2. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sebagai kajian dalam penulisan tugas akhir ini, penulis menggunakan definisi yang digunakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM menurut Undang-
Undang RI No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM. Dalam penjabarannya pada undang-undang dijelaskan sebagaimana
berikut : a.
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang. b.
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang.
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan
tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Selanjutnya kriteria UMKM sebagaimana acuan dari Kementerian Koperasi dan UKM dapat dijabarkan secara sederhana:
Tabel 2. Kriteria UMKM menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008
Kriteria Mikro
Kecil Menengah
Kekayaan bersih Rp 50 juta
Tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha Rp 50 juta - Rp 500
juta Tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha
Rp 500 juta - Rp10 M Tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha
Penjualan tahunan Rp 300 juta
Rp 300 juta –
Rp 2,5 M Rp 2,5 M - Rp 50 M
Dari Tabel 2 dapat diuraikan Usaha Mikro dibatasi memiliki kekayaan bersih dibawah Rp 50 juta, lalu Usaha Kecil antara Rp 50 juta - Rp 500 juta dan
Usaha Menengah antara Rp 500 juta - Rp 10 Milyar diluar dari tanah dan bangunan usaha. Selain itu penjualan tahunan Usaha Mikro dibawah Rp 300 juta,
Usaha Kecil antara Rp 300 juta - Rp 2,5 miliar dan Usaha Menengah antara Rp 2,5 miliar - Rp 50 miliar.
Dalam menjalankan usahanya, UMKM seharusnya memiliki kemampuan berbisnis
sebagaimana yang
dijabarkan pada
penjelasan berikut
ini Hubeis, 2009:
1. Mengidentifikasi potensi bisnis atas faktor-faktor, seperti i orientasi klasik
supply creates its own demand, oreintasi produksi, orientasi produk, orientasi penjualan, orientasi pemasaran dan orientasi pemasaran sosial; ii
sumber-sumber potensi bisnis meliputi pertumbuhan populasi, meningkatnya permintaan terhadap suatu produk, adanya ketidaksesuaian konsumsi dengan
produksi, sumber daya yang menganggur, inovasi dan penemuan baru, serta adanya masalah-masalah baru; iii tahapan identifikasi meliputi identifikasi
peluang, pengolahan informasi peluang bisnis, pemahaman lingkungan bisnis, estimasi potensi bisnis dan penilaian potensi bisnis.
2. Mengidentifikasi peluang. Suatu peluang dikatakan potensial untuk
dimanfaatkan jika memenuhi kejelasan bentuk dan besarannya, mempunyai nilai ekonomis yang menguntungkan dan didukung oleh kemampuan
perusahaan untuk
pemanfaatannya. Beberapa
hal penting
dalam mengidentifikasi peluang bisnis yaitu: i mencatat setiap perkembangan
dalam lingkungan bisnis, ii merenungkan dan mencari celah-celah yang dapat dimanfaatkan dari setiap perkembangan yang ada, iii mencatat dengan
baik setiap peluang yang ditangkap, iv membuat rencana secara kasar dan cepat tentang langkah-langkah selanjutnya, v melakukan penilaian secara
cepat apakah peluang tersebut secara potensial mampu digarap.
3. Mengolah informasi. Penguasaan informasi sangat menguntungkan bila
dilihat dari segi berikut. a
Mengarahkan sasaran secara tepat b
Sumber-sumber resiko dan kendala dapat diidentifikasi secara dini, sehingga diketahui cara mengatasinya.
c Mendukung perencanaan yang matang.
d Bahan untuk negosiasi.
e Dasar untuk melakukan persaingan.
Dalam hal ini, jenis-jenis informasi yang dikumpulkan seperti data pendukung untuk proyeksi permintaan, daftar sumber daya perusahaan, teknis
produksi dan sumber bantuan teknis, sumber-sumber modal yang dapat dimanfaatkan, saingan dan tingkat persaingan, sumber-sumber resiko dan
ketidakpastian, pelanggan dan pelaku kunci untuk negosiasi.
4. Memahami lingkungan bisnis atas faktor-faktor berikut.
a Lingkungan perusahaan pemilik dan manajemen.
b Lingkungan mikro perusahaan, pemasok, pesaing, konsumen, dan
perantara. c
Lingkungan makro fisik, teknologi, ekonomi, sosial budaya, politik dan hukum.
5. Mengestimasi potensi bisnis. Potensi bisnis atau potensi pasar mengandung
pengertian jumlah permintaan yang diharapkan atau diramalkan dan bukannya permintaan pasar sesungguhnya. Hal yang perlu dilakukan dalam
melakukan estimasi potensi pasar adalah: a
Penentuan jangkauan pelayanan. b
Estimasi daya beli dan daya serap pasar. c
Analisis persaingan. d
Estimasi kemampuan pelayanan. Selanjutnya Hubeis 2009 juga menyatakan, permasalahan UMKM
menyangkut sejumlah persoalan, seperti ketimpangan struktural dalam alokasi dan penguasaan sumber daya, ketidaktegasan keberpihakan negara pada upaya
pengembangan ekonomi rakyat dalam kebijakan dan pengembangan strategi industrialisasi, struktur pasar yang bersifat oligopolis, kinerja yang relatif terbatas
pada hal yang klasikal SDM, permodalan, akses terhadap kelembagaan keuangan, teknologi, manajemen, pemasaran dan informasi, terjadinya distorsi dan
inkonsistensi kebijakan yang menyangkut upaya pengembangan. Berkenaan dengan permasalahan UMKM dalam arti luas dapat dikategorikan dalam tujuh
karakteristik: 1.
Kesulitan Pemasaran Masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh UKM adalah tekanan-tekanan
persaingan, baik di pasar domestik dari produk-produk serupa buatan usaha besar, maupun produk impor dan di pasar ekspor.
2. Keterbatasan Finansial
Aspek finansial yang dihadapi yakni mobilisasi modal awal dan akses ke modal kerja investasi, serta finansial jangka panjang akibat skala ekonomi
yang kecil. Modal yang dimiliki UKM sering kali tidak mencukupi untuk kegiatan produksinya, terutama untuk investasi. Pembukuan yang relatif
sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar di UKM menyebabkan sulit pihak luar melihat kinerja usaha dan sulit
bagi bank memenuhi permohonan peminjaman modal.
3. Keterbatasan SDM
Merupakan kendala yang serius bagi banyak UKM, terutama dalam aspek- aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,
perancangan teknik, pengendalian dan pengawasan mutu, organisasi bisnis, akuntasi, pengolahan data, penelitian dan teknik pemasaran.
4. Masalah Bahan Baku
Hal ini menjadi kendala serius bagi pertumbuhan dan keberlangsungan produksi bagi banyak UKM dan sentra-sentra UKM disejumlah subsektor
industri manufaktur.
5. Keterbatasan Teknologi
Keterbelakangan teknologi tidak hanya menyebabkan rendahnya total faktor produktivitas dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya
mutu produk yang dibuat.
6. Managerial Skill
Kesulitan UKM menentukan pola manajemen yang sesuai dengan kebutuhan menyebabkan pengelolaan usaha menjadi terbatas. Sarana alat
manajemen untuk mencapai tujuan adalah lima 5 M yaitu man, money, material, methods, market.
7. Kemitraan
Kemitraan mengacu pada pengertian bekerja sama antar pengusaha dengan tingkatan yang berbeda, yaitu antara pengusaha kecil dengan pengusaha
besar. Walaupun tingkatan usaha berbeda namun terjadi hubungan yang setara sebagai mitra bukan bentuk hubungan yang merupakan manifestasi
hubungan patron-klien.
Kerajinan Batik Tulis Pewarna Alam dan Daur Ulang Seni kerajinan hampir tersebar luas di berbagai daerah di Indonesia dan
memberi arti serta isi pada kebudayaan nasional khas Indonesia. Di mana seni
kerajinan ini termasuk ke dalam industri rumah tangga atau industri kecil. Industri skala kecil di Indonesia merupakan bahan yang terus menerus dibahas dan
merupakan pokok perhatian pemerintah, karena keberadaannya mempunyai arti penting baik secara ekonomi maupun politik. Pembangunan industri kecil dan
menengah termasuk industri kerajinan serta industri rumah tangga, perlu didorong dan dibina menjadi usaha yang semakin berkembang dan efisien sehingga mampu
mandiri dan dapat menambah pendapatan masyarakat. Usaha kerajinan bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat pendukungnya. Selain
itu berkembang pula jenis-jenis usaha kerajinan yang mengandung nilai estetik atau nilai seni untuk memenuhi kebutuhan golongan masyarakat atas. Usaha
kerajinan yang menghasilkan karya yang bernilai seni ini ternyata mampu menghantarkan suatu daerah memiliki popularitas yang cukup tinggi dan memberi
ciri khas terhadap daerah tersebut melalui penampilan karya masyarakat daerah itu Rahayu, 2014.
Batik Tulis Pewarna Alam
Batik sudah lama dikenal sebagai karya bangsa Indonesia. Proses batik pula dikenal sebagai pewarnaan kain serat alami dengan menggunakan teknik
celup rintang. Bagian kain menjadi bercorak karena pada waktu dicelupkan dalam cairan warna, terdapat bagian yang sengaja dirintangi. Bagian kain yang dirintangi
itulah yang menimbulkan corak motif batik. Penempelan bahan perintang pada lembar kain merupakan langkah awal proses pembatikan. Cara membubuhkan
malam batik pada lembar kain dikenal dengan beberapa cara: dituliskan dengan menggunakan alat yang disebut canting, dituliskan dengan menggunakan kuas
dan dicapkan dengan menggunakan cap logam tembaga. Cara yang pertama menghasilkan kain batik tulis, sedangkan cara yang kedua akan menghasilkan
batik cap. Sebetulnya karya batik tulis dan batik dalam proses pewarnaannya sama. Namun demikian, batik tulis dianggap karya batik yang memiliki nilai yang
lebih tinggi dari batik cap Tocharman, 2009. Selanjutnya Tocharman dalam penelitiannya menjelaskan proses penggunaan warna-warna alam dalam teknik
batik sudah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun temurun sampai ditemukan warna sintetis yang dipandang praktis dan ekonomis. Namun, dalam
kenyataan sekarang ini penggunaan warna alam sebagai pewarna batik sudah banyak ditinggalkan. Penggunaan warna alam banyak ditinggalkan dengan
berbagai alasan, antara lain:
a. Proses pembuatan warna alam memerlukan waktu yang panjang.
b. Warna alam tidak tahan lama disimpan sebelum proses pewarnaan.
c. Daya tahan warna alam cenderung mudah pudar.
d. Karena proses pembuatan warna alam lama, mengakibatkan biaya produksi
menjadi mahal. e.
Proses pencelupanpewarnaan memerlukan waktu yang panjang dan harus dilakukan berulang-ulang. Pengulangan yang dilakukan lebih banyak akan
menghasilkan warna yang lebih baik. Penggunanaan warna alam memiliki banyak kelemahan, namun demikian
banyak hal yang menjadi keraguan bila kita terus menggunakan bahan warna sintetis. Karena warna sintetispun memiliki sejumlah kelemahan. Pertama, limbah
warna sintetis membahayakan kesehatan manusia. Bila perajin atau perusahaan batik membuang sembarang limbah warna sitetis, secara tidak langsung meracuni
lingkungan, termasuk di dalamnya manusia. Kedua, para perajin batik tidak menyadari, tidak tahu, atau tahu tetapi masa bodoh akan bahaya yang diakibatkan
oleh bahan warna sintetis. Ketiga, di sisi lain banyak ditemukan penggunaan warna sintetis untuk pewarna tekstil digunakan untuk mewarnai bahan makanan
atau minuman. Hal ini terjadi karena bahan warna tekstil jauh lebih murah bila dibandingkan dengan bahan pewarna makanan.
Hartini et al. 2014 menjelaskan pewarna alam diekstrak dari materi vegetatif dan residu hewan, diklaim ramah lingkungan, menimbulkan tingkat
emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan pewarna sintetis dalam industri tekstil. Kelebihan zat warna alam yang lain adalah adanya zat antibakteri dan
penghilang bau dan lebih dari 60 dari uji pewarnaan yang dilakukan dapat diterima dari sifat tahan lunturnya. Oleh karena itu sekarang banyak praktisi
tekstil yang menggunakan pewarna alam. Hal tersebut didukung oleh sebuah deklarasi bersama hasil keputusan World Batik Summit tahun 2011, yang salah
satu pointnya menyatakan industri Batik Indonesia harus didasarkan atas perlindungan alam dan lingkungan, serta riset mengenai penyediaan bahan
pewarna tradisional yang alami dalam jumlah besar penting untuk digalakkan.
Dalam penelitian sebelumnya, Rahayu 2014 menjabarkan proses produksi kain batik tulis dengan pewarna alam dengan tahapan
– tahapan sebagai berikut :
1. Tahap pemotongan kain mori.
Pada tahapan ini kain mori dipotong sesuai ukuran yang diinginkan, pemotongan biasanya berukuran 1,5 sampai 2 meter untuk setiap potongnya.
2. Tahap Mordan
Pada tahapan ini kain mori yang sudah dipotong kemudian direbus dengan soda abu dan tawas, bertujuan untuk membuka pori
– pori kain. 3.
Tahap pencucian mori Pada tahapan ini kain mori dicuci terlebih dahulu, kemudian baru masuk
tahap proses pengkanjian. Dalam proses ini perajin tidak menggunakan bahan pemutih apapun.
4. Tahap Pengkanjian
Pada tahapan ini kain mori dikanji terlebih dahulu selama beberapa jam, kemudian baru dijemur sampai kering. Hal ini bertujuan untuk meratakan
permukaan kain mori agar lebih memudahkan dalam membatik serta kainnya menjadi lebih kaku.
5. Tahap menggambar pola batik atau nyorek
Pada tahapan ini perajin menggambar pola atau motif pada kain mori yang telah dikanji dengan menggunakan pensil. Pola dibuat diatas meja gambar,
dengan cara dilembarkan kemudian baru digambar. Masing – masing
kelompok memiliki perajin khusus dalam pembuatan pola. Motif atau pola dibuat sesuai dengan keinginan atau inspirasi para perajin. Akan tetapi,
apabila terdapat pesanan untuk motif tertentu maka pola juga disesuaikan dengan keinginan konsumen.
6. Tahap membatik
Tahapan ini merupakan tahapan yang mana perajin menggambar atau meletakkan lilin batik pertama pada pola yang telah digambar. Proses
pembatikan membutuhkan kecermatan yang baik dan waktu yang cukup lama. Kain mori yang sudah selesai proses pengeringan kemudian
dilentangkan di gawangan, lalu dibatik dengan lilin yang sudah dipanaskan di wajan kecil. Dalam menorehkan lilin, perajin menggunakan canting yang
disesuaikan dengan kebutuhan.
7. Tahap Pewarnaan
Setelah selesai proses pembatikan, maka tahap selanjutnya yaitu tahap pewarnaan. Pada saat tahap pewarnaan, perajin terlebih dahulu menentukan
warna apa yang akan dipakai untuk batik tersebut. Sebelum pewarnaan perajin harus benar
– benar memahami warna apa saja yang mampu dihasilkan dari bahan
– bahan alami tersebut. Selain itu juga harus melakukan beberapa kali percobaan untuk menghasilkan perpaduan warna yang baik.
dari dua jenis kayu tersebut. Warna – warna tersebut diantaranya yaitu :
Warna Soga, untuk memperoleh warna soga maka perajin harus menggunakan perpaduan warna dari kayu tinggi, jambal, dan tegel.
Warna Kuning, untuk memperoleh warna kuning maka perajin harus menggunakan bahan yang berasal dari kayu teger.
Warna Hijau, untuk memperoleh warna hijau maka perajin harus menggunakan kayu teger sebagai bahan utamanya.
Warna biru, untuk memperoleh warna biru maka perajin menggunakan bahan dari indigo. Indigo yang digunakan berbentuk pasta atau berasal dari
daun Tom. 8.
Nutup Pada tahap ini bagian
– bagian gambar yang dikehendaki tetap berwarna hitam dan putih, harus ditutup lagi dengan lilin dengan canting, tujuannya
agar tidak kemasukan warna lain dalam proses selanjutnya. 9.
Menyoga Merupakan pemberian warna coklat tua pada bagian yang kelihatan putih
dengan cara mencelupkan ke dalam air yang telah diberi larutan soga. 10.
Nglorod Merupakan tahapan yang dilakukan setelah proses pewarnaan selesai.
Nglorod merupakan proses membersihkan lilin yang menempel pada bahan dasar batik. Proses pelorodan ini dilakukan dengan cara memasukkan kain
batik yang telah diwarnai secara berkali – kali dalam air yang mendidih.
Sehingga lilin batik yang menempel pada kain dapat hilang atau bersih. 11.
