
transportasi unggas yang terinfeksi Bombang dan Wahyudin 2005. Menurut Bombang dan Wahyudin 2005, pada bulan Juli 2005 telah
dilaporkan terjadi kasus flu burung yang menginfeksi manusia di Tangerang, Banten sehingga menyebabkan kematian. Sejak saat itu pembahasan mengenai flu
burung kembali lebih intensif dibanding sebelumnya. Kasus penyakit flu burung sebenarnya sudah menyebar di Indonesia sebelumnya, tetapi hanya terbatas pada
unggas saja. Tepatnya pada tanggal 25 Januari 2004, pemerintah melalui Departemen Pertanian secara resmi mengumumkan flu burung telah terjadi di
Indonesia. Bersamaan dengan itu penyakit flu burung telah mengakibatkan lebih dari 5 juta ekor unggas mati, tetapi tidak ada seorangpun yang terjangkit tertular
penyakit tersebut. Kemudian pada bulan Juli 2005 dilaporkan pertama kali wabah
ini telah menular ke manusia
Sementara itu, untuk penanggulangan penyakit flu burung, pemerintah menetapkan
oseltamivir carboxylate atau biasa disebut juga Tamiflu sebagai obat untuk penyakit flu burung. Obat ini bekerja sebagai inhibitor neuraminidase, yang
bahan bakunya berasal dari tanaman Star anise Illicium verum yang harus diimpor seluruhnya dari Vietnam atau China dengan biaya relatif mahal. Obat
lainnya adalah Amantadine, yang bekerja sebagai ion chanel blocker, namun dilaporkan telah memicu resistensi pada virus. Pada bulan Januari 2006, Verkerk
et al. 2006 melaporkan bahwa 16 dari kasus H5N1 pada manusia mempunyai tipe virus yang resisten terhadap Tamiflu. Berdasarkan kenyataan di atas maka
sangat perlu dan mendesak untuk segera ditemukan obat alami untuk penyakit flu burung dari tanaman yang berasal dari alam Indonesia, karena seperti yang kita
ketahui Indonesia merupakan negara tropis yang menyimpan banyak kekayaan hayati yang belum dimanfaatkan sepenuhnya, termasuk di dalamnya adalah
tanaman-tanaman obat yang biasa dijumpai dan juga digunakan pada manusia. Untuk itu perlu adanya tanaman obat yang berasal dari Indonesia yang
dapat menanggulangi permasalahan penyakit flu burung ini. Tanaman obat yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Sirih Merah Piper crocatum. Karena
menurut Setiyono et al.2008, setelah melakukan serangkaian penelitian pada tahun 2007 hasil penelitian menunjukan bahwa Sambiloto, Temu Ireng, Sirih
Merah dan Adas memiliki potensi sebagai penghambat infeksi virus H5N1 ke sel Vero.
Hati adalah organ pertama yang dicapai oleh obat atau zat sesudah diabsorpsi oleh intestinum. Hati merupakan organ yang paling mudah mengalami
kerusakan sesudah terpapar oleh zat kimia, terutama dengan pemberian secara peroral. Sedangkan, ginjal merupakan salah satu jalur eksretori dari berbagai obat,
sehingga apabila terdapat zat toksik maka ginjal merupakan organ sasaran utama dari efek toksik tersebut, karena nefrotoksikan dapat menyebabkan efek buruk
terhadap berbagai bagian ginjal Price dan Lorraine 2006.
2. Tujuan
Tujuan penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran histopatologi ginjal dan hati ayam setelah pemberian ekstrak ethanol sirih merah dan diuji
tantang virus H5N1.
3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui potensi tanaman asli
Indonesia sirih merah yang dapat digunakan untuk pencegahan terhadap penyakit flu burung