HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Usaha Rumah Kreatif Balikpapan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Usaha Rumah Kreatif Balikpapan

Sejarah Berdirinya Usaha Rumah Kreatif Balikpapan atau yang biasa disebut RKB merupakan sebuah produk kewirausahaan industri kecil dari program pengembangan masyarakat salah satu perusahaan minyak dan gas bumi migas yang beroperasi di Kalimantan Timur. Awalnya perusahaan migas ini menjalankan salah satu program CSR tanggung jawab sosial perusahaan pada bulan Juli 2011 dalam bentuk pemberian kaki palsu kepada masyarakat penyandang disabilitas di sekitar wilayah operasinya, tepatnya di kota Balikpapan. Kegiatan ini berlangsung sukses dan mendapatkan apresiasi yang baik dari pemerintah kota. Sejalan dengan pemberian kaki palsu; perusahaan, pemerintah setempat dan penerima manfaat memandang perlu untuk kelanjutan program bagi para penyandang disabilitas ini dalam bentuk program kemandirian usaha, dengan harapan para penyandang disabilitas memiliki kemampuan berusaha dan mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi kota, khususnya pengembangan industri kecil menengah. Program lanjutan yang dilakukan dalam mengembangkan kemandirian usaha yakni dengan diselenggarakannya pelatihan batik tulis pada bulan Desember 2011. Pelatihan ini dilaksanakan secara berjenjang dengan harapan peserta lebih memahami secara teknis proses pembatikan dan memahami industri kecil batik tulis. Peserta pelatihan tidak hanya terdiri dari masyarakat penyandang disabilitas namun juga dihadiri oleh ibu-ibu PKK di sekitar wilayah operasi Balikpapan. Keterlibatan ibu-ibu rumah tangga tersebut diharapkan mampu memberikan tambahan pendapatan untuk keluarganya. Secara informal perkumpulan batik tulis terbentuk pada tanggal 20 Desember 2011 di kantor Kelurahan Telaga Sari yang ditandai dengan penutupan pelatihan dasar batik tulis oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kota Balikpapan, Ibu Arita Rizal Effendi. Dalam kurun waktu hampir satu tahun setelah pelatihan batik, para pembatik mulai banyak melakukan kegiatan produksi dan memandang perlu dibentuknya sebuah nama dari perkumpulan mereka. Nama yang muncul dari perkumpulan ini adalah Perkumpulan Komunitas Usaha Kecil Ramah Lingkungan Mangrove yang tercatat dalam Kantor Notaris Yuni Astuti, SH pada tanggal 4 Desember 2012 di Balikpapan. Selanjutnya secara berkala perusahaan migas memberikan bantuan pendukung lainnya untuk memastikan keberlangsungan usaha seperti pendampingan, penyediaan peralatan, penyediaan bahan baku, penyediaan tempat dan modal awal operasional. Pada awal tahun 2013 guna meningkatkan ragam kerajinan industri kecil dan dalam upaya mengakomodir lebih banyak lagi ibu-ibu PKK, maka Perkumpulan Mangrove ini melalui pendanaan dari perusahaan minyak dan gas membuat pelatihan kerajinan daur ulang dari sampah rumah tangga, dan mulailah terbentuk sebuah nama untuk dua bidang usaha yang saat ini dijalankan dalam wadah Rumah Kreatif Balikpapan dengan workshop dan gallery beralamatkan di Jl. Wiluyo Puspoyudo No.1, Klandasan Ulu, Balikpapan. Struktur Organisasi Mengacu pada nama perkumpulan yang tercatat di Kantor Notaris Balikpapan, berikut struktur organisasi yang sedang berjalan di RKB. Gambar 5. Struktur organisasi Rumah Kreatif Balikpapan Dari struktur organisasi yang ada pada Gambar 5, perkumpulan ini secara sederhana disepakati dan dijalankan oleh pengurus dengan diketuai oleh Nasruddin, sekretaris Agus Sudarmanto dan bendahara Marwani. Jumlah anggota yang melakukan kegiatan batik tulis sejumlah 23 orang sementara untuk kerajinan daur ulang berjumlah 16 orang. Kepengurusan dalam organisasi belum memiliki aturan pembagian pekerjaan secara tertulis baik dari sisi produksi dan juga pemasaran, bahkan secara informal kedua bidang usaha ini memiliki bendahara pada masing-masing bidang usaha. Perusahaan yang dalam ini sebagai penyandang dana terbentuknya RKB masih melakukan pendampingan hingga saat ini, walaupun secara keorganisasian para pengrajin menjalankan usahanya tidak sepenuhnya tergantung dari pihak perusahaan. Dari struktur organisasi yang ada, hal ini dikategorikan dalam struktur organisasi dalam usaha kecil rumah tangga Hubeis, 2009. Terlihat adanya hierarki manajerial pada usaha kecil, yaitu arus komunikasi, koordinasi dan pengawasan dari manajemen yang bersifat one man show dengan memerhatikan peran interpersonal berhubungan dengan orang lain, peran informasional menerima, mengumpulkan dan menyebarkan informasi dan peran pengambilan keputusan membuat pilihan dan resiko. Sumber Pendanaan Permodalan unit usaha sampai saat ini berasal dari perusahaan atau dibahasakan sebagai sponsor tunggal untuk keberlangsungan usaha, bantuannyapun bersifat tidak mengikat. Sejak tahun 2011, perusahaan migas telah mendukung keberadaan RKB dengan memberikan bantuan teknis dan peralatan pendukung yang disajikan pada Tabel 5. Perusahaan Migas Rumah Kreatif Balikpapan Ketua Bendahara Sekretaris Anggota Tabel 5. Kontribusi perusahan terhadap pengembangan RKB No Kontribusi Nilai Kontribusi Rp 1 Usaha Batik Tulis Pelatihan Batik Tingkat Dasar 155.350.000,00 2 Pelatihan Batik Tingkat Lanjutan 135.225.600,00 3 Pendampingan Teknis Batik 9.389.350,00 4 Pendampingan Teknis Batik 4.123.000,00 5 Perlengkapan Rumah Batik 56.531.500,00 6 Sewa dan renovasi RKB 307.270.400,00 7 Pameran 14.729.900,00 Sub total 682.619.750,00 Kerajinan Daur Ulang 1 Pelatihan Pengelolaan Limbah Plastik 43.840.000,00 2 Pelatihan Tingkat Lanjut Pembuatan Aneka Kerajinan 82.008.000,00 3 Pelatihan Pembuatan Aneka Bunga Berbahan Baku Limbah 27.449.000,00 4 Peralatan 6.869.000,00 5 Bahan Baku 4.499.000,00 Sub total 164.665.000,00 Total 847.284.750,00 Sumber : Data primer diolah. Pada Tabel 5 menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pengembangan industri kecil RKB dengan total nilai bantuan Rp. 847.284.750,00. Dana ini merupakan kontribusi yang signifikan untuk pengembangan usaha RKB dan menjadikan modal dasar untuk kelangsungan usaha berikutnya. Kegiatan Rumah Kreatif Balikpapan Berdasarkan jenis kontribusi yang diberikan oleh perusahaan untuk pengembangan usaha di RKB, terdapat dua hal yang utama dalam kegiatan yang saat ini telah dan sedang dilakukan. Kegiatan itu berupa pengadaan pelatihan dan pengelolaan usaha. Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu tujuan organisasi Mathis dan Jackson, 2002. Pelatihan- pelatihan yang disebutkan pada Tabel 3 menunjukkan upaya pengembangan kapasitas para pengrajin untuk menghasilkan kualitas produk yang memiliki nilai jual dan kompetitif yang tinggi. Selain pelatihan, untuk mengasah kemampuan ketrampilan anggota dalam membatik, telah dilakukan studi banding ke Jakarta sebanyak tiga orang, Jogya – Solo sebanyak empat orang, dan Surabaya – Madura sebanyak empat orang. Studi banding ini bertujuan untuk mengajak mereka melihat dari dekat kegiatan pembatik secara “professional” di beberapa pusat batik di Jawa. Untuk pengelolaan usaha, keterampilan anggota RKB khususnya kegiatan batik tulis terus dikembangkan, baik dari sisi kecepatan, kehalusan maupun kerapiannya. Begitu pula dari sisi pewarnaan, telah banyak dilakukan eksplorasi dan uji coba berbagai komposisi bahan sehingga dapat menemukan warna-warna yang bervariasi. Selain itu juga, uji coba bahan-bahan pewarna dari alam sekitar Kalimantan, misal: kayu oar yg merupakan kayu yang dipakai suku Dayak untuk mendapatkan warna tertentu, kulit buah manggis untuk mendapatkan warna violet. Untuk produk kerajinan daur ulang upaya-upaya pengembangan motif dan jenis produk serta penggunaan bahan baku juga terus dikembangkan. Kegiatan produksi seluruhnya dilakukan di kota Balikpapan, para pengrajin melakukan kegiatan usaha di RKB, bahkan ada juga yang dilakukan di rumah masing-masing, yang pada akhirnya produk akhir akan ditempatkan di gallery RKB untuk dijual. Khusus produksi batik tulis untuk kegiatan mencanting biasanya dilakukan di rumah-rumah para pembatik dan proses mewarnai dilakukan di RKB. Adapun proses selanjutnya tergantung dari produk yang dihasilkan. Jika yang berkaitan dengan produk pakaian, mukena, sajadah atau apapun produk yang membutuhkan jahitan, maka produk dibawa keluar untuk diselesaikan, sedangkan untuk produk pajangan dinding yang membutuhkan pigura dibawa ke mitra kerja RKB yang lain. Berikut gambar pengolahan proses batik dan pengolahan produk batik disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Pengolahan proses batik dan produk batik Pada pengolahan proses batik, yang dilakukan sejak awal adalah menghasilkan motif dan warna serta material yang diinginkan. Para pembatik mempermainkan warna sesuai dengan warna alami yang berasal dari ekstrak tumbuhan dari akar, daun, biji atau bunga. Proses pembuatan batik dengan pewarna alami membutuhkan waktu yang lebih lama dan proses pengerjaan yang lebih rumit. Selanjutnya dalam mengolah produk batik, proses desain dilakukan jika material batik sudah tersedia. Batik yang sudah tersedia dibuat dan diolah sedemikian rupa dengan teknik atau alat tertentu sehingga menjadi barang yang memiliki fungsi baru. Kerajinan daur ulang biasanya dilakukan di rumah masing-masing pengrajin, dan saat finishing dilakukan di RKB. Ada tim yang mencari bahan baku, karena materialnya merupakan sampah rumah tangga, lalu ada tim yang melakukan pembersihan dari bahan baku yang didapat, selanjutnya bahan material diolah sedemikian rupa untuk dapat dirangkai menjadi sebuah produk. Pekerjaan tambahan dari produk daur ulang, sama halnya dengan batik tulis, jika membutuhkan jahitan atau bahkan hal diluar kemampuan tim, maka pengerjaannya dibawa keluar untuk dikerjakan oleh orang lain. Produk dan Pemasaran Produk RKB secara garis besar terdiri dari produk batik tulis dan produk daur ulang. Pihak RKB mendefinisikan, memilih dan mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan tetap menampilkan kekhasan dari material dan motif. Produk-produk RKB menggunakan nama Mangrove. Untuk produk batik tulis, produk menggunakan pewarna alami ramah lingkungan. Hartini et al. 2014 menjelaskan pewarna alam diekstrak dari materi vegetatif dan residu hewan, diklaim ramah lingkungan, menimbulkan tingkat emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pewarna sintetis dalam industri tekstil. Warna yang ditawarkan bervariasi yakni warna biru didapat dari nila pasta kristal, terbuat dari daun tomnila indigofera tinctoria yang difermentasi; warna coklat berasal dari kulit kayudaun mahoni switenia mahagoni jaca, buah pinang areca catecul, kulit pohon soga tingi ceriops candolleanarn, kulit soga jambal pelthophorum ferruginum; warna merah dibuat dari kulit akar mengkudu morinda citrifolna, daun jati merah muda tectano grandis l, bunga rosela lisbiscus sabda riffa; warna merah kecoklatan berasal dari daun jati muda tectona grandis, kulit pohon soga tingi ceriops candolleana arn; warna abu-abu berasal dari daun pulutan urena labofa, buah lobi-lobi flacaurtia mermis roxb, kayu daun ulin cusederaxylon zwaberit, daun randu ceiba pentebra gaerth; warna orange terbuat dari biji kesumba bixa orellana; warna hijau teh-tehan merah acacypha wikesiana, kulit kayu daun mangga mangivera indica, andong cordyline futicosa backer; warna hijau kekuningan terbuat dari bunga ketapang kebo cassia alata linn; warna hijau kecoklatan terbuat dari daun kulit buah alpukat persea gratisima; warna ungu terbuat dari daun puring cadiacum variacatum; warna violet berasal bunga dari bunga sepatu hisbiscus rosa sinensis; warna hijau tua berasal dari daun jambu biji psidium guajava. Motif batik tulis yang ada dimunculkan pada produk-produk batik seperti kemeja, mukena, tas wanita, sarung bantal dan sajadah. Motif-motif yang sudah dimiliki dan diterus dikembangkan mengambil motif dari kearifan lokal yang ada di Kalimantan Timur khususnya kota Balikpapan seperti, motif jejeran buah mangrove, taburan daun ulin, daun mangrove ukir dayak, titisan buah mangrove, sulur anggrek Borneo, pohon mangrove, jajaran buah mangrove, anggrek borneo, pasak bumi kecil, sulur anggrek Borneo, pasak bumi-pangkuan ibu pertiwi, bonggol pohon, kantung semar, motif dayak, tameng ulin, layar ulin, kura-kura, beruang madu dan fasilitas migas. Untuk kerajinan daur ulang, para pengrajin menghasilkan produk berupa tas, dompet, aksesoris dan pajangan. Produk ini sebagian besar menggunakan bungkus-bungkus plastik dari sampah rumah tangga, seperti bungkus minuman sachet, bungkus pengharum pakaian, bungkus kemasan isi ulang sabun dan sampo, botol plastik. Motif yang ditampilkan dari produk ini merupakan motif dari material asli yang digunakan. Saat ini produk kerajinan daur ulang masih terus dikembangkan menyusul perkembangan produk batik tulis. Pihak RKB masih mengalami kendala dalam menyediakan bahan baku, utamanya sampah rumah tangga yang bisa diolah menjadi barang kerajinan. Kendala ini terdokumentasi pada penelitian sebelumnya, Ninggarwati dan Latianingsih 2010 mengatakan kendala yang dihadapi oleh para pengrajin daur ulang sampah plastik yaitu terbatasnya bahan baku khusus untuk