Pengeringan Merupakan tahap akhir dari proses pembatikan. Setelah selesai proses
pelorodan kemudian kain dikeringkan di papan pengeringan sambil dihilangkan sisa
– sisa lilin yang masih menempel. Penggunaan warna alam dianggap lebih sulit dalam menghilangkan lilin jika dibandingkan dengan
penggunaan bahan sintetis. Pelorodan harus dilakukan berkali – kali, hingga
lilinnya benar – benar bersih. Untuk tahap pengeringan biasanya mengalami
sedikit kendala. Salah satu kendala tersebut yaitu jika cuacanya tidak panas maka proses pengeringan akan berlangsung lebih lama dan warna yang
diperoleh sedikit kusam. Dengan adanya cuaca yang kurang mendukung tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga penjualan barang produksi.
Apabila hasil yang diperoleh kurang baik, maka konsumen juga tidak akan mau membeli dengan harga yang cukup tinggi. Jadi untuk memperoleh warna
yang bagus perajin harus pandai memperhatikan cuaca.
Kerajinan Daur Ulang
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah anorganik padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian
dan pembuatan produkmaterial bekas pakai Ninggarwati dan Latianingsih, 2010. Material yang dapat didaur ulang berupa:
1. Botol bekas wadah kecap, saos, sirup, krim kopi; baik yang putih bening
maupun yang berwarna terutama gelas atau kaca yang tebal. 2.
Kertas, terutama kertas bekas di kantor, koran, majalah, kardus kecuali kertas yang berlapis minyak atau plastik.
3. Logam bekas wadah minuman ringan, bekas kemasan kue, rangka meja, besi
rangka beton. 4.
Plastik bekas wadah sampo, air mineral, jerigen, ember. 5.
Sampah anorganik basah dapat diolah menjadi kompos. Wahyono dan Sudarno 2012, dalam laporan proyek ITTO TFL-PD
01910 Rev.2 M Developing Collaborative Management of Cibodas Biosphere Reserve West Java, Indonesia menjelaskan, kemasan plastik tidak selalu berakhir
menjadi sampah. Kemasan plastik bisa dirangkai jadi aneka kerajinan cantik. Kita semua tahu bahwa sampah plastik adalah jenis sampah yang paling sulit diuraikan
oleh tanah. Jika Anda membuang sampah plastik hari ini, hingga 80 tahun mendatang pun sampah plastik ini pun belum bisa teruraikan. Padahal, hampir
semua produk kebutuhan rumah tangga menggunakan pembungkus plastik. Jadi, terbayang kan berapa banyak sampah plastik terbuang setiap harinya? Untuk
mencegah penumpukan sampah plastik, kita sebenarnya bisa mencoba mengurangi
dampak buruknya.
Salah satu
caranya adalah
dengan memanfaatkannya kembali. Sampah plastik bisa diolah menjadi aneka kerajinan
cantik. Hasilnya tak kalah cantik dengan kerajinan berbahan kain. Dengan membuat aneka kerajinan cantik berbahan kemasan plastik ini, Anda bisa
mendapat dua manfaat. Selain mendapat aneka kerajinan cantik, Anda pun sudah turut berpartisipasi menyelamatkan lingkungan dari ancaman sampah plastik.
Langkah awal mengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering seperti
bungkus minuman ringan seperti kopi, susu dan mi instan dibersihkan. Setelah itu plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-potong
seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Pola dibuat sesuai dengan bentuk barang yang akan dibuat. Setelah dipotong sesuai dengan pola, langkah
selanjutnya adalah menjahit sesuai dengan pola tersebut. Yang diperlukan adalah ketelatenan dari penjahit Anam, 2014.
Saat ini kerajinan dari sampah plastik telah menjadi produk fashion tersendiri yang berasal dari barang daur ulang atau bisa disebut trashion. Trashion
ini artinya fashion dari sampah. Dengan menjadi trashion nanti, produk kerajinan daur ulang sampah kering akan bisa dinikmati tidak saja kalangan masyarakat
menengah ke bawah tapi juga kalangan menengah atas yang biasanya sangat memperhatikan kualitas produk kerajinan yang akan dibeli. Dubey et al. 2010
mengatakan manfaat daur ulang pada jurnal internasional VSRD Technical Non-Technical Journal,
“Another example of the importance of recycling has to do with the creation of new jobs. As more people recycle, the number of people
required to collect, sort and process recycled items continues to grow. More jobs in the community means more money spent in local stores, more taxes collected
for the city or town, and in general a healthier economy for everyone concerned”. Disamping manfaat yang dimiliki dari produk daur ulang ada, namun ada
beberapa kendala yang dihadapi oleh para pengrajin daur ulang sampah plastik yaitu terbatasnya bahan baku khusus untuk membuat barang yang sifatnya antik,
bahkan ada bahan baku yang harus dibeli, juga terbatasnya peralatan dan dana, sehingga terkesan seadanya namun kreativiatas sangat tinggi. Kemudian untuk
produk yang sudah dihasilkan, kadang ditumpuk begitu saja, tidak adanya pemahaman untuk diberi pelatihan bagaimana memasarkan hasil produksi agar
dikenal dimasyarakat Ninggarwati dan Latianingsih, 2010. Kemitraan Perusahaan dengan UKM
Upaya peningkatan peran UMKM melalui pola kemitraan, diatur dalam Keppres RI, No. 127 tahun 2001, tentang UMKM dan Kemitraan, yang
menyebutkan bahwa perlu adanya jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan kesempatan terbuka bagi kinerja usaha menengah atau besar dengan syarat
kemitraan. Kemitraan adalah kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh
usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.
Herawati 2011 dalam disertasinya menyatakan, dalam upaya mengembangkan kemitraan usaha dimasa depan dan untuk mempersiapkan pelaku
bisnis skala UMKM dapat bersaing di era globalisasi maka diperlukan beberapa strategi unggulan, perubahan perilaku, dan sistem organisasi sebagai fondasi
perkembangan kemitraan secara lebih mendasar. Konsep operasional dari strategi ini selayaknya dapat dilakukan secara simultan oleh semua pelaku kemitraan
termasuk lembaga pemerintah sebagai instansi pembina. Beberapa strategi yang perlu dilaksanakan agar kebijaksanaan dalam kemitraan dapat diwujudkan.
