TINJAUAN PUSTAKA Model of environmental friendly plastic shopping bags in Indonesia (case study: biodegradable plastic bags ).

2 Polimer kondensasi Kondensasi merupakan reaksi penggabungan gugus-gugus fungsi antara kedua monomernya. Artinya, polimerisasi kondensasi adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang mempunyai dua gugus fungsi. Misalnya, senyawa polipeptida atau protein dan polisakarida merupakan senyawa biomolekul yang dibentuk oleh reaksi polimerisasi kondensasi. Berikut beberapa contoh pembentukan polimerisasi kondensasi : a Pembentukan nilon Nilon merupakan suatu polimer yang ditemukan oleh Wallace Hume Carothers di tahun 1934 sewaktu bekerja di perusahaan Du Pont. Polimer nilon dibentuk dari monomer asam 6-aminoheksanoat. Dalam polimerisasi ini, gugus karboksil dari monomer berikatan dengan gugus amino dari monomer tersebut. b Pembentukan polyester polietilena terephtalat atau dakron Sama halnya pada nilon-66, polyester dakron dibentuk oleh 2 polimer berlainan, yaitu dari etilena glikol polialkohol dengan dimetil tereftalat senyawa ester. Dari contoh-contoh reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa polimerisasi kondensasi akan menghasilkan molekul kecil air dan monomernya mempunyai gugus fungsi pada kedua ujung rantainya. Apabila dirumuskan, secara umum reaksinya adalah sebagai berikut : n monomer → 1 polimer + n - 1 H 2 O Penggolongan Polimer Berdasarkan Jenis Monomernya Polimer dapat terdiri atas homopolimer dan kopolimer Strong, 2000. 1Homopolimer Homopolimer adalah polimer yang monomernya sejenis. Contohnya, selulosa dan protein. -P-P-P-P-P-P-P-P- n Pada polimer adisi homopolimer, ikatan rangkapnya terbuka lalu berikatan membentuk polimer yang berikatan tunggal. 2Kopolimer Kop olimer adalah polimer yang monomernya tidak sejenis, misalnya melamin fenol formaldehida. Proses pembentukan polimer berlangsung dengan suhu dan tekanan tinggi atau dibantu dengan katalis, namun tanpa katalis struktur molekul yang terbentuk tidak beraturan. Fungsi katalis adalah untuk mengendalikan proses pembentukan struktur molekul polimer agar lebih teratur sehingga sifat-sifat polimer yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Contoh struktur rantai molekul polimer tidak beraturan produk polimerisasi tanpa katalis adalah : -P-S-S-P-P-S-S-S-P-S-P- n Penggolongan Polimer Berdasarkan Sifatnya Terhadap Panas Polimer dapat dibedakan atas polimer termoplas tidak tahan panas, seperti plastik dan polimer termosting tahan panas, seperti melamin. 1 Polimer termoplas Polimer termoplas adalah polimer yang tidak tahan panas. Polimer tersebut apabila dipanaskan akan meleleh melunak, dan dapat dilebur untuk dicetak kembali didaur ulang. Contohnya polietilene, polipropilena, dan PVC. 2 Polimer termosting Polimer termosting adalah polimer yang tahan panas, yaitu jika dipanaskan tidak akan meleleh sukar melunak, dan sukar didaur ulang. Contohnya Melamin. Plastik Plastik merupakan polimer sintetis yang paling populer karena banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan jenis monomernya, ada beberapa jenis plastik yaitu sebagai berikut Strong, 2000: a PE PoliEtilena atau PoliEtena Poli Etilena merupakan polimer plastik yang sifatnya liat, massa jenis rendah, sukar rusak apabila lama dibiarkan dalam keadaan terbuka di udara maupun apabila terkena tanah lumpur, tetapi tidak tahan panas. PoliEtena adalah plastik yang banyak diproduksi, dicetak menjadi lembaran untuk kantong plastik, dsb. b PP PoliPropilena PP atau polipropilen tergolong olefin yang dibuat melalui reaksi katalitik polimerisasi dari monomer propilen pada panas dan tekanan tertentu. Olefin merupakan hidrokarbon tidak jenuh yang diperoleh dari proses cracking dalam pengolahan minyak bumi. Plastik polipropilen mempunyai densitas yang terendah 0.90gcc dibandingkan seluruh polimer yang ada Brown, 1992. Plastik polipropilen banyak diproduksi karena memiliki sifat utama mudah dibentuk dan ringan, kekuatan tarik lebih rendah dari pada polietilen, tidak mudah robek, tahan terhadap asam, basa, minyak, mempunyai sifat barrier yang rendah terhadap gas dan mempunyai sifat barrier yang tinggi terhadap uap air, stabil pada suhu tinggi dan mempunyai kejernihan yang baik Robertson, 2006. c PVC Poli Vinil Chlorida Plastik PVC bersifat termoplastik dengan daya tahan kuat. Plastik ini juga bersifat tahan serta kedap terhadap minyak dan bahan organik. Ada dua tipe plastik PVC yaitu bentuk kaku dan bentuk fleksibel. Plastik bentuk kaku digunakan untuk membuat konstruksi bangunan, mainan anak-anak, pipa PVC pralon, dan beberapa komponen mobil. Plastik bentuk fleksibel digunakan untuk membuat selang plastik dan isolasi listrik. Dalam hal penggunaannya, plastik PVC menempati urutan ketiga dan sekitar 68 digunakan untuk konstruksi bangunan pipa saluran air. d Teflon Tetrafluoroetena Teflon merupakan lapisan tipis yang sangat tahan panas dan tahan terhadap bahan kimia. Teflon digunakan untuk pelapis wajan panci anti lengket, pelapis tangki di pabrik kimia, pipa anti patah, dan kabel listrik. e Bakelit Fenol Formaldehida Bakelit adalah jenis polimer yang dibuat dari dua jenis monomer, yaitu fenol dan formaldehida. Polimer ini sangat keras, titik leburnya sangat tinggi dan tahan api. Bakelit digunakan untuk instalasi listrik dan alat-alat yang tahan suhu tinggi. f Flexiglass Polimetil Metakrilat Polimetil Metakrilat disingkat PMMA mempunyai nama dagang flexiglass. Polimetil metakrilat merupakan polimerisasi adisi dari monomer metil metakrilat H 2 C = CH-COOH 3 . PMMA merupakan plastik yang kuat dan transparan. Polimer ini digunakan untuk jendela pesawat terbang dan lampu belakang mobil. g Plastik Poli Etilen Tereftalat PET Plastik PET merupakan serat sintetik poliester dakron