membuat barang yang sifatnya antik, bahkan ada bahan baku yang harus dibeli, juga terbatasnya peralatan dan dana. RKB menetapkan harga produk-produknya bervariasi tergantung jenis produk, harga bahan baku dan biaya produksi. Besarnya harga jual ditentukan dengan berdasarkan pada perhitungan seluruh biaya yang dikeluarkan unit usaha, walaupun belum dilakukan perhitungan dengan cermat. Khusus untuk produk batik tulis memang harga jual cenderung mahal karena proses pengerjaan yang cukup lama dan membutuhkan keahlian dalam menghasilkan produk yang kompetitif. Berikut produk-produk yang dihasilkan oleh RKB dengan kisaran harga yang ditawarkan ke konsumen, disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Harga jual produk-produk RKB tahun 2013 Jenis produk batik tulis Kisaran harga Rp Baju pria Baju perempuan Kain batik tulis 1.10 x 2.30 cm Lukisan batik Sajadah Tas Selendang sutra Selendang santung Selendang katun 750.000,00 - 1.200.000,00 600.000,00 - 650.000,00 600.000,00 - 900.000,00 1.200.000,00 - 2.500.000,00 350.000,00 - 400.000,00 200.000,00 - 250.000,00 400.000,00 - 450.000,00 150.000,00 - 200.000,00 250.000,00 - 300.000,00 Jenis produk daur ulang Kisaran harga Dompet tangan Dompet dari tas kresek Tas Bunga Baju boneka Bros 75.000,00 - 100.000,00 100.000,00 - 250.000,00 100.000,00 - 200.000,00 50.000,00 - 100.000,00 75.000,00 - 100.000,00 12.500,00 - 35.000,00 Sumber: Data primer diolah. Rahayu 2014 dalam penelitian sebelumnya mengatakan harga jual kain batik tulis yang ada di Desa Kebon Kabupaten Klaten, memang sedikit menjadi keluhan bagi warga sekitar. Khususnya bagi masyarakat yang tingkat ekonominya menengah kebawah. Harga penjualan kain batik tulis di Desa Kebon relatif cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kain batik tulis tersebut lebih mengutamakan kualitas dari hasil produksinya dibandingkan dengan harga penjualannya. Para pengrajin ingin menunjukkan bahwa kain batik yang benar – benar dikerjakan dengan cara tradisional tersebut membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan ketrampilan yang tinggi. Batik tulis dari desa Kebon ingin menjadikan hasil batik nya sebagai kain batik tulis yang alami, bukan hanya motifnya saja yang batik tetapi kualitasnya rendah. Hal inilah yang menyebabkan kain batik tulis dari Desa Kebon memiliki harga jual yang lumayan tinggi. Secara sederhana faktor-faktor penyusunan harga produk RKB berdasarkan seperti Tabel 7. Tabel 7. Faktor penyusun harga jual produk RKB Faktor Penyusun Kontribusi Rataan dalam Biaya bahan baku Biaya produksi Biaya overhead Target keuntungan 30 20 20 30 Harga jual produk 100 Sumber: Data primer diolah. Faktor-faktor yang dijadikan patokan oleh unit usaha dalam menetapkan harga jual adalah biaya bahan baku utama, biaya produksi, biaya overhead dan target keuntungan. Biaya bahan baku utama diperoleh dari total pemakaian seluruh bahan baku. Biaya operasi diperoleh dari upah tenaga kerja dan biaya tambahan lainnya. Biaya overhead terdiri atas biaya listrik dan air, dan biaya- biaya tak terduga RKB. Sementara RKB masih mematok dengan tingkat keuntungan 30 untuk setiap produk yang dijual. Dari sisi penjualan, produk RKB telah banyak digunakan oleh beberapa perusahaan migas yang beroperasi di Kalimantan Timur, pegawai pemerintahan Kota Balikpapan dan masyarakat umum yang mengetahui keberadaan produk RKB. Pembelian produk dilakukan melalui sistem pemesanan dan juga pembelian langsung di workshop RKB. Pihak RKB mendefinisikan, memilih dan mendesain suatu produk disesuaikan dengan tetap menampilkan kekhasan dari material dan motif. Produk-produk RKB menggunakan nama Mangrove. Merk brand adalah suatu penawaran dari sumber yang diketahui. Merek menimbulkan banyak asosiasi dibenak orang, yang membentuk merek tersebut. Semua perusahaan berjuang untuk membangun citra merek yang kuat, disukai dan unik Kotler dan Keller, 2013. Promosi penjualan masih dilakukan melalui informasi dari mulut ke mulut antar pelanggan dan perusahaan serta pembagian brosur di lokasi pameran. Sebagai bagian dari publisitas, usaha ini telah mendapat perhatian dari sejumlah kalangan masyarakat Balikpapan, karena produk-produk RKB ada di Dekranas Dinas Perindagkop Kota Balikpapan, yang kebetulan Ibu Walikota senantiasa sering membicarakan produk-produk RKB dalam tugasnya sebagai Ketua PKK Kota Balikpapan. Kegiatan humas dan publisitas dilakukan dengan membina hubungan baik dengan para pelanggan dan pengunjung, serta turut berpartisipasi dalam kegiatan pemerintah kota Balikpapan. Pemasaran hubungan relationship marketing bertujuan untuk membangun hubungan jangka panjang yang saling memuaskan dengan konstituen kunci guna mendapatkan dan mempertahankan bisnis Kotler dan Keller, 2013. RKB telah mengikuti pameran-pameran yang disponsori oleh Chevron Ind. Company, antara lain: Balikpapan Expo 2012, Bazaar Charity di Hotel Novotel Balikpapan sebanyak dua kali, IPA Exhibition 2012 di Jakarta dan CraftIna di Jakarta tahun 2013 bersama Dinas Perindagkop Kota Balikpapan. Saat ini RKB tetap melanjutkan produksi dari kedua jenis usaha ini dan melakukan penjualan dari produk-produk yang diciptakannya. Pendapatan yang diterima oleh anggota RKB dari produk-produk yang dihasilkan telah memberikan dampak bagi perkembangan perekonomian mereka. Kendala dalam Pengelolaan Rumah Kreatif Balikpapan Untuk bahan baku produk-produk RKB sebagian besar bahan baku masih mengimpor dari luar kota. Bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi produk- produk RKB tergantung dari jumlah pesanan produk yang diinginkan. Untuk besarannya belum tercatat karena mekanisme pembukuan RKB yang belum tertata dengan baik. Keterlibatan pengrajin menggunakan sistem kekeluargaan dan pendekatan secara personal personal approach. Kondisi ini bisa bermakna positif dan negatif, dari sisi kendala hal ini menjadikan kurangnya rasa memiliki dari pengrajin terhadap perkembangan usaha. Sebagai contoh, untuk pengrajin daur ulang, rata-rata pengrajinnya ibu-ibu yang aktif di kegiatan PKK yang lain, jadi terkadang memiliki keterbatasan untuk menyelesaikan suatu produk dalam waktu tertentu. Pencatatan keuangan pada usaha RKB belum menerapkan sistem akuntansi yang baik, sangat jelas RKB mengalami kendala dalam laporan keuangan. Hingga saat ini telah terjadi tiga kali pergantian bendahara tanpa ada serah terima laporan keuangan yang jelas. Catatan dalam laporan keuangan yang ada bersifat sangat sederhana dan tidak mencatat perkembangan keuangan dari awal produksi, sehingga tidak dapat digunakan untuk