Tahap Pertama Maximum security Tahap Kedua Medium security Tahap Minimum security

Petugas pemasyarakatan sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat wajib menghayati serta mengamalkna tugas-tugas pembinaan pemasyarakatan dengan penuh tangung jawab. Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan pemasyarakatan yang berdaya guna, tepat guna dan berhasil guna, petugas harus memiliki kemampuan professional dan intergitas moral. Berlandaskan kepada Surat Edaran No.KP.10.1331 tanggal 8 Februari 1965 tentang Pemasyarakatan Sebagai Proses, maka dapat dikemukakan bahwa pembinaan narapidana dilaksanakan melalui 4 empat tahap yang merupakan satu kesatuan proses yang bersifat terpadu sebagaiman yang diuraikan sebagai berikut 84

1. Tahap Pertama Maximum security

: Pada tahap ini setiap narapidana yang masuk ke Lapas dilakukan penelitian untuk mengetahui segala hal sesuatu mengenai dirinya, termasuk sebab-sebab ia melakukan pelanggaran dan segala keterangan tentang dirinya yang dapat diperoleh dari keluarga, bekas majikan atau atasannya, teman sekerja, sikorban dri perbuatannya, serta dari petugas instansi lain yang telah menangani perkaranya. Pembinaan tahap ini disebut pembinaan tahap awal. Kegiatan masa pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan untuk menentukan perencanaan pelaksanaan program pembinaan kepribadian dan kemandirian, waktunya dimulai pada saat yang bersangkutan berstatus sebagai narapidana sampai dengan 13 sepertiga dari masa hukuman pidananya. Pembinaan tahap ini masih dilakukan dalam Lapas dan pengawasanya secara maksimum. Masa ini disebut masa Maximum security karena diperlukan pengawasan yang ketat terhadap narapidana.

2. Tahap Kedua Medium security

Pada tahap ini terpidana telah menjalani masa pemidanaan sejak diterima sampai ½ dari masa pidana. Masa ini adalah tahap lanjutan dari pengenalan, bahwa narapidana sudah mulai mengenali narapidana ataupun petugas. Pada diri narapidana sudah mulai timbul kepercayaan diri sendiri bahwa mereka tetap diberikan kesempatan untuk bertobat. Bahkan narapidana dapat mengadakan komunikasi yang baik diantar mereka , bergabung dan juga 84 Dikutip dari Adi Sujatno, Pencerahan Dibalik Penjara Dari Sangkar Menuju Sanggar Untuk Menjadi Manusia Mandiri, Op Cit hal 130, Universitas Sumatera Utara terhadap pegawai. Narapidana sudah dipergunakan untuk membantu kegiatan- kegiatan di dalam tembok Lapas.

3. Tahap Minimum security

Pada tahap ini masa pidana yang dijalani sudah mencapai lebih ½ dari masa pidana. Menurut Tim Pengamat Pemasyarakatan narapidana telah mencapai kemajuan baik secara fisik maupun mental dan juga segi ketrampilannya maka wadah proses pembinaan diperluas dengan pengenalan assimilasi. Pengenalan assimilasi pelaksanaannya terdiri dari dua bagian yaitu waktunya dimulai sejak berahirnya tahap awal sampai dengan 12 setengah dari masa pidananya. Pada tahap ini pembinaannya masih dilaksanakan di dalam Lapas dan pengawasannya sudah memasuki tahap medium security. Tahap kedua dimulai sejak berakhirnya masa lanjutan pertama sampai dengan 23 masa hukuman pidananya. Dalam tahap lanjutan ini narapidana sudah memasuki tahap assimilasi dan selanjutnya dapat diberikan pembebasan bersyarat atau cuti menjelang bebas dengan pengawasan minimum security.

4. Tahap Terahir.

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Narapidana Narkotika Sebagai Bagian Pembinaan Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Pematangsiantar)

9 136 136

Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pembinaan Narapidana Narkotika (Studi Pengadilan Negeri Sibolga dan Lembaga Pemasyarakatan Sibolga)

2 49 96

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN REHABILITASI TERHADAP NARAPIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 (Studi Pada Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Way Huwi)

2 8 73

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 3 12

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 12

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLATEN DITINJAU DARI UNDANG – UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995.

0 4 6

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN REHABILITASI NARAPIDANA PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA YOGYAKARTA.

0 2 11

PENDAHULUAN PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA YOGYAKARTA.

0 4 13

PENUTUP PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN REHABILITASI NARAPIDANA NARKOTIKA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA YOGYAKARTA.

0 3 4