Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Ilyas Afif Farm Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor

i

EVALUASI KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN
PATIN PADA ILYAS AFIF FARM DI KECAMATAN
DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

KARYADI NUGROHO

PROGRAM AGRIBISNIS ALIH JENIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DANSUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kelayakan

Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Ilyas Afif Farm Kecamatan Dramaga
Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Ferbruari 2015

Karyadi Nugroho
NIM H34124042

* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

i

ABSTRAK

KARYADI NUGROHO. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada
Ilyas Afif Farm Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
RACHMAT PAMBUDY
Evaluasi kelayakan usaha pembenihan ikan patin Ilyas Afif Farm
merupakan dasar untuk menilai apakah biaya investasi yang telah dikeluarkan
layak untuk dijalankan atau tidak, memberikan gambaran prospek bisnis dan
seberapa besar kemungkinan manfaat dari usaha tersebut. Analisis aspek non
finansial menunjukan bahwa pembenihan ikan patin ini layak untuk dijalankan
baik dari aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, dan aspek sosial lingkungan
karena sudah memenuhi kriteria kelayakan usaha. Analisis aspek finansial
menunjukan bahwa Ilyas Afif Farm ini layak untuk dijalankan dengan nilai NPV
sebesar Rp 275 705 773, nilai IRR 35%, nilai Net B/C 2.69 dan nilai Payback
Period 4 tahun 4 bulan. Berdasarkan analisis switching value ditemukan bahwa
besarnya toleransi maksimal terhadap komponen kenaikan harga pakan cacing
sutera sebesar 107.69% dan penurunan jumlah produksi sebesar 16.67%.
Kata kunci: kelayakan usaha, IRR, NPV, Net B/C, switching value

ABSTRACT
KARYADI NUGROHO. Evaluation of Feasibility catfish hatcheries In Ilyas Afif
Farm District of Dramaga Bogor Regency. Giuded by Rachmat Pambudy

Feasibility analysis catfish hatcheries of Ilyas Afif Farm is the basis for assessing
whether the cost of the investments made feasible run or not, gives an overview of
the business prospect and how likely benefit from these efforts. The analysis
shows that non-financial aspects of catfish hatcheries is feasible both from the
aspect of the market, management, legal, and social aspect of the environment
because it has occupy the criteria of feasibility. The analysis shows that the
financial aspect of Ilyas Afif Farm is feasible with NPV value of 275 705 773
IDR, IRR 35%, the value of the Net B/C is 2.69 and value of payback periode 4
years and 4 moths. Based on the analysis of switching value is found that the
magnitude of the maximum tolerance of the components of silk worms feed price
increase by 107.69% and the decrease is in amount of 16.67%.
Keywords: business feasibility, IRR, NPV, Net B/C, switching value

ii

iii

EVALUASI KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN IKAN
PATIN PADA ILYAS AFIF FARM DI KECAMATAN
DRAMAGA KABUPATEN BOGOR


KARYADI NUGROHO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

PROGRAM AGRIBISNIS ALIH JENIS
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

iv

v


Judul Skripsi :Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Ilyas Afif
Farm Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor
Nama
:Karyadi Nugroho
NIM
:H34124042

Disetujui oleh

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, Ms
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, M.Si
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi


vii

PRAKATA
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September
2014 sampai dengan Februari 2015 ini adalah kelayakan usaha, dengan judul
Evaluasi Kelayakan Usaha Pembenihan Ikan Patin Pada Ilyas Afif Farm
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis
sebagai bentuk penghargaan kepada Bapak Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS selaku
pembimbing yang dengan penuh kesabaran memberi bimbingan dan arahannya
kepada penulis, Bapak Dr. Ir. Wahyu Budi Priatna, MS selaku dosen evaluator
kolokium yang telah memberikan banyak saran, Bapak Dr. Ir. Suharno, M.ADev
selaku dosen penguji utama dan Dr. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen komdik
yang telah banyak memberikan saran dan kritik . Kedua orang tua Penulis, serta
sahabat yang telah memberikan motivasi doa dan materi. Disamping itu,
penghargaan Penulis sampaikan untuk pemilik usaha pembenihan ikan patin,

yaitu Bapak Ilyas Afif yang telah membantu selama pengumpulan data, serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Karyadi Nugroho

viii

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Komoditi Ikan Patin
Budidaya Pembenihan Ikan Patin
Penelitian Terdahulu Analisis Kelayakan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Aspek Non Finansial
Aspek Finansial
Analisis Senstitvitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)
Umur Usaha
Konsep Time Value of Money (Nilai Waktu Uang)
Teori Biaya dan Manfaat
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Tempat Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data

Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis Aspek Pasar
Analisis Aspek Teknis
Analisis Aspek Manajemen
Analisis Aspek Hukum
Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis Aspek Finansial
Analisis Switching Value
Asumsi Dasar Penelitian
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Lokasi Tempat Usaha
Sejarah Ilyas Afif Farm
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Aspek Non finansial
Aspek Pasar
Aspek Teknis
Aspek Manajemen
Aspek Hukum

ix

x
x
x
1
1
3
5
5
5
6
6
6
7
8
8
8
11
12
12
13

13
14
16
16
16
17
17
17
18
18
18
18
19
21
21
22
22
22
23
23
23
24
30
31

x

Aspek Sosial dan Lingkungan
Analisis Aspek Finansial
Arus Manfaat (Inflow)
Arus Biaya (Outflow)
Analisis Laba Rugi
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Swithcing Value
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

31
31
31
32
34
35
36
37
37
38
38
40
53

DAFTAR TABEL
1 Data produksi dan kebutuhan benih di beberapa daerah sentra tahun 2014
2 Perkembangan produksi pembenihan ikan patin di Kabupaten Bogor
tahun 2010-2012
3 Jumlah perkiraan panen Ilyas Afif Farm bulan September 2013Desember 2014
4 Kisaran kualitas air pembenihan ikan patin siam
5 Jenis dan sumber data
6 Penerimaan penjualan benih ikan Patin ukuran 3/4 inci Ilyas Afif Farm
7 Biaya investasi Ilyas Afif Farm
8 Biaya variabel Ilyas Afif Farm per tahun
9 Biaya tetap Ilyas Afif Farm per tahun
10 Biaya penyusutan Ilyas Afif Farm per tahun
11 Hasil analisis kelayakan usaha Ilyas Afif Farm
12 Hasil analisis switching value kenaikan harga pakan cacing
13 Hasil analisis switching value penurunan produksi