menganalisis perkembangan keuangan RKB. Data omset total produksi yang tersedia dari bulan Juni- Desember 2013 tercatat Rp 77.488.500,00 data diolah dari Rumah Kreatif Balikpapan. Kondisi seperti ini, diharapkan adanya sistem akuntansi untuk waktu mendatang, sehingga penilaian kinerja keuangan unit usaha dapat dilakukan secara lebih tepat. Dengan adanya informasi akuntansi, laporan keuangan juga dapat berguna bagi perusahaan dan memudahkan perusahaan jika ingin mengajukan kredit kepada lembaga keuangan. Sistem pemasaran yang dijalankan masih bersifat sederhana, hal ini menjadikan intervensi perusahaan migas yang mendanai masih sangat berperan untuk menjelaskan produk RKB ke berbagai pihak di lingkungan mitra kerja perusahaan. Beberapa kegiatan pameran mampu memperkenalkan produk RKB ke masyarakat umum, namun tindak lanjut dari pengunjung untuk membeli produk belum pada hasil yang diinginkan. Selain itu, pemasaran produk RKB tetap dilakukan dengan pendekatan personal yakni menjalin hubungan baik antara perusahaan pendonor, pemerintah kota dan pengunjung yang datang ke RKB secara langsung. Secara garis besar, RKB belum memiliki sistem pemasaran yang terencana dan belum tersedianya tenaga pemasaran yang memadai. Hal lain yang sangat perlu ditingkatkan adalah RKB belum memiliki pola manajemen yang baik. Manajemen disini merupakan seni yang dapat diterapkan dalam penyelenggaraan kegiatan apapun. Sebagai contoh, RKB belum memiliki visi dan misi yang jelas dalam usaha yang sedang dijalankannya. Perhitungan dan penentuan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana tata cara yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan belum terencana dengan baik dan jikapun ada, hal itu belum dipahami oleh seluruh anggotanya. Dalam pelaksanaan produksi beberapa hal masih terkendala, baik dari sisi komunikasi antar rekan kerja, kepemimpinan dalam menentukan produksi, pengarahan dan penjelasan mekanisme kerja, serta motivasi kepada para pengrajin untuk terus berkarya agar tercapai tujuan didirikannya RKB. Kinerja Usaha Rumah Kreatif Balikpapan Responden Penelitian Dalam melakukan penilaian terhadap kinerja usaha yang telah dilakukan RKB, penulis mendapatkan penilaian dari 30 responden yang dalam hal ini adalah pengguna produk RKB. Karakteristik umum responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik demografi yang mencakup usia, pekerjaan, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan terhadap selera dan kesukaan terhadap produk. Dari sisi pekerjaan menunjukkan tingkat kemampuan atau daya beli konsumen, selanjutnya dari sisi jenis kelamin menunjukkan kecenderungan seseorang dalam berbelanja atau mengambil peran dalam pembelian barang dan terakhir tingkat pendidikan menunjukkan kemampuan seseorang dalam menganalisis kualitas barang yang dibeli. Karakteristik responden dari penelitian RKB disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik responden RKB Karakateristik Frekuensi Persentase Laki-laki Perempuan Usia 25 25 - 40 41 7 3 10 10 56.7 43.3 10 20 100 Pekerjaan Pegawai negeri Pegawai swasta Tidak bekerja 2 8 5 12 3 23.3 66.7 3 10 20 100 Pendidikan Setingkat SMA Diatas SMA 10 2 18 6.7 93.3 10 20 100 Dari Tabel 8 di atas, usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi dan persepsi konsumen dalam proses keputusan untuk menerima sesuatu yang baru, baik produk maupun jasa. Penggunaan produk didominasi oleh usia produktif antara 25-40 tahun sebesar 56.7 , hal ini dipengaruhi oleh selera seseorang yang berusia muda dan matang, lebih cepat menerima sesuatu yang baru, walaupun juga usia diatas 41 tahun cukup signifikan menggunakan produk RKB utamanya produk batik tulis. Untuk kelompok pekerjaan, hasil penelitian ini didominasi oleh pegawai swasta 66.7 , dimana para pekerja tersebut didominasi oleh pekerja minyak dan gas, pekerja tambang serta pengusaha. Adapun pegawai negeri dan golongan tidak bekerja atau ibu-ibu rumah tangga juga menggunakan produk RKB, walaupun persentasenya tidak sebesar pegawai sawsta. Hal ini menunjukkan bahwa harga produk RKB masih dianggap mahal oleh sebagian responden dan faktor pendapatan yang baik cenderung menunjukkan kelompok pekerjaan responden. Selanjutnya untuk kelompok pendidikan didominasi oleh responden yang memiliki jenjang pendidikan di atas SMA 93.3 , pada kelompok ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang cukup tinggi lebih memahami hasil karya yang bersifat manual atau handmade ketimbang produk massal pabrikan, ditambah dengan penggunaan bahan pewarna alami ramah lingkungan. Dari semua responden yang ada, h asil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan berjumlah 20 orang dan laki-laki berjumlah 10 orang. Kemungkinan hal ini disebabkan kecenderungan perempuan yang lebih menyukai belanja dan mengambil peran dalam penentuan kebutuhan dalam rumah tangga. Analisis Kinerja Rumah Kreatif Balikpapan dan Kepentingan Konsumen Dari 30 responden yang ada, atribut yang dianalisis meliputi komponen produk dan pemasaran yang berjumlah 31 atribut terbagi atas 6 kelompok yakni produk, pelayanan konsumen, transaksi penjualan, tempat, media promosi dan informasi produk dan daya saing produk RKB. Penentuan atribut-atribut berdasarkan hasil dari wawancara dengan berbagai pihak pengguna produk- produk RKB, perusahaan yang mendanai dan konsultasi dengan dosen pembimbing. Penilaian dari tingkat kinerja dikategorikan dalam tiga tingkatan yakni Baik B nilainya 3, Cukup C nilainya 2 dan Kurang K nilainya 1, sedangkan untuk tingkat kepentingan yakni Penting P nilainya 3, Cukup Penting CP nilainya 2 dan Tidak Penting TP nilainya 1. Selanjutnya hasil skor dari kinerja dan kepentingan merupakan perkalian antara penilaian responden dan nilai dari tingkatan yang dipaparkan diatas. Adapun detail perhitungan dari 31 atribut yang dimaksud ada pada lampiran. Setelah diperoleh hasil penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan konsumen terhadap 31 atribut produk RKB, maka langkah selanjutnya mencari nilai rataan tingkat kinerja dan kepentingan dari masing-masing atribut dengan membagi skor yang diperoleh dengan jumlah responden sebanyak 30 orang. Rataan dari tingkat kinerja dan kepentingan ini digunakan sebagai dasar untuk membentuk diagram Kartesius, yaitu diagram yang terdiri dari empat kuadran yang digunakan untuk melihat prioritas perbaikan kinerja berdasarkan kepentingannya. Dari hasil nilai rataan tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut, maka setiap atribut produk yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen perlu diperbaiki, seiring dengan berjalannya waktu. Meskipun demikian, perbaikan dan kinerja tersebut perlu mempertimbangkan sumber daya yang terbatas, sehingga perusahaan harus dapat mengalokasikan sumber daya terhadap perbaikan kinerja atribut yang mampu memberikan manfaat lebih besar untu kepuasan konsumen. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan oleh pihak RKB adalah memprioritaskan atribut yang dianggap memiliki tingkat kepentingan tinggi oleh konsumen namun memiliki tingkat kinerja rendah. Secara keseluruhan, skor rataan tingkat kepentingan dan kinerja dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Perhitungan rataan dari penilaian tingkat kinerja dan tingkat kepentingan responden terhadap atribut produk dan jasa RKB Kode Atribut Rataan Kinerja X Rataan Kepentingan Y Produk 1 Corak atau motif 2.73 3.00 2 Warna produk 2.43 3.00 3 Harga 1.67 3.00 4 Variasi produk 2.50 2.50 5 Kemasan produk 1.67 2.67 6 Daya tahan 2.00 2.83 7 Ketersediaan 1.50 2.50 8 Merk 2.00 2.33 Pelayanan Konsumen 9 Kecepatan pemesanan 2.00 3.00 10 Keramahan pekerja 2.67 3.00 11 Ketelitian pekerja 2.00 2.83 12 Penanganan keluhan 2.03 3.00 13 Waktu pelayanan 2.16 2.53 Transaksi Penjualan 14 Kecepatan pelayanan kasir 2.07 2.50 15 Bukti pembelian 1.83 2.50 16 Ketelitian bertransaksi 2.10 2.16 17 Kantong belanjaan 1.67 2.60 18 Peralatan transaksi 1.50 2.67 Tempat 19 Lokasi 2.90 3.00 20 Lingkungan 2.83 3.00 21 Ketersediaan parkir 2.23 2.83 22 Akses transportasi umum 2.86 2.83 23 Tata ruang show room 2.80 2.67 24 Tata letak produk 2.17 2.60 25 Fasilitas lain 2.07 2.17 Media Promosi dan Informasi 26 Media promosi 1.17 3.00 27 Kejelasan informasi 1.17 3.00 28 Ketersediaan informasi 1.17 3.00 29 Sebagai cindera mata 2.03 2.90 30 Daya tarik pasar lokal 2.17 3.00 31 Daya tarik pasar nasional 1.80 2.67 Jumlah 63.09 85.29 Rataan berdasarkan jumlah atribut 2.06 2.75 Salah satu cara untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap kinerja atribut produk maupun jasa adalah dengan menggunakan analisis kuadran Kartesius seperti disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Pembagian kuadran Kartesius RKB Dari gambar di atas terlihat ada empat kuadran, yang menunjukkan posisi atribut antara kinerja usaha dan kepentingan konsumen, sebagai berikut. 1. Kuadran I. Hal yang terpenting untuk ditingkatkan kinerjanya ada di kuadran ini, dimana faktor-faktor yang terletak pada kuadran ini dianggap sangat penting sehingga pihak RKB perlu mengalokasikan sumber daya yang memadai untuk peningkatan kinerja. Faktor-faktor tersebut adalah harga yang relatif tinggi, kecepatan pemesanan, ketelitian pekerja, penanganan keluhan, media promosi, kejelasan informasi, ketersediaan informasi dan produk RKB sebagai cindera mata. 2. Kuadran II. Faktor-faktor dianggap perlu untuk tetap dipertahankan sebagai penunjang kepuasan konsumen sehingga pihak RKB berkewajiban mempertahankan prestasi yang ada. Faktor-faktor tersebut adalah corak dan motif, warna, kecepatan pemesanan, keramahan pekerja, lokasi, lingkungan sekitar, parkir, akses, dan daya tarik pasar lokal. 3. Kuadran III. Faktor-faktor dianggap tidak terlalu penting atau prioritas rendah. Faktor-faktor tersebut adalah kemasan, ketersediaan, merk, kecepatan kasir, kantong belanja, peralatan transaksi, fasilitas lain dan daya tarik pasar nasional. 4. Kuadran IV. Faktor-faktor dianggap terlalu berlebihan sehingga perlu mengalokasikan sumber daya untuk menunjang faktor-faktor lain yang dianggap penting oleh konsumen. Faktor-faktor tersebut adalah variasi produk, waktu pelayanan, ketelitian bertransaksi, tata ruang showroom, tata letak produk. Secara umum harga dan promosi bisa dikatakan hal yang perlu dibenahi oleh RKB. Saat ini produk RKB yang menjadi unggulan didominasi oleh produk batik tulis, karena corak, warna dan kekhasannya. Dari hasil kuesioner, responden menyatakan batik tulis UKM RKB dapat dikatakan sangat prospektif untuk terus dikembangkan. Motif –motif yang khas dan menjadi daya tarik seharusnya didaftarkan pada HAKI Hak Kekayaan Intelektual atau dipatenkan menjadi hak paten sebuah karya produk industri batik tulis. Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan hasil wawancara dengan berbagai pihak di luar lingkungan RKB dan perusahaan yang mendanai serta focus group discussion terhadap 23 anggota RKB, maka dapat diidentifikasi kondisi lingkungan internal usaha RKB berupa kekuatan strengths dan kelemahan weaknesses dan kondisi eksternal perusahaan yang meliputi peluang opportunities dan ancaman threats yang berpengaruh terhadap pengembangan bisnis produk RKB. Hasil identifikasi menggunakan matrik IFE dan EFE, dimana terdapat pembobotan dan pemberian rating dari faktor-faktor yang diidentifikasi. Pembobotan dan pemberian rating dapat dilihat pada lampiran. Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan dan kelemahan RKB masih berubah-ubah secara dinamis seiring perkembangan organisasi. Identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks IFE Rumah Kreatif Balikpapan Faktor-faktor internal kunci Bobot a Rating b Nilai a x b Kekuatan Memiliki produk yang khas 0.134 4 0.536 Memiliki SDM yang potensial untuk dikembangkan 0.134 3 0.402 Memiliki sarana bekerja yang baik 0.134 4 0.536 Mendapat dukungan dari perusahaan dan pemerintah 0.143 4 0.571 Kelemahan Belum ada kejelasan visi dan misi 0.134 1 0.134 Kompetensi SDM yang lemah dalam pengorganisasian dan pengelolaan keuangan 0.134 1 0.134 Belum ada strategi pemasaran yang terencana 0.116 1 0.116 Harga produk relatif mahal 0.071 2 0.143 Jumlah 1 2.571 Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa dukungan perusahaan dan pemerintah dengan bobot 0.143 dan rating 4, serta faktor produk yang khas dan sarana yang baik dengan masing-masing bobot 0.134 dan rating 4 diakui sebagai faktor paling penting dalam keberlangsungan kegiatan yang sedang dijalankan. Diketahui peran serta Ibu Walikota dan perusahaan migas sangat nyata dalam perkembangan industri batik tulis dan kerajinan daur ulang yang sedang digeluti. Sementara itu SDM yang potensial untuk dikembangkan menjadi perhatian bagi kekuatan usaha. Peluang dan Ancaman Peluang dan ancaman yang dihadapi RKB bertambah seiring terbukanya pasar-pasar baru pada segmen-segmen baru, serta munculnya pesaing-pesaing yang kompetitif. Gambaran mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi RKB dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Matriks EFE Rumah Kreatif Balikpapan Faktor-faktor eksternal kunci Bobot a Rating b Nilai a x b Peluang