pemerintah menyusun alternatif dan prioritas kegiatan yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan pada masa yang akan datang dalam upaya pencapaian
sasaran pembangunan pendidikan. Pemilihan lokasi sekolah pada suatu wilayah merupakan salah satu bentuk
dari suatu perencanaan pendidikan. Pemilihan lokasi sekolah pada dasarnya memiliki konsep yang sama dengan pemilihan lokasi bangunan lain seperti pemilihan lokasi
perumahan, pertokoan, industri, dan lain-lain, yang semuanya berhubungan erat dengan teori lokasi sebagai dasar ilmu dari perencanaan lokasi itu sendiri.
2.7. Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Tophan 2005 mengenai Pemodelan Sistem Informasi Geografis untuk Penentuan Lokasi Sekolah menyatakan
bahwa: 1.
Dengan adanya Sistem Informasi Geografis penentuan lokasi sekolah yang mudah dicapai dapat dianalisis dengan cepat.
2. Dengan adanya Sistem Informasi Geografis yang mampu melakukan analisis
pemilihan suatu lokasi yang ideal, maka lokasi sekolah yang tepat dapat diperoleh dengan cepat dan akurat.
3. Penentuan lokasi sekolah dengan menggunakan metode konvensional
memerlukan waktu yang cukup lama. Harahap 1999 melakukan penelitian dengan judul Arahan Lokasi Fasilitas
Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di wilayah Bandung Timur
Universitas Sumatera Utara
menyatakan bahwa: Analisis yang digunakan dalam studi ini ialah perhitungan kebutuhan dan sediaan fasilitas SLTP di setiap kelurahan. Kebutuhan fasilitas SLTP
kelurahan yang melebihi sediaannya dianggap menggunakan fasilitas di kelurahan lain terdekat. Metode yang digunakan dalam perhitungan penggunaan fasilitas SLTP
adalah metode p-median dan analisis peta dengan menggunakan ARCINFO. Analisis dilakukan dalam dua periode waktu yaitu tahun 1998 dan 2004, karena lama
pendidikan di SD 6 tahun. Hasil yang diperoleh dari studi ini ialah sebagai berikut. Terdapat tiga pola pengelompokan penggunaan fasilitas SLTP, yaitu kelompok
KelurahanDesa Margasenang, Pasir Wangi dan Pasir Endah. Kebutuhan fasilitas SLTP baru pada periode pertama tahun 1998 ialah sembilan SLTP, yang dialokasikan
untuk kelompok Kelurahan Margasenang, dua SLTP di Kujangsari. Untuk kelompok Kelurahan Pasir Wangi, dua SLTP di Pasanggrahan, satu SLTP di Cipadung, satu
SLTP di Palasari dan satu SLTP di Ujungberung. Untuk kelompok Kelurahan Pasir Endah, satu SLTP di Antapani dan satu SLTP di Mandalajati. Kebutuhan terhadap
fasilitas SLTP tahun 2004 ialah sebanyak 11 SLTP. Kelompok Margasenang memperoleh alokasi satu SLTP, ditempatkan di Cipamokolan. Kelompok Pasir
Wangi memperoleh enam SLTP, satu SLTP di Mekarmulya, empat SLTP di Cipadung dan satu SLTP di Pasanggrahan. Kelompok Pasir Endah memperoleh
alokasi empat SLTP, satu SLTP di Cisaranten Kulon, dua SLTP di Antapani dan satu SLTP di Mandalajati. Selain 1okasinya, diperoleh juga pola penggunaan fasilitas
SLTP yaitu pemakaian sendiri, dan pemakaian bersama fasilitas SLTP oleh beberapa kelurahan. Jumlah SLTP yang dibutuhkan di wilayah Bandung Timur sampai tahun
Universitas Sumatera Utara
2044 sebanyak 20 SLTP. Untuk memenuhi kebutuhan ini dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu membangun 20 sekolah baru, penambahan ruangan kelas
pada sekolah yang sudah ada, pemakaian SLTP dua kali sehari dua shift dan partisipasi
swasta dalam
menyediakan fasilitas
pendidikan SLTP.
Berdasarkan perbandingan hasil studi dengan perkiraan kebutuhan dalam RDTRK dan beberapa standar, dapat disimpulkan bahwa standar yang paling mendekati ialah
perkiraan kebutuhan dalam RDTRK, sehingga perkiraan kebutuhan dalam RDTRK dapat diterapkan setelah disesuaikan dengan hasil studi ini. Penyesuaian dilakukan
terutama dalam melihat kebutuhan fasilitas SLTP setiap kelurahan, sehingga pelayanan fasilitas SLTP menjadi lebih baik dan lebih mudah dijangkau penduduk.