2
3
4
7
16
31
32
33
34
34
36
36
37

DAFTAR GAMBAR
1 Target dan capaian produksi ikan patin di Indonesia tahun 2010-2013
2 Kerangka pemikiran operasional
3 Layout perusahaan Ilyas Afif Farm
4 Induk ikan patin
5 Kolam indukan
6 Ruang hatchery
7 Blower
8 Tabung oksigen
9. Genset
10 Wadah pemberokan
11 Bak tandon

1
15
24
25
25
25
26
26
27
27
27

xi

12 Suhu air 29-30 °C
13 Pemanenan benih ikan patin
14 Struktur organisasi perusahaan Ilyas Afif Farm

29
30
30

DAFTAR LAMPIRAN
1 Target dan capaian volume produksi perikanan budidaya
2 Rincian biaya penyusutan investasi
3 Rincian proyeksi laba rugi Ilyas Afif Farm
4 Rincian arus kas Ilyas Afif Farm
5 Rincian arus kas switching value kenaikan harga cacing Ilyas Afif Farm
6 Rincian arus kas switching value penurunan produksi Ilyas Afif Farm

41
42
43
44
47
50

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Program Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 20102014 mencanangkan suatu visi yang membuat Indonesia sebagai penghasil
Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar pada tahun 2015. Peningkatan produksi
ikan tersebut akan diperoleh melalui peningkatan kegiatan usaha dari sektor
penangkapan dan budidaya ikan. Peningkatan produksi perikanan budidaya
merupakan andalan untuk dapat mewujudkan visi tersebut, mengingat sektor
penangkapan yang mulai banyak hambatan mulai dari gelombang besar, over
fishing, illegal fishing dan naiknya harga BBM serta rusaknya habitat terumbu
karang (Hikmayani et al, 2012). Komoditas perikanan budidaya yang diutamakan
menjadi target dari peningkatan produksi ditetapkan sebanyak 9 (sembilan)
komoditas yang meliputi: udang windu, udang vaname, rumput laut, kakap,
bandeng, kerapu, bandeng, nila, patin dan lele (Hikmayani et al, 2012).
Komoditas ikan patin apabila dilihat dari target dan capaian volume
produksi perikanan budidaya memiliki nilai kenaikan rata-rata terbesar dari tahun
2010-2013 sebesar 95.57% (Lampiran 1). Namun demikian produksi pada tahun
2010-2012 ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan (Gambar 1), belum
tercapainya produksi ikan patin pada tahun tersebut disebabkan dengan berbagai
macam hal diantaranya penurunan harga ikan patin dan tingginya harga pakan
(KKP, 2014), sehingga menurunkan minat masyarakat untuk melakukan proses
pembesaran ikan patin.

Gambar 1 Target dan capaian produksi ikan patin di Indonesia tahun 2010-2013
Sumber : Laporan Kementrian Kelautan dan Perikanan (2014)

Meskipun produksi pada tahun 2010-2012 masih jauh dari target yang
telah ditetapkan, namun capaian produksi di tahun 2013 mengalami kenaikan
yang cukup signifikan sebesar 129.70% dari target yang ditetapkan, hal tersebut
dikarenakan Kementrian Kelautan dan Perikanan melakukan berbagai macam
upaya, diantaranya penciptaan peluang pasar yang luas, pengembangan input yang
efektif dan efisien, pengembangan kawasan budidaya ikan patin secara
terintegrasi serta peningkatan nilai tambah ikan melalui pengembangan
diversifikasi olahan ikan patin (KKP, 2014). Secara keseluruhan industri
perikanan budidaya ikan patin ini sangat berpotensial dan sangat bergairah,
bergairah nya industri ikan patin diawali semenjak Kementrian Kelautan dan
Perikanan melakukan pembatasan impor produk fillet ikan patin pada tahun 2011,
sehingga kebutuhan fillet ikan patin sebanyak 100 ton per bulan tidak bergantung

2

lagi pada ikan patin impor1. Namun permasalahan yang masih dihadapi dalam
pengembangan ikan patin ini diantaranya, ketersediaan benih ikan patin yang
masih terbatas2, karena selama ini produksi benih ikan patin belum banyak
dikuasai oleh para petani mengingat dalam kegiatan produksi harus membutuhkan
keterampilan dan alat bantu tersendiri3.
Daerah penghasil benih ikan patin tersebar di beberapa daerah seperti
Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan dan Jawa Barat. Berikut adalah data produksi benih dan kebutuhan benih
tahun 2014 di beberapa daerah.
Tabel 1 Data produksi dan kebutuhan benih di beberapa daerah sentra tahun 2014
No

Daerah

Produksi

Kebutuhan

1
2
3
4
5
6
7

Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Lampung
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Jawa Barat

65 061 000
92 475 000
72 567 000
72 730 000
6 104 000
55 974 000
359 293 000

114 791 000
206 024 000
860 250 000
63 285 000
91 047 000
96 743 000
50 324 000

Sumber: Direktorat Perbenihan (2014)4

Dilihat dari Tabel 1, Jawa Barat adalah daerah penghasil benih ikan patin terbesar
dari beberapa daerah lainnya. Jawa Barat telah banyak memasok benih ikan patin
ke daerah lain mengingat kebutuhan benih ikan patin di Jawa Barat memiliki
angka terkecil dibandingkan daerah-daerah lain. Di dalam Provinsi Jawa Barat,
daerah penghasil benih patin salah satunya adalah Bogor, dari tahun 1990 Bogor
dikenal sebagai pemegang peranan penting untuk kegiatan pembenihan ikan
patin5. Hal tersebut didukung juga oleh Azam B. Zaidy (Sekjen Catfish Club
Indonesia) pada tahun 2009 Bogor memasok benih ikan patin ke Jambi sekitar
10%-20%, Riau 40%, Palembang 60%-70% dan hampir 100% kebutuhan benih
patin di Kalimantan dipasok dari Bogor (Hadie et al, 2011).
Kegiatan perikanan budidaya air tawar di daerah Kabupaten Bogor relatif
lebih banyak dibandingkan di daerah Kota Bogor, pada tahun 2013 Kabupaten
Bogor memiliki jumlah rumah tangga perikanan (RTP) sebanyak 8.022,
sedangkan untuk Kota Bogor hanya memiliki RTP sebanyak 1.555 6. Kegiatan
pembenihan ikan patin di Kabupaten Bogor pada awalnya dilakukan oleh petani
untuk memenuhi kebutuhan sendiri dalam pembesaran ikan, namun akibat
banyaknya permintaan akan benih patin dari luar pulau Jawa tinggi maka dewasa
1