transparan dengan daya tahan kuat, tahan terhadap asam, kedap udara, fleksibel, dan tidak rapuh. Dalam penggunaannya, plastik PET menempati urutan pertama. Sekitar 72 PET digunakan sebagai kemasan minuman dengan kualitas yang baik. PET merupakan poliester yang dapat dicampur dengan polimer alam seperti sutera, wol dan katun menghasilkan bahan pakaian yang bersifat tahan lama dan mudah perawatannya. h Plastik Nilon Plastik nilon merupakan polimer poliamida proses pembentukannya seperti pembentukan protein. Plastik Nilon ditemukan pada tahun 1934 oleh Wallace Carothers dari Du Pont Company . Carothers mereaksikan asam adipat dan heksametilendiamin. Nilon bersifat sangat kuat tidak cepat rusak dan halus ini banyak digunakan untuk pakaian, peralatan kemah dan panjat tebing, peralatan rumah tangga serta peralatan laboratorium. Karakteristik berbagai jenis plastik Terdapat dua jenis plastik PE, yaitu Low Density Poly Ethylene LDPE dan High Density Poly Ethylene HDPE. Tabel 4 Karakteristik Berbagai Jenis Plastik Parameter PP LDPE HDPE LLDPE PET Density gcc 0.905 0.91-0.925 0.945-0.967 0.918-0.923 1.4 Yield in 2 lb-mil x 10 -3 30.6 30 29 30 20-22 Tensile Strength kpsi 25-30 1.2-2.5 3-7.5 3.5-8 25 Impact Strength kg-cm 5-15 7-11 1-3 8-13 25-30 Water Vapor Transmision Rate g-mil100 in 2 -day100 F and 90RH 0.3-0.4 1.2 0.3-0.65 1.2 1.3 Oxygen Transmision rate cm 3 - mil100 in 2 -day-atm77 F and 0RH 110 250-840 30-250 250-840 5 CO 2 Permeability cm 3 -mil100 in 2 - day-atm 77 F and 0RH 240-285 500-5000 250-645 500-5000 NA Heat seal temperature range F 200-300 250-350 275-310 250-350 275 Sumber: Strong 2000 Low Density Poly Ethylene LDPE yang dikenal sebagai plastik 4, adalah plastik yang mudah dibentuk ketika panas, terbuat dari minyak bumi, dan rumus molekulnya adalah -CH2- CH2-n, mulai diteliti pada tahun 1933 dengan mereaksikan etilena dan benzaldehida pada tekanan tinggi, sehingga dihasilkan Poli Etilen. Selanjutnya pada tahun 1939, perusahaan ICI Imperial Chemical Industry mulai memproduksi Poli Etilen dalam skala pabrik, dan sejak saat tersebut industri plastik berkembang pesat Miller, 2010. LDPE adalah resin yang keras, kuat dan tidak bereaksi terhadap zat kimia lainnya, kemungkinan merupakan plastik yang paling tinggi mutunya. Plastik LDPE berkepadatan rendah, memiliki banyak cabang di sepanjang rantai hidrokarbon, dan ini mencegah rantai tersebut berdekatan satu sama lain dalam susunan yang rapi. Area daerah yang ditempati oleh rantai-rantai yang saling berdekatan satu sama lain dan terkemas secara beraturan dikatakan berhablur kristalin. Apabila rantai-rantai bercampur, maka daerah tersebut dikatakan amorf. PE berkepadatan rendah memiliki banyak daerah amorf. Sebuah rantai terikat dengan rantai lain di dekatnya melalui gaya dispersi Van der Waals. Gaya tarik tersebut akan semakin besar jika rantai-rantai tersebut saling berdekatan satu sama lain. Daerah-daerah amorf dimana rantai-rantai tidak terkemas secara beraturan dapat mengurangi efektifitas gaya tarik Van der Waals sehingga juga mengurangi titik lebur dan kekuatan polimer. Daerah amorf ini juga akan mengurangi kepadatan polimer, sehingga disebut PE berkerapatan rendah yang biasa digunakan untuk barang-barang umum seperti tas plastik dan material-material serupa lainnya yang fleksibel dan berkekuatan rendah. Di tahun 1999, LDPE digunakan sebagai botol plastik di seluruh Amerika hanya 1 saja. Walaupun tidak banyak, plastik ini sangat mempengaruhi kehidupan kita. Plastik LDPE banyak digunakan sebagai kantong plastik dan pembungkus makanan.Sedangkan HDPE adalah plastik Poli Etilena yang berkerapatan tinggi yang umumnya dimanfaatkan sebagai drum, pipa air, atau botol. Plastik HDPE memiliki cabang yang sangat sedikit di sepanjang rantai-rantai hidrokarbon, kristalinisasinya sebesar 95 atau lebih. Pengemasan cabang yang lebih baik ini berarti bahwa gaya tarik Van der Waals antara rantai-rantai lebih besar sehingga plastik lebih kuat dan memiliki titik lebur yang lebih tinggi. Kepadatannya juga lebih tinggi karena pengemasan yang lebih baik dan jumlah ruang yang tidak terpakai dalam struktur lebih kecil. Plastik Linear Low Density Polyethilene LLDPE mempunyai densitas yang sama dengan plastik Low Density Polyethilene LDPE namun dengan jumlah cabang polimer yang lebih sedikit. Ciri-ciri yang dimiliki oleh plastik LLDPE adalah mempunyai penampakan yang jernih dan kemampuan heat sealing yang lebih baik dibandingkan plastik LDPE serta mempunyai sifat kaku yang sama dengan plastik HDPE Strong, 2000. Kantong Plastik Belanja Konvensional dan Lingkungan Menurut data Kementerian Perindustrian 2012, industri plastik hilir membutuhkan 1.2 juta ton PP dan 1.1 juta ton PE per tahun. Namun industri hulu hanya bisa memproduksi bahan baku 700.000 -800.000 ton PP dan sekitar 500.000 ton PE per tahun. Kinerja Industri plastik hilir dalam negeri sepanjang tahun 2011 kurang beroperasi optimal, karena pasokan bahan baku yang terbatas sehingga hanya mampu memasok sekitar 50 dari kebutuhan industri plastik. Kantong plastik belanja yang selama ini dipakai umumnya jenis kantong plastik konvensional, yang dibuat dengan menggunakan bahan baku utama PE atau PP. Kantong plastik ini mempunyai kelebihan dalam berbagai hal seperti ringan, mudah dibentuk, tidak berkarat karena kelembaban, mampu dipakai membawa berbagai jenis barang belanjaan, dan sangat mudah diperoleh terutama di area perbelanjaan, bahkan di beberapa negara masih diberikan secara cuma-cuma untuk menarik konsumen.Namun ternyata daur hidup kantong-kantong plastik tersebut berakhir di Tempat Pembuangan Akhir TPA dan limbah plastik konvensional ini dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan. Penyebabnya yaitu sifat plastik yang tidak dapat diuraikan