Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar Pada Perusahaan Ben's Fish Farm, Ciampea, Bogor
KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN BAWAL AIR TAWAR PADA PERUSAHAAN
BEN’S FISH FARM, CIAMPEA, BOGOR
DIDIT ADYA HUTOMO
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan
Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar Pada Perusahaan Ben’s
Fish Farm, Ciampea, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Didit Adya Hutomo
NIM H34096022
ABSTRAK
DIDIT ADYA HUTOMO. Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm, Ciampea, Bogor. Dibimbing
oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.
Pembenihan ikan bawal sangat prospektif yang didasarkan pada permintaan
benih oleh petani pembudidaya cenderung meningkat karena tingkat konsumsi
ikan tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan
pengembangan usaha pengembangan pembenihan ikan bawal air tawar pada
Ben’s Fish Farm. Metode penelitian dengan melakukan penilaian mulai dari aspek
non financial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial
dan manajemen, selain aspek non financial dinilai juga aspek financial dengan
menggunakan Studi Kelayakan Bisnis. Dari hasil penelitian tersebut, melihat dari
komponen pada tiap aspek yang penting maka Pengembangan Usaha Pembenihan
Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm dapat dikatakan layak untuk dilakukan.
Kata kunci: bawal, pomfret, studi kelayakan
ABSTRACT
DIDIT ADYA HUTOMO. Business Development Feasibility of Pomfret
Freshwater Hatchery In Ben's Fish Farm Company, Ciampea, Bogor. Supervised
by YANTI NURAENI MUFLIKH.
Pomfret fish hatcheries highly prospective based on farmers' demand for
seed by farmers is likely to increase due to high levels of fish consumption. The
purpose of this study was to analyze the feasibility of developing the business
development of freshwater pomfret fish hatchery at Ben's Fish Farm. Research
methods by assessing ranging from non-financial aspects ie market aspects,
technical aspects, management aspects, and social aspects and management, in
addition to non-financial aspects of the financial aspects are also assessed using
the Business Feasibility Study. From this research, look at every aspect of the
components that are important then Business Development Hatchery In Ben's Fish
Farm Company may consider appropriate to do.
Keywords: bawal, pomfret, studi kelayakan
KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN BAWAL AIR TAWAR PADA PERUSAHAAN
BEN’S FISH FARM, CIAMPEA, BOGOR
DIDIT ADYA HUTOMO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2012 ini ialah
kekeringan, dengan judul Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm, Ciampea, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.
Agribus selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Adrian selaku pemilik Ben’s Fish Farm dan karyawannya, yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, istri serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Didit Adya Hutomo
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Kriteria Kelayakan Aspek Teknis Budidaya Pembenihan Ikan Bawal
6
Kerangka Pemikiran
9
Kerangka Pemikiran Teoritis
9
Aspek Teknis dan Teknologi
11
Kriteria Investasi
13
Gambaran Pola Kemitraan
14
Kerangka Pemikiran Operasional
16
METODE PENELITIAN
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
42
Analisis Aspek Finansial
54
SIMPULAN DAN SARAN
61
Simpulan
61
Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
79
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Tingkat Konsumsi Ikan Di Indonesia Selama 2009 – 2013
Perkembangan Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Kabupaten Bogor
Total Produksi Budidaya Ikan pada Kolam Air Tenang Berdasarkan
Jenis Ikan di Kabupaten Bogor, Tahun 2012 - 2013
Permintaan dan Pemenuhan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish
Farm Tahun 2013
Perbedaan Ciri-Ciri Induk Betina dengan Jantan
Rata-Rata Pembelian Larva Ben’s Fish Farm setiap bulan
Perencanaan Produksi Larva Perusahaan Ben’s Fish Farm pada 17
Kolam Tambahan Yang Didasarkan Pada Jumlah Produksi Tahun
2013
Prediksi Penggajian Karyawan Ben’s Fish Farm
Prediksi Total Biaya Investasi Tanpa Ada Pengembangan Bisnis
Prediksi Total Biaya Investasi Untuk Pengembangan Dari Ben’s Fish
Farm
Prediksi Total Biaya Tetap Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s Fish
Farm Tanpa Pengembangan
Prediksi Total Biaya Tetap Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s Fish
Farm Dengan Penambahan Produksi
Prediksi Total Biaya Variabel Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s
Fish Farm Tanpa Pengembangan
Prediksi Total Biaya Variabel Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s
Fish Farm Dengan Pengembangan Sendiri
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal
Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal
1
2
3
4
36
41
46
49
54
55
56
56
57
57
60
60
DAFTAR GAMBAR
1. Pola Inti Plasma Antara Ben’s Fish Farm Dengan Plasma nya
2. Alur Kerangka Operasional Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar Pada Ben’s Fish Farm
3. Struktur Organisasi Perusahaan Ben’s Fish Farm
4. Proses Produksi Pembenihan Bawal Air Tawar pada Ben’s Fish Farm
5. Rantai Pemasaran Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar Pada
Perusahaan Ben’s Fish Farm
16
17
25
35
44
DAFTAR LAMPIRAN
1 Laporan Rugi Laba Pengembangan Usaha Dengan Penambahan Produksi
Perusahaan
2 Analisis Cashflow dengan Metode Incremental Net Benefit
Pengembangan Usaha Dengan Peningkatan Produksi Perusahaan
3 Analisis Switching Value Dengan Penurunan Produksi Sebesar 15,48%
4 Analisis Switching Value Dengan Kenaikan Biaya Ovaprim 178,996%
5 Total Nilai Investasi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air
Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm
6 Siklus Produksi Pada Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air
Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm
7 Perhitungan Penerimaan Perusahaan Sebelum Pengembangan Bisnis
8 Data Produksi Larva Petani Plasma Ben’s Fish Farm
9 Induk Betina dan Induk Jantan Yang Dipijahkan
10 Gambaran Proses Produksi Ben’s Fish Farm
65
66
69
72
75
77
78
80
81
82
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat digali
untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi
yaitu sektor perikanan. Potensi perikanan Indonesia sebaiknya di manfaatkan
secara optimal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian (Lingga dan Susanto
2001).
Ada enam alasan utama mengapa sektor perikanan dan kelauta penting
untuk dikembangkan. Pertama, Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar,
baik dilihat dari kualitas maupun diversitas. Kedua, Indonesia memiliki daya
saing (competitive advantage) yang tinggi disektor perikanan dan kelautan
sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikinya serta produksi yang
dihasilkannya. Ketiga, industri disektor perikanan dan kelautan memiliki
keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri
lainnya. Keempat, sumberdaya disektor kelautan dan perikanan merupakan
sumberdaya yang selalu dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga
bertahan dalam jangka panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang arif. Kelima,
investasi disektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi yang relatif tinggi
sebagaimana dicerminkan dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang
rendah (3,4) dan memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi pula seperti
digambarkan dalam Incremental Labour Output Ratio (ILOR) sebesar 7-9.
Keenam, pada umumnya industri perikanan berbasis sumberdaya lokal dengan
input Rupiah namun dapat menghasilkan output dalam bentuk Dollar (Dahuri,
2002).
Berdasarkan data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (2012) diketahui
bahwa total produksi perikanan dunia baik dari hasil budidaya maupun dari hasil
tangkapan dilaut serta perairan umum mencapai sekitar 95 juta ton per tahun,
dimana 60 persen dari total produksi dikonsumsi langsung oleh manusia. FAO
bahwa sekitar 45,5 juta ton atau sebesar 43 persen ikan yang dikonsumsi berasal
dari subsektor perikanan budidaya1.Total ikan yang dikonsumsi tersebut
menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan jika 2 dibandingkan dengan
kondisi pada tahun 1980 yang hanya mencapai sekitar 9 persen dari total ikan
yang dikonsumsi berasal dari subsektor budidaya.
Tabel 1 Tingkat Konsumsi Ikan Di Indonesia Selama 2009 – 2013
Tahun
RINCIAN – ITEM
2009
Penyediaan Ikan Untuk Kosumsi
Total (1000 Ton)
Per Kapita (Kg/Kap/Th)
Konsumsi Ikan
Per Kapita (Kg/Kap/Th)
2010
2011
2012
2013
Kenaikan Rata Rata (%)
200920122013
2013
7,072
31
7,754
34
9,119
38
10,282
42
11,589
46
13,18
10,63
12,71
10,39
28
29,08
30,48
32,25
33,89
4,89
5,09
Dari Tabel 1 yang bersumber dari Pusdatin KKP angka konsumsi ikan
selama lima tahun terakhir terus naik. Hal ini menunjukkan bahwa ikan menjadi
1
Report of The State of World Aquaculture 2006
2
salah satu konsumsi masyarakat yang minati dan minat masyarakat untuk
mengkonsumsi ikan semakin besar seiring dengan bertambahnya tahun. Dengan
berbagai program yang dicanangkan untuk meningkatkan angka konsumsi ikan
diharapkan masyarakat semakin banyak yang mengkonsumsi ikan sebagai
makanannya.
Terus meningkatnya angka konsumsi ikan ini menjadikan perikanan
budidaya optimis dengan program peningkatan produksinya selama lima tahun
kedepan. Apalagi ke depan perikanan menjadi salah satu kekuatan dari ketahanan
pangan nasional
Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki prospek yang cukup baik
untuk mengembangkan produksi ikan, karena daerah Jawa Barat memiliki curah
hujan yang cukup tinggi sehingga cepat memacu ikan untuk berkembang biak.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk pengembangan usaha perikanan, khususnya usaha
budidaya ikan air tawar. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bogor memiliki curah
hujan yang tinggi, sehingga terdapat banyak sumber air sebagai 3 media budidaya
ikan. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
produksi perikanan khususnya yang berasal dari aktivitas budidaya ikan air tawar
terus mengalami peningkatan selama selang periode tahun 2009 hingga tahun
2013 baik untuk kegiatan usaha pembenihan ikan, pembesaran ikan konsumsi
maupun ikan hias. Pada tahun 2013, total produksi budidaya ikan di Kabupaten
Bogor yaitu pembenihan ikan mencapai sebanyak 744.600 ekor, pembesaran ikan
konsumsi sebesar 25.087 ton dan ikan hias sebanyak 84.517 ekor. Secara lebih
rinci perkembangan produksi ikan budidaya air tawar di Kabupaten Bogor tahun
2009 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Kabupaten Bogor
Jenis
2009
2010
2011
2012
Ikan Konsumsi (Ton)
7.356
22.906
23.141
23.703
Ikan hias (ekor)
66.152 72.524
75.383
78.288
Pembenihan (ekor)
669.58 703.098 708.594 716.66
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2013 (diolah)
2013
25.087
84.517
744.6
Ikan bawal air tawar memiliki keunggulan lebih tahan terhadap gangguan
hama dan penyakit ikan. Sehingga kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan pada
berbagai media termasuk media kolam air tenang (Arie, 2006). Oleh karena itu,
komoditi ini dapat menjadi pilihan ideal sebagai komoditas ikan budidaya di
Kabupaten Bogor yang memiliki media kolam air tenang cukup banyak. Pada
tahun 2012, produksi budidaya ikan bawal air tawar pada media kolam air tenang
di Kabupaten Bogor mencapai sebesar 904,91 ton, mengalami peningkatan
produksi sebesar 6,54 persen dari tahun sebelumnnya yang mencapai sebesar
849,40 ton. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor dapat diketahui bahwa produksi ikan budidaya pada tahun 2012 yang
masih mengalami peningkatan produksi yaitu ikan lele, mujair, gurame dan bawal,
sedangkan jenis ikan lainnya seperti ikan mas, nila, nilem, tawes, patin, sepat siam
dan tambakan mengalami penurunan produksi. Data selengkapnya untuk jumlah
3
produksi ikan budidaya pada kolam air tenang menurut spesies ikan di Kabupaten
Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Total Produksi Budidaya Ikan pada Kolam Air Tenang Berdasarkan Jenis
Ikan di Kabupaten Bogor, Tahun 2012 - 2013
No
Jenis ikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Mas
Nila
Nilem
Mujair
Gurame
Tawes
Patin
Lele
Sepat Siam
Tambakan
Bawal
Jumlah
Produksi (Ton)
Growth
2013
(%)
2.903,00
2.701,05
-6.96
2.095,50
1.298,68
-38.03
13,70
2,93
-78.61
24,30
29,21
20.21
1.719,00
1.854,82
7.9
405,00
272,17
-32.8
1.020,00
565,13
-44.6
6.355,00
9.738,17
53.24
12,10
2,43
-79.92
173,00
48,50
-71.97
849,40
904,91
6.54
15.570,00
17.418,00
11.87
2012
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2013
Usaha dari komoditas ikan Bawal air tawar ini banyak bermunculan
perusahaan – perusahaan yang bergerak dari kegiatan (on farm), tetapi juga
mencangkup kegiatan off farm, seperti pengadaan sarana dan prasarana produksi,
pengolahan, pemasaran, permodalan, riset dan pengembangan, perundang –
undangan, serta faktor pendukung usaha lainya.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam kegiatan on farm yakni dalam
usaha pembenihan ikan Bawal Air Tawar adalah Perusahaan Ben’s Fish Farm.