www.ph2hp.kkp.go.id/artikel-740-kkp-dukung-industrialisasi-ikan-patin-di-propinsi-jambi-tahun2013.html [30 Januari 2015]
2
www.wpi.kkp.go.id/index.php/berita/117-industrialisasi-catfish-yang-berdaya-saing-untukmewujudkan-ketahanan-pangan-dan-gizi-serta-perekonomian-nasional [30 Januari 2015]
3
www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/priangan-timur/kota-banjar/1676-prioritaskanbudidaya-ikan-bawal-dan-patin
4
www.djpb.kkp.go.id/benih/peta_sebaran.php?komo=04
5
http://psp3.ipb.ac.id/journal/index.php/artikel/article/view/164/327 [28 September 2014]
6
http://simpatik.kotabogor.go.id/index.php?page=kota_bogor&id_jenis_data=333&view=kota&kd
_kota=all&kd_kecamatan=&kd_kelurahan=&kd_parent=5703&tahun=2013 [28 September 2014]

3

ini banyak para petani yang hanya memfokuskan di segmen pembenihan saja.
Berikut adalah data perkembangan produksi pembenihan ikan patin Kabupaten
Bogor.
Tabel 2 Perkembangan produksi pembenihan ikan patin di Kabupaten Bogor
tahun 2010-2012
Kenaikan
Produksi tahun (ekor)
rata-rata
No Jenis
tahun (%)
ikan
2010
2011
2012
2013
2010-2013
1 Patin 32 047 000 30 460 000 35 301 000 47 291 000
14.97
Sumber : Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, 2014 (diolah)

Perkembangan produksi pembenihan ikan patin di Kabupaten Bogor berdasarkan
Tabel 2, di tahun 2011 mengalami penurunan produksi sebesar 1 587 000 namun
di tahun 2012 meningkat kembali hingga tahun 2013. Hal ini mengindikasikan
bahwa pertumbuhan industri pembenihan ikan patin mengalami kenaikan positif,
kenaikan rata-rata tahun 2010-2013 sebesar 14.97%.
Kecamatan Dramaga merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Bogor
dimana masyarakatnya cukup banyak yang melakukan kegiatan usaha
pembenihan ikan patin. Ilyas Afif Farm (IAF) salah satu pelaku usaha
pembenihan ikan patin. Ilyas Afif Farm telah melakukan kegiatan investasi yang
cukup besar dalam kegiatan produksi pembenihan ikan patin. Melihat besarnya
jumlah investasi yang telah dilakukan, maka penelitian tentang kelayakan usaha
perlu dilakukan. Selain itu usaha perikanan khususnya pembenihan sangatlah
sensitif terhadap perubahan lingkungan. Perubahan tersebut dapat berasal
lingkungan ekstenal maupun internal seperti kenaikan biaya produksi, penurunan
harga jual output, adanya gangguan penyakit, dan lain sebagainya. Perubahan
tersebut diduga akan mempengaruhi kelangsungan hidup usaha yang sedang
dijalankan.
Perumusan Masalah
Ilyas Afif Farm merupakan salah satu unit pembenihan rakyat (UPR) ikan
patin yang berlokasi di daerah Kabupaten Bogor. Usaha ini didirikan oleh Bapak
Ilyas Afif pada awal tahun 2013, sedangkan perusahaan baru bisa berproduksi
pada bulan Agustus 2013. Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik, usaha ini
menghasilkan benih patin berukuran ¾ inci. Benih patin diperoleh dengan cara
melakukan pemijahan buatan sendiri dengan bantuan hormon Ovaprim dan Hcg.
Pada kegiatan produksi dengan kapasitas 72 akuarium dibutuhkan kurang lebih 1
juta ekor larva, kebutuhan larva tersebut didapatkan dari pemijahan induk betina
sebanyak 5 ekor dan 2 ekor induk jantan pada musim hujan, sedangkan pada
musim kemarau pemilik memijahkan sebanyak 10 ekor induk betina dan 5 ekor
induk jantan. Setiap satu periode siklus produksi dilakukan selama kurang lebih
30 hari, sedangkan dalam satu tahun Ilyas Afif dapat melakukan 10 kali periode
siklus produksi. Data penerimaan benih ikan patin ukuran ¾ inci Ilyas Afif Farm
per periode dapat dilihat pada Tabel 3.

4

Tabel 3 Jumlah perkiraan panen Ilyas Afif Farm bulan September 2013-Desember
2014
Jumlah
Jumlah
Perkiraan
Perkiraan
No
Tahun
Bulan
Larva
Panen
1
2013
September
1 000 000
533 500
2
2013
Oktober
1 000 000
511 100
3
2013
November
1 000 000
518 050
4
2013
Desember
1 000 000
345 200
5
2014
Januari
1 000 000
355 500
6
2014
Februari
1 000 000
550 000
7
2014
Maret
1 000 000
512 500
8
2014
April
1 000 000
700 500
9
2014
Mei
1 000 000
699 350
10
2014
Juni
1 000 000
573 300
11
2014
September
1 000 000
532 500
12
2014
Oktober
1 000 000
512 650
13
2014
November
1 000 000
533 300
14
2014
Desember
1 000 000
523 200
Sumber: Hasil wawancara kepada pihak Ilyas Afif Farm