atau hancur di dalam tanah atau didegradasi oleh mikroba yang ada dalam tanah. Fakta yang Berkaitan dengan Sampah Kantong Plastik dan Lingkungan 1 Sampah kantong plastik yang dibuang secara fisik dapat mengganggu jalur air yang terserap ke dalam tanah. Kesuburan tanah akan menurun, karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak mikroorganisme bawah tanah yang mampu menyuburkan tanah. Pembuangan sampah plastik di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir. 2 Secara fisik, berat kantong plastik sangat ringan sehingga mudah diterbangkan angin ketempat yang jauh dan menjadi limbah ditempat yang berbeda. Sekitar 80 sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90 nya adalah sampah kantong plastik. Dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil persegi perairan di laut terdapat 46000 sampah plastik mengambang di lautan. 3 Fakta tentang bahan pembuat plastik yang tidak dapat terurai meskipun dimakan oleh mikroorganisme yang ada dalam tanah, ataupun oleh tanaman bahkan akan menjadi racuntoksin berantai sesuai urutan rantai makanan. Toksin yang keluar dari partikel plastik yang masuk ke tanah dapat membunuh mikroba pengurai di dalam tanah seperti cacing dan sejenisnya. Kantong plastik ini sulit diurai dalam tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 1000 tahun. 4 Fakta bahwa kantong plastik dapat membunuhhewan-hewan yang terjerat dalam tumpukan plastik. Banyak artikel dan hasil penelitian yang telah mempublikasikan kenyataan ini dan selalu menjadi topik pembicaraan yang menarik dikalangan masyarakat . Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba,penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya. Ketika hewan-hewan ini mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak hancur. Kantong plastik sisa telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau Midway, Lautan Pacific. Setiap tahun, plastik membunuh hingga 1.000.000 burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya. 5 Untuk menanggulangi sampah plastik, beberapa pihak mencoba untuk membakarnya. Tetapi proses pembakaran plastik umumnya menghasilkan senyawa dioksin di udara, karena secara umum pada semua proses pembakaran senyawa yang mengandung Chlor dan Carbon pada suhu 180-400 C, akan terbentuk senyawa dioksin. Bila manusia menghirup dioksin, maka akan rentan terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf, hepatitis, dan berbagai penyakit lainnya. Tabel 5 Strategi Penanganan Sampah Plastik di Beberapa Negara Negara Strategi Penanganan Sampah Kantong Plastik China Melarang supermarket dan toko menggunakan kantong plastik sebagai kemasan Singapura Menetapkan hari-hari tertentu sebagai bring your own bag day, bagi yang tidak membawanya akan dikenai denda Australia Friends of the Earth, toko menjual produk dalam bentuk curah dan pelanggan diharuskan membawa kantung belanjaan sendiri Jepang UU tahun 1997 tentang Pengumpulan Sampah Terpilah dan Daur Ulang Kaleng dan Kemasan, melakukan pemilahan sampah mulai dari tingkat rumah tangga, daur ulang plastik dilakukan secara terpusat, adanya buku panduan Kairo Sistem pengumpulan dan daur-ulang sampah yang mampu memanfaatkan 85 sampah yang terkumpul dan mempekerjakan 40,000 orang Kanada Kotak biru, tempat sampah khusus untuk bahan yang dapat didaur ulang Sumber: Sugianto 2008, Anonim 2008, Ginting 2006 Proses Pembuatan Kantong Plastik Belanja Konvensional Bahan Baku Pemakaian jenis dan jumlah bahan baku ditentukan berdasarkan spesifikasi produk yang akan diproduksi. Produsen membuat barang contoh yang diminta sesuai dengan keinginan pihak pemesan. Setelah disetujui dan diketahui karakteristik plastik yang akan digunakan, proses pembuatan mulai dilakukan. Material bahan baku berbentuk pelletpolyethylene atau polypropylene, yang merupakan jenis thermoplasticdan memiliki karakteristik yang bervariasi. Polyethylene biasanya lunak pada temperatur 110 C – 130 C, dan mencair pada suhu 140 C - 160 C. Pada suhu yang rendah, dapat digunakan sampai - 30 C. Proses Pewarnaan Pada saat proses pewarnaan, bahan baku biji plastik dibawa ke mesin mixer untuk diberi campuran warna sesuai pesanan konsumen. Pemasukan Bahan Baku ke dalam Hopper Bahan baku yang telah selesai diberi campuran warna pada mixer, dimasukan kedalam hopper, kemudian siap untuk dilakukan proses pencetakan dengan menggunakan mesin injection moulding. Kapasitas hopper umumnya sekitar 20 kg - 50 kg. Hopper merupakan corong masuk bahan baku biji plastik yang terdapat pada bagian atas mesin injection moulding. Injeksi Bahan baku yang masuk ke dalam hopper kemudian diteruskan ke dalam Reciprocating screw dan akan meleleh dengan cepat saat mencapai bagian kompresi dari screw, kemudian akan diinjeksikan ke dalam moulding dengan screw yang berputar untuk proses pencetakan. Bahan baku yang meleleh diinjeksikan kedalam cetakan melalui nozzle, proses injeksi membutuhkan waktu 7 –20 detik untuk memenuhi ruang cetakan yang tergantung besarnya cetakan. Holding Time Holding time dilakukan setelah proses injeksi. Extruder akan berhenti sejenak, saat pemberhentian extruder ini dinamakan proses holding time. Proses holding time bertujuan untuk mencegah kembalinya material yang berbentuk lelehan ke dalam extruder akibat pembalikan arah.Proses holding ini merupakan penahan waktu agar plastized yang ada dalam cetakan dapat segera dingin karena cetakan yang berpendingin air. Ejeksi pengeluaran dari cetakan Setelah holding time, cetakan akan membuka secara otomatis, lalu produk yang terdapat pada cetakan akan dikeluarkan oleh ejector pin secara otomatis. Quality Control Produk yang dikeluarkan dari cetakan memerlukan suatu proses pengontrolan kualitas oleh operator, agar produk yang mengalami cacat atau tidak diinginkan