Segmentasi pasar luas 0.122 3 0.366 Meningkatnya tren konsumen untuk produk ramah lingkungan 0.122 3 0.366 Perkembangan teknologi informasi 0.122 4 0.488 Batik sebagai pakaian nasional Indonesia 0.122 3 0.366 Ancaman Munculnya pesaing yang identik 0.195 2 0.390 Situasi ekonomi dan politik dalam negeri tidak stabil 0.134 2 0.268 Bantuan perusahaan yang mendanai dihentikan 0.183 1 0.183 Jumlah 1 2.427 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 11, terlihat bahwa perkembangan teknologi informasi dengan skor 0.488 merupakan peluang utama dalam pengembangan pemasaran produk UKM RKB melalui penggunaan teknologi, seperti website, belanja online atau promosi melalui situs gratis. Selain itu segmentasi pasar luas, meningkatnya tren konsumen dan batik sebagai pakaian nasional Indonesia dengan masing-masing skor 0.366 merupakan peluang yang baik untuk terus dikembangkan. Ancaman yang kuat bagi kelangsungan UKM RKB adalah jika bantuan perusahaan yang mendanai dihentikan, dengan skor nilai sebesar 0.183. Bantuan yang dihentikan merupakan faktor kelemahan yang sangat kuat bagi usaha sehingga perlu ditentukan strategi yang terbaik untuk diminimalkan. Faktor kelemahan kedua adalah situasi ekonomi dan politik dalam negeri yang tidak stabil dengan skor nilai 0.268. Hal ini berkaitan dengan masa pergantian pimpinan negara dan anggota parlemen serta ketidakpercayaan dunia internasional terhadap oknum pemerintah yang terlibat kasus korupsi. Selanjutnya, munculnya pesaing yang identik dengan skor 0.390, sangat memungkinkan hadir jika usaha UKM RKB yang dilakukan saat ini secara signifikan diketahui meningkatkan taraf hidup perekonomian anggotanya. Selain itu, pesaing lain yang lebih mampu menciptakan produk beragam, mengestimasi potensi bisnis, mengidentifikasi peluang dan menguasai informasi bisa menjadi ancaman yang nyata. Analisis Matriks IE Berdasarkan nilai dari matriks IFE dan EFE, maka dapat dipetakan dalam Gambar 8, matriks IE posisi usaha RKB, dengan nilai rataan IFE 2.571 dan nilai EFE 2.427. Gambar 8. Hasil matriks IE Pada Gambar 8 ditampilkan posisi usaha pada sel Vgrowth and stability. Pemetaan posisi usaha sangat penting bagi pemilihan alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang terjadi, dengan total skor nilai pada matriks internal 2.571 maka UKM RKB memiliki faktor internal yang tergolong sedang atau rataan dan total skor nilai matriks eksternal 2.427 memperlihatkan respon yang diberikan oleh UKM RKB kepada lingkungan eksternal juga tergolong rataan. Sel V dikelompokkan dalam strategi pertumbuhan melalui integrasi horizontal, yaitu suatu kegiatan untuk memperluas usaha dengan cara membangun di lokasi yang lain dan meningkatkan jenis produk serta jasa. Strategi yang disarankan pada kondisi tersebut adalah strategi penetrasi pasar market penetration, pengembangan produk product development dan pengembangan pasar market development. Witoko et al. 2013 mengatakan strategi penetrasi pasar adalah memberikan harga spesial bagi pelanggan yang membeli secara kontinu dan jumlah besar. Strategi pengembangan produk mengarah pada perbaikan mutu bahan baku dan strategi pengembangan pasar menambah konsumen baru. Berdasarkan hasil kajian, usaha yang memiliki kinerja yang baik cenderung konsentrasi agar dapat tumbuh, baik secara internal melalui sumber dayanya sendiri atau secara eksternal melalui sumber daya dari luar Rangkuti 2013. Hasil matriks IE selanjutnya digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT. Analisis Matrik SWOT Berdasarkan analisis matriks IE sebelumnya, maka dapat disusun analisis SWOT untuk merumuskan strategi usaha. Perumusan strategi UKM RKB dengan matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Matriks SWOT Rumah Kreatif Balikpapan Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan S e. Memiliki produk khas. f. Memiliki SDM potensial untuk dikembangkan. g. Memiliki sarana bekerja yang baik. h. Mendapat dukungan dari perusahaan dan pemerintah Kelemahan W 12. Belum ada kejelasan visi dan misi 13. Kompetensi SDM yang lemah dalam pengorganisasian dan pengelolaan keuangan. 14. Belum ada strategi pemasaran yang terencana 15. Harga produk relatif mahal Peluang O 4. Segmentasi pasar luas 5. Meningkatnya tren konsumen untuk produk ramah lingkungan. 6. Perkembangan Teknologi Informasi TI 7. Batik sebagai pakaian nasional Indonesia Strategi S-O c. Meningkatkan kualitas produk S1,S2,S3,S4,O1,O2, O4 d. Meningkatkan promosi S1,S3,S4,O1,O2,O3, O4 e. Memperluas pangsa pasar S1,S2,S3,S4,O1,O2, O3,O4 Strategi W-O 4. Restrukturisasi organisasi dan sistem manajemen W1,W2,W3,W4, O1,O2 5. Meningkatkan kemampuan SDM W2,W3,O2,O3 6. Mengembangkan program-program efisiensi dan pengendalian biaya produksi W2,W4,O1,O2,O3, O4 Ancaman T 7. Munculnya pesaing identik 8. Situasi ekonomi dan politik dalam negeri tidak stabil 9. Bantuan perusahaan yang mendanai dihentikan Strategi S-T 5. Menetapkan strategi harga pasar untuk menghadapi persaingan S1,T1 6. Meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan S1,S3, S4,T1,T2,T3 7. Menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan S4,T3 Strategi W-T 5. Meningkatkan teknologi W2,W3,W4,T1,T2 6. Menyiapkan gudang bahan baku W4,T2,T3 Dari Tabel 12 di atas strategi-strategi yang dihasilkan dari analisis SWOT UKM RKB di Kotamadya Balikpapan dipaparkan sebagai berikut. 1. Meningkatkan kualitas produk S1,S2,S3,S4,O1,O2,O4. Hubeis 2009 menyatakan UKM seharusnya memiliki kemampuan dalam menggali sumber-sumber potensi bisnis meliputi pertumbuhan populasi, meningkatnya permintaan terhadap suatu produk, adanya ketidaksesuaian konsumsi dengan produksi, sumber daya yang menganggur, inovasi dan penemuan baru, serta adanya masalah-masalah baru. Produk yang telah dihasilkan oleh UKM RKB seharusnya selalu memastikan penggunaan bahan baku yang baik dan memperkaya proses pembuatan dari produk batik tulis dan kerajinan daur ulang. Selain itu, proses pekerjaan produk seharusnya terdokumentasi dengan baik untuk mendapatkan kualitas produk yang sama. Pengawasan dalam proses produksi juga menentukan hasil produk yang baik yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Produk khas yang menjadi kekuatan seharusnya dapat ditambah dengan beragam motif yang lain yang menunjukkan karakter daerah setempat. Begitupun dengan sarana yang memadai dalam menghasilkan produk seharusnya menciptakan jumlah produk yang lebih banyak pilihannya. Usaha kerajinan yang menghasilkan karya yang bernilai seni ini ternyata mampu menghantarkan suatu daerah memiliki popularitas yang cukup tinggi dan memberi ciri khas terhadap daerah tersebut melalui penampilan karya masyarakat daerah Rahayu, 2014. 