Strategi tersebut antara lain, adalah :
1. Mengembangkan usaha kecil dan koperasi yang mandiri dan kuat.
2. Memacu penerapan Undang-undang tentang usaha kecil dan peraturan
pemerintah tentang kemitraan. Penerapan Undang-undang tentang usaha kecil dan peraturan pemerintah tentang kemitraan ini menjadi sangat penting dalam
mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha kecil dan koperasi.
3. Memantapkan kelembagaan kemitraan. Strategi ini dimaksudkan untuk
mewujudkan kelembagaan kemitraan usaha kedua belah pihak yang harus dibangun dan dipersiapkan melalui proses terencana dan berkelanjutan.
4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia. Keberhasilan atau
kegagalan pelaksanaan kemitraan sangat ditentukan oleh faktor kemampuan sumberdaya manusianya terutama dalam menerapkan strategi bisnis yang
telah ditetapkan. Kemampuan para pelaku bisnis untuk menguasai teknologi, manajemen, informasi pasar dan lain sebagainya.
5. Menerapkan teknologi, standarisasi, dan akreditasi. Pemanfaatan,
pengembangan dan penguasaan teknologi, standarisasi, akreditasi merupakan langkah yang tidak terpisahkan dari upaya untuk mengembangkan kemitraan.
Peran utama dari teknologi semakin nyata terlihat jelas bila dikaitkan dengan peningkatan produksi dan produktivitas, sedangkan penerapan standarisasi
dan akreditasi akan menjamin peningkatan kualitas, kuantitas dan harga.
6. Membangun akses pasar dan informasi pasar. Akses pasar dan informasi
pasar merupakan dua hal yang penting yang saling berkait dan mutlak harus dikuasasi oleh pelaku kemitraan. Tanpa akses pasar yang baik sangatlah
mustahil untuk mendapatkan nilai tambah dari produk yang dihasilkan. Sebaliknya tanpa informasi pasar yang jelas dan akurat mengenai jumlah,
kualitas dan harga dari suatu barang pasti akan menimbulkan distorsi yang mungkin saja dapat menimbulkan perselisihan bagi pelaku kemitraan.
7. Mendorong pengembangan investasi dan permodalan. Kurangnya investasi
dan modal menyebabkan lemahnya posisi tawar khususnya bagi UMKM. Strategi yang dilakukan dalam mendorong pengembangan investasi dan
permodalan yang seyogyanya ditujukan untuk keberpihakan pemerintah kepada UMKM. Dengan keberpihakan ini diharapkan akan meningkatkan
posisi tawar dari sebagian besar UMKM.
8. Memantapkan birokrasi pemerintah sebagai lembaga pelayanan. Peran
aparatur pemerintah dan produk-produk kebijakannya sangat strategis dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk keberhasilan kemitraan.
Keberpihakan pemerintah pada upaya-upaya untuk menumbuhkembangkan kemitraan merupakan suatu wujud pelayanan yang harus dilakukan konsisten
dan berkesinambungan.
Analisis Usaha
Kasmir dan Jakfar 2012 mengatakan prospek pengembangan usaha dapat dilihat melalui beberapa aspek. Aspek-aspek ini tidak berdiri sendiri, akan tetapi
saling berkaitan. Artinya jika salah satu aspek tidak dipenuhi, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. Dalam hal ini aspek-aspek
yang dimaksud adalah aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknisoperasi, aspek manajemenorganisasi, aspek ekonomi sosial dan
aspek lingkungan. Urutan penilaian dari beragam aspek yang ada berdasarkan pertimbangan prioritas, bahkan ada aspek yang tidak seharusnya ditelaah lebih
jauh, karena tidak terlalu signifikan dalam pengembangan UKM yang baru mulai dan sedang berkembang.
Aspek Pasar dan Pemasaran
Begitu pentingnya peranan pasar dan pemasaran dalam menentukan kelanjutan UKM, sehingga banyak UKM menjadikan posisi pemasaran paling
depan Kasmir dan Jakfar, 2012. Beberapa hal yang perlu dicermati seperti: 1 ada tidaknya pasar, 2 seberapa besar pasar yang ada, 3 potensi pasar, 4
tingkat persaingan yang ada, termasuk besarnya market share yang akan direbut dan market share pesaing.
Setelah memahami kondisi pasar, maka perlu melakukan strategi bersaing yang tepat. Unsur strategi persaingan ini adalah menentukan segmentasi pasar
segmenting artinya membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda
pula; menetapkan pasar sasaran targeting artinya mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani
dan menentukan posisi pasar positioning yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Ketiga unsur ini biasa disebut STP.
Market segmenting Variabel untuk melakukan segmentasi pasar terdiri dari segmentasi pasar
konsumen dan segmentasi pasar industrial. Berikut ini adalah variabel utama untuk melakukan segmentasi pasar konsumen menurut Kotler dan Keller 2013,
antara lain: 1.
Segmentasi berdasarkan geografis terdiri dari: bangsa, propinsi, kabupaten, kecamatan dan iklim.
2. Segmentasi berdasarkan demografis terdiri dari: umur, jenis kelamin, ukuran
keluarga, daur hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras dan kebangsaan.
3. Segmentasi berdasarkan psikografis: kelas sosial, gaya hidup, karkateristik
kepribadian. 4.
Segmentasi berdasarkan perilaku terdiri dari: pengetahuan, sikap, kegunaan dan tanggap terhadap suatu produk.