segera dipisahkan dari produk yang baik. Produk yang mempunyai kualitas baik akan diteruskan ke bagian perakitan, sedangkan yang tidak baik akan dihancurkan kembali atau didaur ulang oleh mesin crusher. Crusher machine Barang jadi yang tidak lolos pengontrolan kualitas akan segera di bawa ke ruang penghancur untuk dihancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil. Selanjutnya serpihan-serpihan tersebut akan di bawa langsung ke mesin mixer untuk dilakukan pewarnaan ulang dan hasilnya dapat dipakai sebagai bahan baku. Packing Produk yang lolos dari pengontrolan kualitas barang jadi tersebut akan langsung dibawa ke ruang pengepakan. Di tempat ini akan produk akan disusun dengan dengan baik agar tidak rusak selama proses pengiriman. Kantong Plastik Ramah Lingkungan Kantong Plastik Oxodegradable Plastik Oxodegradable dikategorikan plastik ramah lingkungan karenapada proses pembuatannya dilakukan dengan cara menambahkan sebanyak 1-3 additive prodegradant kepada plastik poliolefin konvensional PE yang akan mempercepat proses oksidasi polimer dengan pengaruh utama panas dan sinar ultraviolet untuk mempercepat degradasi. Additive prodegradant mempunyai berat molekul kecil,bersifat aktif, dan berfungsi untuk memecah rantai polimer PE. Additive ini hanya memicu pemecahan lembaran plastik secara fisik setelah kontak dengan air dan sinar matahari menjadi partikel-partikel kecil yang bisa dikonsumsi oleh mikroorganisme. Kecepatan degradasi plastik jenis ini sangat tergantung pada kondisi tanah dan lingkungan, seperti suhu, kelembaban dan intensitas penyinaran ultra violet dan material dari plastik tersebut, seperti jenis resin, dan ketebalannya. Pakar lingkungan yang kontra terhadap plastik jenis oxodegradable ini mempermasalahkan apakah mikroorganisme bisa mencerna lebih lanjut partikel-partikel kecil plastik tersebut, sehingga tidak diharapkan hasil akhirnya adalah campuran biomasa dan residu plastik. Namun dari beberapa penelitian mikrobiologi yang dipublikasi oleh PT Tirta Marta sebagai salah satu produsen kantong plastik jenis oxodegradable uji mikrobiologi dilakukan di Laboratorium BPPT, hasilnya adalah mikroba dalam cawan petri bertambah banyak jumlahnya dengan adanya partikel-partikel kecil plastik tersebut, dibandingkan dengan cawan petri yang berisi potongan kantong plastik konvensional Sugianto, 2012. Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang memproduksi dan mendistribusi resin plastik dan oxodegradable plastic packaging, diantaranya: 1 PT Tirta Marta di Cikupa, Tangerang- Propinsi Banten adalah perusahaan industri plastik kemasan lokal yang memproduksi berbagai jenis resin oxodegradable dengan brand Oxium. 2 PT Chandra Asri Petrochemical Tbk di Propinsi Banten. Produk yang dihasilkan bernama Asren HDPE degradable juga sudah memproduksi kantong plastik belanja jenis oxodegradable. 3 PT Agra Karya Prima Industry yang merupakan perusahaan mitra PT Merindo yang diberikan lisensi oleh EPI Environmental Product Inc. Canada untuk mendistribusikan resin oxo-biodegradable PE film, dan memproduksi kantong plastik belanja atau dikenal sebagai kantong kresek yg dipakai hotel-hotel, bank, perusahaan dan ritel seperti Ranch Market, Carrefour, Ace Hardware dan lainnya. EPI adalah perusahaan pelopor di dunia untuk teknologi oxo-biodegradable dan memiliki pengalaman , pengetahuan teknis untuk merancang sistem aditif untuk polietilen, polipropilen dan polistiren agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan pelayanan dan kinerja degradasi.TDPA ® Total Degradable Plastic Additive seperti yang dimiliki oleh pabrik resin EPI, ketika ditambahkan ke dalam resin PE, PP dan PS, menyebabkan plastik lebih mudah hancur dalam waktu tertentu terkendali. Degradasi ini dipicu oleh paparan sinar ultraviolet sinar matahari, suhu yang tinggi atau stres mekanik. Setelah awal proses degradasi, produk yang dibuat dengan polietilen seperti kantong plastik belanja yang hancur, juga akan dapat dikonsumsi oleh mikroba dalam tanah termasuk biodegradable. Dosis penambahan TDPA sangat penting dalam merancang umur simpan dan memungkinkan produk ini untuk didaur ulang dengan aman di sungai dengan menunjukkan tanda-tanda visual dari degradasi - kerapuhan atau disintegrasi. Menurut EPI, proses keseluruhan dari polimer menjadi karbon dioksida, air dan biomassa disebut okso-biodegradasi. Kantong plastik PE dengan tebal 0.0030 cm diberi aditif prodegradant 2 akan terdegradasi dalam waktu 3 bulan, jika dibiarkan terbuka di lingkungan udara terbuka di Thailand dan sebuah wadah plastik dengan tebal 0.15 cm atau dalam bentuk lembaran PP akan menurunkan waktu degradasi menjadi waktu 3-6 bulan. Plastik jenis oxodegradable tidak dapat terdegradasi dengan cepat namun waktu degradasinya dapat dikendalikan Morawietz, 2006. Kantong Plastik Biodegradable Berdasarkan formulasi bahan baku yang dipakai, plastik biodegradable dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dengan bahan baku petrokimia menggunakan sumberdaya alam yang tidak terbarukan non-renewable resources, dan kelompok dengan bahan baku produk tanaman seperti pati dan selulosayang menggunakan sumber daya alam terbarukan renewable resources yg mudah dicerna oleh mikroorganisme bakteri dan jamur, sehingga disebut juga biodegradable atau compostable, karena jika dicerna oleh mikroba kantong plastik belanja tersebut berubah menjadi komposbiomasa. Pengomposan yang sempurna sampai ke tahap mineralisasi akan menghasilkan karbon dioksida dan air Pranamuda,2001. Biodegradable didefinisikan sebagai bahan yang bisa didekomposisi menjadi karbon dioksida, metana, air, komponen anorganik atau biomassa melalui mekanisme enzimatis mikroorganisme, yang bisa diuji dengan pengujian standar dalam periode waktu