Muharani 2003 melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Distribusi Fasilitas Pendidikan Sekolah Dasar di Kecamatan Batununggal Kota Bandung dengan
Memanfaatan Sistem Informasi Geografis. Berdasarkan statistik pendidikan Kota Bandung, jumlah fasilitas SD di Kota
Bandung telah dapat melayani seluruh kebutuhan di Kota Bandung dan juga melayani sebagian kebutuhan di luar Kota Bandung. Namun masih terdapat kecamatan-
kecamatan yang memiliki penduduk usia 7-12 tahun yang tidak terlayani oleh fasilitas SD setempat. Tidak terlayaninya kebutuhan penduduk akan fasilitas SD ini
disebabkan salah satunya oleh kurang meratanya distribusi sekolah. Dengan demikian, perlu dilakukan tinjauan evaluatif terhadap distribusi fasilitas SD
di Kecamatan Batununggal. Untuk mengevaluasi distribusi fasilitas pendidikan SD ini dibutuhkan data dalam bentuk spasial untuk melihat persebaran fasilitas SD
Universitas Sumatera Utara
di Kecamatan Batununggal. Data spasial yang dibutuhkan ini dapat ditampilkan dengan mengandalkan Sistem Informasi Geografis SIG. Oleh karena itu pada studi
ini digunakan perangkat SIG dalam mengevaluasi distribusi fasilitas pendidikan SD. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi distribusi fasilitas pendidikan SD
di Kecamatan Batununggal dengan memanfaatkan SIG. Selain kebutuhan yang ada, dalam penyediaan fasilitas SD perlu dipertimbangkan standar dan ketentuan yang
mengaturnya. Dalam evaluasi distribusi fasilitas pendidikan SD ini dibentuk indikator-indikator berdasarkan kebutuhan serta standar dan ketentuan yang ada,
yaitu: indikator pemenuhan kebutuhan penduduk, indikator daerah jangkauan layanan, indikator kesesuaian lokasi dan indikator aksesibilitas. Berdasarkan hasil
studi, terdapat kelurahan-kelurahan di Kecamatan Batununggal yang tidak memiliki fasilitas SD dan terdapat bagian wilayah Kecamatan Batununggal yang dilayani oleh
fasilitas di luar kecamatan, sediaan fasilitas pendidikan SD di Kecamatan Batununggal hanya dapat memenuhi 87 dari kebutuhan yang ada, distribusi fasilitas
SD di Kecamatan Batununggal memiliki daerah jangkauan yang dapat mencakup seluruh wilayah kecamatan dan aksesibel terhadap jalur angkutan umum tetapi
terdapat lokasi fasilitas SD yang tidak sesuai dengan standar dan ketentuan yang ada. Dengan demikian, berdasarkan hasil studi keseluruhan dapat ditarik kesimpulan
bahwa distribusi fasilitas SD di Kecamatan Batununggal tidak merata dan tidak memenuhi kebutuhan dan ketentuan yang ada. Untuk itu, diperlukan penambahan
fasilitas pendidikan SD dan suatu pengembangan pemanfaatan SIG dalam perencanaan maupun evaluasi fasilitas khususnya fasilitas SD. Untuk perencanaan
Universitas Sumatera Utara
pembangunan fasilitas SD di masa yang akan datang sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan dan perlu memperhatikan kebutuhan serta standar dan ketentuan
yang ada, antara lain daerah jangkauan layanan, kesesuaian guna lahan dan jaringan jalan serta aksesibilitas.
Prihantini 2008 tentang Pendirian Lokasi Sekolah di Kota Salatiga dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Kriteria penentuan lokasi suatu SLTP
adalah: 1 Peta Pendidikan. Peta pendidikan adalah jumlah kebutuhan sekolah dalam suatu wilayah yang dapat digunakan untuk menentukan lokasi sekolah yang tepat
berdasarkan kepadatan penduduk dan jumlah usia sekolah. Untuk menghitung kepadatan penduduk adalah dengan menghitung jumlah penduduk mencapai kurang
lebih 25.000 orang lulusan SDMI mencapai 20 orang maka diperlukan 1 unit bangunan SMPMTs. 2 Ketersediaan Dokumentasi Administrasi.
Dalam menentukan
lokasi sekolah perlu diperhatikan status hukum lahan sekolah yang bukan merupakan tanah sengketagugatan, sitaan atau dalam proses peradilan dan surat tanah yaitu bukti
surat kepemilikian yang sah. Dokumen administrasi ini dapat berupa sertifikat tanah, girik atau akta. 3 Lahan Sekolah. Pendirian suatu lokasi sekolah harus
memperhatikan rencana peruntukan lahan yang berupa advis planning, yaitu surat keterangan rencana tata kota atau kabupaten yang dibuat berdasarkan RDTR Kota
yang meliputi: ketentuan penataan bangunan koefisien dasar bangunan, koefisien luas bangunan, koefisien dasar hijau, garis sempadan bangunan, rencana jalan, dan
tipe bangunan, peta lokasi tanah, data tanah, peruntukan. Pendirian suatu lokasi harus mendapatkan surat keterangan dari instansi terkait setempat yang menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa lokasi tanah tersebut tersebut sesuai dengan detail tata ruang dan dapat dibangun gedung sekolah baru.
Kurniati 2007 tentang Peran Sistem Informasi Geografis dalam Bidang Pendidikan disebutkan bahwa: peningkatan aksesibilitas pendidikan dapat dilakukan
dengan adanya pemetaan sekolah yang apabila disinergikan dengan SIG akan diperoleh suatu sistem yang mampu mendata daerah atau wilayah mana saja yang
belum terakses pendidikan secara baik sehingga dapat diberikan solusinya.
2.8. Kajian Mengenai Draft Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW 2010-