Variabel utama untuk melakukan segmentasi pasar industrial sebagai berikut:
c. Segmentasi berdasarkan demografis terdiri dari: jenis industri, besar
perusahaan, dan lokasi perusahaan. d.
Karakteristik pengoperasian terdiri dari: teknologi yang difokuskan, status pengguna dan kemampuan pelanggan.
e. Pendekatan pembeli terdiri dari: organisasi berfungsi pembeli, sifat hubungan
yang ada, struktur kekuatan, kebijakan pembelian umum dan kriteria. f.
Karakteristik personel industri terdiri dari: kesamaan pembeli, sikap terhadap resiko dan kesetiaan.
g. Faktor situasional terdiri dari: urgensi, pengguna khusus, besarnya pesanan.
Market targetting Setelah segmentasi pasar dilakukan, maka terdapat beberapa segmen yang
layak untuk dilakukan, karena dianggap paling potensial. Secara umum pengertian menetapkan pasar sasaran adalah mengevaluasi keaktifan setiap segmen,
kemudian memilih salah satu dari segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Pasar sasaran Amalia et al., 2012 berfungsi agar pelaku UKM dapat mengingat
konsumen yang senantiasa menggunakan produknya dan menjadikan konsumen tersebut loyal menggunakan produk yang ditawarkan. Kegiatan menetapkan pasar
sasaran meliputi: 1.
Evaluasi segmen pasar: 1.
Ukuran pertumbuhan segmen seperti data tentang penjualan, proyeksi laju pertumbuhan dan margin laba dari setiap segmen.
2. Struktural segmen dilihat dari segi profitabilitas, juga ancaman dari
produk pengganti. 3.
Sasaran dan sumber daya perusahaan, yakni ketersediaan sumber daya manusia termasuk keterampilan yang dimiliki.
2. Memilih segmen, yaitu menentukan satu atau lebih segmen yang memiliki nilai
tinggi bagi UKM, menentukan segmen mana dan berapa banyak yang dapat dilayani:
1. Pemasaran serba sama, melayani semua pasar dan tawaran pasar, dalam
arti tidak ada perbedaan.
2. Pemasaran serba aneka, merancang tawaran untuk semua pendapatan,
tujuan dan kepribadian. 3.
Pemasaran terpadu, khusus untuk sumber daya manusia yang terbatas. Market positioning
Hubeis dan Najib 2008 menyatakan persaingan dalam duni usaha terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang
untuk memperbaiki posisi. Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Kegiatan ini dilakukan setelah
menentukan segmen mana yang akan dimasuki, maka harus pula menentukan posisi dimana yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Memilih dan
melaksanakan strategi penentuan posisi pasar: 1.
Identifikasi keunggulan kompetitif yang mungkin memberikan nilai yang terbesar dengan cara mengadakan perbedaan, yaitu:
1. Diferensiasi produk
2. Diferensiasi jasa
3. Diferensiasi personel
4. Diferensiasi citra
2. Memilih keunggulan kompetitif yang tepat.
a. Berapa banyak perbedaan dipromosikan
b. Perbedaan mana yang dipromosikan
3. Mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi dipilih.
Strategi Bauran Pemasaran
Marketing mix
Setelah STP ditetapkan, maka selanjutnya perlu diselaraskan dengan kegiatan pemasaran lainnya seperti strategi bauran pemasaran. Widiana et al 2013 dalam
jurnalnya mengatakan bauran pemasaran dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, serta kondisi yang akan diantisipasi. Adapun strategi
bauran pemasaran tersebut yaitu: 1.
Strategi produk; pihak perusahaan mendefinisikan, memilih dan mendesain suatu produk disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan konsumen yang
akan dilayaninya, agar investasi yang ditanam dapat berhasil dengan baik. Dalam mengembangkan suatu produk, maka perusahaan akan melakukan
antara lain: penentuan logo dan moto, menciptakan merk, menciptakan kemasan, keputusan label dan lain-lain.
2. Strategi harga; merupakan hal yang penting dalam kegiatan marketing mix.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menetapkan harga suatu produk:
1. Menentukan tujuan penetapan harga.
2. Memperkirakan permintaan biaya dan laba.
3. Memilih strategi harga untuk membantu menentukan harga dasar.
4. Menyesuaikan harga dasar dengan taktik penetapan harga.
3. Strategi lokasi dan distribusi; hal yang perlu dilakukan dalam menentukan
lokasi antara lain: dekat dengan industri, perkantoran, pasar, pusat pemerintahan, perumahan, pertimbangkan dengan jumlah pesaing dan sarana
dan prasarana. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi strategi distribusi antara lain: pertimbangan pembeli atau faktor pasar, karakteristik produk,
faktor produsen atau pertimbangan pengawasan dan keuangan,
4. Strategi promosi; merupakan kegiatan marketing mix yang terakhir. Sarana
promosi yang dapat digunakan antara lain : periklanan, promosi penjualan, publisitas, penjualan pribadi dan lain-lain. Kegiatan promosi bisa berupa
pemasangan iklan di media cetakelektronik, pemasangan spanduk, distribusi brosur produk, internet dan lain-lain. Khusus untuk promosi penjualan dapat
dilakukan pemberian discount, undian, cindera mata dan lain-lain.
Aspek Keuangan Aspek keuangan menilai biaya-biaya produksi apa dan seberapa besar
biaya-biaya tersebut yang akan dikeluarkan dalam menghasilkan produk. Kemudian juga menilai berapa besar pendapatan yang akan diterima dari sebuah
investasi yang dilakukan. Selain itu aspek keuangan mengkaji darimana sumber pembiayaan tersebut. Khusus bagi UKM yang sudah ada sebelumnya dan hendak
melakukan ekspansi atau perluasan usaha, penilaian dapat dilakukan dari laporan keuangan.
Setiadi et al. 2014 dalam jurnalnya menyatakan perhitungan harga pokok produksi adalah hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan harga jual suatu
produk. Perhitungan harga pokok produksi yang tepat dan akurat merupakan hal yang perlu dilakukan oleh setiap perusahaan, karena tanpa adanyan perhitungan
harga pokok produksi yang tepat dan akurat, perusahaan manufaktur yang bersangkutan akan mengalami masalah dalam penentuan harga jual suatu produk.
Bagi perusahaan dengan tujuan mencapai laba optimum, harga jual dan realisasi biaya produksi berpengaruh sangat besar terhadap ukuran keberhasilan
pencapaian tujuan perusahaan yang besangkutan dan memenangkan persaingan yang semakin tajam dengan perusahaan lain yang sejenis. Salah satu faktor yang
sangat penting untuk mencapai hal tersebut adalah dengan mengefisienkan biaya produksi serendah-rendahnya sehingga akan memperbesar laba. Strategi efisiensi
biaya produksi dan penetapan harga yang tepat harus diimbangi dengan peningkatan mutu produksi dan pelayanan terhadap kepuasan pelanggan
costumer satisfaction, sehingga memiliki nilai kompetitif yang tinggi dengan produk-produk perusahaan lain yang sejenis.
Selanjutnya dalam
kerangka pemikiran
Setiadi et
al 2014
mengemukakan penentuan harga pokok produksi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1.
Pengumpulan harga pokok produksi ditentukan oleh cara produksi suatu perusahaan. Perusahaan yang berproduksi berdasar pesanan, mengumpulkan
harga pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan Job Order Cost Method.
Sedangkan perusahaan yang berproduksi massal, mengumpulkan harga pokok produksinya dengan menggunakan metode
harga pokok proses Process Cost Method. 2.
Untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu metode full costing dan metode variable
costing. Metode full costing memperhitungkan seluruh unsur biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun variabel ke dalam harga pokok produksi.
Sedangkan metode variable costing hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel saja ke dalam harga pokok produksi.
3. Beberapa penetapan harga jual produk menggunakan biaya produksi sebagai
dasar dalam menghitung harga yang akan dibebankan kepada konsumen dengan pendekatan full costing maupun variable costing.
Aspek Teknis dan Operasi
Kasmir dan Jakfar 2012 dalam aspek teknis dan operasi menekankan aspek ini berkaitan dengan lokasi, lay out usaha, peralatan yang digunakan,
sampai usaha perluasan selanjutnya. Selain itu dipertimbangkan penggunaan teknologi apakah padat karya atau padat modal. Artinya jika menggunakan padat
karya, maka akan memberikan kesempatan kerja, namun jika padat modal mungkin bisa sebaliknya. Dalam halnya persediaan bahan baku, perusahaan
senantiasa melakukan safety stock. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam menghitung besarnya safety stock adalah penggunaan bahan baku rata-rata, faktor
waktu dan biaya yang digunakan. Disamping faktor-faktor penentu tersebut, dalam menentukan safety stock diperlukan standar kuantitas yang harus dipenuhi
yaitu:
Persediaan minimum.
Besarnya pesanan standar.
Tingkat pemesanan kembali.
Administrasi persediaan. Tambunan 2013 mengatakan Standar Operating Procedures SOP
mutlak dibutuhkan dalam mencapai tujuan atau sasaran tertentu dalam proses produksi. Pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar yang ada
dalam suatu organisasi yang digunakan untuk memastikan bahwa setiap keputusan, langkah atau tindakan dan penggunaan fasilitas pemrosesan yang
dilaksanakan oleh orang-orang di dalam suatu organisasi, telah berjalan secara efektif, konsisten, standar dan sistematis.
Aspek Manajemen dan Organisasi
Organisasi adalah suatu entitas sistem sosial yang dikordinasikan secara sadar pada batasan yang dapat diidentifikasi misal, perkembangan ekonomi
dalam mencapai suatu tujuan bersama atau serangkaian tujuan Hubeis, 2009. Manajemen organisasi berperan dalam memastikan peran dan tanggung jawab
setiap anggota organisasi, walaupun boleh jadi setiap orang atau kelompok melakukan tahapan kegiatan dan keputusan yang berbeda antara satu dengan yang
lain. Selanjutnya Hubeis menyatakan bentuk organisasi bisnis usaha kecil dapat diilustrasikan pada gambar-gambar berikut.
Gambar 1. Struktur Organisasi Usaha Kecil dalam Skala Rumah Tangga
Pemilik Manajer Umum Bagian Produksi
Produksi, Pengendalian Mutu dan Penyelia Pekerja
Keterangan : = pekerjamanajer
Gambar 2. Struktur Organisasi Usaha Kecil dalam Skala Kecil Dari Gambar 1 dan 2, terlihat adanya hierarki manajerial pada usaha kecil,
yaitu arus komunikasi, koordinasi dan pengawasan dari manajemen yang bersifat one man show dengan memerhatikan peran interpersonal berhubungan dengan
orang lain, peran informasional menerima, mengumpulkan dan menyebarkan informasi dan peran pengambilan keputusan membuat pilihan dan resiko.
Kasmir dan Jakfar 2012 juga mengatakan hal yang berkenaan dengan organisasi dalam UKM yakni organisasi garislini merupakan organisasi berskala
kecil dengan sedikit jumlah karyawan yang belum atau sedikit memiliki spesialisasi, dengan ciri-ciri organisasi sebagai berikut:
1. Hubungan antara atasan dan bawahan masih bersifat langsung melalui suatu
garis wewenang. 2.
Jumlah karyawan sedikit, maka struktur organisasi sederhana. 3.
Pimpinan dan karyawan saling mengenal dan dapat berhubungan setiap hari. 4.
Masing-masing penanggungjawab memiliki tanggung jawab penuh atas bidang pekerjaannya.
5. Pucuk pimpinan biasanya pemilik perusahaan.
6. Pucuk pimpinnan dipandang sebagai sumber kekuasaan tunggal.
7. Tingkat spesialisasi belum terlalu tinggi.
8. Organisasi kecil.
Strategi Pengembangan Usaha Hubeis dan Najib 2008 mengemukakan dalam proses manajemen
strategik ada tiga tahapan utama yaitu perumusan strategi, implementasi strategi serta evaluasi dan pengendalian strategi, yang diawali dengan pengamatan
lingkungan. Masing-masing tahapan ini saling terkait satu sama lainnya, tidak boleh ada satupun yang terlewat.
Selanjutnya dalam tahapan perumusan strategi, pelaku usaha dapat menggunakan proses manajemen strategik yang terdiri atas enam langkah yaitu:
1. Melakukan analisis lingkungan internal.
2. Melakukan analisis lingkungan eksternal.
3. Mengembangkan visi dan misi yang jelas.
4. Menyusun sasaran dan tujuan perusahaan.
5. Merumuskan pilihan-pilihan strategis dan memilih strategi yang tepat.
6. Menentukan pengendalian.
Dalam tahapan implmentasi strategi, beberapa hal penting yang harus dilakukan perusahaan, yaitu:
Pemilik Manajer Umum dan Pengawas Mutu atau Pemilik
Bagian Penjualan dan Pemasaran
Bagian Produksi
Bagian Pembelian
a. Penetepan tujuan tahunan.
b. Perumusan kebijakan.
c. Memotivasi pekerja.
d. Alokasi sumber daya.
Dalam proses evaluasi strategi beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan, yaitu:
a. Meninjau kembali permasalahan eksternal dan internal yang terjadi saat ini,
apakah terjadi perubahan-perubahan pada saat strategi dirumuskan. b.
Adanya pengukuran kemampuan atau kinerja perusahaan dengan memastikan kembali, apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
c. Melakukan perbaikan-perbaikan untuk perkembangan perusahaan.
d. Membantu untuk mengembangkan model di masa mendatang.
Selanjutnya Hubeis dan Najib 2008 menyatakan teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan dalam kerangka kerja pengambilan keputusan tiga
tahap. Alat yang disajikan dalam kerangka kerja dapat digunakan untuk semua ukuran dan tipe organisasi, serta dapat membantu penyusunan strategi
mengidentifikasi dan pemilihan strategi. Tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Tahap input; untuk meringkas informasi dasar yang dibutuhkan dalam merumuskan strategi. Kita dapat menggunakan matriks Evaluasi Faktor
Internal EFI, Evaluasi Faktor Eksternal EFE dan matriks Profil Persaingan Competitive Profile Matix atau CPM.
2. Tahap pencocokan; berfokus pada penciptaan alternatif strategi yang layak
dengan mencocokkan faktor eksternal dan internal kunci. Tahap ini mencakup
matriks Kekuatan-Kelemahan-Peluang-Ancaman
Strength- Weakness-Oppurtunity-Threats atau SWOT, matriks Evaluasi Tindakan dan
Posisi Strategi Strategic Position and Action Evaluation atau SPACE, matriks Boston Consulting Group BCG dan Grand Startegy Matrix.
3. Tahap keputusan; melibatkan strategi tunggal, yaitu matriks Perencanaan
Strategik Kuantitatif Quantitative Strategic Planning Matrix atau QSPM. Kewirausahaan Berbasis Komunitas
Linna 2010 dalam International Journal of Business and Public Management mengatakan kegiatan kewirausaahaan dalam komunitas mampu
mmberikan manfaat kepada seluruh komunitas dan mengurangi tingkat kemiskinan. Walaupun dalam pelaksanaannya penuh dengan berbagai tantangan,
khususnya melibatkan orang-orang dengan latar belakang yang berbeda dan upaya untuk menumbuhkan rasa memiliki dari usaha yang dikerjakannya. Dalam
konteks komunitas yang lebih kecil lagi, kurangnya dukungan dari berbagai pihak menjadikan wirausahawan di komunitas kecil mengalami kendala dalam
mengembangkan kemampuan dan akses menuju pasar yang lebih besar. Perlu ada pendekatan holistik dalam pengembangan kewirausahaan, yang tidak hanya
berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga berpikir tentang manfaat lain yang diterima seperti pola pikir berorientasi pasar dan meningkatkan potensi usaha
yang berkelanjutan.
Berkenaan dengan pengembangan UKM, ada terminologi pemberdayaan komunitas untuk penguatan masyarakat setempat. Menurut Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, pemberdayaan adalah: 1 penguatan masyarakat yang lemah, dan 2 pengembangan aspek pengetahuan sikap dan
ketrampilan masyarakat, atau dikatakan pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat sebuah lapisan masyarakat untuk melepaskan
diri dari perangkap kemiskinan.
Dalam penelitian Rosyida dan Nasdian 2011, pengembangan kapasitas dalam sebuah komunitas memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan
partisipasi. Partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana
dan proses lembaga dan mekanisme dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak,
kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar. Selanjutnya partisipasi dalam pengembangan komunitas harus menciptakan
peranserta yang maksimal dengan tujuan agar semua orang dalam masyarakat tersebut dapat dilibatkan secara aktif pada proses dan kegiatan masyarakat.
Sehubungan dengan kegiatan dalam komunitas, keterlibatan masyarakat sudah seharusnya dimasukan dalam proses penentuan program atau kegiatan. Partisipasi
komunitas dapat ditelaah dalam beberapa tahapan, sebagai berikut: 1.
Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud
disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. 2.
Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi
pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan
sebagai anggota proyek.
3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini
merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan,
maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran
3. METODE KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian