Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Praktik Birokrasi Desa (Studi Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PRAKTIK
BIROKRASI DESA
(Studi Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

MUHAMMAD HABIBI KARAMALLAH

DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya
Kepemimpinan terhadap Praktik Birokrasi Desa (Studi Desa Situ Udik,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2014
Muhammad Habibi Karamallah
NIM I34100034

ABSTRAK
MUHAMMAD HABIBI KARAMALLAH. Pengaruh Gaya Kepemimpinan
Terhadap Praktik Birokrasi Desa (Studi Desa Situ Udik, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh SOFYAN SJAF
Kepala desa memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah
sebuah organisasi pemerintahan desa. Organisasi birokrasi desa masih dipandang
masyarakat sebagai sebuah organisasi yang mampu melayani masyarakat dengan
stereotip yang negatif, seperti: proses pengurusan surat atau dokumen yang
terkesan sangat berbelit, tidak ramah, tidak adil, tidak transparan, dan sebagainya.
Penelitian dilakukan di Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten
Bogor. Penelitian ini menganalisis gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan
oleh kepala desa (baik gaya kepemimpinan transaksional maupun gaya
kepemimpinan transformasional) yang berpengaruh dalam penetapan birokrasi
pegawai desa terhadap pelayanan publik masyarakat desa. Analisis didasarkan

pada data kuantitatif (analisis regresi) yang didukung oleh data kualitatif melalui
pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam secara deskriptif. Hasil
penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang
diterapkan kepala desa memiliki pengaruh terhadap penentuan birokrasi pegawai.
Gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan oleh kepala desa adalah gaya
kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan transformasional memiliki
pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaya kepemimpinan
transaksional dalam menentukan birokrasi. Rendahnya penetapan birokrasi dalam
hal seleksi pegawai dan struktur karir pegawai mengakibatkan kurang optimalnya
pelayanan publik terhadap masyarakat. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan pengetahuan dan menjadi bahan referensi mengenai gaya
kepemimpinan kepala desa dalam menentukan maju dan mundurnya pelayanan
birokrasi.
Kata Kunci: Gaya kepemimpinan, pelayanan publik, birokrasi

ABSTRACT
MUHAMMAD HABIBI KARAMALLAH. The Influence of Leadership Style
Against Bureaucratic Rural Practices (Rural Studies Situ Udik, District
Cibungbulang, Bogor Regency). Guided by SOFYAN SJAF
The village head has a very important role in determining the direction of

a village government organizations. Bureaucratic organization of rural
communities are still seen as an organization that is able to serve the public with
negative stereotypes, such as: process to obtain a letter or a document that
seemed very complicated, unfriendly, unfair, not transparent, and so on. The study
was conducted in the village Situ Udik Cibungbulang Bogor subdistrict. This
study analyzes the dominant leadership style adopted by the village head (both
transactional leadership style and transformational leadership style) were
influential in the establishment of village official bureaucracy to public service

rural communities. The analysis is based on quantitative data (regression
analysis) are supported by qualitative data through in-depth interviews and
participating observation descriptively. The results of this study aims to
demonstrate that the force applied to the head of the village leadership has an
influence on the determination of employee bureaucracy. The dominant
leadership style adopted by the village head is a transformational leadership
style. Transformational leadership style has a higher impact than the
transactional leadership style in determining the bureaucracy. The low
determination of bureaucracy in terms of service selection and structure result in
less optimal employee career of public service to the community. This research is
expected to provide knowledge and become reference materials regarding the

village head’s leadership style in determining forward and pullback service
bureaucracy.
Keywords: Styles of leadership, public service, bureaucratic

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PRAKTIK
BIROKRASI DESA
(Studi Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

MUHAMMAD HABIBI KARAMALLAH

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN
SAINS KOMUNIKASI DAN PENGENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2014

PRAKATA
Segala bentuk puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan
Semesta Alam yang telah memeberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada
penulis dalam menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Terhadap Praktik Birokrasi Desa (Studi Desa Situ Udik,
Kabupaten Bogor)” dengan baik. Sholawat beserta salam juga ditunjukkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabatnya, tabi’in dan
pengikutnya yang Insya Allah akan mendapatkan syafa’atnya di hari akhir.
Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan moril dan material dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sofyan Sjaf, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan banyak masukan, kritik, dan saran
yang membangun kepada penulis hingga penyelesaian akhir skripsi.
2. Keluarga besar Desa Situ Udik yang telah dengan menerima penulis dengan
terbuka menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari selama penelitian
berlangsung.
3. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak Drs. H. M. Yatim Hamid dan Ibu Hj.

Sri Mulyana, Amanah Nurdini, dan Masithoh Adiba, atas segala bentuk
kasih sayang, cinta, dan do’a nya bagi kelancaran penulisan hasil penelitian
penulis.
4. Keluarga pimpinan BEM Fakultas Ekologi Manusia Kabinet Trilogi, Hayu,
Iir, Mugi, Yenny, Afina, Rizqi, Rifqi, Rici, yang telah senantiasa saling
menguatkan dalam menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan.
5. Teman-teman seperjuangan SKPM 47, Estya permana, Saefihim, Achmad
Fauzi, Ajron, Indra, Lorenza, Chakim, Citra, Mona, Fuad, Demmy dan lainlain atas curahan waktu, pelajaran, dan persahabatan dalam menjalani
kehidupan di kampus.
6. Teman-teman bimbingan, Putri, Sofi, Ka Resa, Ningsih, Annisa, Mimi, dan
Tri, yang selalu kompak untuk bersama-sama menyelesaikan
tanggungjawab kita sebagai mahasiswa.
7. Keluarga Departemen Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni, BEM
FEMA Kabinet Trilogi, Phia, Ami, Dhira, Lingga, Febri, Maul, Sita, dan
lain-lain yang selalu semangat mengerjakan program kerja demi civitas
mahasiswa FEMA.
8. Pak Abo dan teteh fotocopy ACC yang menjadi tempat penulis untuk
mencetak tugas-tugas akhir dan skripsi dengan sifat kekeluargaan.
9. Tim PKM LEAFRESH, Hayu, Tacur, Kausar, Yunita atas segala
pengalaman, semangat, curahan waktu, dan tenaga yang telah diberikan.

10. Sahabat SAGA 44, Chairul, Paijo, Arif, Surya, Ikbal, Faishal, Anbiya, atas
inspirasi yang berharga bagi penulis.
Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2014
Muhammad Habibi Karamallah

1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka

Pengertian Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan
Konsep Birokrasi
Pelayanan Publik
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN UMUM DESA SITU UDIK
Kondisi Geografis
Kondisi Sosial
Kondisi Kependudukan
Kondisi Pendidikan
Sarana dan Prasarana
Struktur Pemerintahan Desa

Visi dan Misi Desa Situ Udik
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Desa Situ Udik
Jumlah dan Kondisi Pegawai Desa Situ Udik
Ikhtisar
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA
Gaya Kepemimpinan Transaksional
Penjelasan Tugas Pegawai
Aturan dan Standar Kerja
Kesepakatan Kontraktual
Pengawasan dan Evaluasi Kerja
Memotivasi Pegawai dengan Pemberian Hadiah/Gaji Secara Adil

Halaman
Vi
Vii
Viii

1
3
3

4
5
5
5
7
9
11
13
13
27
27
27
29
29
31
32
32
33
34
36

36
37
38
39
41
42
43
44
45
46

2
Halaman
Gaya Kepemimpinan Transformasional
48
Pengaruh yang Diidealkan
49
Stimulasi Intelektual
50
Kepedulian Secara Perorangan
51
Motivasi yang Inspirasional
53
Gaya Kepemimpinan yang Dominan Diterapkan oleh Kepala Desa Situ
Udik
54
Ikhtisar
55
PENETAPAN BIROKRASI PEGAWAI DESA SITU UDIK
Penetapan Pembagian Kerja
57
Penetapan Hierarki Jabatan
58
Penetapan Rincian Fungsi Jabatan
60
Penetapan Sistem Kontrak Kerja
61
Penetapan Seleksi Pegawai
62
Penetapan Penggajian/Honor
63
Penetapan Struktur Karir
64
Ikhtisar
66
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP BIROKRASI DESA
SITU UDIK
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transaksional Terhadap Birokrasi Desa
Situ Udik
69
Pengaruh Penjelasan Tugas Pegawai terhadap Birokrasi Desa Situ
Udik
70
Pengaruh Aturan dan Standar Kerja terhadap Birokrasi Desa Situ Udik
71
Pengaruh Kesepakatan Kontraktual terhadap Birokrasi Desa Situ Udik
72
Pengaruh Pengawasan dan Evaluasi Kerja terhadap Birokrasi Desa
73
Situ Udik
Pengaruh Memotivasi Pegawai dengan Pemberian Hadiah/Gaji Secara
Adil Terhadap Birokrasi Desa Situ Udik
74
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional
75
Pengaruh yang Diidealkan terhadap Birokrasi Desa Situ Udik
76
Pengaruh Stimulasi Intelektual terhadap Birokrasi Desa Situ Udik
77
Pengaruh Kepedulian Secara Perorangan terhadap Birokrasi Desa Situ
Udik
78
Pengaruh Motivasi yang inspirasional Terhadap Birokrasi Desa Situ
Udik
79
Ikhtisar
80
PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN PUBLIK
DESA SITU UDIK
Penilaian Pelayanan Administratif
83
Penilaian Pelayanan Barang Kebersihan
85
Penilaian Pelayanan Jasa
86
Ikhtisar
88
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
91
Saran
92

3

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Halaman
95
97
131

1

DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17

Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26

Uji statistik reliabilitas
Batas wilayah Desa Situ Udik
Jarak desa menuju lokasi Pemerintahan Daerah, Provinsi,
dan Pusat
Jenis pemanfaatan dan penggunaan lahan Desa Situ Udik
Data jumlah penduduk Desa Situ udik berdasarkan jenis
kelamin pada tahun 2013
Jumlah Penduduk menurut jenis pekerjaan pada tahun 2013
Jumlah Penduduk menurut tingkat pendidikan
Saranan dan prasaranan Perhubungan
Sarana dan prasarana pendidikan
Jumlah bangunan peribadatan dan kesehatan
Daftar jumlah pegawai desa berdasarkan tingkat
pendidikan tahun 2013
Jumlah dan persentase penerapan gaya kepemimpinan
transaksional Kepala Desa Situ Udik
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan penjelasan tugas pegawai
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan aturan dan standar kerja
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan kesepakatan kontraktual
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan pengawasan dan evaluasi kerja
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan memotivasi pegawai dengan pemberian
hadiah/gaji secara adil
Jumlah dan persentase penerapan gaya kepeimpinan
transformasional Kepala Desa Situ Udik
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan pengaruh yang diidealkan
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan stimulasi intelektual
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan kepedulian secara perorangan
Jumlah dan persentase pegawai Pemerintahan Situ Udik
berdasarkan motivasi yang inspirasional
Jumlah dan persentase penerapan gaya kepemimpinan
transaksional dan transformasional Kepala Desa Situ Udik
Jumlah dan persentase penetapan birokrasi pegawai desa
berdasarkan pembagian kerja
Jumlah dan persentase penetapan birokrasi pegawai desa
berdasarkan hierarki jabatan
Jumlah dan persentase penetapan birokrasi pegawai desa
berdasarkan rincian fungsi jabatan

Halaman
28
31
32
32
33
33
34
35
35
36
38
41
42
44
45
46

47
48
49
50
52
53
54
58
59
60

2
Halaman
Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31

Tabel 32

Tabel 33
Tabel 34

Jumlah dan persentase penetapan birokrasi pegawai desa
berdasarkan sistem kontrak kerja
Jumlah dan persentase penetapan birokrasi pegawai desa
berdasarkan seleksi pegawai
Jumlah dan persentase penetapan birokrasi pegawai desa
berdasarkan penggajian/honor
Jumlah dan persentase penetapan birokrasi pegawai desa
berdasarkan struktur karir
Hasil uji statistik analisis regresi linier berganda dan
sederhana pengaruh gaya kepemimpinan transaksional
terhadap birokrasi Desa Situ Udik
Hasil uji statistik analisis regresi linier berganda dan
sederhana pengaruh gaya kepemimpinan transformasional
terhadap birokrasi Desa Situ Udik
Nilai signifikasi pengaruh pelaksanaan gaya kepemimpinan
transaksional terhadap birokrasi Desa Situ Udik
Nilai signifikasi pengaruh pelaksanaan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap birokrasi Desa Situ Udik

61
62
64
65

69

75
80
81

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Hubungan antara negara dan birokrasi rakyat
9
Gambar 2 Kerangka analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
praktik birokrasi desa
12
Gambar 3 Metode pegambilan sampel
28
Gambar 4 Struktur organisasi pemerintah Desa Situ Udik
37
Gambar 5 Persentase hasil penilaian masyarakat Desa Situ Udik terhadap
pelayanan administratif pegawai desa
84
Gambar 6 Persentase hasil penilaian masyarakat Desa Situ Udik terhadap
pelayanan barang kebersihan desa
85
Gambar 7 Persentase hasil penilaian masyarakat Desa Situ Udik terhadap
pelayanan jasa pegawai desa
87