Dalam beberapa siklus produksi Ilyas Afif Farm sering dihadapi
permasalahan yaitu fluktuasi harga pakan cacing dan penurunan produksi,
menurut Ilyas Afif Farm peningkatan harga pakan cacing sutera, dikarenakan
pedagang cacing sutera masih mengandalkan tangkapan alam. Kenaikan harga
pakan cacing sutera terjadi pada saat musim hujan karena ketersediaan cacing
sutera di alam mengalami penurunan akibat debit sungai yang meningkat. Selain
itu penurunan produksi juga sering terjadi, karena proses produksi tidak dapat
dipastikan dan sangat tergantung kualitas air dan kondisi alam sekitar.
Mengingat perusahaan ini belum cukup lama berdiri maka perlu dilakukan
evaluasi kelayakannya, karena perusahaan sudah mengeluarkan biaya investasi
yang cukup besar seperti pembelian lahan, pembelian induk ikan patin, pendirian
hatchery, pembelian akuarium, pembuatan kolam induk, genset serta peralatan
lain yang mendukung proses produksi benih ikan patin. Evaluasi kelayakan
adalah salah satu alat untuk menilai apakah biaya investasi yang telah dikeluarkan
pemilik perusahaan akan mendapatkan keuntungan dalam beberapa tahun kedepan
atau justru mendatangkan kerugian.
Setelah itu perlu dilakukan kajian terhadap faktor-faktor ketidakpastian
seperti kenaikan harga pakan cacing sutera dan jumlah produksi, karena faktorfaktor tersebut bisa mempengaruhi kelayakan perusahaan Ilyas Afif Farm. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisis switching value untuk melihat seberapa besar
perubahan-perubahan pada variabel input dan output produksi, terutama pada
harga pakan cacing sutera dan penurunan jumlah produksi yang dapat terjadi agar
perusahaan Ilyas Afif Farm masih tetap layak untuk dijalankan. Berdasarkan
uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini yaitu :

5

1. Bagaimana kelayakan perusahaan Ilyas Afif Farm jika dianalisis dari
aspek non finansial, yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek hukum serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan perusahaan Ilyas Afif Farm jika dianalisis dari
aspek finansial?
3. Seberapa besar perubahan maksimum yang dapat terjadi pada variabel
kenaikan harga pakan cacing sutera dan penurunan jumlah produksi per
periode agar Ilyas Afif Farm tetap layak untuk dijalankan?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan perusahaan Ilyas Afif Farm ditinjau dari aspek
non finansial.
2. Menganalisis kelayakan perusahaan Ilyas Afif Farm ditinjau dari aspek
finansial.
3. Menganalisis besarnya nilai switching value yaitu batas yang masih dapat
ditoleransi oleh perusahaan Ilyas Afif Farm terhadap variabel kenaikan
harga pakan cacing sutera dan penurunan jumlah produksi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna bagi
berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi para pembaca, menjadi bahan referensi dan bahan bacaan yang
memberikan manfaat ilmu.
2. Bagi Ilyas Afif Farm menjadi bahan masukan sebagai referensi bisnis dan
pertimbangan untuk bahan evaluasi bagi kelangsungan usaha.
3. Bagi pihak lain hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau bahan
rujukan bagi pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
Ruang Lingkup Penelitian
Pada penelitian ini hanya meneliti kelayakan usaha pembenihan ikan patin
di Ilyas Afif Farm dengan aspek non finansial yang dibahas adalah aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum serta aspek sosial ekonomi dan
lingkungan. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP).
Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan analisis switching value.

6

TINJAUAN PUSTAKA
Komoditi Ikan Patin
Perkembangan budidaya ikan patin di masyarakat mulai meningkat sejak
keberhasilan teknik produksi benih secara buatan. Perkembangan budidaya
berkembang pada tahun 1990 terutama di daerah Jawa Barat dan Sumatera Bagian
Selatan seperti di Lampung, Palembang, Jambi, Riau, Bengkulu dan sebagian
Kalimantan. Budidaya ikan patin di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur kurang
berkembang cukup baik. Hal ini diduga disebabkan karena masyarakat sekitar
Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih memilih membudidayakan ikan lele, nila baik
merah maupun hitam, tawes dan gurame sebagai ikan konsumsi dibandingkan
dengan ikan patin (Ariyanto et al, 2007). Perkembangan budidaya yang cukup
pesat di daerah seperti Lampung Palembang, Jambi, Jambi, Riau, Bengkulu dan
Kalimantan menuntut adanya pasokan benih yang semakin meningkat. Pasokan
benih ikan patin banyak disuplay oleh para pembenih berskala kecil sampai
sedang (biasa disebut hatchery skala rumah tangga / HSRT) yang banyak tersebar
didaerah sekitar Jakarta, Bogor, Subang, dan Sukabumi, sedangkan pembenih
skala besar masih relatif jarang ditemukan (Tahapari E, 2010). Selain itu industri
pengolahan ikan patin juga berkembang pesat di enam lokasi, yaitu Jambi,
Kampar-Riau, Karawang, Banjar, Tulungagung dan Purwakarta. Hal tersebut
memperlihatkan bawah komoditi ikan patin ini berkembang dari subsistem hulu
hingga subsistem hilir (Roesfitawati, 2013).
Budidaya Pembenihan Ikan Patin
Ikan patin adalah salah satu ikan yang sulit dipijahkan, pemijahan harus
dilakukan secara buatan di dalam ruangan dengan menggunakan sistem resirkulasi
secara terkontrol dalam ruangan (Nugroho dan Hari, 2013). Secara garis besar
bahwa kegiatan pembenihan ikan patin menurut Saparinto dan Susiana (2013)
meliputi tahapan kegiatan diantarany, pemilihan calon induk siap pijah, Persiapan
hormon perangsang yaitu ovaprim, kawin suntik, pengurutan (striping), penetasan
telur, perawatan Benih dan pemanenan.
Di dalam melakukan kegiatan produksi pembenihan ikan patin, padat
penebaran ikan di dalam akuarium harus diperhatikan, Ikan dapat ditebar
sedemikan padat sehingga untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Namun
demikan, ketika kepadatan meningkat maka kualitas air dan jangkauan pakan
menurun (Schmittou et al, 1997a di dalam Irliyandi F, 2008). Hal tersebut berbeda
dengan hasil penelitian Irliyandi F (2008) pada peningkatan padat penebaran
benih tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan
ikan asalkan kualitas air dan pemberian pakan masih cukup optimal bagi
pertumbuhan ikan.
Selain itu kualitas air juga harus diperhatikan, karena kualitas air
merupakan syarat mutlak yang harus diperhatikan didalam kegiatan budidaya
Beberapa variabel kunci dalam kualitas air diantaranya adalah suhu, oksigen
terlarut, pH dan amonia (Schmittou et al., 2004a di dalam Irliyandi F, 2008).

7

Menurut Badan Standar nasional kualitas air yang dibutuhkan untuk pembenihan
ikan patin dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Kisaran kualitas air pembenihan ikan patin siam
No
Parameter Kualitas Air
Satuan
o
C
1
Suhu
2
pH
3
Oksigen Terlarut
Mg/l

Nilai
27-30
6.5-8
>3

Sumber : Badan Standar Nasional (2000)

Pengaturan kualitas air menurut penelitian Irliyandi F (2008) dapat diatur
dengan menggunakan pemakaian filter, pemberian aerasi dan pemanas ruangan.
Pemakaian filter dan pemberian aerasi berfungsi untuk meningkatkan oksigen
yang terlarut didalam air sedangkan pemanas ruangan dapat digunakan untuk
mengatur suhu agar tetap stabil.
Penelitian Terdahulu Analisis Kelayakan
Metode pemilihan lokasi penelitian analisis kelayakan yang dilakukan oleh
Athemalem (2001), Dwirosyadha (2008), Bukit (2007), Rahmawati (2011) dan
Armayuni (2011) adalah secara sengaja (purposive). Semua peneliti tersebut
menganalisis kelayakan usaha pembenihan ikan patin. Segmentasi ukuran benih
patin yang diteliti dari ke lima peneliti tersebut berbeda-beda, tetapi ke empatnya
menganalisis investasi usaha pembenihan patin dengan menggunakan data primer
dan sekunder.
Penelitian mengenai analisis kelayakan pada umumnya menggunakan tiga
metode analisis, yakni analisis non finansial, analisis finansial, dan analisis
sensitivitas. Hal tersebut dilakukan oleh Armayuni (2011), namun ada juga yang
tidak menggunakan analisis sensitivitas, seperti yang dilakukan oleh Dwirosyadha
(2008), Bukit (2007), Rahmawati (2011) dan Taufik M et al (2013) menggunakan
analisis switching value.
Metode analisis non finansial yang dikaji diantaranya aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi. Pernyataan
tersebut sesuai dengan yang dilakukan oleh Dwirosyadha (2008), Bukit (2007),
Rahmawati (2011) dan Armayuni (2011). Sedangkan hasil penelitian Athemalem
(2001), Taufik M et al (2013) dan Witoko et al (2013) untuk pengkajian aspek
non finansial tidak dilakukan.
Metode analisis finansial biasanya menggunakan kriteria investasi.
Penelitian sebelumnya juga menunjukan variabel yang digunakan dalam analisis
finansial seperti: Net Present Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C),
Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP), hal tersebut sesuai
dengan penelitian Dwirosyadha (2008), Bukit (2007), Rahmawati (2011) dan
Armayuni (2011). Hasil penelitian analisis finansial ada juga yang menggunakan
variabel Break Event Point, seperti yang dilakukan oleh Athemalem (2001) dan
Rahmawati (2011) dan Witoko et al (2013) . Dari ke lima penelitian yang sudah
dipaparkan diatas, walaupun dengan segmen usaha dan permasalahan yang
berbeda cenderung menunjukan hasil yang menyatakan usaha pembenihan ikan
patin layak untuk dijalankan.

8

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan dari teori-teori yang
dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian kelayakan usaha di perusahaan
Ilyas Afif Farm. Teori konsep kelayakan usaha yang meliputi aspek-aspek
kelayakan usaha yang meliputi aspek non finansial dan aspek finansial dimana
suatu usaha dikatakan layak jika kedua aspek tersebut memenuhi kriteria layak.
Aspek Non Finansial
Aspek non finansial pada umumnya dianalisis secara kualitatif dan tidak
terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif. Terdapat lima aspek
non finansial yang akan dibahas pada penelitian ini.
1. Aspek Pasar
Menurut Kasmir dan Jakfar (2013), aspek pasar adalah meneliti seberapa
besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk
menguasainya serta bagaimana strategi yang akan dijalankan nantinya. Sebelum
melaksanakan usaha, analisis tehadap aspek pasar potensial perlu diketahui agar
produk yang dihasilkan perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar
potensial yang akan dimasuki. Dalam suatu usaha, pasar merupakan aspek
terpenting dalam menentukan layak atau tidaknya suatu usaha. Pasar merupakan
tempat dimana suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan dijual sehingga
mengahasilkan uang untuk biaya operasional perusahaan selanjutnya. Jika suatu
produk tidak diterima pasar atau kalah bersaing dengan produk pesaing maka
dapat dikatakan usaha tersebut tidak layak dijalankan. Pengkajian terhadap aspek
ini penting dilakukan, karena tidak ada usaha atau usaha yang berhasil tanpa
adanya permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan. Aspek pasar dan
pemasaran secara keseluruhan mencoba mempelajari tentang permintaan,
penawaran, harga, program pemasaran dan perkiraan penjualan yang bisa dicapai
perusahaan (Nurmalina et al, 2010).
2. Aspek Teknis
Aspek teknis atau sering dikenal dengan aspek produksi. Penilaian
kelayakan terhadap aspek ini sangat penting dilakukan sebelum perusahaan
dijalankan, sehingga apabila tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat
fatal bagi perusahaan dalam perjalanannya dikemudian hari. Analisis ini
mengidentifikasi perbedaan yang terdapat dalam informasi yang terus menerus
memastikan bahwa pekerjaan secara teknis tersebut berjalan dengan lancar dan
tepat. Studi teknis akan mengungkapkan kebutuhan yang diperlukan dan secara
teknis proses produksi akan dilaksanakan. Beberapa hal umum yang perlu
diperhatikan adalah mengenai kapasitas produksi, pemakaian peralatan dan mesin,
lokasi dan tata letak usaha yang paling menguntungkan (Umar, 2005). Selain itu
menurut Nurmalina et al (2010) aspek teknis juga membahas tentang lokasi usaha,
luas produksi, proses produksi, layout, pemilihan jenis teknologi dan equipment.

9

2.1. Lokasi Usaha
Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi usaha
dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel
bukan utama. Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak
mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan
sesuai dengan ciri utama output dan usaha yang bersangkutan. Variabel
utama antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga
listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan
varibel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan
keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan
perusahaan (Nurmalina et al, 2010).
2.2. Luas Produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan,
tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja
pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen
perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa
yang akan datang (Nurmalina et al, 2010).
2.3. Proses Produksi
Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam
menghasilkan suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi
dikenal adanya 3 jenis proses yaitu proses produksi yang terputus-putus
(intermiten), kontinu dan kombinasi. Dalam hal ini sistem kontinu akan
lebih baik digunakan karena lebih mampu menekan resiko kerugian akibat
fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan
dengan sistem terputus. Kecuali untuk kegiatan budidaya tanaman
semusim yang umumnya mengacu kepada proses produksi yang terputusputus (Nurmalina et al, 2010).
2.4. Layout
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan
untuk evaluasi layout khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi
dengan teknologi produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar
dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal,
kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi,
minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk
keselamatan tenaga kerja (Nurmalina et al, 2010).
2.5. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment
Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi
adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat
ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria - kriteria yang lain sperti
ketepatan jenis teknologi, keberhasilan penggunaan jenis teknologi
tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi
dengan lokasi usaha, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat)
setempat
dan
kemungkinan
pengembangannya,
pertimbangan
kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan
penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi

10

lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan
mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat
sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang
ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang akan
dipergunakan telah menjadi satu (Nurmalina et al, 2010).
3. Aspek Manajemen
Aspek Manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa
pembangunan dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan
usaha, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana usaha tersebut, bagaimana
jadwal penyelesaian usaha tersebut, dan siapa yang melakukan studi masingmasing aspek kelayakan usaha. Sedangkan manajemen dalam operasi, hal yang
perlu dipelajari adalah bagaimana bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih,
bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing-masing jabatan,
berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa
anggota direksi dan tenaga-tenaga inti (Nurmalina et al, 2010).
4. Aspek Hukum
Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan
digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan
menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan
izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan
memperlancar kegiatan usaha pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking)
dengan pihak lain (Nurmalina et al, 2010). Studi aspek manajemen meliputi
penyusunan rencana kerja, siapa saja yeng terlibat, bagaimana mengkoordinasi
dan mengawasi pelaksanaan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi dan
pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan (Umar, 2005). Aspek hukum digunakan
untuk meneliti kelengkapan, kesempurnaan dan keaslian dari dokumen-dokumen
yang dimiliki mulai dari badan usaha, izin-izin sampai dokumen lainnya (Kasmir
dan Jakfar, 2013).
5. Aspek Sosial dan Lingkungan
Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah
seberapa besar usaha mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap
masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan
kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan
kesempatan kerja dan pengaruh usaha terhadap lingkungan sekitar lokasi usaha.
Dari aspek ekonomi, suatu usaha dapat memberikan peluang peningkatan
pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan
dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu usaha tidak akan ditolak oleh
masyarakat sekitar bila secara sosial budaya diterima dan secara ekonomi
memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al, 2010).
Lingkungan hidup merupakan salah satu aspek yang sangat penting
diperhatikan sebelum suatu investasi atau usaha dijalankan. Hal itu dilakukan
untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan jika suatu investasi jadi dilakukan,
baik dampak negatif maupun yang berdampak positif. Dampak yang timbul ada
yang langsung memengaruhi pada saat kegiatan usaha/proyek dilakukan sekarang
atau baru terlihat beberapa waktu kemudian dimasa yang akan datang (Kasmir dan
Jakfar, 2013). Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh usaha tersebut
terhadap lingkungan. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan
dalam analisis suatu usaha justru akan menunjang kelangsungan suatu usaha itu

11

sendiri, sebab tidak ada usaha yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat
dengan lingkungan (Hufschmidt, et al, 1987 diacu dalam Nurmalina et al, 2010).
Aspek Finansial
Aspek finansial menghitung berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk
membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis. Dana untuk
membangun usaha disebut dana modal tetap, sedangkan dana yang dibutuhkan
untuk memutar roda operasi bisnis setelah selesai dibangun disebut dana modal
kerja (Nurmalina et al. 2010). Menurut Kasmir dan Jakfar (2013) secara
keseluruhan penilaian dalam aspek finansial meliputi hal-hal seperti sumbersumber dana yang akan diperoleh, kebutuhan biaya investasi, estimasi
pendapatan, biaya investasi, proyeksi neraca dan laporan laba rugi dan kriteria
investasi.
1. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya
mencapai tujuannya selama periode tertentu, laporan laba rugi merupakan
ringkasan dari empat jenis kegiatan yaitu pendapatan dari penjualan produk
barang dan jasa, beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa, beban yang
timbul dalam memasarkan dan mendistribusikan produk serta beban keuangan
dalam menjalankan bisnis (Nurmalina et al, 2010).
2. Cash flow
Cash flow disusun untuk menunjukan perubahan kas selama satu periode
tertentu serta memberikkan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan
menunjukan dari mana sumber-sumber kas dan pengunaan-penggunaanya
(Nurmalina et al, 2010). Untuk mengetahui tingkat keuntungan suatu usaha, perlu
dihitung benefit dan biaya yang diperlukan sepanjang umur usaha. Suatu usaha
dianjurkan untuk dilaksanakan atau tidak, maka perlu diukur dengan
menggunakan kriteria investasi sebagai berikut :
2.1. Net Present Value (NPV)
Suatu usaha dapat dinyatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang
diterima melebihi biaya yang dikeluarkan. Selisih antara manfaat dan
biaya disebut dengan manfaat bersih atau arus kas bersih. Suatu usaha
dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 yang artinya usaha
menguntungkan atau memberikan manfaat. Dengan demikian jika suatu
usaha mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka usaha tersebut tidak layak
untuk dijalankan.
2.2. Internal Rate of Return (IRR)
Kelayakan usaha juga dinilai dari beberapa pengambilan usaha terhadap
investasi yang ditanamkan, salah satunya dapat ditunjukkan dengan
mengukur besar Internal Rate Of Return (IRR). IRR adalah tingkat discont
rate (DR) yang menghasilkan NPV = 0. Besaran yang dihasilkan dari
perhitungan ini adalah dalam satuan persentase. Sebuah usaha dikatakan
layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportinty cost of capital-nya
(DR).
2.3. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C)
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Manfaat bersih yang

12

menguntungkan usaha yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan
kerugian dari usaha tersebut.
2.4. Payback Period (PP)
Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Usaha yang
payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk
kemungkinan besar akan dipilih. Metode payback period merupakan
metode pelengkap penilaian investasi.
Analisis Senstitvitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)
Suatu investasi memiliki resiko akibat dari ketidakpastian kondisi yang
berlangsung. Resiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang
memungkinkan adanya berbagai macam hasil atau berbagai akibat dari usaha
tertentu. Perubahan-perubahan yang terjadi akan mempengaruhi tingkat kelayakan
suatu investasi, hal ini untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat
adanya perubahan-perubahan tersebut (Nurmalina et al, 2010). Tujuan analisis ini
adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu
kegiatan investasi atau usaha apabila terjadi perubahan didalam perhitungan biaya
atau manfaat. Analisis ini menilai apakah suatu kegiatan investasi atau usaha yang
di analisis peka terhadap perubahan yang terjadi.
Menurut Kadariah (1986) di dalam Nurmalina et al. (2010), analisis
senstitvitas perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha ataupun
usaha perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang
mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan
datang. Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk
melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis usaha
jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya dan manfaat.
Dengan kata lain, analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat
melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah.
Menurut Nurmalina et al. (2010), perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam
menjalankan usaha umumnya disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan
pelaksanaan, kenaikan biaya (Cost Over Run), dan ketidaktepatan dan perkiraan
hasil produksi.
Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur
“perubahan maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan
komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar usaha masih tetap layak.
Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan
NPV sama dengan nol (Nurmalina et al, 2010).
Umur Usaha
Menurut Nurmalina et al. (2010) ada beberapa cara dalam menentukan
umur usaha, diantaranya :
1. Umur ekonomis suatu usaha ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode)
yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari aset terbesar yang ada di
usaha. Yaitu jumlah tahun selama pemakaian aset tersebut dapat
meminimumkan biaya tahunan (masih menguntungkan jika dipakai)
2. Umur teknis. Untuk usaha besar bergerak (diberbagai bidang) lebih mudah
menggunakan umur teknis dari unsur-unsur investasi. Umur teknis umumnya

13

lebih panjang dari umur ekonomis, tapi hal ini tidak berlaku apabila adanya
keusangan teknologi (absolence) dengan ditemukannya teknologi baru.
3. Untuk usaha yang berumur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun, dapat
menggunakan umur usaha yakni 25 tahun, karena nilai-nilai sesudah 25 tahun
jika di discount rate dengan tingkat suku bunga lebih besar dari 10% maka
present value-nya akan kecil sekali karena nilai discount factor-nya kecil atau
mendekati nol.
Konsep Time Value of Money (Nilai Waktu Uang)
Konsep nilai waktu uang (time value of money) memberikan landasan
yang mendasar tentang keuangan yang didasarkan atas perhitungan bahwa nilai
uang yang diterima saat ini lebih berharga daripada diterima di masa yang akan
datang karena nilai uang yang diterima saat ini memiliki kesempatan lebih besar
untuk diinvestasikan. Konsep nilai waktu uang ini berimplikasi terhadap adanya
masalah bunga (interst). Sehubungan dengan nilai uang, dikenal dua istilah
penting yaitu discounting (diskonto) dan compounding (pemajemukan atau
pertumbuhan). Kedua istilah ini memiliki keterkaitan terhadap perhitungan nilai
uang, baik yang bersifat present value maupun future value.
Metoda discount faktor digunakan untuk menghitung sejumlah uang disaat
sekarang (present value), dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun
didiskonto dengan discount factor (DF) yang besarnya mengikuti rumus:

Dengan (i) adalah discount rate (DR) atau tingkat diskonto yang ditentukan dan
(t) adalah tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diterima, sedangkan metoda
compounding digunakan untuk menghitung nilai di waktu yang akan datang
(future value) dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun dimajemukan
dengan compounding factor (CF) yang besarnya mengikuti rumus :
Adanya pengaruh waktu akan menyebabkan perbedaan nilai uang, karena secara
ekonomi dipengaruhi oleh adanya inflasi, kesempatan konsumsi yang berbeda dan
produktivitas yang dihasilkan pada waktu yang berbeda (Nurmalina et al, 2010).
Teori Biaya dan Manfaat
Menurut Nurmalina et al. (2010) biaya didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang mengurangi tujuan usaha sedangkan manfaat adalah segala sesuatu
yang membantu suatu tujuan. Secara ringkas, dapat disebut sebagai suatu metode
yang membandingkan komponen-komponen biaya dan manfaat dari suatu usaha,
setiap periode waktu analisis yang direncanakan seringkali ditetapkan dalam
satuan waktu yang panjang, sehingga mengakibatkan arus biaya maupun manfaat
tidak terjadi secara bersamaan pada waktu yang sama melainkan sepanjang umur
usaha.
Komponen-komponen biaya pada dasarnya terdiri dari barang-barang
fisik, tenaga kerja, tanah, biaya tak terduga (contingency allowance) dan sunk
cost. Manfaat terdiri dari tiga macam bentuk manfaat antara lain, manfaat yang
dapat diukur (tangible benefit), manfaat yang didapat diluar usaha itu sendiri
(indirect or secondary benefit), dan manfaat yang secara nyata ada tapi sulit
diukur (intangible benefit). Manfaat yang digunakan dalam melakukan kriteria

14

kelayakan usaha biasanya menggunakan manfaat yang bersifat tangible benefit
(dapat diukur dengan uang) sedangkan manfaat yang bersifat intangible benefit
(tidak dapat diukur dengan uang) hanya digunakan sebagai masukan tambahan
pada saat pertimbangan keputusan dilakukan.
Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha pembenihan
ikan patin di Ilyas Afif Farm. Selama ini Ilyas Afif Farm memiliki pasar yang
merespon dengan positif, hal ini diindikasikan oleh hasil output nya selalu terjual
tanpa adanya sisa hasil output. Ilyas Afif Farm menjual hasil output biasanya
kepada para-para supplier benih ikan patin yang nantinya akan di jual ke daerahdaerah sentra seperti Palembang dan Lampung. Dalam menjalankan usahanya
Ilyas Afif Farm sudah mengeluarkan biaya investasi yang cukup besar maka
analisis kelayakan usaha perlu dilakukan. Hasil analisis digunakan untuk
mengetahui sejauh mana kelayakan perusahaan Ilyas Afif Farm baik dari aspek
non finansial maupun finansial.
Aspek non finansial yang dianalisis adalah aspek teknis (teknis budidaya),
aspek pasar, aspek hukum, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan. Sedangkan aspek finansial dinilai berdasarkan kriteria kelayakan
investasi bisnis yang meliputi Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal Rate of
Return (IRR) dan payback Period (PP). Informasi tersebut diharapkan dapat
memberikan informasi kelayakan aspek finansial dan aspek non finansial bagi
perusahaan Ilyas Afif Farm.
Setelah diketahui kelayakan usaha, kemudian dilakukan analisis nilai
pengganti (switching value) yang digunakan untuk mengukur perubahan
maksimum dari inflow atau outflow yang masih dapat ditoleransi oleh perusahaan
Ilyas Afif Farm. Perubahan komponen inflow yang dianalisis yaitu penurunan
produksi sedangkan perubahan pada komponen outflow yang dianalisis adalah
peningkatan biaya produksi yaitu peningkatan harga pakan cacing yang masih
dapat ditoleransi agar perusahaan Ilyas Afif Farm masih tetap layak untuk
dijalankan.
Hasil dari seluruh analisis kelayakan usaha, yang meliputi analisis aspek
non finansial dan aspek finansial menghasilkan sebuah rekomendasi terhadap
pemilik mengenai kelayakan dari kegiatan usaha yang telah dilakukan. Hal
tersebut dapat dijadikan sebuah pertimbangan mengenai apa yang harus dilakukan
di masa yang akan datang. Ketika bisnis dikatakan layak secara finansial dan non
finansial maka bisnis dapat dilanjutkan, sebaliknya ketika bisnis dikatakan tidak
layak maka perlu dilakukan evaluasi atau tinjau ulang dan dilakukan perbaikan
pada kegiatan yang tidak efisien. Kerangka pemikiran mengenai kelayakan usaha
pada Ilyas Afif Farm ditunjukan pada Gambar 2.

15

Ada potensi pasar yang merespon positif produksi pembenihan
ikan patin di Ilyas Afif Farm

Besarnya investasi yang telah dikeluarkan Ilyas Afif
Farm untuk melakukan usaha pembenihan ikan patin

Evaluasi Usaha

Analisis Kelayakan Usaha

Analisis Non
finansial
1. Aspek Pasar
2. Aspek Teknis
3. Aspek
Manajemen
4. Aspek Hukum
5. Aspek Sosial
ekonomi,
lingkungan

Layak
Lanjutkan

Analisis Finansial
1. NPV
2. Net B/C
3. IRR
4. Payback period

Swiching Value

Tidak Layak
Tinjau Ulang dan
Diperbaiki
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

16

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada usaha pembenihan ikan patin di Kabupaten
Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
(Purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi penelitian merupakan daerah
yang cukup banyak terdapat usaha pembenihan ikan patin. Sedangkan pemilihan
responden pada perusahaan Ilyas Afif Farm karena dengan pertimbangan bahwa
perusahaan baru saja didirikan, serta perusahaan mudah diakses oleh peneliti
sehingga mempermudah pengumpulan data penelitian. Kegiatan pengambilan dan
analisis data akan dilakukan pada bulan September 2014 – Januari 2015.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan
langsung di lokasi penelitian, dengan mewawancarai langsung pemilik usaha Ilyas
Afif Farm dan pihak-pihak lainnya yang terkait. Data primer yang akan diambil
diantaranya jumlah penjualan benih ikan patin ukuran ¾ inci, harga jual benih
ikan patin ukuran ¾ inci, komponen investasi, umur ekonomis dan biaya investasi
(ruang hatchery, akuarium, dan peralatan kegiatan produksi), data input (larva,
pakan, obat-obatan ikan patin, dan bahan penunjang kegiatan pembenihan ikan
patin), data output (jumlah benih ikan patin yang diproduksi dalam satu siklus).
Data sekunder merupakan data yang diolah lebih lanjut atau digunakan untuk
penelitian dan diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Kementrian Kelautan
dan Perikanan, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor, internet,
literatur yang relevan seperti jurnal, skripsi, buku teks, dan hasil penelitian
terdahulu yang dapat dijadikan bahan rujukan yang berhubungan dengan
penelitian ini. Adapun rincian data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jenis dan sumber data
Data – Data yang
dibutuhkan
Jumlah dan harga input
yang digunakan
Peralatan
Produksi
kegiatan
pembenihan
ikan patin
Proses
Produksi
pembenihan ikan patin
¾ inci
Jumlah produksi benih
ikan patin
Harga jual benih patin
ukuran ¾ inci

Jenis Data

Sumber Data

Data Primer

Pihak Ilyas Afif Farm

Data Primer

Pihak Ilyas Afif Farm

Data Primer

Pihak Ilyas Afif Farm

Data Primer

Pihak Ilyas Afif Farm

Data Primer

Pihak Ilyas Afif Farm

17

Data – Data yang
d