Perusahaan Ben’s Fish Farm yang juga mengadakan unit bisnis melalui pola
kemitraan ini dapat menciptakan beberapa keuntungan, antara lain mampu
menyerap tenaga kerja di tingkat plasma, memantapkan usaha peningkatan
pendapatan, memberdayakan ekonomi kerakyatan, serta memiliki potensi dalam
mengembangkan pasar yang dapat membawa keuntungan bagi kedua belah pihak
Perumusan Masalah
Perusahaan Ben’s Fish Farm terletak di di Kp. Layung Sari RT 03/06
Desa Ciaruteun Udik, Ciampea Bogor adalah usaha yang bergerak dalam
pembenihan larva ikan Bawal. Mulanya ikan Bawal air tawar merupakan salah
satu jenis ikan hias namun karena rasa dagingnya lezat dan ukuran ikannya yang
besar, masyarakat menjadikan ikan Bawal sebagai ikan konsumsi. Selain itu ikan
bawal air tawar atau dalam nama latin disebut dengan Colossoma Macropomum
ini mempunyai kandungan gizi yang cukup banyak seperti protein yang berguna
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, serta mengembangkan daya pikir
dan tingkat kecerdasan pada anak.
4
Tabel 4 Permintaan dan Pemenuhan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish
Farm Tahun 2013
Rata-Rata Per Bulan
(Ekor)
40.750.950
Per Tahun
(Ekor)
489.011.400
6.609.600
79.315.200
25.974.680
331.696.200
6.500.000
78.000.000
Permintaan Larva
Pemenuhan Larva
Bens’s Fish Farm
Pemenuhan Larva
Plasma
Selisih
Sumber : Ben’s Fish Farm (Diolah), 2013
Pada tahun 2013 jumlah permintaan larva adalah 40.750.950 ekor larva
perbulannya sama dengan 489.011.400 ekor larva setiap tahunnya. Perusahaan
Ben’s Fish Farm hanya bisa mencukupi permintaan tersebut sebanyak 34.250.950
ekor larva perbulan setara dengan 411.011.400 ekor larva setiap tahunnya. Berarti
pada tahun 2013 ada 16 persen permintaan pelanggan yang belum dapat dipenuhi
oleh perusahaan Ben’s Fish Farm yaitu 6.500.000 ekor larva yang belum
terpenuhi setiap bulannya atau 78.000.000 ekor larva yang belum dapat terpenuhi
setiap tahunnya. Larva untuk pemenuhan berasal dari larva plasma sebelum
pengembangan sebesar 331.696.200 ekor dan larva perusahaan sebesar
79.315.200 ekor. Permintaan larva tersebut berasal dari pelanggan perusahaan
yang sudah menjadi pelanggan tetap Ben’s Fish Farm.
Menanggapi kecenderungan tersebut perusahaan mempunyai rencana
untuk mengembangkan skala usahanya menjadi semakin besar agar dapat
mencukupi permintaan pelanggan tersebut. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya
investasi seperti lahan serta sarana produksi yang dibutuhkan dan waktu produksi
yang lebih banyak untuk membuat usaha yang lebih besar lagi. Selama ini
pemenuhan permintaan pasar merupakan hasil produksi sendiri dan hasil
pembelian larva dari plasma. Untuk itu, salah satu strategi perusahaan untuk
mengatasi hal itu ialah dengan pola kemitraan dan pengembangan produksi
perusahaan sendiri.
Permintaan yang belum terpenenuhi perusahaan Ben’s Fish farm sebesar
6.500.000 ekor larva perbulan sehingga perusahaan membutuhkan alternatif untuk
pengembangan usaha guna untuk memenuhi permintaan konsumen yang ada.
Dalam pengembangan usaha Ben’s Fish Farm melakukan penambahan produksi
sendiri, penambahan plasma tidak dilakukan dikarenakan ada nya timbul risiko
dan kontinuitas larva. Pengembangan usaha dilakukan dengan pengembangan
sendiri dimana membutuhkan penambahan komponen biaya mulai dari investasi
sampai dengan biaya variabel dimana diperlukan penilaian (kelayakan) jangka
panjang guna menilai manfaat yang diperoleh perusahaan dalam pengembangan
usaha tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
a. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan bawal air tawar
pada Ben's Fish Farm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek social ekonomi dan lingkungan dilihat dari
pengembangan produksi perusahaan sendiri dalam upaya pemenuhan
permintaan pasar?
5
b.
Bagaimana kelayakan aspek finansial pengembangan usaha pembenihan ikan
bawal air tawar pada pada Ben's Fish Farm dengan peningkatan kapasitas
produksi sendiri?
c.
Bagaimana kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan bawal air tawar
pada Ben's Fish Farm baik yang didasarkan perubahan nilai pada harga
penjulan dan kenaikan komponen biaya variabel?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Tujuan analisis kelayakan usaha peningkatan produksi benih ikan yaitu :
Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan bawal air
tawar pada Ben's Fish Farm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek sosial dan lingkungan dengan pengembangan
produksi sendiri.
Menganalisis kelayakan dari segi financial pengembangan usaha pembenihan
ikan bawal air tawar pada Ben's Fish Farm dengan penambahan produksi
sendiri.
Menganalisis batas perubahan penurunan harga maksimal dan batas kenaikan
harga ovaprim maksimal agar kelayakan pengembangan usaha pembenihan
ikan bawal air tawar ini tetap layak untuk dijalankan
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. Bagi Ben's Fish Farm penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam menentukan langkah–langkah untuk mengembangkan
usaha pembenihan benih ikan bawal ini. Selain itu untuk mengetahui
variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi usaha pembenihan ikan bawal
air tawar.
b. Bagi investor diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
yang berguna untuk menentukan keputusan berinvestasi dalam usaha
produksi benih ikan bawal.
c. Pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk dijadikan bahan
referensi dalam penelitian mengenai strategi pengembangan usaha
pembenihan ikan bawal.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan investasi dari aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek
finansial. Penelitian ini berfokus pada pengembangan usaha pembenihan ikan
bawal dengan meningkatkan produksi perusahaan. Hal ini dapat menjadi acuan
bagi plasma sebagai gambaran untuk pengembangan usaha dengan konsep yang
serupa.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Kelayakan Aspek Teknis Budidaya Pembenihan Ikan Bawal
Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar
Pembenihan ikan adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang bertujuan
untuk menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi
komponen input bagi kegiatan pembesaran. Pembenihan memiliki beberapa
tahapan yaitu pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan
larva, pengolahan air, pemberian pakan dan pemanenan.
Pemeliharaan Induk
Induk adalah ikan yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi atau
berkembang biak. Pemeliharaan induk dapat dilakukan pada kolam beton maupun
kolam tanah dengan kepadatan satu ekor per meter persegi dan dilakukan
pemberian pakan sebanyak tiga persen dari bobot tubuh per hari dengan frekuensi
pemberian dua kali yaitu pagi dan sore. Pemeliharaan induk bertujuan untuk
menumbuhkan dan mematangkan gonad (sel telur dan sperma).
Pemijahan
Pemijahan adalah suatu proses pembuahan telur oleh sperma, dimana
proses tersebut bisa berlangsung secara alami atau buatan yang dibantu oleh
tangan manusia Effendi (2004). Ikan bawal air tawar di alam biasanya memijah
pada bulan November, maka untuk merangsang ikan bawal supaya memijah
dilakukan dengan rangsangan hormon ( kawin suntik). Kelebihan kawin suntik
adalah pemijahan lebih terkontrol saat pembuahan dibandingkan cara alami.
Penyuntikan ikan bawal air tawar menggunakan Ovaprin dengan dosis untuk
betina 0,75 ml per kilogram, sedangkan untuk jantan 0,5 ml. Perkawinan antara
induk yang telah matang gonad memiliki perbandingan 2:1, yaitu 2 jantan dan 1
betina. Ikan bawal air tawar di Indonesia sudah dapat dipijahkan setelah berumur
4 tahun dengan berat rata-rata 4 kilogram untuk betina dan tiga tahun untuk jantan
dengan berat rata-rata 3 kilogram. Satu ekor induk betina dapat mengahasilkan
500.000 butir telur (Arie, 2000).
Penetasan Telur dan Perawatan Larva
Menurut Arie (2000), penetasan merupakan kegiatan merawat telur yang
dikeluarkan induk betina hingga menetas menjadi larva. Kegiatan dalam
penetasan meliputi persiapan wadah penetasan, pengisian air akuarium penetasan
setinggi 30 cm dan suhu air 28o C. Penebaran telur dengan padat tebar 150 sampai
250 butir per liter dan telur akan menetas dalam waktu 18 sampai 24 jam.
Supaya kualitas air terjaga dengan baik setelah telur menetas dilakukan
pergantian air sebanyak 50 persen dan dilakukan pembuangan telur yang tidak
menetas. Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat telur-telur yang baru
menetas (larva) sampai siap ditebar ke tempat pemeliharaan. Pemeliharaan dapat
dilakukan di akuarium ataupun kolam. Pemeliharaan di akuarium dilakukan
selama 14 hari dan ukuran benih akan mencapai 1/2-3/4 inci dengan padat tebar
pemeliharan larva di akuarium adalah 50 sampai 75 ekor /liter air (Arie, 2000).
7
Pengolahan Air
Air merupakan media yang sangat penting dalam budidaya baik pembenihan
maupun pembesaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kulitas
air adalah dengan melakukan penyiponan kotoran dan pergantian air setiap
harinya sebanyak 10 sampai 30 persen. Suhu juga mempengaruhi terhadap kondisi
pertumbuhan larva ikan bawal air tawar. Suhu berpengaruh terhadap ukuran
peneteasan, efisiensi penggunaan kuning telur, pertumbuhan, kecepatan makan
dan laju pengosongan lambung serta metabolisme (Blaxter, 1988).
Menurut Wardoyo (1975), oksigen terlarut sangat esensial bagi ikan untuk
bernafas dan merupakan komponen utama dalam metabolisme. Kandungan
oksigen terlarut di perairan selayaknya tidak boleh kurang dari 4 ppm. Apabila
kandungan oksigen terlarut dalam air budidaya kurang dari 3 ppm dan suhu
berkisar 20-23 oC, dapat menyebabkan laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan
jumlah pakan yang diberikan menurun (Brett, 1979).
Pemberian Pakan dan Pemanenan
Larva ikan bawal air tawar, masih mempunyai cadangan makanan dalam
tubuhnya yaitu berupa kuning telur (york) hingga hari ketiga. Pemberian pakan
dilakukan pertama berupa naupli artemia atau artemia yang baru menetas
sebanyak 1 sendok makan dan dilakukan 3 kali pemberian dalam sehari yaitu,
pukul 09.00, 14.00, dan 17.00 sampai larva berumur 14 hari. Hari ke 10 larva
diberikan pakan cacing rambut hingga hari ke 14 atau larva siap dipelihara di
kolam pendederan
Kriteria Kelayakan Aspek Finansial
Simanjuntak (2007), meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Budidaya
Ikan pada Aquakultur Empang Sari Mukti desa Situ Daun, Kabupaten Bogor Jawa
Barat. Penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha dan kelayakan finansial
finansial usaha budidaya ikan. Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan
tingkat diskonto (suku bunga) 9 persen, dan dari hasil analisis finansial usaha
tesebut layak untuk dilaksanakan dilihat dari nilai NPV yang dihasilkan sebesar
Rp 6.871.215.360, nilai Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar
8.9082 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 133 persen. Nilai payback period
(PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu satu tahun dua bulan.
Perdana (2008), meneliti Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pemebesaran
Ikan Mas dan Nila di Keramba Jaring Apung, dengan menggunakan kriteria
investasi, yaitu NPV, Net B/C rasio, IRR dan Payback Period . Hasil perhitungan
NPV positif sebesar Rp 17.578.956, Net B/C rasio 1,206 lebih besar dari satu,
nilai IRR sebesar 37,14 persen dan payback period 1,7 tahun. Berdasarkan kriteria
kalayakan finansial maka pengusahaan pembesaran ikan mas layak untuk
dijalankan. Untuk memperoleh gambaran kelayakan kemudian dilakukan analisis
sensitivitas untuk menegetahui kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan
dalam biaya pakan dan benih, harga jual ikan dan jumlah produksi yang akan
mempengaruhi kelayakan usaha dengan tingkat diskonto 13 persen. Berdasarkan
hasil perhitungan switching value menunjukan bahwa kenaikan harga ikan mas
dan nila maksimum sebesar 7,43 persen dan harga pakan maksimum 2,82 persen ,
penurunan produksi maksimum 1,77 persen.
8
Afni (2008), meneliti Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar,
dengan menggunakan tiga skenario usaha yaitu pola pertama adalah usaha
pembenihan lobster, pola kedua usaha pembesaran lobster dan pola ketiga usaha
pembenihan dan pembesaran. Ketiga pola tersebut dianalisis dengan kelayakan
finansial dengan kriteria NPV, Net B/C rasio, IRR dan Payback Period. Hasil
analisis finansial dari pengusahaan lobster air tawar pola ketiga yang paling
menguntungkan karena pada pola ketiga usaha diperoleh NPV sebesar Rp
138.280.330, Net B/C Rasio 5,14, IRR sebesar 52 persen dan payback period 2,79
tahun lebih lebih baik dari pola pertama dan kedua.
Ketiga pola tersebut kemudian dilakukan analisis switching value apabila
terjadi perubahan jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output. Dari hasil
analisis switching value pada usaha pola kedua yang paling sensitif teradap
peubahan jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output terhadap kelayakan
usaha lobster air tawar.
Bukit (2007), meneliti Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin dengan
menggunakan tiga skenario yaitu usaha pembenihan, pembesaran dan kombinasi
dari usaha pembenihan dan pembesaran ikan patin . Hasil dari analisis finansial
menunjukan bahwa skenario pertama yaitu usaha pembenihan ikan patin yang
paling menguntung jika dibandingkan degan skenario kedua ataupun skenariao
ketiga. Hal ini dilihat dari nilai NPV yang dihasilkan dari usaha pembenihan ikan
patin yang positif sebesar Rp 108.796.492,2 pada tingkat diskonto 8 persen yang
lebih besar dari nol, ini berarti usaha pembenihan ikan patin yang dilakukan
menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan
tambahan manfaat atau keuntungan sebesar Rp 108.796.492,2 untuk jangka waktu
10 tahun. Nilai Net B/C ratio 1,725 lebih besar dari satu, artinya setiap
pengeluaran investasi sebesar satu rupiah sekarang akan menerima tambahan
pendapatan sebesar Rp 1,725 dan berarti layak. Nilai IRR dari usaha pembenihan
ikan patin sebesar 22,75 persen dan nilai ini berada diatas tingkat bunga deposito
yang berlaku yaitu 8 persen, berarti modal yang diinvestasikan di usaha
pembenihan ikan patin lebih menguntungkan dibandingkan ditabung dalam
bentuk deposito. Payback period atau titik pengembalian investasi dari usaha
pembenihan ikan patin setelah usaha ini berjalan selama tiga tahun sembilan bulan
9
Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan
dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam
penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.
Teori Investasi
Penilaian investasi dalam studi kelayakan bisnis bertujuan untuk
menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena
bisnis tidak yang tidak layak. Karena kekeliruan dan kesalahan dalam menilai
investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Gittinger (1986)
mengungkapkan bahwa kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber
finansial menjadi baran-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungankeuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum
bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan
memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit
bisnis.
Senada dengan pernyataan tersebut, Gray et all. (1992) mendefinisikan
suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan
dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber yang dapat dipergunakan dalam
pelaksanaan bisnis dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan
setengah jadi, tenaga kerja dan waktu. Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat
konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat
pendidikan atau kesehatan, dan perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.
Kenyataan yang dihadapi oleh pemilik modal saat ini adalah sumberdaya
semakin langka, suatu kegiatan investasi dapat memberikan manfaat yang berbeda
dari berbagai alternatif bisnis yang ada, sehingga bagi pemilik modal (1) perlu
mengetahui secara pasti tingkat manfaat (benefit) yang dicapai dalam suatu bisnis,
(2) dapat memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, (3) dapat
menetukan prioritas investasi dari berbagai alternatif yang ada, (4) dapat
mengurangi pemborosan sumberdaya. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan
bisnis yang dapat menunjukkan apakah bisnis yang direncanakan atau sudah
dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan.
Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan
dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis
adalah siklusbisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, perisapan dan
analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger 1986). Evaluasi bisnis
sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan
bisnis.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau anlisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Selain
10
itu studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai penelitian tentang dapat
tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis investasi) dilaksanakan dengan
berhasil (Husnan & Muhammad 2000). Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa
ditafsirkan agak berbeda-beda. Pihak Swasta lebih berminat tentang manfaat
ekonomis suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga non profit dilihat
apakah bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja,
pemanfaatan sumber daya yang melimpah, dan penghematan devisa.
Hal-hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan bisnis investasi
jika suatu pihak atau seseorang melihat kesempatan usaha, yaitu apakah
kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita
bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut.
Semakin luas skala bisnis maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi
maupun social semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan
analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis).
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) suatu studi kelayakan bisnis akan
menyangkut tiga aspek yaitu :
1) Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi bisnis itu sendiri atau manfaat
financial. Artinya apakah bisnis tersebut cukup menguntungkan bila
dbandingkan dengan risiko bisnis.
2) Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi Negara tempat bisnis tersebut
dilaksanakan, yang menunjukan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi
makro suatu Negara.
3) Manfaat social bisnis tersebut bagi masyarakat disekitar bisnis.
Bisnis investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan
dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah menghindari keterlanjuran penanaman
modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relative
kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu bisnis yang menyangkut
investasi dalam jumlah besar. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu bisnis
ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal) diantaranya yaitu : (1)
kesalahan perencanaan, (2) kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, (3)
kesalahan dalam memperkirakan kontinyuitas bahan baku, kesalahan dalam
memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada,
serta (5) pelaksanaan bisnis yang tidak terkendalikan sehingga biaya
pembangunan bisnis menjadi membengkak serta penyelesaian bisnis menjadi
tertunda.
Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan
investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal
itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas
mungkin tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika bisnis akan dinilai dari perspektif
yang lebih luas, maka tujuannya seharusnya adalah memaksimumkan net present
value dari semua social cost and benefit.
Aspek Kelayakan Bisnis
Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang
secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari
suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek
11
tersebut terdiri dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek
social, aspek pasar, aspek financial dan aspek ekonomi.
Husnan dan Muhammad (2000), menyatakan bahwa aspek-aspek yang
harus diperhatikan dalam studi kelayakan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek keuangan, dan aspek ekonomi Negara. Dilain pihak, Kadariah
(2001) menjelaskan bahwa bisnis dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek
manajerial administrative, aspek organisasi, aspek komersial, aspek financial,
serta aspek ekonomi.
Aspek Pasar dan Pemasaran
Penilaian dari segi aspek pasar dan pemasaran didasarkan pada hal-hal
yang meliputi permintaan dan penawaran pasar akan larva ikan bawal air tawar;
penetapan harga; perkiraan penjualan produk dan straregi pemasaran yang
meliputi bauran pemasaran (marketing mix) mengenai produk yang akan
dihasilkan.
Aspek Teknis dan Teknologi
Penilaian aspek teknis didasarkan pada hal-hal yang bersifat teknis baik
pada saat perencanaan maupun pengoperasian unit usaha produksi. Penilaian
tersebut meliputi layout unit usaha produksi dan juga pola kemitraan yang dianut
oleh Ben’s Fish Farm sendiri.
Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek organisasi dan manajemen merupakan deskripsi mengenai peranan
fungsi manajemen dalam pelaksanaan rencana pengembangan usaha tersebut.
Deskripsi ini akan menjelaskan tentang perencanaan manajemen organisasi
(struktur organisasi dan uraian pekerjaan), perencanaan manajemen sumberdaya
manusia (pembagian tugas, perekrutan tenaga kerja, dan pembagian jam kerja
untuk setiap bagian pekerjaan), perencanaan manajemen pemasaran, dan
perencanaan manajemen keuangan.
Aspek Finansial
Aspek finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha melalui peningkatan
jumlah produksi dan perbaikan sistem manajemen. Penilaian aspek finansial
diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Alat ukur kelayakan
usaha yang digunakan antara lain terdiri dari enam komponen yaitu Analisis Laba
Rugi, Analisis Cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), analisis Sensitivitas.
Teori Biaya dan Manfaat
Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu
bisnis. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang
dengan revenue earning proyek. Apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang
diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan
apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat
berdiri sendiri (Kadariah, 2001).
12
Secara umum, biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi
tujuan bisnis. Komponen-komponen biaya yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun
kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih,
sebeleum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun
kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk
memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu
tidak menguntungkan lagi.
Biaya Operasional
Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainnya
yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan
bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya
operasional terdiri dari dua komponen utama yakni, biaya variabel dan biaya
tetap.
a) Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan
perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun (satu satuan waktu).
b) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnyatidak terpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun (satu
satuan waktu).
Laba Rugi
Salah satu analisis finansial yang digunakan dalam Analisis kelayakan
Usaha ini adalah laba rugi. Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang
mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode
akuntansi (Gittinger, 1986). Laporan laba rugi terdiri dari beberapa komponen
yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variabel Cost (TVC),
Total Cost (TC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Pendapatan
bersih atau laba adalah apa yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran–
pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa atau dan
penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Melalui
laporan laba rugi, perusahaan dapat memperoleh informasi keuangan mengenai
usaha yang dijalankan, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau
sebaliknya. Laporan laba rugi dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan
dengan biaya–biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut pada periode
tertentu.
Cashflow
Menurut Umar (2003) laporan perubahan kas (Cashflow) disusun untuk
menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber
kas dan penggunaannya. Suatu cashflow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya
disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari
komponen inflow (Arus Penerimaan), outflow (Arus Pengeluaran), net benefit
(Manfaat Bersih) dan Incremental Net Benefit (Manfaat Bersih Tambahan).
13
Komponen inflow meliputi Nilai Produksi Total, Penerimaan Pinjaman, Grants
(Bantuan), Nilai Sewa, dan Salvage Value (Nilai Sisa). Komponen outflow terdiri
dari biaya investasi, biaya operasional/produksi, Pajak dan Debt Service (bunga
Pinjaman).
Kriteria Investasi
Net Present Value
Net Present Value (NPV) suatu bisnis adalah selisih Present Value (PV)
dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang (Umar, 2003). NPV menunjukkan manfaat bersih yang
diterima dari suatu bisnis selama umur bisnis dan tingkat discount rate tertentu.
Kriteria penilaian kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah sebagai
berikut :
a. NPV > 0, artinya usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan.
b. NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak untuk
dijalankan. Ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan usaha.
Untuk menghitung nilai sekarang diperlukan tingkat diskonto (discount
rate) atau lebih tepatnya dalam analisis bisnis adalah opportunity cost off capital
atau biaya imbangan dari modal yang akan diinvestasikan dalam bisnis
merupakan dasar dalam penentuan tingkat bunga (tingkat diskonto/discount rate
atau tingkat penggandaan/compounding rate). Menentukan OCC dalam analisis
finansial bisa berbeda dengan yang dipakai dalam analisis ekonomi, karena
opportunity cost dari modal bagi perusahaan tidak sama dengan opportunity cost
modal bagi perekonomian. Apalagi jika dipertimbangkan dari sumber modalnya.
Pertimbangan pemilihan OCC salah satunya adalah :
1. The marginal cost of money dari bisnis yang dianalisis. Seringkali ini
merupakan tingkat bunga pinjaman jika modal bisnis merupakan modal
pinjaman, baik dari seseorang individu maupun dari lembaga-lembaga
keuangan atau non keuangan. Dalam hal ini tingkat bunga pinjaman dapat
digunakan sebagai OCC bisnis. Kalau modal bisnis merupakan modal
sendiri, maka OCC yang digunakan dapat berupa tingkat bunga deposito,
surat berharga (ORI). Jika sumber modal adalah kombinasi antara modal
sendiri dan modal pinjaman maka digunakan rata-rata tertimbang antara
keduanya. Ben’s Fish Farm dalam melakukan kegiatan usahanya
menggunakan modal sendiri oleh karena itu OCC yang digunakan adalah
tingkat suku bunga deposito.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Menurut Umar (2003) Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan
antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang
yang bernilai negatif. Perhitungan Net B/C digunakan untuk mengetahui berapa
nilai manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Penilaian kelayakan
investasi berdasarkan nilai Net B/C adalah :
1. Net B/C > 1, artinya usaha layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan.
2. Net B/C < 1, artinya usaha tidak layak dan tidak menguntungkan untuk
dilaksanakan.
14
Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Umar (2003), metode ini digunanakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau
penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. Adapun penilaian kriteria
kelayakan investasi berdasarkan nilai IRR adalah sebagai berikut :
a. IRR < i (tingkat discount rate yang berlaku), artinya usaha tersebut tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan.
b. IRR = i, artinya usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (berada pada titik impas).
c. IRR > I, artinya usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.
Payback Period (PP)
Menurut Umar (2003), Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi (Initial Cash Invesment) dengan
menggunakan aliran kas. Nilai Payback Period berbanding terbalik dengan nilai
NPV, jika nilai NPV semakin besar maka menunjukkan waktu pengembalian
semakin cepat. Suatu bisnis dikatakan menguntungkan dan layak jika PP lebih
kecil dari umur bisnis (PP ≤ n).
Gambaran Pola Kemitraan
Menurut Hafsah (2000) kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka wakti tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan. Kemitraan agribisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dari
dua pihak atau lebih pelaku agribisnis yang saling menguntungkan. Pada dasarnya
maksud dan tujuan kemitraan adalah “ win – win solution partership”. Kesadaran
saling menguntungkan tidak berarti harus memiliki kemampuan dan kekuatan
yang sama, tetapi yang dipentingkan adalah posisi tawar menawar yang setara
berdasarkan peran masing – masing.
Karena kemitraan adalah suatu strategi bisnis, maka keberhasilan
kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam
menjalankan etika dalam berbisnis. Menurut Undang - undang No. 9 tahun 1995,
kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dan menengah atau dengan
usaha besar diseetai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau
usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memperlihatkan prinsip saling
memerlukan, memperkuat, dan saling menguntungkan.
Menjalin kemitraan dapat mendatangkan peluang, diantaranya yaitu
kerjasama yang dapat menjamin ketersediaan produk yang lebih jelas, pasti dan
kontinyu (Sumarjdo et, 2004 ). Selain itu perusahaan kecil atau petani yang
bertindak sebagai plasma atau petani mitra bisa mendapatkan bantuan dana,
teknologi, atau sarana lain yang diberikan perusahaan besar sebagai inti, sehingga
usaha kecil dapat lebih mudah dalam mengembangkan usahanya kearah yang
lebih baik lagi untuk masa depan dan prospek usaha yang lebih cerah dikemudian
hari..
Melihat dan berdasarkan definisi tentang kemitraan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemitraan merupakan kerjasama yang saling menguntungkan
dan saling memperkuat serta dibangun dengan dasar saling memerlukan diantara
kedua belah pihak.
15
Berdasarkan definisi kemitraan, menurut Hafsah (2000) terdapat beberapa
unsur pokok di dalam kemitraan yaitu, yaitu :
1. Kerjasama Usaha
Kerjasama yang dilakukan antara kedua belah pihak yakni usaha besar
dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai
derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Kesejajaran ini
berlaku pula pada kesetaraan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan, tidak ada saling mengeksploitasi satu sama lain dan
tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara pihak terkait dalam
mengembangkan usahanya. Dengan konsep ini diharapkan agar pengusaha besar
dan menengah dapat menjalin hubungan dengan kerjasama yang saling
menguntungkan dengan pengusaha kecil atau pelaku ekonomi lainnya, sehingga
pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh di dalam berusaha demi
tercapainya kesejahteraan.
2. Pembinaan dan Pengembangan
Pada dasarnya yang membedakan antara kemitraan dengan hubungan
dagang bisa adalah adanya unsur pembinaan dan pengembangan yang dilakukan
dalam konsep kemitraan. Pembinaan yang dilakukan di dalam kemitraan antara
lain pembinaan dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajeman
usaha, pembinaan peningkatan sumber daya manusia (SDM), pembinaan
manajemen produksi pembinaan mutu produksi serta pembinaan dalam
pengembangan aspek institusi kelembagaan, fasilitas serta alokasi investasi.
3. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan.
a. Prinsip Saling Memerlukan
Dalam kemitraan, usaha perusahaan besar dalam mengefisiensikan
biaya produksinya adalah dengan cara penghematan tenaga kerja,
penghematan tenaga kerja ini dilakukan dengan cara menggunakan
fasilitas teknologi, permodalan, dan sarana produksi dari perusahaan besar.
Dengan demikian terdapat prinsip saling memerlukan diantara kedua belah
pihak di dalam kemitraan.
b. Prinsip Saling Memperkuat
Seperti pada pelaksanaan usaha lainnya, kemitraan dilakukan agar
semua pihak mendapatkan nilai tambah yang berarti. Nilai tambah tersebut
dapat berupa nilai ekonomi seperti peningkatan modal, keuntungan, dan
perluasan pangsa pasar. Bentuk nilai tambah lainya dapat berupa nilai non
ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen dan dan penguasaan
teknologi. Dengan melaksanakan konsep kemitraan diharapkan agar
diantara kedua belah pihak terjadi saling mengisi atau saling memperkuat
dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra.
c. Prinsip Saling Menguntungkan
Salah satu maksud dan tujuan kemitraan adalah terjadinya
hubungan yang saling menguntungkan. Berpedoman pada kesejajaran
kedudukan, tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan, tetapi justru
sebaliknya tercipta rasa saling percaya sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan keuntungan atau pendapatan memelalui perkembangan
usahanya.
16
Pola kemitraan berdasarkan Undang – Undang No. 9 pasal 27 dalam
Hafsah (2000), tentang kemitraan disebutkan kemitraan dilaksanakan dengan pola
inti plasma, subkontrak, dagang umum, waralaba, keagenan, dan bentuk lain.
Menurut Sumardjo et. al (2004), pola kemitraan agribisnis terdiri dari pola inti
plasma, pola subkontrak, pola dagang dagang umum, pola keagenan dan pola
kerjasama Operasional agribisnis.
Untuk lebih lengkap dijelaskan sebagai berikut :
1. Pola Inti Plasma
Pola inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara
kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang
bermitra. Perusahaan sebagai inti bertindak menyediakan sarana produksi,
bimbingan
teknis,
manajemen,
menampung,
mengolah,
dan
memasarkan hasil produksi. Sedangkan yang bertindak sebagai plasma
memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati.
Gambar 1 Pola Inti Plasma Antara Ben’s Fish Farm Dengan Plasma nya
Kerangka Pemikiran Operasional
Melihat masih adanya permintaan akan benih dan peluang pasar yang ada
akan benih ikan bawal memelurkan peningkatan yang lebih dalam bidang
produksi benih ikan bawal. Peningkatan p
IKAN BAWAL AIR TAWAR PADA PERUSAHAAN
BEN’S FISH FARM, CIAMPEA, BOGOR
DIDIT ADYA HUTOMO
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan
Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar Pada Perusahaan Ben’s
Fish Farm, Ciampea, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Didit Adya Hutomo
NIM H34096022
ABSTRAK
DIDIT ADYA HUTOMO. Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm, Ciampea, Bogor. Dibimbing
oleh YANTI NURAENI MUFLIKH.
Pembenihan ikan bawal sangat prospektif yang didasarkan pada permintaan
benih oleh petani pembudidaya cenderung meningkat karena tingkat konsumsi
ikan tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan
pengembangan usaha pengembangan pembenihan ikan bawal air tawar pada
Ben’s Fish Farm. Metode penelitian dengan melakukan penilaian mulai dari aspek
non financial yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial
dan manajemen, selain aspek non financial dinilai juga aspek financial dengan
menggunakan Studi Kelayakan Bisnis. Dari hasil penelitian tersebut, melihat dari
komponen pada tiap aspek yang penting maka Pengembangan Usaha Pembenihan
Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm dapat dikatakan layak untuk dilakukan.
Kata kunci: bawal, pomfret, studi kelayakan
ABSTRACT
DIDIT ADYA HUTOMO. Business Development Feasibility of Pomfret
Freshwater Hatchery In Ben's Fish Farm Company, Ciampea, Bogor. Supervised
by YANTI NURAENI MUFLIKH.
Pomfret fish hatcheries highly prospective based on farmers' demand for
seed by farmers is likely to increase due to high levels of fish consumption. The
purpose of this study was to analyze the feasibility of developing the business
development of freshwater pomfret fish hatchery at Ben's Fish Farm. Research
methods by assessing ranging from non-financial aspects ie market aspects,
technical aspects, management aspects, and social aspects and management, in
addition to non-financial aspects of the financial aspects are also assessed using
the Business Feasibility Study. From this research, look at every aspect of the
components that are important then Business Development Hatchery In Ben's Fish
Farm Company may consider appropriate to do.
Keywords: bawal, pomfret, studi kelayakan
KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBENIHAN
IKAN BAWAL AIR TAWAR PADA PERUSAHAAN
BEN’S FISH FARM, CIAMPEA, BOGOR
DIDIT ADYA HUTOMO
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2012 ini ialah
kekeringan, dengan judul Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm, Ciampea, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.
Agribus selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Adrian selaku pemilik Ben’s Fish Farm dan karyawannya, yang
telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, istri serta seluruh keluarga, atas segala doa dan
kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Didit Adya Hutomo
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
Ruang Lingkup Penelitian
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
Kriteria Kelayakan Aspek Teknis Budidaya Pembenihan Ikan Bawal
6
Kerangka Pemikiran
9
Kerangka Pemikiran Teoritis
9
Aspek Teknis dan Teknologi
11
Kriteria Investasi
13
Gambaran Pola Kemitraan
14
Kerangka Pemikiran Operasional
16
METODE PENELITIAN
18
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial
42
Analisis Aspek Finansial
54
SIMPULAN DAN SARAN
61
Simpulan
61
Saran
62
DAFTAR PUSTAKA
63
LAMPIRAN
67
RIWAYAT HIDUP
79
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Tingkat Konsumsi Ikan Di Indonesia Selama 2009 – 2013
Perkembangan Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Kabupaten Bogor
Total Produksi Budidaya Ikan pada Kolam Air Tenang Berdasarkan
Jenis Ikan di Kabupaten Bogor, Tahun 2012 - 2013
Permintaan dan Pemenuhan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish
Farm Tahun 2013
Perbedaan Ciri-Ciri Induk Betina dengan Jantan
Rata-Rata Pembelian Larva Ben’s Fish Farm setiap bulan
Perencanaan Produksi Larva Perusahaan Ben’s Fish Farm pada 17
Kolam Tambahan Yang Didasarkan Pada Jumlah Produksi Tahun
2013
Prediksi Penggajian Karyawan Ben’s Fish Farm
Prediksi Total Biaya Investasi Tanpa Ada Pengembangan Bisnis
Prediksi Total Biaya Investasi Untuk Pengembangan Dari Ben’s Fish
Farm
Prediksi Total Biaya Tetap Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s Fish
Farm Tanpa Pengembangan
Prediksi Total Biaya Tetap Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s Fish
Farm Dengan Penambahan Produksi
Prediksi Total Biaya Variabel Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s
Fish Farm Tanpa Pengembangan
Prediksi Total Biaya Variabel Bisnis Pembenihan Ikan Bawal Ben’s
Fish Farm Dengan Pengembangan Sendiri
Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal
Analisis Switching Value Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal
1
2
3
4
36
41
46
49
54
55
56
56
57
57
60
60
DAFTAR GAMBAR
1. Pola Inti Plasma Antara Ben’s Fish Farm Dengan Plasma nya
2. Alur Kerangka Operasional Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Bawal Air Tawar Pada Ben’s Fish Farm
3. Struktur Organisasi Perusahaan Ben’s Fish Farm
4. Proses Produksi Pembenihan Bawal Air Tawar pada Ben’s Fish Farm
5. Rantai Pemasaran Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar Pada
Perusahaan Ben’s Fish Farm
16
17
25
35
44
DAFTAR LAMPIRAN
1 Laporan Rugi Laba Pengembangan Usaha Dengan Penambahan Produksi
Perusahaan
2 Analisis Cashflow dengan Metode Incremental Net Benefit
Pengembangan Usaha Dengan Peningkatan Produksi Perusahaan
3 Analisis Switching Value Dengan Penurunan Produksi Sebesar 15,48%
4 Analisis Switching Value Dengan Kenaikan Biaya Ovaprim 178,996%
5 Total Nilai Investasi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air
Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm
6 Siklus Produksi Pada Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan Bawal Air
Tawar Pada Perusahaan Ben’s Fish Farm
7 Perhitungan Penerimaan Perusahaan Sebelum Pengembangan Bisnis
8 Data Produksi Larva Petani Plasma Ben’s Fish Farm
9 Induk Betina dan Induk Jantan Yang Dipijahkan
10 Gambaran Proses Produksi Ben’s Fish Farm
65
66
69
72
75
77
78
80
81
82
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat digali
untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi
yaitu sektor perikanan. Potensi perikanan Indonesia sebaiknya di manfaatkan
secara optimal, sehingga dapat meningkatkan perekonomian (Lingga dan Susanto
2001).
Ada enam alasan utama mengapa sektor perikanan dan kelauta penting
untuk dikembangkan. Pertama, Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar,
baik dilihat dari kualitas maupun diversitas. Kedua, Indonesia memiliki daya
saing (competitive advantage) yang tinggi disektor perikanan dan kelautan
sebagaimana dicerminkan dari bahan baku yang dimilikinya serta produksi yang
dihasilkannya. Ketiga, industri disektor perikanan dan kelautan memiliki
keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industri-industri
lainnya. Keempat, sumberdaya disektor kelautan dan perikanan merupakan
sumberdaya yang selalu dapat diperbaharui (renewable resources) sehingga
bertahan dalam jangka panjang asal diikuti dengan pengelolaan yang arif. Kelima,
investasi disektor perikanan dan kelautan memiliki efisiensi yang relatif tinggi
sebagaimana dicerminkan dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yang
rendah (3,4) dan memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi pula seperti
digambarkan dalam Incremental Labour Output Ratio (ILOR) sebesar 7-9.
Keenam, pada umumnya industri perikanan berbasis sumberdaya lokal dengan
input Rupiah namun dapat menghasilkan output dalam bentuk Dollar (Dahuri,
2002).
Berdasarkan data dari Departemen Kelautan dan Perikanan (2012) diketahui
bahwa total produksi perikanan dunia baik dari hasil budidaya maupun dari hasil
tangkapan dilaut serta perairan umum mencapai sekitar 95 juta ton per tahun,
dimana 60 persen dari total produksi dikonsumsi langsung oleh manusia. FAO
bahwa sekitar 45,5 juta ton atau sebesar 43 persen ikan yang dikonsumsi berasal
dari subsektor perikanan budidaya1.Total ikan yang dikonsumsi tersebut
menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan jika 2 dibandingkan dengan
kondisi pada tahun 1980 yang hanya mencapai sekitar 9 persen dari total ikan
yang dikonsumsi berasal dari subsektor budidaya.
Tabel 1 Tingkat Konsumsi Ikan Di Indonesia Selama 2009 – 2013
Tahun
RINCIAN – ITEM
2009
Penyediaan Ikan Untuk Kosumsi
Total (1000 Ton)
Per Kapita (Kg/Kap/Th)
Konsumsi Ikan
Per Kapita (Kg/Kap/Th)
2010
2011
2012
2013
Kenaikan Rata Rata (%)
200920122013
2013
7,072
31
7,754
34
9,119
38
10,282
42
11,589
46
13,18
10,63
12,71
10,39
28
29,08
30,48
32,25
33,89
4,89
5,09
Dari Tabel 1 yang bersumber dari Pusdatin KKP angka konsumsi ikan
selama lima tahun terakhir terus naik. Hal ini menunjukkan bahwa ikan menjadi
1
Report of The State of World Aquaculture 2006
2
salah satu konsumsi masyarakat yang minati dan minat masyarakat untuk
mengkonsumsi ikan semakin besar seiring dengan bertambahnya tahun. Dengan
berbagai program yang dicanangkan untuk meningkatkan angka konsumsi ikan
diharapkan masyarakat semakin banyak yang mengkonsumsi ikan sebagai
makanannya.
Terus meningkatnya angka konsumsi ikan ini menjadikan perikanan
budidaya optimis dengan program peningkatan produksinya selama lima tahun
kedepan. Apalagi ke depan perikanan menjadi salah satu kekuatan dari ketahanan
pangan nasional
Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki prospek yang cukup baik
untuk mengembangkan produksi ikan, karena daerah Jawa Barat memiliki curah
hujan yang cukup tinggi sehingga cepat memacu ikan untuk berkembang biak.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki
potensi yang cukup besar untuk pengembangan usaha perikanan, khususnya usaha
budidaya ikan air tawar. Hal ini dikarenakan Kabupaten Bogor memiliki curah
hujan yang tinggi, sehingga terdapat banyak sumber air sebagai 3 media budidaya
ikan. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor
produksi perikanan khususnya yang berasal dari aktivitas budidaya ikan air tawar
terus mengalami peningkatan selama selang periode tahun 2009 hingga tahun
2013 baik untuk kegiatan usaha pembenihan ikan, pembesaran ikan konsumsi
maupun ikan hias. Pada tahun 2013, total produksi budidaya ikan di Kabupaten
Bogor yaitu pembenihan ikan mencapai sebanyak 744.600 ekor, pembesaran ikan
konsumsi sebesar 25.087 ton dan ikan hias sebanyak 84.517 ekor. Secara lebih
rinci perkembangan produksi ikan budidaya air tawar di Kabupaten Bogor tahun
2009 hingga tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkembangan Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Kabupaten Bogor
Jenis
2009
2010
2011
2012
Ikan Konsumsi (Ton)
7.356
22.906
23.141
23.703
Ikan hias (ekor)
66.152 72.524
75.383
78.288
Pembenihan (ekor)
669.58 703.098 708.594 716.66
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2013 (diolah)
2013
25.087
84.517
744.6
Ikan bawal air tawar memiliki keunggulan lebih tahan terhadap gangguan
hama dan penyakit ikan. Sehingga kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan pada
berbagai media termasuk media kolam air tenang (Arie, 2006). Oleh karena itu,
komoditi ini dapat menjadi pilihan ideal sebagai komoditas ikan budidaya di
Kabupaten Bogor yang memiliki media kolam air tenang cukup banyak. Pada
tahun 2012, produksi budidaya ikan bawal air tawar pada media kolam air tenang
di Kabupaten Bogor mencapai sebesar 904,91 ton, mengalami peningkatan
produksi sebesar 6,54 persen dari tahun sebelumnnya yang mencapai sebesar
849,40 ton. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor dapat diketahui bahwa produksi ikan budidaya pada tahun 2012 yang
masih mengalami peningkatan produksi yaitu ikan lele, mujair, gurame dan bawal,
sedangkan jenis ikan lainnya seperti ikan mas, nila, nilem, tawes, patin, sepat siam
dan tambakan mengalami penurunan produksi. Data selengkapnya untuk jumlah
3
produksi ikan budidaya pada kolam air tenang menurut spesies ikan di Kabupaten
Bogor dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Total Produksi Budidaya Ikan pada Kolam Air Tenang Berdasarkan Jenis
Ikan di Kabupaten Bogor, Tahun 2012 - 2013
No
Jenis ikan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Mas
Nila
Nilem
Mujair
Gurame
Tawes
Patin
Lele
Sepat Siam
Tambakan
Bawal
Jumlah
Produksi (Ton)
Growth
2013
(%)
2.903,00
2.701,05
-6.96
2.095,50
1.298,68
-38.03
13,70
2,93
-78.61
24,30
29,21
20.21
1.719,00
1.854,82
7.9
405,00
272,17
-32.8
1.020,00
565,13
-44.6
6.355,00
9.738,17
53.24
12,10
2,43
-79.92
173,00
48,50
-71.97
849,40
904,91
6.54
15.570,00
17.418,00
11.87
2012
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2013
Usaha dari komoditas ikan Bawal air tawar ini banyak bermunculan
perusahaan – perusahaan yang bergerak dari kegiatan (on farm), tetapi juga
mencangkup kegiatan off farm, seperti pengadaan sarana dan prasarana produksi,
pengolahan, pemasaran, permodalan, riset dan pengembangan, perundang –
undangan, serta faktor pendukung usaha lainya.
Salah satu perusahaan yang bergerak dalam kegiatan on farm yakni dalam
usaha pembenihan ikan Bawal Air Tawar adalah Perusahaan Ben’s Fish Farm.
Perusahaan Ben’s Fish Farm yang juga mengadakan unit bisnis melalui pola
kemitraan ini dapat menciptakan beberapa keuntungan, antara lain mampu
menyerap tenaga kerja di tingkat plasma, memantapkan usaha peningkatan
pendapatan, memberdayakan ekonomi kerakyatan, serta memiliki potensi dalam
mengembangkan pasar yang dapat membawa keuntungan bagi kedua belah pihak
Perumusan Masalah
Perusahaan Ben’s Fish Farm terletak di di Kp. Layung Sari RT 03/06
Desa Ciaruteun Udik, Ciampea Bogor adalah usaha yang bergerak dalam
pembenihan larva ikan Bawal. Mulanya ikan Bawal air tawar merupakan salah
satu jenis ikan hias namun karena rasa dagingnya lezat dan ukuran ikannya yang
besar, masyarakat menjadikan ikan Bawal sebagai ikan konsumsi. Selain itu ikan
bawal air tawar atau dalam nama latin disebut dengan Colossoma Macropomum
ini mempunyai kandungan gizi yang cukup banyak seperti protein yang berguna
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh, serta mengembangkan daya pikir
dan tingkat kecerdasan pada anak.
4
Tabel 4 Permintaan dan Pemenuhan Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish
Farm Tahun 2013
Rata-Rata Per Bulan
(Ekor)
40.750.950
Per Tahun
(Ekor)
489.011.400
6.609.600
79.315.200
25.974.680
331.696.200
6.500.000
78.000.000
Permintaan Larva
Pemenuhan Larva
Bens’s Fish Farm
Pemenuhan Larva
Plasma
Selisih
Sumber : Ben’s Fish Farm (Diolah), 2013
Pada tahun 2013 jumlah permintaan larva adalah 40.750.950 ekor larva
perbulannya sama dengan 489.011.400 ekor larva setiap tahunnya. Perusahaan
Ben’s Fish Farm hanya bisa mencukupi permintaan tersebut sebanyak 34.250.950
ekor larva perbulan setara dengan 411.011.400 ekor larva setiap tahunnya. Berarti
pada tahun 2013 ada 16 persen permintaan pelanggan yang belum dapat dipenuhi
oleh perusahaan Ben’s Fish Farm yaitu 6.500.000 ekor larva yang belum
terpenuhi setiap bulannya atau 78.000.000 ekor larva yang belum dapat terpenuhi
setiap tahunnya. Larva untuk pemenuhan berasal dari larva plasma sebelum
pengembangan sebesar 331.696.200 ekor dan larva perusahaan sebesar
79.315.200 ekor. Permintaan larva tersebut berasal dari pelanggan perusahaan
yang sudah menjadi pelanggan tetap Ben’s Fish Farm.
Menanggapi kecenderungan tersebut perusahaan mempunyai rencana
untuk mengembangkan skala usahanya menjadi semakin besar agar dapat
mencukupi permintaan pelanggan tersebut. Hal ini tentu saja membutuhkan biaya
investasi seperti lahan serta sarana produksi yang dibutuhkan dan waktu produksi
yang lebih banyak untuk membuat usaha yang lebih besar lagi. Selama ini
pemenuhan permintaan pasar merupakan hasil produksi sendiri dan hasil
pembelian larva dari plasma. Untuk itu, salah satu strategi perusahaan untuk
mengatasi hal itu ialah dengan pola kemitraan dan pengembangan produksi
perusahaan sendiri.
Permintaan yang belum terpenenuhi perusahaan Ben’s Fish farm sebesar
6.500.000 ekor larva perbulan sehingga perusahaan membutuhkan alternatif untuk
pengembangan usaha guna untuk memenuhi permintaan konsumen yang ada.
Dalam pengembangan usaha Ben’s Fish Farm melakukan penambahan produksi
sendiri, penambahan plasma tidak dilakukan dikarenakan ada nya timbul risiko
dan kontinuitas larva. Pengembangan usaha dilakukan dengan pengembangan
sendiri dimana membutuhkan penambahan komponen biaya mulai dari investasi
sampai dengan biaya variabel dimana diperlukan penilaian (kelayakan) jangka
panjang guna menilai manfaat yang diperoleh perusahaan dalam pengembangan
usaha tersebut. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan, yaitu:
a. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan bawal air tawar
pada Ben's Fish Farm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek social ekonomi dan lingkungan dilihat dari
pengembangan produksi perusahaan sendiri dalam upaya pemenuhan
permintaan pasar?
5
b.
Bagaimana kelayakan aspek finansial pengembangan usaha pembenihan ikan
bawal air tawar pada pada Ben's Fish Farm dengan peningkatan kapasitas
produksi sendiri?
c.
Bagaimana kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan bawal air tawar
pada Ben's Fish Farm baik yang didasarkan perubahan nilai pada harga
penjulan dan kenaikan komponen biaya variabel?
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
Tujuan analisis kelayakan usaha peningkatan produksi benih ikan yaitu :
Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pembenihan ikan bawal air
tawar pada Ben's Fish Farm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, dan aspek sosial dan lingkungan dengan pengembangan
produksi sendiri.
Menganalisis kelayakan dari segi financial pengembangan usaha pembenihan
ikan bawal air tawar pada Ben's Fish Farm dengan penambahan produksi
sendiri.
Menganalisis batas perubahan penurunan harga maksimal dan batas kenaikan
harga ovaprim maksimal agar kelayakan pengembangan usaha pembenihan
ikan bawal air tawar ini tetap layak untuk dijalankan
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. Bagi Ben's Fish Farm penelitian ini diharapkan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam menentukan langkah–langkah untuk mengembangkan
usaha pembenihan benih ikan bawal ini. Selain itu untuk mengetahui
variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi usaha pembenihan ikan bawal
air tawar.
b. Bagi investor diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
yang berguna untuk menentukan keputusan berinvestasi dalam usaha
produksi benih ikan bawal.
c. Pembaca dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk dijadikan bahan
referensi dalam penelitian mengenai strategi pengembangan usaha
pembenihan ikan bawal.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada penilaian kelayakan investasi dari aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial lingkungan, dan aspek
finansial. Penelitian ini berfokus pada pengembangan usaha pembenihan ikan
bawal dengan meningkatkan produksi perusahaan. Hal ini dapat menjadi acuan
bagi plasma sebagai gambaran untuk pengembangan usaha dengan konsep yang
serupa.
6
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Kelayakan Aspek Teknis Budidaya Pembenihan Ikan Bawal
Pembenihan Ikan Bawal Air Tawar
Pembenihan ikan adalah suatu kegiatan pemeliharaan yang bertujuan
untuk menghasilkan benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi
komponen input bagi kegiatan pembesaran. Pembenihan memiliki beberapa
tahapan yaitu pemeliharaan induk, pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan
larva, pengolahan air, pemberian pakan dan pemanenan.
Pemeliharaan Induk
Induk adalah ikan yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi atau
berkembang biak. Pemeliharaan induk dapat dilakukan pada kolam beton maupun
kolam tanah dengan kepadatan satu ekor per meter persegi dan dilakukan
pemberian pakan sebanyak tiga persen dari bobot tubuh per hari dengan frekuensi
pemberian dua kali yaitu pagi dan sore. Pemeliharaan induk bertujuan untuk
menumbuhkan dan mematangkan gonad (sel telur dan sperma).
Pemijahan
Pemijahan adalah suatu proses pembuahan telur oleh sperma, dimana
proses tersebut bisa berlangsung secara alami atau buatan yang dibantu oleh
tangan manusia Effendi (2004). Ikan bawal air tawar di alam biasanya memijah
pada bulan November, maka untuk merangsang ikan bawal supaya memijah
dilakukan dengan rangsangan hormon ( kawin suntik). Kelebihan kawin suntik
adalah pemijahan lebih terkontrol saat pembuahan dibandingkan cara alami.
Penyuntikan ikan bawal air tawar menggunakan Ovaprin dengan dosis untuk
betina 0,75 ml per kilogram, sedangkan untuk jantan 0,5 ml. Perkawinan antara
induk yang telah matang gonad memiliki perbandingan 2:1, yaitu 2 jantan dan 1
betina. Ikan bawal air tawar di Indonesia sudah dapat dipijahkan setelah berumur
4 tahun dengan berat rata-rata 4 kilogram untuk betina dan tiga tahun untuk jantan
dengan berat rata-rata 3 kilogram. Satu ekor induk betina dapat mengahasilkan
500.000 butir telur (Arie, 2000).
Penetasan Telur dan Perawatan Larva
Menurut Arie (2000), penetasan merupakan kegiatan merawat telur yang
dikeluarkan induk betina hingga menetas menjadi larva. Kegiatan dalam
penetasan meliputi persiapan wadah penetasan, pengisian air akuarium penetasan
setinggi 30 cm dan suhu air 28o C. Penebaran telur dengan padat tebar 150 sampai
250 butir per liter dan telur akan menetas dalam waktu 18 sampai 24 jam.
Supaya kualitas air terjaga dengan baik setelah telur menetas dilakukan
pergantian air sebanyak 50 persen dan dilakukan pembuangan telur yang tidak
menetas. Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat telur-telur yang baru
menetas (larva) sampai siap ditebar ke tempat pemeliharaan. Pemeliharaan dapat
dilakukan di akuarium ataupun kolam. Pemeliharaan di akuarium dilakukan
selama 14 hari dan ukuran benih akan mencapai 1/2-3/4 inci dengan padat tebar
pemeliharan larva di akuarium adalah 50 sampai 75 ekor /liter air (Arie, 2000).
7
Pengolahan Air
Air merupakan media yang sangat penting dalam budidaya baik pembenihan
maupun pembesaran. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kulitas
air adalah dengan melakukan penyiponan kotoran dan pergantian air setiap
harinya sebanyak 10 sampai 30 persen. Suhu juga mempengaruhi terhadap kondisi
pertumbuhan larva ikan bawal air tawar. Suhu berpengaruh terhadap ukuran
peneteasan, efisiensi penggunaan kuning telur, pertumbuhan, kecepatan makan
dan laju pengosongan lambung serta metabolisme (Blaxter, 1988).
Menurut Wardoyo (1975), oksigen terlarut sangat esensial bagi ikan untuk
bernafas dan merupakan komponen utama dalam metabolisme. Kandungan
oksigen terlarut di perairan selayaknya tidak boleh kurang dari 4 ppm. Apabila
kandungan oksigen terlarut dalam air budidaya kurang dari 3 ppm dan suhu
berkisar 20-23 oC, dapat menyebabkan laju pertumbuhan, efisiensi pakan dan
jumlah pakan yang diberikan menurun (Brett, 1979).
Pemberian Pakan dan Pemanenan
Larva ikan bawal air tawar, masih mempunyai cadangan makanan dalam
tubuhnya yaitu berupa kuning telur (york) hingga hari ketiga. Pemberian pakan
dilakukan pertama berupa naupli artemia atau artemia yang baru menetas
sebanyak 1 sendok makan dan dilakukan 3 kali pemberian dalam sehari yaitu,
pukul 09.00, 14.00, dan 17.00 sampai larva berumur 14 hari. Hari ke 10 larva
diberikan pakan cacing rambut hingga hari ke 14 atau larva siap dipelihara di
kolam pendederan
Kriteria Kelayakan Aspek Finansial
Simanjuntak (2007), meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Budidaya
Ikan pada Aquakultur Empang Sari Mukti desa Situ Daun, Kabupaten Bogor Jawa
Barat. Penelitian ini untuk mengetahui kelayakan usaha dan kelayakan finansial
finansial usaha budidaya ikan. Analisis kelayakan finansial dengan menggunakan
tingkat diskonto (suku bunga) 9 persen, dan dari hasil analisis finansial usaha
tesebut layak untuk dilaksanakan dilihat dari nilai NPV yang dihasilkan sebesar
Rp 6.871.215.360, nilai Gross benefit cost-ratio (Net B/C) diperoleh sebesar
8.9082 dan nilai IRR yang diperoleh sebesar 133 persen. Nilai payback period
(PBP) lebih kecil dari umur proyek yaitu satu tahun dua bulan.
Perdana (2008), meneliti Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pemebesaran
Ikan Mas dan Nila di Keramba Jaring Apung, dengan menggunakan kriteria
investasi, yaitu NPV, Net B/C rasio, IRR dan Payback Period . Hasil perhitungan
NPV positif sebesar Rp 17.578.956, Net B/C rasio 1,206 lebih besar dari satu,
nilai IRR sebesar 37,14 persen dan payback period 1,7 tahun. Berdasarkan kriteria
kalayakan finansial maka pengusahaan pembesaran ikan mas layak untuk
dijalankan. Untuk memperoleh gambaran kelayakan kemudian dilakukan analisis
sensitivitas untuk menegetahui kepekaan usaha terhadap perubahan-perubahan
dalam biaya pakan dan benih, harga jual ikan dan jumlah produksi yang akan
mempengaruhi kelayakan usaha dengan tingkat diskonto 13 persen. Berdasarkan
hasil perhitungan switching value menunjukan bahwa kenaikan harga ikan mas
dan nila maksimum sebesar 7,43 persen dan harga pakan maksimum 2,82 persen ,
penurunan produksi maksimum 1,77 persen.
8
Afni (2008), meneliti Analisis Kelayakan Pengusahaan Lobster Air Tawar,
dengan menggunakan tiga skenario usaha yaitu pola pertama adalah usaha
pembenihan lobster, pola kedua usaha pembesaran lobster dan pola ketiga usaha
pembenihan dan pembesaran. Ketiga pola tersebut dianalisis dengan kelayakan
finansial dengan kriteria NPV, Net B/C rasio, IRR dan Payback Period. Hasil
analisis finansial dari pengusahaan lobster air tawar pola ketiga yang paling
menguntungkan karena pada pola ketiga usaha diperoleh NPV sebesar Rp
138.280.330, Net B/C Rasio 5,14, IRR sebesar 52 persen dan payback period 2,79
tahun lebih lebih baik dari pola pertama dan kedua.
Ketiga pola tersebut kemudian dilakukan analisis switching value apabila
terjadi perubahan jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output. Dari hasil
analisis switching value pada usaha pola kedua yang paling sensitif teradap
peubahan jumlah produksi, harga pakan, dan harga jual output terhadap kelayakan
usaha lobster air tawar.
Bukit (2007), meneliti Analisis Kelayakan Usaha Ikan Patin dengan
menggunakan tiga skenario yaitu usaha pembenihan, pembesaran dan kombinasi
dari usaha pembenihan dan pembesaran ikan patin . Hasil dari analisis finansial
menunjukan bahwa skenario pertama yaitu usaha pembenihan ikan patin yang
paling menguntung jika dibandingkan degan skenario kedua ataupun skenariao
ketiga. Hal ini dilihat dari nilai NPV yang dihasilkan dari usaha pembenihan ikan
patin yang positif sebesar Rp 108.796.492,2 pada tingkat diskonto 8 persen yang
lebih besar dari nol, ini berarti usaha pembenihan ikan patin yang dilakukan
menurut nilai sekarang menguntungkan untuk dilaksanakan karena memberikan
tambahan manfaat atau keuntungan sebesar Rp 108.796.492,2 untuk jangka waktu
10 tahun. Nilai Net B/C ratio 1,725 lebih besar dari satu, artinya setiap
pengeluaran investasi sebesar satu rupiah sekarang akan menerima tambahan
pendapatan sebesar Rp 1,725 dan berarti layak. Nilai IRR dari usaha pembenihan
ikan patin sebesar 22,75 persen dan nilai ini berada diatas tingkat bunga deposito
yang berlaku yaitu 8 persen, berarti modal yang diinvestasikan di usaha
pembenihan ikan patin lebih menguntungkan dibandingkan ditabung dalam
bentuk deposito. Payback period atau titik pengembalian investasi dari usaha
pembenihan ikan patin setelah usaha ini berjalan selama tiga tahun sembilan bulan
9
Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan
dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam
penelitian. Selain itu, teori merupakan acuan untuk menjawab permasalahan.
Teori Investasi
Penilaian investasi dalam studi kelayakan bisnis bertujuan untuk
menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena
bisnis tidak yang tidak layak. Karena kekeliruan dan kesalahan dalam menilai
investasi akan menyebabkan kerugian dan risiko yang besar. Gittinger (1986)
mengungkapkan bahwa kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber
finansial menjadi baran-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungankeuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa periode waktu. Secara umum
bisnis merupakan kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan
memperoleh hasil/benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit
bisnis.
Senada dengan pernyataan tersebut, Gray et all. (1992) mendefinisikan
suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan
dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan benefit. Sumber-sumber yang dapat dipergunakan dalam
pelaksanaan bisnis dapat berbentuk barang-barang modal, tanah, bahan-bahan
setengah jadi, tenaga kerja dan waktu. Sedangkan benefit dapat berbentuk tingkat
konsumsi yang lebih besar, penambahan kesempatan kerja, perbaikan tingkat
pendidikan atau kesehatan, dan perubahan/perbaikan suatu sistem atau struktur.
Kenyataan yang dihadapi oleh pemilik modal saat ini adalah sumberdaya
semakin langka, suatu kegiatan investasi dapat memberikan manfaat yang berbeda
dari berbagai alternatif bisnis yang ada, sehingga bagi pemilik modal (1) perlu
mengetahui secara pasti tingkat manfaat (benefit) yang dicapai dalam suatu bisnis,
(2) dapat memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan, (3) dapat
menetukan prioritas investasi dari berbagai alternatif yang ada, (4) dapat
mengurangi pemborosan sumberdaya. Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan
bisnis yang dapat menunjukkan apakah bisnis yang direncanakan atau sudah
dilakukan layak untuk dilaksanakan atau dipertahankan.
Studi Kelayakan Bisnis
Bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah
untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan
dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan bisnis
adalah siklusbisnis yang terdiri dari tahap-tahap identifikasi, perisapan dan
analisis penilaian, pelaksanaan dan evaluasi (Gitingger 1986). Evaluasi bisnis
sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan
bisnis.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau anlisis tentang apakah
suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Selain
10
itu studi kelayakan bisnis dapat diartikan sebagai penelitian tentang dapat
tidaknya suatu bisnis (biasanya merupakan bisnis investasi) dilaksanakan dengan
berhasil (Husnan & Muhammad 2000). Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa
ditafsirkan agak berbeda-beda. Pihak Swasta lebih berminat tentang manfaat
ekonomis suatu investasi. Sedangkan pemerintah dan lembaga non profit dilihat
apakah bermanfaat bagi masyarakat luas yang berupa penyerapan tenaga kerja,
pemanfaatan sumber daya yang melimpah, dan penghematan devisa.
Hal-hal yang mendasari untuk menjalankan studi kelayakan bisnis investasi
jika suatu pihak atau seseorang melihat kesempatan usaha, yaitu apakah
kesempatan usaha tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis serta apakah kita
bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut.
Semakin luas skala bisnis maka dampak yang dirasakan baik secara ekonomi
maupun social semakin luas. Oleh karena itu studi kelayakan dilengkapi dengan
analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis).
Menurut Husnan dan Muhammad (2000) suatu studi kelayakan bisnis akan
menyangkut tiga aspek yaitu :
1) Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi bisnis itu sendiri atau manfaat
financial. Artinya apakah bisnis tersebut cukup menguntungkan bila
dbandingkan dengan risiko bisnis.
2) Manfaat ekonomi bisnis tersebut bagi Negara tempat bisnis tersebut
dilaksanakan, yang menunjukan manfaat bisnis tersebut bagi ekonomi
makro suatu Negara.
3) Manfaat social bisnis tersebut bagi masyarakat disekitar bisnis.
Bisnis investasi umumnya memerlukan dana yang cukup besar dan
mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Maka dari itu tujuan
dilakukannya studi kelayakan bisnis adalah menghindari keterlanjuran penanaman
modal cukup besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan.
Studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relative
kecil dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu bisnis yang menyangkut
investasi dalam jumlah besar. Banyak sebab yang mengakibatkan suatu bisnis
ternyata kemudian menjadi tidak menguntungkan (gagal) diantaranya yaitu : (1)
kesalahan perencanaan, (2) kesalahan dalam menaksir pasar yang tersedia, (3)
kesalahan dalam memperkirakan kontinyuitas bahan baku, kesalahan dalam
memperkirakan kebutuhan tenaga kerja dengan tersedianya tenaga kerja yang ada,
serta (5) pelaksanaan bisnis yang tidak terkendalikan sehingga biaya
pembangunan bisnis menjadi membengkak serta penyelesaian bisnis menjadi
tertunda.
Dalam teori, tujuan dari pengambilan keputusan untuk melakukan
investasi adalah untuk memaksimumkan tingkat keuntungan dari pemilik modal
itu sendiri. Namun tujuan tersebut apabila dipandang dari aspek yang lebih luas
mungkin tidak begitu dipegang teguh lagi. Jika bisnis akan dinilai dari perspektif
yang lebih luas, maka tujuannya seharusnya adalah memaksimumkan net present
value dari semua social cost and benefit.
Aspek Kelayakan Bisnis
Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang
secara bersama-sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari
suatu penanaman investasi tertentu. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek
11
tersebut terdiri dari aspek teknis, aspek institusional-organisasi-manajerial, aspek
social, aspek pasar, aspek financial dan aspek ekonomi.
Husnan dan Muhammad (2000), menyatakan bahwa aspek-aspek yang
harus diperhatikan dalam studi kelayakan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek keuangan, dan aspek ekonomi Negara. Dilain pihak, Kadariah
(2001) menjelaskan bahwa bisnis dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek
manajerial administrative, aspek organisasi, aspek komersial, aspek financial,
serta aspek ekonomi.
Aspek Pasar dan Pemasaran
Penilaian dari segi aspek pasar dan pemasaran didasarkan pada hal-hal
yang meliputi permintaan dan penawaran pasar akan larva ikan bawal air tawar;
penetapan harga; perkiraan penjualan produk dan straregi pemasaran yang
meliputi bauran pemasaran (marketing mix) mengenai produk yang akan
dihasilkan.
Aspek Teknis dan Teknologi
Penilaian aspek teknis didasarkan pada hal-hal yang bersifat teknis baik
pada saat perencanaan maupun pengoperasian unit usaha produksi. Penilaian
tersebut meliputi layout unit usaha produksi dan juga pola kemitraan yang dianut
oleh Ben’s Fish Farm sendiri.
Aspek Organisasi dan Manajemen
Aspek organisasi dan manajemen merupakan deskripsi mengenai peranan
fungsi manajemen dalam pelaksanaan rencana pengembangan usaha tersebut.
Deskripsi ini akan menjelaskan tentang perencanaan manajemen organisasi
(struktur organisasi dan uraian pekerjaan), perencanaan manajemen sumberdaya
manusia (pembagian tugas, perekrutan tenaga kerja, dan pembagian jam kerja
untuk setiap bagian pekerjaan), perencanaan manajemen pemasaran, dan
perencanaan manajemen keuangan.
Aspek Finansial
Aspek finansial akan menguraikan perencanaan biaya dan pendanaan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan usaha melalui peningkatan
jumlah produksi dan perbaikan sistem manajemen. Penilaian aspek finansial
diperlukan untuk menilai kelayakan usaha dari segi finansial. Alat ukur kelayakan
usaha yang digunakan antara lain terdiri dari enam komponen yaitu Analisis Laba
Rugi, Analisis Cashflow, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Net Benefit Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), analisis Sensitivitas.
Teori Biaya dan Manfaat
Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu
bisnis. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang
dengan revenue earning proyek. Apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang
diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan
apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat
berdiri sendiri (Kadariah, 2001).
12
Secara umum, biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang mengurangi
tujuan bisnis. Komponen-komponen biaya yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain :
Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal
kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun
kemudian. Pengeluaran biaya investasi umumnya dilakukan satu kali atau lebih,
sebeleum bisnis berproduksi dan baru menghasilkan manfaat beberapa tahun
kemudian. Jadi biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali untuk
memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu
tidak menguntungkan lagi.
Biaya Operasional
Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainnya
yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan
bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya
operasional terdiri dari dua komponen utama yakni, biaya variabel dan biaya
tetap.
a) Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan
perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun (satu satuan waktu).
b) Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnyatidak terpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun (satu
satuan waktu).
Laba Rugi
Salah satu analisis finansial yang digunakan dalam Analisis kelayakan
Usaha ini adalah laba rugi. Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang
mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode
akuntansi (Gittinger, 1986). Laporan laba rugi terdiri dari beberapa komponen
yaitu Total Revenue (TR), Total Fixed Cost (TFC), Total Variabel Cost (TVC),
Total Cost (TC), laba kotor, pajak dan laba bersih setelah pajak. Pendapatan
bersih atau laba adalah apa yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran–
pengeluaran yang timbul di dalam memproduksi barang dan jasa atau dan
penerimaan yang diperoleh dengan menjual barang dan jasa tersebut. Melalui
laporan laba rugi, perusahaan dapat memperoleh informasi keuangan mengenai
usaha yang dijalankan, apakah usaha tersebut memberikan keuntungan atau
sebaliknya. Laporan laba rugi dapat diperoleh dari selisih antara penerimaan
dengan biaya–biaya yang telah dikeluarkan untuk usaha tersebut pada periode
tertentu.
Cashflow
Menurut Umar (2003) laporan perubahan kas (Cashflow) disusun untuk
menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan
mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber
kas dan penggunaannya. Suatu cashflow terdiri dari beberapa unsur yang nilainya
disusun berdasarkan nilai tahapan bisnis. Unsur-unsur tersebut terdiri dari
komponen inflow (Arus Penerimaan), outflow (Arus Pengeluaran), net benefit
(Manfaat Bersih) dan Incremental Net Benefit (Manfaat Bersih Tambahan).
13
Komponen inflow meliputi Nilai Produksi Total, Penerimaan Pinjaman, Grants
(Bantuan), Nilai Sewa, dan Salvage Value (Nilai Sisa). Komponen outflow terdiri
dari biaya investasi, biaya operasional/produksi, Pajak dan Debt Service (bunga
Pinjaman).
Kriteria Investasi
Net Present Value
Net Present Value (NPV) suatu bisnis adalah selisih Present Value (PV)
dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di
masa yang akan datang (Umar, 2003). NPV menunjukkan manfaat bersih yang
diterima dari suatu bisnis selama umur bisnis dan tingkat discount rate tertentu.
Kriteria penilaian kelayakan investasi berdasarkan nilai NPV adalah sebagai
berikut :
a. NPV > 0, artinya usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan.
b. NPV < 0, artinya usaha tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak untuk
dijalankan. Ada penggunaan lain yang lebih menguntungkan untuk sumbersumber yang diperlukan usaha.
Untuk menghitung nilai sekarang diperlukan tingkat diskonto (discount
rate) atau lebih tepatnya dalam analisis bisnis adalah opportunity cost off capital
atau biaya imbangan dari modal yang akan diinvestasikan dalam bisnis
merupakan dasar dalam penentuan tingkat bunga (tingkat diskonto/discount rate
atau tingkat penggandaan/compounding rate). Menentukan OCC dalam analisis
finansial bisa berbeda dengan yang dipakai dalam analisis ekonomi, karena
opportunity cost dari modal bagi perusahaan tidak sama dengan opportunity cost
modal bagi perekonomian. Apalagi jika dipertimbangkan dari sumber modalnya.
Pertimbangan pemilihan OCC salah satunya adalah :
1. The marginal cost of money dari bisnis yang dianalisis. Seringkali ini
merupakan tingkat bunga pinjaman jika modal bisnis merupakan modal
pinjaman, baik dari seseorang individu maupun dari lembaga-lembaga
keuangan atau non keuangan. Dalam hal ini tingkat bunga pinjaman dapat
digunakan sebagai OCC bisnis. Kalau modal bisnis merupakan modal
sendiri, maka OCC yang digunakan dapat berupa tingkat bunga deposito,
surat berharga (ORI). Jika sumber modal adalah kombinasi antara modal
sendiri dan modal pinjaman maka digunakan rata-rata tertimbang antara
keduanya. Ben’s Fish Farm dalam melakukan kegiatan usahanya
menggunakan modal sendiri oleh karena itu OCC yang digunakan adalah
tingkat suku bunga deposito.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)
Menurut Umar (2003) Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan
antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang
yang bernilai negatif. Perhitungan Net B/C digunakan untuk mengetahui berapa
nilai manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Penilaian kelayakan
investasi berdasarkan nilai Net B/C adalah :
1. Net B/C > 1, artinya usaha layak dan menguntungkan untuk dilaksanakan.
2. Net B/C < 1, artinya usaha tidak layak dan tidak menguntungkan untuk
dilaksanakan.
14
Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Umar (2003), metode ini digunanakan untuk mencari tingkat bunga yang
menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau
penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. Adapun penilaian kriteria
kelayakan investasi berdasarkan nilai IRR adalah sebagai berikut :
a. IRR < i (tingkat discount rate yang berlaku), artinya usaha tersebut tidak
menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan.
b. IRR = i, artinya usaha tersebut tidak memperoleh keuntungan dan tidak
mengalami kerugian (berada pada titik impas).
c. IRR > I, artinya usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan.
Payback Period (PP)
Menurut Umar (2003), Payback Period (PP) adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi (Initial Cash Invesment) dengan
menggunakan aliran kas. Nilai Payback Period berbanding terbalik dengan nilai
NPV, jika nilai NPV semakin besar maka menunjukkan waktu pengembalian
semakin cepat. Suatu bisnis dikatakan menguntungkan dan layak jika PP lebih
kecil dari umur bisnis (PP ≤ n).
Gambaran Pola Kemitraan
Menurut Hafsah (2000) kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka wakti tertentu untuk meraih
keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling
membesarkan. Kemitraan agribisnis dapat diartikan sebagai jalinan kerjasama dari
dua pihak atau lebih pelaku agribisnis yang saling menguntungkan. Pada dasarnya
maksud dan tujuan kemitraan adalah “ win – win solution partership”. Kesadaran
saling menguntungkan tidak berarti harus memiliki kemampuan dan kekuatan
yang sama, tetapi yang dipentingkan adalah posisi tawar menawar yang setara
berdasarkan peran masing – masing.
Karena kemitraan adalah suatu strategi bisnis, maka keberhasilan
kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam
menjalankan etika dalam berbisnis. Menurut Undang - undang No. 9 tahun 1995,
kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dan menengah atau dengan
usaha besar diseetai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau
usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memperlihatkan prinsip saling
memerlukan, memperkuat, dan saling menguntungkan.
Menjalin kemitraan dapat mendatangkan peluang, diantaranya yaitu
kerjasama yang dapat menjamin ketersediaan produk yang lebih jelas, pasti dan
kontinyu (Sumarjdo et, 2004 ). Selain itu perusahaan kecil atau petani yang
bertindak sebagai plasma atau petani mitra bisa mendapatkan bantuan dana,
teknologi, atau sarana lain yang diberikan perusahaan besar sebagai inti, sehingga
usaha kecil dapat lebih mudah dalam mengembangkan usahanya kearah yang
lebih baik lagi untuk masa depan dan prospek usaha yang lebih cerah dikemudian
hari..
Melihat dan berdasarkan definisi tentang kemitraan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kemitraan merupakan kerjasama yang saling menguntungkan
dan saling memperkuat serta dibangun dengan dasar saling memerlukan diantara
kedua belah pihak.
15
Berdasarkan definisi kemitraan, menurut Hafsah (2000) terdapat beberapa
unsur pokok di dalam kemitraan yaitu, yaitu :
1. Kerjasama Usaha
Kerjasama yang dilakukan antara kedua belah pihak yakni usaha besar
dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai
derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Kesejajaran ini
berlaku pula pada kesetaraan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan, tidak ada saling mengeksploitasi satu sama lain dan
tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara pihak terkait dalam
mengembangkan usahanya. Dengan konsep ini diharapkan agar pengusaha besar
dan menengah dapat menjalin hubungan dengan kerjasama yang saling
menguntungkan dengan pengusaha kecil atau pelaku ekonomi lainnya, sehingga
pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh di dalam berusaha demi
tercapainya kesejahteraan.
2. Pembinaan dan Pengembangan
Pada dasarnya yang membedakan antara kemitraan dengan hubungan
dagang bisa adalah adanya unsur pembinaan dan pengembangan yang dilakukan
dalam konsep kemitraan. Pembinaan yang dilakukan di dalam kemitraan antara
lain pembinaan dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajeman
usaha, pembinaan peningkatan sumber daya manusia (SDM), pembinaan
manajemen produksi pembinaan mutu produksi serta pembinaan dalam
pengembangan aspek institusi kelembagaan, fasilitas serta alokasi investasi.
3. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan.
a. Prinsip Saling Memerlukan
Dalam kemitraan, usaha perusahaan besar dalam mengefisiensikan
biaya produksinya adalah dengan cara penghematan tenaga kerja,
penghematan tenaga kerja ini dilakukan dengan cara menggunakan
fasilitas teknologi, permodalan, dan sarana produksi dari perusahaan besar.
Dengan demikian terdapat prinsip saling memerlukan diantara kedua belah
pihak di dalam kemitraan.
b. Prinsip Saling Memperkuat
Seperti pada pelaksanaan usaha lainnya, kemitraan dilakukan agar
semua pihak mendapatkan nilai tambah yang berarti. Nilai tambah tersebut
dapat berupa nilai ekonomi seperti peningkatan modal, keuntungan, dan
perluasan pangsa pasar. Bentuk nilai tambah lainya dapat berupa nilai non
ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen dan dan penguasaan
teknologi. Dengan melaksanakan konsep kemitraan diharapkan agar
diantara kedua belah pihak terjadi saling mengisi atau saling memperkuat
dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra.
c. Prinsip Saling Menguntungkan
Salah satu maksud dan tujuan kemitraan adalah terjadinya
hubungan yang saling menguntungkan. Berpedoman pada kesejajaran
kedudukan, tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan, tetapi justru
sebaliknya tercipta rasa saling percaya sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan keuntungan atau pendapatan memelalui perkembangan
usahanya.
16
Pola kemitraan berdasarkan Undang – Undang No. 9 pasal 27 dalam
Hafsah (2000), tentang kemitraan disebutkan kemitraan dilaksanakan dengan pola
inti plasma, subkontrak, dagang umum, waralaba, keagenan, dan bentuk lain.
Menurut Sumardjo et. al (2004), pola kemitraan agribisnis terdiri dari pola inti
plasma, pola subkontrak, pola dagang dagang umum, pola keagenan dan pola
kerjasama Operasional agribisnis.
Untuk lebih lengkap dijelaskan sebagai berikut :
1. Pola Inti Plasma
Pola inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara
kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang
bermitra. Perusahaan sebagai inti bertindak menyediakan sarana produksi,
bimbingan
teknis,
manajemen,
menampung,
mengolah,
dan
memasarkan hasil produksi. Sedangkan yang bertindak sebagai plasma
memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah
disepakati.
Gambar 1 Pola Inti Plasma Antara Ben’s Fish Farm Dengan Plasma nya
Kerangka Pemikiran Operasional
Melihat masih adanya permintaan akan benih dan peluang pasar yang ada
akan benih ikan bawal memelurkan peningkatan yang lebih dalam bidang
produksi benih ikan bawal. Peningkatan p