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal kegiatan skripsi Tahun 2014
Lampiran 2 Peta Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat
Lampiran 3 Kerangka sampling pegawai Desa Situ Udik
Lampiran 4 Kerangka sampling masyarakat Desa Situ Udik
Lampiran 5 Gaya kepemimpinan Kepala Desa Situ Udik
Lampiran 6 Birokrasi Pemerintahan Desa Situ Udik

Halaman
97
99
101
103
105
109

3
Halaman
Lampiran 7 Pelayanan publik Desa Situ Udik
113
Lampiran 8 Peraturan Desa Nomor 2 Tahun 2009 Tentang orgnisasi dan
tata kerja pemerintah Desa Situ Udik
115
Lampiran 9 Hasil analisis regresi
121
Lampiran 10 Dokumentasi
129

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masyarakat Indonesia sangat mengharapkan adanya perubahan
pemerintahan dan demokrasi yang lebih baik setelah runtuhnya Rezim Orde Baru.
Sistem pemerintah yang sebelumnya menganut paham otoriatiran kini telah
berubah dengan paham pemerintahan yang lebih demokratif dan delegatif1.
Timbulnya peran dari partisipasi masyarakat kini dapat dirasakan dalam beberapa
kegiatan politik. Salah satunya adalah penyelenggaraan Pemilihan Umum
(Pemilu)2. Pemilihan umum yang dilakukan oleh rakyat dapat digambarkan
sebagai bentuk wujud kedaulatan rakyat guna menghasilkan suatu sistem
pemerintahan negara yang demokratis serta berdasarkan kepada Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sesuai dengan
pendapat Woods dikutip Dasuki (2013) yang menyatakan bahwa, “prinsip
pemerintahan yang baik harus meliputi keterlibatan masa rakyat dalam proses
demokratisasi, akuntabilitas, dan transparansi di dalamnya”. Oleh karena itu,
segala bentuk kegiatan pemerintahan harus dimulai berdasarkan keinginan,
kebutuhan serta partisipasi dari masyarakat.
Saat ini pemilihan umum juga digunakan sebagai bentuk demokrasi di
tingkat daerah. Salah satunya adalah pemilihan umum yang dilakukan di desa.
Guna membentuk suatu pemerintahan desa, pemerintah daerah melaksanakan
pemilihan umum guna mencari sosok pemimpin di tingkat desa, yakni kepala
desa. Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa Warga Negara
Republik Indonesia (WNI) dalam masa jabatan selama enam tahun. Kepala desa
memiliki wewenang dalam menetapkan peraturan desa. Salah satu tugas kepala
desa adalah membentuk struktur organisasi desa untuk melayani seluruh
kebutuhan masyarakat. Kepala desa juga berperan dalam mengatur pemerintahan
desa yang terdiri atas perangkat desa dan sekretaris desa yang diisi oleh pegawai
negeri sipil yang telah memenuhi persyaratan. Perangkat desa memiliki tugas
dalam melayani masyarakat, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk kewajiban dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dan sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pemerintahan desa harus memperhatikan segala bentuk
praktik birokrasi yang diterapkan agar masyarakat mampu mendapatkan
pelayanan yang maksimal.
Praktik birokrasi desa saat ini kerap dihubungkan dengan proses pengurusan
surat atau dokumen yang terkesan sangat berbelit, tidak ramah, tidak adil, tidak
transparan, dan sebagainya. Menurut Weber dikutip Martini (2012), birokrasi
harus diciptakan sebagai “sebuah oganisasi yang terstruktur, kuat dan memiliki
sistem kerja yang terorganisir dengan baik”. Birokrasi tercipta karena adanya
1

Munculnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang pemerintahan daerah menunjukan adanya perubahan sistem
kepemimpinan yang otoriter menjadi lebih delegatif. Undang-Undang tersebut mengalami perubahan yang perubahan
tersebut ditetapkan ke dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Menyatakan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya Kesejahteraan Masyarakat melalui
peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan
memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
2
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum

2
hubungan kebutuhan antara masyarakat dan negara. Dengan demikian, organisasi
birokrasi desa dalam hal pelayanan publik merupakan suatu kegiatan hubungan
timbal balik di antara pemberi pelayanan (aparatur desa) dan pengguna layanan
(masyarakat). Berdasarkan penelitian Soeharto dan Sugiharto (2013) di Desa
Kepuh Kemiri Kecamatan Tulangan Kabupaten Sidoarjo, terdapat beberapa
bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah desa, yaitu pelayanan
bidang administrasi kependudukan, pelayanan kebersihan dan pelayanan
pemberian fasilitas pemakaman. Segala bentuk pelayanan tersebut merupakan
segala macam kebutuhan pelayanan yang dibutuhkan oleh seluruh masyarakat
desa pada umumnya.
Segala bentuk praktik pelayanan publik tersebut tidak terlepas dari adanya
kontrol seorang pemimpin yang dalam kondisi ini dipimpin oleh kepala desa yang
memiliki kuasa penuh atas jalannya birokrasi desa. Gaya kepemimpinan kepala
desa memiliki peran penting dalam meningkatan kualitas kinerja aparatur desa.
Penempatan posisi dan jabatan aparatur juga harus desa sesuai dengan kriteria
yang diinginkan. Seorang pemimpin harus memiliki cara agar mampu
menggerakan pegawai guna mencapai tujuan yang diinginkannya. Bass dikutip
Ancok (2012) menjelaskan bahwa kepemimpinan terbagi ke dalam dua gaya,
yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan
transformasional. Gaya kepemimpinan transaksional bercirikan tentang adanya
transaksi di antara yang dipimpin dengan yang memimpin. Sedangkan gaya
kepemimpinan transformasional bercirikan dengan sikap memanusiakan pegawai.
Gaya kepemimpinan transformasional mampu memunculkan potensi insani bagi
para pegawainya. Kedua gaya kepemimpinan tersebut sangat mengambarkan
adanya perpaduan antara keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku
seorang pemimpin terhadap kemampuan pegawainya. Oleh karena itu, gaya
kepemimpinan seorang kepala desa sangatlah berpengaruh terhadap kinerja
pegawai yang dapat dinilai dari mobilitas pelaksanaan praktik birokrasi pelayanan
publik yang dilakukannya terhadap masyarakat.
Desa Situ Udik merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan
Cibungbulang Kabupaten Bogor. Tepatnya di Kecamatan Cibungbulang bagian
selatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan
Leuwiliang. Jumlah penduduk Desa Situ Udik pada tahun 2013 mencapai 14.500
jiwa. Bila sumberdaya desa dapat dikelola dengan baik, Desa Situ Udik akan
menjadi desa yang berkembang baik pertanian, perikanan maupun industri kecil
dan menengah. Salah satu yang menjadi komoditas unggulan Desa Situ udik
adalah peternakan sapi. Desa Situ Udik merupakan desa dengan tipe desa
persawahan, yaitu tipe desa yang sebagian besar kehidupan penduduknya
bergantung pada potensi pertanian sawah, baik yang berpengairan teknis, dan non
teknis. Mata pencaharian penduduknya mayoritasnya adalah petani dan buruh
tani.
Pada tahun 2009 Desa Situ Udik memiliki predikat sebagai desa terbaik
kedua se-Jawa Barat dalam hal tata kelola pemerintahan desa. Prestasi terakhir
yang diraih oleh Desa Situ Udik dimiliki oleh Kepala Desa Situ Udik, yaitu Bapak
EN yang diberi gelar oleh Presiden Republik Indonesia sebagai kepala desa
terbaik se-Indonesia pada 18 Desember 2013. Hal tersebut menjadi relevan
terhadap penelitian pengaruh gaya kepemimpinan beliau terhadap praktik
birokrasi Desa Situ Udik. Selain mengenai penetapan birokrasi, hal-hal mengenai

3
pelayanan publik desa juga menjadi hal yang menarik untuk diteliti, mengingat
prestasi yang telah diraih oleh Desa Situ Udik tersebut.

Rumusan Masalah
Kepemimpinan kepala desa sangat memiliki peran yang sangat penting
dalam menentukan maju-mundurnya aktivitas organisasi pedesaan. Pengaruh
tersebut dapat dilihat berdasarkan penentuan aparatur desa hingga proses
pembentukan hierarki dan garis perintah organisasi tersebut. Selain hal tersebut,
dalam mempengaruhi anggota untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan oleh
kepala desa, kepala desa memiliki gaya kepemimpinan yang diterapkan
berdasarkan kepada norma dan institusi nilai tertentu sesuai dengan kondisi
didalam organisasi tersebut. Oleh karena itu sangat penting untuk peneliti apakah
gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa Situ Udik Kecamatan
Cibungbulang ?
Prestasi yang diraih Desa Situ Udik tidak terlepas dari adanya pengaruh
kepemimpinan kepala desa yang diterapkan kepada seluruh anggota pegawai
aparatur desa. Dimulai dari pemilihan aparatur desa serta jabatan hingga
penggajian pegawai sangat melalui sejumlah kualifikasi yang dittentukan oleh
kepala desa. Begitu pula dengan bentuk batasan birokrasi pegawai. Merujuk
kepada teori birokrasi Weber dikutip Martini (2012), terdapat sepuluh batasan
birokrasi yang dianggap ideal dalam menjalani organisasi birokrasi. Oleh karena
itu sangat penting bagi peneliti untuk mengetahui sejauhmana batasan birokrasi
yang telah diterapkan oleh Kepala Desa Situ Udik kepada pegawai?
Pemerintah desa memiliki peran sebagai pihak yang melayani segala bentuk
kebutuhan masyarakat desa. Seluruh penerapan birokrasi yang telah diterapkan
berdasarkan gaya kepemimpinan kepala desa diharapkan mampu dijalankan
dengan baik oleh pegawai. Sebagai pihak yang dilayani, masyarakat desa
memiliki peran dalam menilai pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah
desa. Oleh karena itu, sangat penting bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana
penilaian masyarakat terhadap pelayanan publik yang dilaksanakan oleh
pegawai desa?

Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Praktik Birokrasi Desa” ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh Kepala Desa
Situ Udik berdasarkan hasil-hasil penelitian.
2. Menganalisis sejauhmana batasan birokrasi yang telah diterapkan oleh
Kepala Desa Situ Udik kepada pegawai
3. Menganalisis bagaimana penilaian masyarakat terhadap pelayanan publik
yang dilaksanakan oleh pegawai desa

4
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang
berminat maupun yang terkait dalam hal kepemimpinan, khususnya kepada :
1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam
menganalisis gaya kepemimpinan serta mampu mempelajari secara ilmiah
fenomena yang terjadi. Sedangkan untuk civitas akademika dapat
memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya
perkembagan pengetahuan kepemimpinan.
2. Kalangan non akademisi, seperti LSM atau perusahaan dapat bermanfaat
menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengetahui situasi
kepemimpinan Desa Situ Udik sesuai dengan kepentingannya masingmasing dalam menunjang efekifitas.
3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai
gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala desa. Pihak pemerintah
juga dapat memperoleh informasi mengenai situasi kepemimpinan desa
situ udik dalam menentukan arah kebijakan dan pembangunan desa sesuai
dengan kebutuhan masyarakat desa.

5

PENDEKATAN TEORETIS
Tinjauan Pustaka

Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi atau memberikan contoh kepada anggotanya agar
mampu melaksanakan tugas sesuai dengan tujuannya. Tujuan tersebut dapat
diperoleh berdasarkan hasil pemikiran bersama maupun hasil pemikiran dari
seorang pemimpin itu sendiri. Sesuai dengan pendapat Reksohadiprodjo (1999)
bahwa kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi orang lain, mengarahkan
kemauan mereka, kemampuan dan usaha-usaha untuk mencapai tujuan pimpinan.
Selain itu Wexley dan Yukl dikutip Runtu (2013) menyatakan lebih jelas bahwa
kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang untuk lebih berusaha
mengarahkan tenaga dalam melaksanakan tugasnya atau merubah tingkah laku
mereka. Kepemimpinan adalah suatu seni atau proses yang digunakan dalam
mempengaruhi sekelompok orang sehingga mereka mau bekerja dengan sungguhsungguh untuk meraih tujuan kelompok.
Kepemimpinan yang efektif juga harus dilakukan oleh seorang pemimpin
dalam memberikan pengarahan kepada anggotanya. Hal ini dikarenakan
pemimpin yang efektif akan selalu mengupayakan berbagai bentuk cara agar
arahannya dapat mampu didengar dan dilaksanakan guna mencapai tujuan
organisasi. Penelitian Supardi dan Anwar (2004) mengatakan bahwa
Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha
semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Kepemimpinan tanpa
adanya pengarahan maka hubungan antara tujuan seseorang (pribadi) dengan
tujuan organisasi akan menjadi renggang. Tujuan organisasi juga membutuhkan
adanya bentuk kebersamaan dalam menjalankan segala bentuk atribut
kegiatannya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan sifat
kerjasama terhadap pegawai di dalam lingkungan organisasi.
Seorang pemimpin tidak diperkenankan untuk menggunakan gaya
kepemimpinan yang bersifat memaksa. Dengan demikian, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang
pemimpin dalam mempengaruhi dan memberikan pengarahan kepada anggota
untuk menjalankan tugasnya guna mencapai tujuan organisasi dengan membentuk
suatu budaya bekerjasama.

Gaya Kepemimpinan
Seorang pemimpin memiliki beberapa cara dalam memberi pengaruh
terhadap anggota agar mampu mencapai tujuan yang diinginkannya. Cara-cara
tersebut mampu menggambarkan gaya kepemimpinan yang digunakan seorang
pemimpin dalam mempengaruhi setiap anggotanya. Thoha (1993) menjelaskan
bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang
pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi orang lain seperti yang ia lihat.

6
Pemimpin yang berada di era modern seperti saat ini dituntut untuk mampu
menerapkan berbagai macam gaya kepemimpinan diberbagai situasi dan kondisi
yang dinamis. Hal tersebut mengingat beragamnya bentuk aktivitas organisasi
serta dimensi manusia yang heterogen. Sesuai dengan pernyataan Soetarto dalam
Alex S Nitisemito dikutip Ancok (2012) mengatakan bahwa maju mundurnya
organisasi, sebagian ditentukan oleh tepat tidaknya gaya kepemimpinan yang
diterapkan dalam organisasi. Seorang pemimpin harus mampu dan piawai dalam
menerapkan gaya kepemimpinan di berbagai situasi. Salah satu ciri pemimpin di
era modern seperti saat ini, seorang pemimpin dituntut untuk mampu menerapkan
berbagai macam gaya kepemimpinan di berbagai situasi dan kondisi yang
dinamis. Hal tersebut mengingat beragamnya bentuk aktivitas organisasi serta
dimensi manusia yang heterogen.
Menurut Bass dikutip Ancok (2012) juga membagi jenis kepemimpinan
menjadi dua macam gaya yaitu; gaya kepemimpinan transaksional dan gaya
kepemimpinan transformasional. Bila dikaitkan dengan pendapat Hickman, gaya
kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan bergaya manager dan gaya
kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan bergaya leader.
1. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Merupakan gaya kepemimpinan yang ditandai dengan adanya transaksi
antara pemimpin dengan anggotanya, seperti :
(i) Menjelaskan kepada karyawan apa yang harus dikerjakan
(ii) Meminta anggota untuk mematuhi segala bentuk aturan dan standar
kerja
(iii) Mengatur kesepakatan kontraktual, kondisi dimana pemimpin
membuat perjanjian mengenai target kerja bagi angotanya
(iv) Mengawasi kinerja anggota dalam bekerja untuk memastikan bahwa
pekerjaan dilakukan sesuai dengan ketentuan dan efektif. Baik secara
aktif (active management by exception) maupun secara pasif (passive
managent by exception)
(v) Memperhatikan apa yang sudah disepakati oleh organisasi tentang apa
yang harus dilakukan
(vi) Memotivasi anggota dengan memberikan hadiah (reward) agar mau
bekerja
(vii) Menjamin agar hadiah terbagi secara adil
2. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Merupakan gaya kepemimpinan yang bercirikan dengan timbulnyan sifat
memanusiakan pengikutnya, memperlakukan pengikutnya sebagai
manusia cerdas dan terhormat agar mampu memunculkan potensi insaniah
secara maksimal. Secara lebih rinci, ciri-ciri gaya kepemimpinan
transformasional dapat dilihat sebagai berikut:
(i) Pengaruh yang diidealkan
Terdapat sifat-sifat keteladanan yang dikagumi oleh seorang
pemimpin terhadap pengikutnya, seperti meberikan contoh bagaimana
dia berperilaku dalam melayani orang lain serta wujud-wjud sifat
keteladanan melalui perilaku dan ucapan.

7
(ii) Stimulasi intelektual
Pemimpin mengajak pengikutnya dalam mencari cara baru dalam
mengerjakan sesuatu hal. Pemimpin lebih fokus terhadap pemberian
apresiasi pada setiap gagasan, sekecil apapun bentuk gagasan itu.
Guna menghadapi kesalahan yang dilakukan anggotanya, pemimpin
memanfaatkan kesalahan tersebut sebagai media pembelajaran.
(iii) Kepedulian secara perorangan
Merupakan sikap seorang pemimpin yang memberikan rasa
kepedulian berdasarkan dengan karakter yang dimiliki pengikutnya.
Sikap ini juga yang diiringi dengan bentuk rasa penghormatan
terhadap pengikut agar mampu mewujudkan cita-cita dan tujuan
organisasi.
(iv) Motivasi yang Inspirasional
Merupakan sifat pemimpin yang memberikan inspirasi dalam bekerja,
mengajak karyawan untuk mewujudkan sebuah cita-cita bersama agar
hidup dan karya mereka menjadi bermakna. Pemimpin memberikan
pandangan bahwa bekerja bukan hanya sarana untuk mencapai tujuan,
akan tetapi sebagai wahana untuk menemukan kebermaknaan dalam
hidup.
Berdasarkan teori di atas, maka disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan suatu bentuk proses mempengaruhi anggota guna mencapai suatu
tujuan yang diinginkan berdasarkan kepada norma dan institusi nilai tertentu
sesuai dengan kondisi di dalam organisasi tersebut. Berdasarkan teori-teori yang
berkaitan dengan gaya kepemimpinan, maka dapat ditentukan bahwa gaya
kepemimpinan terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu gaya kepemimpinan
transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya kepemimpinan
transformasional dianggap mampu meningkatkan kemampuan dan potensi yang
dimiliki oleh anggotanya. Berbeda dengan gaya kepemimpinan transaksional,
gaya kepemimpinan ini kurang handal dalam meningkatkan kemampuan dan
potensi anggota. Hal ini karena pemimpin dengan gaya kepemimpinan
transaksional masih berorientasi kerja jangka pendek dan hanya menerima tugas
berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan.

Konsep Birokrasi
Perilaku birokrasi merupakan pencerminan sebagian budaya politik suatu
negara, bahkan mungkin merupakan aspek budaya politik terpenting, karena
perilaku birokrasi sangat mempengaruhi seluruh dimensi kehidupan politik
lainnya dalam masyarakat. Secara umum birokrasi menurut kamus umum Bahasa
Indonesia “biro” diartikan kantor dan istilah birokrasi diartikan sebagai
Pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak dipilih oleh
rakyat. Cara kerja atau susunan pekerjaan yang serba lambat, serba menurut
aturan, kebiasaan, dan banyak liku-likunya. Birokrasi bisa didefinisikan sebagai
keseluruhan organisasi pemerintah, yang menjalankan tugas-tugas negara dalam
berbagai unit organisasi pemerintah di bawah departemen dan lembaga-lembaga

8
non departemen, baik di tingkat pusat maupun di daerah seperti di tingkat
provinsi, kabupaten, dan kecamatan, bahkan pada tingkat kelurahan dan desa.
Yahya Muhaimin dikutip Martini (2012), mengartikan birokrasi sebagai
keseluruhan aparat pemerintah, sipil maupun militer yang melakukan tugas
membantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu.
Sedangkan menurut pandangan Marx dikutip Martini (2012) birokrasi adalah alat
kelas yang berkuasa, yaitu kaum borjuis dan kapitalis untuk mengeksploitasi
kaum proletar. Pemikiran Weber dikutip Martini (2012), tentang birokrasi, diawali
dengan pemahamannya tentang sifat-sifat manusia dan pengaruhnya bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Pemikiran pertama Weber dikenal dengan
“SOCIAL ACTION” yang menyatakan bahwa semua aktifitas manusia digerakkan
oleh maksud-maksud tertentu, oleh karena itu maksud dan motivasi di belakang
aktifitas itu harus dimengerti. Pemikiran kedua Weber tentang birokrasi adalah
adanya anggapan bahwa semua aktifitas dalam kehidupan manusia adalah
berkelompok (membentuk sebuah organisasi). Oleh karena itu, aktifitas manusia
harus berdasar pada aturan-aturan yang jelas, sebab sebuah negara pasti berdasar
atas hukum dan setiap anggota organisasi itu harus mematuhi hukum yang
diberlakukan (otoritas legal). Tahapan ketiga pemikiran Weber adalah pemikiran
bahwa dalam sebuah organisasi terdapat dalil-dalil (aturan-aturan) yang harus
dipatuhi oleh orang-orang (sebagai anggota organisasi) tersebut, yaitu :
1. Pertama, para staf administrasi secara pribadi adalah bebas, mereka hanya
menjalankan tugas apabila diberikan tanggung jawab dan wewenang oleh
peraturan.
2. Kedua, terdapat hierarki jabatan yang jelas
3. Ketiga, fungsi-fungsi dalam masing-masing jabatan itu diperinci dengan
jelas (job description).
4. Keempat, para pejabat birokrasi diangkat atas dasar kontrak (ada
periodesasi dan evaluasi masa jabatan)
5. Kelima, para pegawai/pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesional
(merit sistem)
6. Keenam, para pejabat digaji dengan uang dan diberi pensiun sesuai
kedudukan mereka dalam hierarki.
7. Ketujuh, pekerjaan pejabat adalah pekerjaan utama dan satu-satunya
8. Kedelapan, ada struktur karir yang memungkinkan kenaikan pangkat baik
melalui senioritas, prestasi, atau penilaian lain sesuai kebutuhan atasan.
9. Kesembilan, pejabat tidak dapat mengambil kedudukannya sebagai milik
pribadi (begitupun sumber-sumber yang melekat pada jabatannya itu, yaitu
fasilitas, anggaran, dan wewenang).
10. Kesepuluh, pejabat tunduk pada suatu pengendalian yang dipersatukan
oleh sistem yang disipliner.
Birokrasi sangat berperan penting dalam menentukan maju mundurnya
kehidupan masyarakat dan sebuah negara. Kondisi ini disebabkan karena birokrasi
merupakan mesin dari sebuah negara. Untuk melihat hubungan birokrasi di antara
negara dengan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 1:

9
Negara
Kontrak Sosial

Birokrasi

Rule of The Game
(Aturan main)

Pejabat

Penyelenggara Administrasi
Kenegaraan

Norma dan Tradisi
Masyarakat

Gambar 1 Hubungan antara negara dan birokrasi rakyat
Sumber: Buku ajar birokrasi dan politik, Martini 2012

Berikut merupakan fungsi-fungsi negara yang dilaksanakan oleh birokrasi di
Indonesia, yaitu:
1. Fungsi pertahanan-keamanan dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan
dan Keamanan, ABRI, dan Intelijen
2. Fungsi ketertiban dilaksanakan oleh Kepolisian
3. Fungsi Keadilan dilaksanakan oleh Kementerian Kehakiman, dan
Kejaksanaan
4. Fungsi Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Kementerian Pemukiman dan
Perhubungan
5. Fungsi kesejahteraan dilaksanakan oleh Kementerian Sosial, Koperasi,
Kesehatan, Pendidikan, dan Perdagangan.
6. Fungsi Pemeliharaan SDA dan lingkungan dilaksanakan oleh Kementerian
Pertanian, Kehutanan, Pertambangan, dan sebagainya.
Setiap aparatur birokrasi memiliki peran yang penting dalam menentukan
seluruh kehidupan warga negara sejak dilahirkan (akte kelahiran), ketika menikah
(permohonan kartu keluarga), hingga kematian (permohonan surat kematian).
Oleh sebab itu, birokrasi merupakan segala bentuk pemerintahan yang dijalankan
oleh pegawai yang dipilih berdasarkan kemampuan serta keahlian dibidangnya
yang terstruktur, dalam sistem hierarki yang jelas dan dilakukan secara tertulis
sesuai dengan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh anggota organisasi.

Pelayanan Publik
Pelayanan merupakan salah satu bentuk tindakan yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien, pasien,
penumpang dan lain-lain) yang tingkat pemuasannya dapat dirasakan oleh orang
yang melayani maupun yang dilayani karena adanya satu bentuk interaksi. Bentuk
interaksi yang berlangsung di antara kedua pihak yang melayani dan yang dilayani
sangat mempengaruhi kepuasan terhadap bentuk-bentuk pelayan. Pelayanan

10
publik merupakan serangkaian bentuk pelaksaaan kepentingan umum yang
bergerak dibidang jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik. Sianipar (1998), mengatakan bahwa pelayanan adalah cara melayani,
membantu menyiapkan atau mengurus keperluan seseorang atau kelompok orang.
Melayani adalah meladeni/membantu mengurus keperluan atau kebutuhan
seseorang sejak diajukan permintaan sampai penyampaian atau penyerahannya.
Guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan sebagai bentuk pelaksanaan ketentuan
peraturan perundang-undangan, pelaksanaan serta tanggung jawab pelayanan
publik dikerjakan oleh Instansi Pemerintah baik di tingkat pusat, daerah, maupun
di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD). Berdasarkan penelitian Soeharto dan Sugiharto (2013)
pelayanan publik pada masyarakat pada umumnya dapat dibagi ke dalam tiga
jenis, yaitu:
1. Pelayanan dalam bidang administrasi kependudukan
merupakan bentuk pelayanan terhadap masyarakat dalam hal pembuatan
Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), proses surat pindah
datang serta pembuatan akta kelahiran.
2. Pelayanan dalam bidang kebersihan
Merupakan bentuk pelayanan terhadap masyarakat yang bergerak dibidang
kebersihan dan pengelolaan lingkungan.
3. Pelayanan dalam bidang fasilitas pemakaman
Merupakan bentuk pelayanan publik yang bergerak dibidang pemakaman
baik dalam bentuk administrasi maupun prosesi pemakaman.
Berdasarkan keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 kegiatan
pelayanan umum atau publik terdiri dari tiga bentuk pelayanan yaitu :
1. Pelayanan administratif
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang
dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat
kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan
sebagainya. Dokumen-dokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan
(KTP), akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku Pemilik Kendaraan
Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan
Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat
kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya.
2. Pelayanan barang
Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang
yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga
listrik, air bersih dan sebagainya.
3. Pelayanan jasa
Yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan
oleh publik, seperti pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan
transportasi, pos dan sebagainya.
Oleh karena itu, pelayanan publik yang baik sangat berpengaruh dalam
menjaga loyalitas pihak yang dilayani, demikian pula halnya dengan pelayanan
yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada para masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan administrasi. Bila masyarakat merasa tidak mendapat pelayanan yang

11
memuaskan maka masyarakat akan mencari daerah lain yang lebih kompetitif
untuk memenuhi kebutuhannya tersebut. Dengan demikian disimpulkan bahwa
pelayanan publik merupakan sebuah bentuk pelayanan yang bergerak dalam
bentuk barang atau jasa yang pelaksanaannya diatur oleh pemerintah berdasarkan
perundang-undangan guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Melihat uraian di
atas maka jenis-jenis kegiatan pelayanan publik dapat dilihat berdasarkan tiga
bentuk pelayanan, yaitu pelayanan administratif, pelayanan jasa, dan pelayanan
barang kebersihan.
Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan
yang diterapkan oleh kepala desa dalam menentukan aktivitas birokrasi pegawai
yang dinilai berdasarkan kinerja pelayanan publik kepada masyarakat dalam
organisasi pemerintahan desa. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh
pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi dapat dikategorikan ke dalam dua
bentuk, yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan
transformasional. Gaya kepemimpinan transaksional bercirikan dengan adanya
transaksi antara pemimpin dan anggota. Sementara itu, gaya kepemimpinan
transformasional dicirikan dengan adanya perilaku seorang pemimpin yang
memiliki sikap memanusiakan anggota. Pemilihan kedua bentuk gaya
kepemimpinan tersebut karena dapat dinilai berdasarkan jenis kondisi
kepegawaian dalam menjalankan aktivitas organisasi pemerintahan. Selain
berpengaruh dalam menjalankan kegiatan organisasi, gaya kepemimpinan juga
berpengaruh terhadap maju mundurnya kegiatan praktik birokrasi yang dijalankan
oleh pegawai. Hal ini juga tergantung pada bagaimana seorang pemimpin
memberikan arahan terhadap pegawai sesuai dengan kemampuan dan keahlian
dibidangnya dengan membentuk batasan-batasan birokrasi tertentu.
Berdasarkan teori birokrasi, peneliti merangkum sepuluh aspek batasan
birokrasi Weber dikutip Martini (2012) menjadi tujuh hal, seperti pemberian
tanggung jawab, hierarki jabatan, fungsi jabatan, kontrak kerja, seleksi pegawai,
sistem penggajian dan struktur karir (kenaikan pangkat). Batasan-batasan
birokrasi yang telah ditentukan oleh pemimpin diharapkan mampu meningkatkan
kualitas kinerja pegawai dalam bentuk pelaksanaan praktik-praktik birokrasi yang
dalam hal ini berkaitan dengan pelayanan publik. Pelayanan publik terbagi ke
dalam tiga aspek pelayanan yang sekaligus dijadikan indikator kualitas pelayanan
publik yang telah dilakukan oleh pegawai pemerintah terhadap penerima layanan,
yaitu pelayanan administrasi kependudukan, pelayanan barang kebersihan, dan
pelayanan jasa.
Berdasarkan keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003
mengenai kegiatan pelayanan umum atau publik yang terdiri dari tiga bentuk
pelayanan, yaitu: pelayanan administratif, pelayanan barang, dan pelayanan jasa.
Peneliti menyesuaikan tiga bentuk pelayanan tersebut dengan kondisi desa yang
ada di desa. Salah satu jenis pelayanan yang disesuaikan peneliti adalah jenis
pelayanan barang. Penyesuaian tersebut dapat dilihat melalui kebutuhan dasar
masyarakat desa mengenai pengadaan barang kebersihan. Pelayanan administrasi
kependudukan merupakan bentuk pelayanan publik yang bergerak dalam proses
pembuatan berbagaimacam kebutuhan administrasi masyarakat desa, seperti Kartu

12
Tanda Pendudukan (KTP), Akte Kelahiran, Akte Kematian, surat Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya. Berbeda
dengan pelayanan administrasi, pelayanan barang kebersihan bergerak dalam
bidang pengadaan jenis barang yang digunakan oleh publik, seperti pengadaan
tempat sampah, pengadaan air bersih, dan sebagainya. Bentuk pelayanan jasa
dapat dinilai dari bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, seperti
penyelenggaraan pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan
transportasi, dan sebagainya. Sebagai pihak yang melayani masyarakat, aparatur
desa harus mampu menjalankan segala aspek bidang pelayanan dengan baik. Hal
ini tidak terlepas dari bagaimana peran gaya kepemimpinan yang diterapkan
kepala desa mampu memberikan dorongan moril kepada pegawainya. Kerangka
pemikiran penelitian dapat dilihat berdasarkan Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2 Kerangka analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap praktik
birokrasi desa

13
Hipotesis Penelitian
Hipotesis Uji:
1. Terdapat gaya kepemimpinan yang dominan diterapkan oleh kepala desa
2. Gaya kepemimpinan transformasional mampu menentukan birokrasi pegawai
lebih baik dibandingkan dengan gaya kepemimpinan transaksional.
Hipotesis Pengarah:
Semakin terstruktur birokrasi yang diterapkan oleh pemimpin, maka semakin baik
pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pegawai desa terhadap masyarakat

Definisi Operasional
Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan
untuk mengukur variabel. Masing-masing variabel diberi batasan terlebih dahulu
agar dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah yang digunakan
adalah:
1. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Merupakan salah satu bentuk cara yang dilakukan oleh pemimpin dalam
mempengaruhi anggota yang ditandai dengan adanya transaksi di antara
pemimpin dengan anggotanya. Gaya kepemimpinan transaksional ditandai
dengan:
a. Penjelasan kontrak pegawai
Pemimpin menjelaskan kepada yang dipimpin tentang hal-hal yang harus
dilakukan terhadap pegawai yang dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai
deskripsi tugas. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal,
yaitu:
(i) Ya (skor 2)
(ii) Tidak (Skor 1)
Indikator yang digunakan untuk mengukur penjelasan kontrak pegawai
adalah:
(i) Terdapat pembagian tugas yang sesuai dengan pengalaman kerja
pegawai;
(ii) Terdapat rincian tugas yang jelas kepada pegawai sesuai dengan
jabatan yang telah diberikan;
(iii) Pembagian tugas dilakukan secara bertahap dari tugas ringan hingga
tugas yang berat;
(iv) Terdapat pembagian tugas sesuai dengan struktur kepegawaian yang
telah ditentukan.
Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan,
maka penjelasan kontrak kerja yang diterapkan oleh kepala desa dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
(i) Tinggi
: skor 7 ≤ x ≤ 8
(ii) Sedang
: skor 5 ≤ x ≤ 6
(iii) Rendah
: skor 4 ≤ x ≤ 5

14
b. Aturan dan standar kerja
Pemimpin memiliki peran dalam mengingatkan kepatuhan kepada
peraturan kerja serta standar hasil kerja yang harus dipenuhi pegawai.
Variabel ini diukur dengan menggunakan skala ordinal, yaitu:
(i) Ya (skor 2)
(ii) Tidak (Skor 1)
Indikator yang digunakan untuk mengukur aturan dan standar kerja adalah:
(i) Kepala desa menetapkan aturan kerja telah yang disepakati oleh
pegawai;
(ii) Kepala desa memberikan standar kerja yang harus dipenuhi pegawai;
(iii) Kepala desa memeriksa pencapaian kerja yang telah dilakukan
pegawai;
(iv) Pegawai akan
menerimateguran atau hukuman jika tidak
melaksanakan tugas;
(v) Teguran atau hukuman yang diberikan kepala desa sesuai dengan
kesalahan yang dilakukan oleh pegawai.
Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan,
maka Aturan dan standar kerja yang diterapkan oleh kepala desa dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
(i) Tinggi : skor 9 ≤ x ≤ 10
(ii) Sedang : skor 7 ≤ x ≤ 8
(iii) Rendah : skor 5 < x ≤ 6
c. Kesepakatan kontraktual
Pemimpin membuat perjanjian dengan pegawai kalau target kerja harus
dilaksanakan dengan baik. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala
Likert, yaitu:
(i) Sangat sesuai (skor 5)
(ii) Sesuai (skor 4)
(iii) Ragu-ragu (skor 3)
(iv) Tidak sesuai (skor 2)
(v) Sangat tidak sesuai (skor 1)
Indikator yang digunakan dalam mengukur kesepakatan kontraktual
pegawai adalah:
(i) Kepala desa menentukan target kerja terhadap anda secara terperinci;
(ii) Target kerja yang diberikan kepala desa sesuai dengan sasaran dan
tujuan pekerjaan anda;
(iii) Kepala desa memberikan perjanjian durasi kerja kepada pegawai
setiap harinya;
(iv) Durasi kerja yang diberikan kepala desa pegawai tepat pada
waktunya.
Jika diklasifikasikan berdasarkan total jumlah indikator yang digunakan,
maka kesepakatan kontraktual yang diterapkan oleh kepala desa dapat
dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

15
(i) Tinggi : skor 15 ≤ x ≤ 20
(ii) Sedang : skor 9 ≤ x ≤ 14
(iii) Rendah : skor 4 < x ≤ 8
d. Pengawasan dan evaluasi kerja:
Pemimpin mengawasi pegawai dalam bekerja agar pegawai bekerja secara
efektif. Variabel ini diukur dengan menggunakan skala Likert, yaitu:
(i) Sangat sesuai (skor 5)
(ii) Sesuai (skor 4)
(iii) Ragu-ragu (skor 3)
(iv) Tidak sesuai (skor 2)
(v) Sangat tidak sesuai (skor 1)
Indikator yang digunakan dalam mengukur pengawasan dan evaluasi
pegawai adalah:
(i) Kepala desa melakukan sistem pengawasan kerja kepada pegawai;
(ii) Kepala desa terlibat langsung dalam mengawasi pegawai di lokasi
kerja;
(iii) Kepala desa melakukan pengawasan berdasarkan adanya laporan
kesalahan yang dilakukan pegawai;
(iv) Kepala desa melakukan kegiatan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Peningkatan Pertisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan (Studi Pada Desa Galang Suka Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang)

18 209 128

Efek Iklan Layanan Masyarakat "Versi Pak Lurah “ Terhadap Perilaku Pemilih Dalam Pemungutan Suara. Kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 13 118

Partisipasi lansia dalam kelembagaan politik desa:kasus Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

1 28 174

Analisis curahan tenaga kerja dan pendapatan usahaternak domba (studi kasus di desa Situ Udik kecamatan Cibungbulang kabupaten Bogor)

0 8 45

Optimalisasi Produksi pada Peternakan Puyuh Bintang Tiga, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

0 22 203

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

2 10 180

Analisis Persepsi Nilai Anak dan Perilaku Investasi Waktu pada Anak (Kasus di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

0 14 82

Analisis kontribusi shodaqoh infaq “rereongan serumpi” terhadap kesejahteraan warga desa situ udik, kecamatan cibungbulang bogor : sebuah impementasi participatory rural development di indonesia

0 2 15

Analisis Efisiensi Usahatani Ubi Jalar Di Desa Ciaruteun Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor

2 8 105

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (Kasus Di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)

6 26 120