tertentu Latief, 2001. Biodegradable merupakan salah satu mekanisme degradasi material, selain compostable, hydrobiodegradable, photobiodegradable, bioerodable Nolan-ITU, 2002. Plastik Biodegradable dapat pula diartikan sebagai suatu material polimer yang berubah menjadi senyawa dengan berat molekul rendah dimana paling sedikit satu atau beberapa tahap degradasinya melalui metabolisme organisme secara alami Latief, 2001. Polimer-polimer yang mampu terdegradasi harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu mengandung salah satu dari jenis ikatan asetal, amida, atau ester, memiliki berat molekul dan kristalinitas rendah, serta memiliki hidrofilitas yang tinggi Pila, 2011. Persyaratan ini tidak sesuai dengan spesifikasi teknis plastik yang diinginkan dan dibutuhkan pasar, sehingga perlu adanya pengoptimalan pengaruh berat molekul, kristalinitas dan hidrofilitas terhadap biodegradabilitas dan sifat mekanik. Plastik biodegradable dapat dihasilkan melalui tiga cara yaitu: - Biosintesis, seperti pada pati dan selulosa - Bioteknologi, seperti pada polyhydroxyl fatty acid - Proses sintesis kimia seperti pada pembuatan poliamida, poliester dan polivinil alkohol Plastik Biodegradable yang didapat langsung dari sintesis alam memiliki keunggulan ketersediaan dalam jumlah besar dan murah, namun memiliki kelemahan dalam hal penyerapan air yang tinggi dan tidak dapat dilelehkan tanpa bantuan bahan aditif Budiman, 2003. Kelompok biopolimer yang menjadi bahan dasar dalam pembuatan plastik biodegradable, yaitu: 1. Campuran biopolimer dengan polimer sintetis. Bahan ini memiliki nilai biodegradabilitas yang rendah dan biofragmentasi sangat terbatas. 2. Poliester. Biopolimer ini dihasilkan secara bioteknologi atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes dan dapat terdegradasi secara penuh oleh bakteri, jamur, dan alga. 3. Polimer pertanian. Polimer pertanian diantaranya, cellophan, seluloasetat, kitin, pullulan Latief 2001. Jenis plastik biodegradable lain yang banyak diteliti adalah plastik campuran dari bahan non-biodegradable dengan bahan biodegradable, misalnya polietilena dicampurkan dengan pati. Pencampuran tersebut merupakan salah satu alternatif yang mungkin untuk diterapkan walaupun tidak terdegradasi sempurna. Plastik Biodegradable yang berbasiskan pati dapat dibuat dengan cara sebagi berikut Tokiwa et al, 2009 yaitu: 1 Mencampur pati dengan plastik konvensional PE atau PP dalam jumlah kecil 10-20 2 Mencampur pati dengan turunan hasil samping minyak bumi, seperti PCL,dalam komposisi yang sama 50 3 Menggunakan proses ekstrusi untuk mencampur pati dengan bahan seperti protein kedelai, gliserol, lignin sebagai plasticizer Flieger et al. 2003 Gambar 2 Jenis Plastik Biodegradable Sumber: Tokiwa et al.,2009 Potensi penggunaan pati sebagai plastik biodegradable berkisar 80-95 dari pasar plastik biodegradable yang ada Vilpoux dan Averous, 2006. Sumber pati yang banyak digunakan antara lain jagung, ubi kayu atau singkong, gandum, beras dan kentang. Jika dikaitkan dengan sumber daya lokal, khususnya sumber daya alam penghasil pati yang ada di Indonesia, maka peluang dan potensi yang bisa dikembangkan akan semakin luas mengingat masih banyak sumber patipatianyang masih belum dimanfaatkan dengan maksimal, apalagi ketersediaan pati dari biji-bijian yang selama ini dianggap sebagai limbah. Pati sering digunakan dalam industri pangan sebagai biodegradable film untuk menggantikan polimer plastik karena beberapa faktor seperti faktor ekonomis, dapat diperbaharui, dan memberikan karakteristik fisik yang baik Bourtoom, 2007. Menurut Stevens 2001, plastik biodegradable disebut juga bioplastik, yaitu plastik yang seluruh atau hampir seluruh komponennya berasal dari bahan baku yang dapat diperbaharui. Plastik biodegradable mengandung satu atau lebih biopolimer sebagai ingridien yang esensial. Plastik jenis ini merupakan bahan plastik yang ramah terhadap lingkungan karena sifatnya yang dapat kembali ke alam. Istilah bioplastik ditujukan untuk bahan kemasan yang berasal dari polimer yang biodegradabel dan bisa diuji biodegradabilitasnya berdasarkan standar yang berlaku seperti ASTM D6400-99 Vink et al., 2003. Di Indonesia ada beberapa perusahaan yang memproduksi resin plastik dan biodegradable plastic packaging, diantaranya: 1 PT Tirta Marta di Cikupa, Tangerang- Propinsi Banten adalah industri plastik kemasan lokal yang memproduksi jenis resin biodegradable dengan brand Ecoplas, dan sekaligus memproduksi kantong plastik belanja untuk dipasok ke berbagai perusahaan seperti kemasan plastik belanja produk Martha Tilaar. Namun kendala harga yang membuat plastik biodegradable ini akhirnya diekspor untuk memenuhi pesanan ritel atau perusahaan di luar negeri. Di Indonesia masih sulit mendapatkan kantong plastik belanja yang benar-benar biodegradable. 2 PT Inter Aneka Lestari Kimia di Cikupa, Tangerang - Propinsi Banten adalah perusahaan yang membuat kantong plastik dan kantong sampah biodegradable dengan brand name Enviplast. Plastik alternatif enviplast terbuat dari bahan baku yang tersedia terus menerus di alam dan dapat diperbaharui, yaitu pati dari tapioka, jagung, dan turunan minyak nabati antara lain kelapa sawit. Enviplast merupakan polimer biodegradable, yang dapat terurai di alam dengan bantuan mikroorganisme dan air menjadi karbon dioksida, air dan biomasa. Enviplast juga termasuk kelompok bahan compostable, yaitu dapat menjadi kompos di dalam tanah karena enviplast yang terurai di dalam tanah, akan menambah kemampuan tanah untuk mengikat air, sehingga meningkatkan daya serap air dari tanah. Selain oleh mikroorganisme, enviplast juga dapat dimakan oleh binatang seperti serangga, siput, serta hewan kecil lainnya, baik di darat maupun di air, tanpa menimbulkan akibat buruk seperti efek racun atau bahaya lainnya. Enviplast digolongkan sangat ramah lingkungan, yang bisa ditunjukkan bila enviplast ada di dalam air akan melunak dan tenggelam, sehingga memudahkan terdegradasi dan dimakan oleh mikromakro organisme, serta tidak menyumbat saluran pembuangan air. Enviplast juga tidak menghasilkan gas kimia berbahaya atau residu lelehan bila dibakar. Plastik kemasan enviplast memang belum banyak digunakan oleh peritel atau pertokoan bahkan di pasar tradisional, karena terkendala oleh harga pati singkong, dan minyak sawit mentah atau crude palm oil CPO. Saat ini harganya hampir dua kali lipat dari plastik konvensional. Kelemahannya, selain harga jual yang dibebankan kepada konsumen bisa mencapai Rp 3000 per lembar kantong plastik belanja, enviplast juga akan meleleh jika terkena panas di atas 80 C. Untuk industri plastik hilir, kemasan ramah lingkungan memang telah menjadi suatu yang model, namun tidak semuanya menggunakan bahan baku dari tumbuhan yang dapat membuat sampah kantong plastik tersebut terurai dalam waktu 3-6 bulan, karena terkendala harga bahan baku. Beberapa pelaku industri tetap menggunakan bahan baku berbasis minyak bumi konvensional yang diberi campuran additive agar bisa didegradasi lebih cepat dalam waktu 2 tahun. Pati Starch Pati merupakan karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman berklorofil, terdapat pada biji, batang dan bagian umbi tanaman yang merupakan cadangan makanan untuk masa pertumbuhan dan pertunasannya. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung asal pati, misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati 50-60. Pati telah lama digunakan baik sebagai bahan makanan maupun non-food seperti perekat, dalam industri tekstil, polimer atau sebagai bahan tambahan dalam sediaan farmasi Grag, 2006. Pati adalah suatu polisakarida yang mengandung amilosa, suatu cabang polimer linier dan amilopektin, polimer dengan banyak cabang Mali, 2005. Pati bila dipanaskan dalam air , akan terbentuk larutan koloid hingga berat molekulnya tidak dapat ditentukan secara teliti, meskipun demikian berat molekulnya sangat besar. Amilosa merupakan bagian yang larut dalam air 10-20 yang mempunyai berat molekul 50.000-200.000. Amilopektin merupakan bagian yang tidak larut dalam air 80-90 dengan berat molekul antara 70.000-10 6 . Keduanya mempunyai rumus empiris C 6 H 10 O 5 n. Baik amilosa maupun amilopektin, bila terhidrolisis menunjukkan adanya sifat-sifat karbonil. Struktur amilosa merupakan struktur lurus dengan ikatan α-1,4-D-glukosa. Amilopektin terdiri dari struktur bercabang dengan ikatan α-1,6-D-glukosa dan titik percabanganamilopektin merupakan ikatan α-1,6. Dalam amilosa satuan-satuan gula dihubungkan dengan ikatan 1,4, sedangkan dalam amilopektin ikatannya pada 1,6 atau dengan kata lain atom C 1 dari satu gula dihubungkan dengn atom C 6 dari satuan gula berikutnya Hornback, 2006. Struktur kimia Amilosa dan Amilopektin dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3 Struktur Kimia Amilosa Sumber: Ann-Charlott, 2004 Gambar 4 Struktur Kimia Amilopektin Sumber: Ann-Charlott, 2004 Ubi-ubian, serealia, dan biji polong-polongan merupakan sumber pati yang paling penting. Ubi-ubian yang sering dijadikan sumber pati antara lain ubi jalar, kentang, dan singkong Liu, 2005 dalam Cui, 2005. Pati singkong sering digunakan sebagai bahan tambahan dalam industri makanan dan industri yang berbasis pati karena kandungan patinya yang cukup tinggi Niba, 2006 dalam Hui, 2006. Menurut Biro Pusat Statistik 2009, produksi tanaman singkong di Indonesia tahun 2008 sebesar 20.834.241 ton. Melihat kandungan pati pada singkong 90, maka pada tahun 2008 dapat dihasilkan 18.750.816,9 ton pati singkong. Produksi pati yang tinggi, penanamannya yang mudah, dan tanaman mudah diperoleh di Indonesia menjadikan singkong potensial dijadikan sebagai bahan dasar plastik biodegradable. Kandungan pati pada beberapa bahan pangan disajikan pada tabel berikut. Tabel 6 Kandungan Pati pada Beberapa Bahan Pangan Bahan Pangan Pati basis kering 1 Biji sorghum 67 2 Beras 89 3 Singkong 90 4 Ubi jalar 90 5 Kentang 75 6 Jagung 57 7 Biji gandum 67 Sumber: Liu 2005 dalam Cui 2005 Sumber Pati Singkong merupakan tanaman perdu yang berasal dari Amerika Selatan dengan lembah sungai Amazon sebagai tempat penyebarannya Odigboh, 1983 dalam Chan 1983. Pohon singkong dapat tumbuh hingga 1-4 meter dengan daun besar yang menjari dengan 5 hingga 9 belahan lembar daun. Batangnya memiliki pola percabangan yang khas, yang keragamannya tergantungpada kultivar Rubatzky dan Yamaguchi, 1995. Gambar pohon singkong, akar umbi dan bentuk granula pati singkong dapat dilihat pada gambar berikut . Gambar 5 Umbi singkong Gambar 6 Granula Pati Singkong Sumber: Grahito, 2007 Sumber: Niba, 2006 dalam Hui, 2006 Proses pembuatan pati tapioka secara tradisional terdiri dari tiga tahap yang dilakukan secara terpisah. Tahap pertama adalah proses pemarutan ubi kayu yang sudah dikupas kulitnya, sedangkan tahap kedua dan ketiga adalah proses pemerasan dan penyaringan parutan ubu kayu yang sudah dicampur air, untuk mendapatkan pati tapioka. Pemarutan yang menghasilkan pati tapioka bertujuan untuk memecahkan dinding sel pada ubi kayu agar butir tepung pati yang terdapat di dalam ubi kayu tersebut dapat diambil. Setelah proses pemarutan dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas dan disaring. Selanjutnya campuran pati dan air ini diendapkan. kemudian dijemur hingga kering Soegihardjo, 2005. Pati merupakan biopolimer karbohidrat yang dapat terdegradasi secara mudah di alam dan bersifat dapat diperbarui. Untuk meningkatkan karakteristik, biasanya pati dicampur biopolimer yang bersifat hidrofobik atau bahan tahan air. Biji durian Durio zibethinus Murr. banyak mengandung lemak, protein, dan karbohidrat terutama pati Sumarlin, 2011. Pati dapat ditemukan pada seluruh bagian tanaman daun, batang, akar, umbi, dan biji. Pati dapat dimanfaatkan secara luas dalam produk pangan, misalnya sebagai bahan pengikat air atau pegental dan pembentuk tekstur dalam pembuatan biskuit dan roti Nielsen, 2003. Pati memiliki sifat yang berbeda-beda dipengaruhi oleh jenis tanaman sumber pati, bentuk dan ukuran granula pati, kandungan amilosa dan amilopektin. Untuk mendapatkan karakteristik pati yang diinginkan, maka dapat dilakukan modifikasi pati dengan tujuan untuk mendapatkan sifat pati yang spesifik. Pati termodifikasi dapat digunakan dalam produk pangan atau industri untuk memperbaiki viskositas, stabilitas, tekstur, penampakan, dan emulsifikasi Jannsen, 2009. Berpikir Sistem System Thinking Berpikir sistemik merupakan kesadaran untuk mengapresiasi dan memikirkan kejadian sebagai sebuah sistem atau sistem approach. Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari tujuan-tujuan Eriyatno, 2007. Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisa organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisa. Metode ini merupakan salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif Marimin,2009. Pengkajian dalam pendekatan sistem seyogyanya memenuhi tiga karakteristik, yaitu: 1 kompleks, dimana interaksi antar elemen cukup rumit; 2 dinamis, dalam arti faktor yang terlibat ada yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan; dan 3 probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan maupun rekomendasi Eriyatno, 2007. Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis. Menurut Marimin metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa rekayasa, meliputi: 1 analisa kebutuha, 2 identifikasi sistem, 3 formulasi permasalahan, 4 pembentukan alternatif sistem, 5 determinasi dan realisasi fisik, social dan politik, 6 penentuan kelayakan ekonomi dan keuangan finansial. Pendekatan sistem memiliki dua hal umum sebagai tandanya, yaitu 1 dalam semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah; dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional Marimin, 2010. Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik kuantitatif dan simulasi digunakan untuk mengkaji keterkaitan antar peubah dalam sebuah model. Sistem yang diberi abstrak dan deskripsi yang disederhanakan memudahkan penggunaan model untuk menentukan usaha-usaha penelitian atau menguraikan garis besar suatu masalah untuk pengkajian yang lebih mendetail Marimin, 2009. Metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem bisa berupa hard sistems thinking HST, maupun soft sistem methodology SSM. Pendekatan hard sistem memiliki asumsi bahwa: 1 masalah yang dimiliki sistem terdefinisi dengan baik, 2 memiliki solusi optimum tunggal, 3 pendekatan sains untuk pemecahan masalah akan bekerja dengan baik, 4 didominasi faktor teknis. Dalam pendekatan hard sistem teknik dan prosedur kaku untuk menghasilkan data dan pengolahan masalah yang terdefinisi dengan baik, difokuskan pada implementasi komputer. Sementara SSM merupakan sebuah pendekatan untuk pemodelan proses pengorganisasian dan hal itu dapat digunakan baik untuk pemecahan masalah umum maupun dalam manajemen perubahan. SSM lebih mengarah pada model konseptual normatif yang bisa menghasilkan perencanaan dan strategi Marimin, 2009. Gambar 7 Model Pendekatan Sistem Sumber; Marimin, 2009 Pengertian AHP Analitycal Hierarchy Process AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Menurut Saaty 1993, hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multilevel dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, masalah yang kompleks dapat diurai ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan berikut : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. Tahapan AHP Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Masalah didefinisikan dan ditentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini masalah yang akan dipecahkan agar ditentukan secara jelas, detail dan mudah METODA Pendekatan Sistem Pemilihan Produk Alternatif MULAI AHP MPE Analasis Kebutuhan Formulasi dipahami. Dari masalah tersebut coba tentukan solusi yang mungkin cocok dan dapat berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut dikembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya.

2. Struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama harus dibuat. Setelah

menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang diberikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria jika mungkin diperlukan. 3. Matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya harus dibuat. Matriks bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. 4. Perbandingan berpasangan didefinisikan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [n-12] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty sebagai berikut dalam ujud Intensitas Kepentingan. 1 = Kedua elemen sama pentingnya, mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya,bukti yang mendukung memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan. 5. Nilai eigen dihitung dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Langkah 3, 4, dan 5 diulang untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat indeks konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 . Nilai dan definisi kualitatif skala perbandingan Saaty dilihat pada Tabel berikut. Tabel 7 Skala Perbandingan Saaty Nilai Keterangan 1 KriteriaAlternatif A sama penting dengan kriteriaalternatif B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan Sumber: Saaty, 1993 3 . METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 7 tujuh bulan, mulai bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Pebruari 2013 di daerah Karawaci - Tangerang, Propinsi Banten. Contoh uji yang berupa kantong plastik belanja diperoleh dari peritel- peritel yang ada di pasaran di daerah Karawaci dan sekitarnya, bahkan dengan adanya sistem waralaba, maka peritel yang ada di Karawaci juga sama dengan peritel yang ada di seluruh Indonesia. Sampel yang diambil di daerah ini juga merepresentasikan sampel kantong plastik belanja yang umumnya digunakan oleh masyarakat di seluruh Indonesia. Sebagai data pembanding, maka diambil sampel kantong plastik belanja di beberapa supermarket di luar negeri. Penentuan dan penetapan wilayah kecamatan Karawaci sebagai lokasi sampling penelitian dengan pertimbangan bahwa Karawaci sudah merupakan suatu area pusat yang menopang kegiatan masyarakat modern dan tradisional di daerah ini. Karawaci adalah salah satu kecamatan di Kota Tangerang, Provinsi Banten dengan luas 14.98 km², dan memiliki 16 desakelurahan. Jumlah penduduk 145.306 jiwa 2001 dan kepadatan penduduknya 9.700 jiwakm² Badan Pusat Statistik, 2011 Gambar 8 Peta Pusat Layanan Kegiatan Perdagangan dan Jasa Karawaci Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Beberapa pertimbangan pemilihan lokasi wilayah administrasi kecamatan Karawaci sebagai lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Wilayah kecamatan Karawaci merupakan daerah yang belum lama berkembang jika dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya di wilayah Tangerang. Sejak tahun 1993 saat didirikannya sekolah-sekolah dan rumah sakit serta hotel bertaraf internasional, maka daerah Karawaci mulai ramai dihuni masyarakat dan mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang besar. Layaknya pendukung sebuah kota yang baru kerkembang, maka sarana lainnya seperti pusat perbelanjaan, restoran , toko swalayan dan perumahan meramaikan daerah ini . 2. Kecamatan dengan kecenderungan perkembangan infrastruktur yang semakin pesat selalu dapat menggeser dan merubah pola pikir dan pola hidup masyarakatnya, menjadi relatif konsumtif dan suka berbelanja. 3. Kecamatan Karawaci terletak dalam satuan wilayah pemukiman dengan beberapa ritel dan mal besar seperti Hypermart, Giant, Carrefour, Foodmart, Gramedia dan masih banyak lagi usaha-usaha yang selalu menyediakan kantong plastik belanja termasuk usaha londri dalam membungkus setiap helai pakaian. 4. Hampir semua toko dan ritel serta pasar modern merupakan representasi dari usaha sejenis yang berlokasi di Jakarta atau di daerah lainnya di Indonesia, karena adanya sistem waralaba yang diterapkan dalam semua usaha-usaha tersebut. Semuanya kegiatan ini memerlukan sarana kantong belanja untuk membawa barang-barangnya. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui survei lapang dan wawancara di lokasi penelitian terhadap jenis kantong belanja dan kantong plastik belanja yang berlabel ramah lingkungan. Sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka terkait di berbagai instansi, serta dari berbagai data uji dan analisis laboratorium yang dilakukan. Laboratorium yang dipakai sebagai tempat menganalisis adalah: - Laboratorium Kimia Universitas Pelita Harapan, Karawaci-Tangerang - Laboratorium Sentral Teknologi Polimer Puspitek, Serpong- Tangerang - Laboratorium Teknik Kimia Institut Teknologi Indonesia, Serpong- Tangerang - Laboratorium Balai Besar Kimia dan Kemasan, Pasar Rebo-Jakarta Timur Metoda pengumpulan sampel yang dipakai adalah Purposive Sampling Method yang merupakan teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan kepentingan dan tujuan tertentu Patton, 1990. Bahan yang dipakai untuk karakterisasi kantong plastik belanja yang ada di pasaran adalah 50 lima puluh sampel kantong plastik belanja yang diperoleh dari beberapa lokasi pasar swalayan dan ritel, yang terdiri dari 10 sepuluh kantong plastik yang ada di supermarket di luar negeri seperti Italy, Singapore, China, Australia, dan Amerika dan 40 empat puluh kantong plastik belanja yang ada di pasaran ritel supermarket lokal untuk dilakukan pengukuran tebal dan density nya. Untuk analisis parameter lainnya, dipilih beberapa sampel yaitu kantong plastik dari Carrefour Milan-Italy biodegradable dengan kode B1, Hypermart Oxium, oxodegradable dengan kode C1. Kantong plastik konvensional dengan kode D1, Martha Tilaar Ecoplas, biodegradable, dengan kode A1, Roti Boy EPI, oxodegradable dengan kode C2, Green Laundry Ecoplas, biodegradable, dengan kode A2, Carrefour Indonesia Oxium, oxodegradable dengan kode C3. Untuk analisis SEM juga diambil kantong plastik yang diperoleh dari supermarket di Australia Biodegradable dan Compostable LN, “ST” EPI, oxodegradable DN, “FM” Oxium, oxodegradable dan no label konvensional. Sedangkan bahan yang digunakan untuk pembuatan bioplastik skala laboratorium adalah biji plastik LDPE kualitas komersial, biji durian varietas montong, dan pati sagu komersial merk “ALINI”. Bahan untuk proses analisis mikroba total count adalah tanah, etanol 70, akuades, media Potato Dextrose Agar PDA, dan media Plate Count Agar PCA. Peralatan yang dipakai untuk uji karakteristik kantong plastik belanja yang ada di pasaran adalah Mikrometer, Neraca Analitik, Lampu UltraViolet, Oven, Peralatan Uji Tanam, Fourier Thermal Infra Red FTIR, Atomic Absorption Spectrophotometer AAS, Scanning Electron Microscopy SEM dan Material Testing Machine Lloyds Instrument. Sedangkan peralatan untuk membuat bioplastik antara lain Blender, Chromameter, Oven, Neraca Analitik, Rheomix, dan alat Hot Press. Peralatan yang digunakan untuk proses analisis bioplastik antara lain Material Testing Machine Lloyds Instrument, Texture Analyzer TA.XT.Plus, Scanning Electron Microscope, Pot untuk uji tanam, Mikrometer, Termometer, dan Higrometer.