2. Meningkatkan promosi S1,S3,S4,O1,O2,O3, O4. Widiana et al. 2013 mengatakan sarana promosi yang dapat digunakan antara lain: periklanan, promosi penjualan, publisitas, penjualan pribadi dan lain-lain. Kegiatan promosi bisa berupa pemasangan iklan di media cetakelektronik, pemasangan spanduk, distribusi brosur produk, internet dan lain-lain. Khusus untuk promosi penjualan dapat dilakukan pemberian discount, undian, cindera mata dan lain-lain. Strategi yang dapat dijalankan untuk lebih meningkatkan kegiatan promosi adalah : a. Advertorial; Advertorial dapat dijalankan dengan memasang halaman advertorial di surat kabar lokal, ataupun brosur berisi paparan logis dan menarik tentang alasan yang menguatkan mengapa produk RKB layak untuk dipertimbangkan dan dikonsumsi. Kemasan dan isimateri dibuat semenarik mungkin, agar para pembaca dapat terpengaruh tanpa merasa ditipu oleh pembuat advertorial. b. Testimoni; Testimoni dapat dilakukan di RKB untuk memperoleh ”pengakuan” dari konsumen yang datang, untuk menyakinkan tentang uraian dari pihak perusahaan untuk menyakinkan mutu dari produk RKB. c. Sales Force; Sales force, diperlukan karena tidak semua orang pernah datang ke RKB, sehingga kehadiran sales force di ruang publik, misalnya, mal, pusat pertokoan, perkantoran dan lainnya menjadi strategis untuk memasarkan produk secara agresif pada konsumen. d. Media online; Saat ini, maraknya publikasi produk pada sosial media telah menunjukkan tingkat penjualan yang signifikan. RKB seharusnya menggunakan fasilitas ini seperti memiliki website, atau jejaring sosial lain yang bisa meraih pangsa pasar online. 3. Memperluas pangsa pasar S1,S2,S3,S4,O1,O2, O3,O4. Informasi tentang produk yang disukai oleh masyarakat mengenai produk UKM RKB sangat penting bagi anggota RKB. Informasi pasar yang lengkap juga akan memudahkan penentuan jaringan pemasaran yang sesuai untuk dikembangkan agar dapat menjangkau seluruh potensi pasar yang ada. Anggota RKB perlu menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang telah memiliki akses pasar yang lebih luas. Selain itu, kerjasama dengan pihak- pihak yang memberikan pasokan bahan baku harus terjalin lebih baik lagi guna mendukung kapasitas produksi. 4. Restrukturisasi organisasi dan sistem manajemen W1,W2,W3,W4, O1,O2. Hubeis dan Najib 2008 mengatakan manajemen organisasi berperan dalam memastikan peran dan tanggung jawab setiap anggota organisasi. Layaknya sebuah organisasi yang dinamis, saatnya RKB harus menentukan bentuk organisasi yang berorientasi bisnis untuk kesejahteraan anggotanya. Koperasi dinilai baik karena dapat mengakomodir kepentingan anggotanya dan merupakan badan hukum yang didukung oleh pemerintah. Keberadaan lembaga yang baik akan memperhatikan sistem dan prosedur keorganisasian, penciptaan produk, manajemen keuangan, pemasaran, dan tentunya kesejahteraan anggotanya. Hal ini perlu diperkuat dengan menempatkan orang-orang yang tepat yang memiliki komitmen dalam kemajuan UKM RKB, misalnya memperluas fungsi-fungsi kerja agar bisa dikerjakan lebih fokus oleh anggotanya, seperti bagian pemasaran, produksi dan administrasi. Selanjutnya menempatkan orang yang tepat untuk fungsi-fungsi kerja tersebut dan yang tidak kalah pentingnya adalah menempatkan seorang Leader yang mampu mengayomi anggota RKB dalam menciptakan karya-karyanya dan mengelolala UKM berdasarkan rasa memiliki sense of belonging dari usaha yang dikerjakan bersama anggotanya, baik produk batik tulis maupun produk kerajinan daur ulang. Kelembagaan dengan fungsi-fungsi kerja yang jelas akan melakukan monitoring dan evaluasi secara berguler, sehingga usaha lebih cepat dicapai. Sistem manajemen yang baik juga akan mempengaruhi sistem pembagian pendapatan dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh masing-masing pengrajin. Tambunan 2013 mengatakan prosedur operasional standar mutlak dibutuhkan dalam memperbaiki sistem manajemen produksi. Pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada dalam suatu organisasi memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atau tindakan dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi berjalan secara efektif, konsisten, standar dan sistematis. 5. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia W2,W3,O2,O3. Linna 2010 mengemukakan perlu ada pendekatan holistik dalam pengembangan kewirausahaan, yang tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga berpikir tentang manfaat lain yang diterima seperti pola pikir berorientasi pasar dan meningkatkan potensi usaha yang berkelanjutan. Dalam hal ini, pihak perusahaan migas yang mendanai perlu memberikan pelatihan dan pendampingan diluar dari kemampuan yang sudah dimiliki oleh anggota RKB, seperti pelatihan manajemen gudangbahan baku, pelatihan administrasi keuangan, pelatihan percakapan bahasa Inggris karena beberapa konsumen RKB adalah expatriat yang bekerja di Balikpapan serta pemahaman tentang keselamatan kerja. Pendampingan dengan melibatkan lembaga yang kredibel dalam jangka waktu tertentu dapat dilakukan sebagai proses penguatan kapasitas anggota RKB. 6. Mengembangkan program-program efisiensi dan pengendalian biaya produksi W2,W4,O1,O2,O3, O4. Setiadi et al. 2014 mengemukakan dalam penelitiannya, bagian produksi harus melakukan koordinasi yang lebih baik lagi dengan bagian pembelian bahan baku agar bahan baku yang dibeli terjamin kualitasnya dan tidak terjadi permasalahan ketersediaan bahan baku. Dalam hal ini, anggota RKB yang melakukan pembelian bahan baku harus melakukan koordinasi yang lebih baik lagi dengan bagian produksi, sehingga penggunaan bahan baku dapat maksimal digunakan. RKB sebaiknya mengelompokan biaya sesuai dengan produk yang ingin diciptakan agar informasi biaya yang dikeluarkan lebih akurat. RKB sebaiknya menggunakan sistem biaya taksiran estimasi sebelum melakukan produksi yang berfungsi sebagai alat pengendalian biaya sebagai dasar untuk menganalisis kegiatan-kegiatannya. Dengan ditetapkannya sistem biaya taksiran maka akan terlihat perbandingan antara biaya yang sesungguhnya dengan biaya taksiran, yang nantinya dapat memberikan petunjuk mengenai pemborosan atau tidak, dan juga dapat dipakai sebagai dasar perbaikan kegiatan. Pihak produksi RKB sebaiknya memiliki flow dari setiap proses produksi barang, dengan flow tersebut akan terlihat ruang yang berpotensi untuk diperbaiki, seperti penggunaan pewarna alam, air untuk pewarnaan, malam untuk proses mencanting dan waktu pengerjaan. 7. Menetapkan strategi harga pasar untuk menghadapi persaingan S1,T1. Harga produk RKB yang ditawarkan dinilai relatif lebih mahal oleh hampir seluruh konsumen, apalagi untuk sebuah industri kecil yang belum dikenal luas dan berskala mikro. Alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah menghitung ulang biaya produksi yang sesungguhnya agar dapat diperoleh harga yang lebih terjangkau dan menentukan prosentase keuntungan diawal produksi berdasarkan variabel biaya produksi variabel cost methode. Alternatif lain adalah tetap memberikan ekstra atau tambahan produk untuk transaksi pembelian dalam jumlah tertentu atau biasa disebut bonus. Pihak RKB juga dapat memberlakukan diversifikasi harga, agar dapat menjaring konsumen dari berbagai kalangan, tidak hanya konsumen yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas, misalnya meluncurkan produk-produk khusus pada saat pameran. Selain itu, indikator-indikator lain seperti potongan harga dan bonus pembelian harus lebih diperhatikan oleh pihak unit usaha, maka alternatif strategi yang dapat dilakukan adalah melaksanakan potongan harga secara teratur. Potongan harga hendaknya dilaksanakan pada momen yang tepat dan spesial, misalnya pada saat peluncuran produk baru atau pada bulan-bulan yang penting seperti hari-hari besar keagamaan, tahun kalendar siswa baru. Pemberian potongan harga tersebut diharapkan dapat memberikan kesan khusus bagi konsumen dan menjadi sesuatu hal yang ditunggu-tunggu, namun hendaknya perusahaan memperhitungkan dengan teliti agar pemberian potongan harga tersebut tidak berpotensi terhadap penurunan laba perusahaan. 8. Meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan S1,S3, S4,T1,T2,T3. RKB seharusnya memberikan informasi perawatan produk kepada konsumen agar produk dapat digunakan untuk jangka panjang, seperti menempatkan kartu informasi tentang cara mencuci baju batik tulis atau perawatan produk daur ulang. Selain itu, RKB seharusnya menggunakan teknologi informasi untuk menciptakan produk yang beragam dan mengikuti trend perkembangan produk. RKB seharusnya menciptakan produk yang cukup banyak, baik dari segi kuantitas maupun corak. Ketersediaan produk akan memudahkan konsumen untuk membeli produk yang diinginkan. Sedangkan untuk produk yang membutuhkan proses pemesanan, RKB seharusnya memiliki standar waktu dalam pemesanan jumlah tertentu. 9. Menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan S4,T3. Ketergantungan dengan perusahaan migas yang mendanai sudah saatnya dilepas dengan menciptakan rencana exit strategy dan mulai melakukan kerjasama dengan pihak perbankan. Usaha yang sudah bankable akan memudahkan transaksi bisnis dan peminjaman modal di masa yang akan datang, artinya secara administrasi keuangan RKB dianggap baik oleh pihak bank. Maraknya program pemerintah untuk program kemandirian usaha yang didukung oleh perbankan merupakan peluang yang baik untuk RKB terbebas dari ketergantungan dengan perusahaan yang membiayai. Pihak perusahaan migaspun seharusnya memberikan target atau waktu kapan bantuan dihentikan. Perusahaan harusnya sadar keberhasilan program CSR manakala bantuan dihentikan dan UKM RKB masih terus berkarya dan berproduksi serta kesejahteraan anggotanya meningkat. Rosyida dan Nasdian 2011, mengatakan pengembangan kapasitas dalam sebuah komunitas dikatakan berhasil manakala komunitas sudah menjadi subjek dalam pembangunan. 10. Meningkatkan teknologi W2,W3,W4,T1,T2. RKB seharusnya melakukan pencatatan administrasi dengan menggunakan komputer yang telah didonasi oleh perusahaan migas. Penggunaan akses internet berbiaya murah melalui hp android dapat digunakan sebagai media penjualan dan informasi. Dengan harga produk RKB yang cenderung untuk golongan menengah keatas, seharusnya sistem transaksi mulai diarahkan dengan penggunaan alat transaksi online atau tidak memiliki mesin kasir yang dapat dianggap sebagai investasi, walaupun hal ini tidak bersifat mendesak saat ini. 11. Menyiapkan gudang bahan baku W4,T2,T3. Seperti dijelaskan dalam strategi pengendalian biaya produksi, RKB seharusnya memiliki gudang untuk menampung bahan baku, hal ini bisa mengurangi biaya produksi biaya pengiriman sekaligus mengantisipasi kondisi perekonomian yang kurang stabil. Hal lain, dapat mengefisienkan waktu pengerjaan manakala ada pesanan dalam jumlah besar kemeja batik tulis yang pernah ada sebelumnya dari perusahaan yang mendanai. Penyediaan bahan baku ini memungkinkan karena sarana yang dimiliki oleh RKB cukup luas. Pengelolaan bahan baku yang baik mampu meminimalkan biaya produksi. Analisis Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi dari analisis SWOT, selanjutnya dengan menggunakan analisis QSPM dilakukan pemilihan alternatif strategi yang paling menarik untuk diimplementasikan. Pada Tabel 13 berikut disajikan peringkat dari rangkaian alternatif-alternatif yang dihasilkan berdasarkan QSPM. Tabel 13. Urutan prioritas strategi dari QSPM RKB Berdasarkan hasil analisis QSPM pada Tabel 13 di atas dapat dilihat strategi yang paling tepat dapat dilakukan saat ini adalah restrukturisasi organisasi dan sistem manajemen. Strategi ini dilakukan sebagai upaya untuk membenahi internal RKB agar nantinya memiliki aturan organisasi yang jelas dan terarah menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin kompetitif serta kepemimpinan yang baik dalam mengarahkan anggotanya, dengan nilai total attractiveness score TAS tertinggi 7.49. Selanjutnya urutan kedua, yakni meningkatkan promosi dengan nilai 6.71 dan yang ketiga adalah menjalin kerjasama dengan pihak perbankan dengan nilai 6.69. Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu dengan yang lainnya. Untuk masa yang akan datang, ke sebelas strategi yang dihasilkan tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi usaha UKM RKB, guna keberlangsungan usaha yang lebih baik. Alternatif Strategi Total nilai daya tarik Urutan prioritas Restrukturisasi organisasi dan sistem manajemen 7.49 I Meningkatkan promosi 6.71 II Menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan 6.69 III Menetapkan strategi harga pasar untuk menghadapi persaingan 6.65 IV Meningkatkan mutu layanan kepada pelanggan 6.47 V Memperluas pangsa pasar 6.45 VI Meningkatkan teknologi 6.38 VII Meningkatkan mutu produk 6.18 VIII Meningkatkan kemampuan SDM 6.06 IX Mengembangkan program-program efisiensi dan pengendalian biaya produksi 6.05 X Menyiapkan gudang bahan baku 5.04 XI

5. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan