Cuci tangan harus dilakukan dengan baik dan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau alat
pelindung lain. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan atau mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat di
kurangi dan lingkungan terjaga dari infeksi.Tangan harus di cuci sebelum dan sesudah memakai sarung tangan.Cuci tangan tidak dapat digantikan
oleh pemakaian sarung tangan.
1.2. Tujuan cuci tangan
Menurut Susiati 2008, tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu untuk Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan, Mencegah infeksi silang
cross infection, Menjaga kondisi steril, Melindungi diri dan pasien dari infeksi, Memberikan perasaan segar dan bersih.
1.3. Indikasi cuci tangan
Indikasi untuk mencuci tangan menurut Depkes RI. 1993 adalah : Sebelum melakukan prosedur invasif misalnya : menyuntik, pemasangan
kateter dan pemasangan alat bantu pernafasan, Sebelum melakukan asuhan keperawatan langsung, Sebelum dan sesudah merawat setiap jenis luka
Setelah tindakan tertentu, tangan diduga tercemar dengan mikroorganisme khususnya pada tindakan yang memungkinkan kontak dengan darah, selaput
lendir, cairan tubuh, sekresi atau ekresi, Setelah menyentuh benda yang kemungkinan terkontaminasi dengan mikroorganisme virulen atau secara
epidemiologis merupakan mikroorganisme penting. Benda ini termasuk pengukur urin atau alat penampung sekresi Setelah melakukan asuhan
keperawatan langsung pada pasien yang terinfeksi atau kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
kolonisasi mikroorganisme yang bermakna secara klinis atau epidemiologis Setiap kontak dengan pasien-pasien di unit resiko tinggi Setelah melakukan
asuhan langsung maupun tidak langsung pada pasien yang tidak infeksius.
1.4. Keuntungan mencuci tangan
Menurut Puruhito 1995, cuci tangan akan memberikan keuntungan Dapat mengurangi infeksi nosocomial, Jumlah kuman yang terbasmi lebih
banyak sehingga tangan lebih bersih dibandingkan dengan tidak mencuci tangan Dari segi praktis, ternyata lebih murah dari pada tidak mencuci
tangan sehingga tidak dapat menyebabkan infeksi nosokomial.
1.5. Macam- macam cuci tangan dan cara cuci tangan
Cuci tangan dalam bidang medis dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu cuci tangan medical medical hand washing, cuci tangan surgical surgical
hand washing dan cuci tangan operasi operating theatre hand washing. Adapun cara untuk melakukan cuci tangan tersebut dapat dibedakan
berbagai cara :
1.5.1. Tehnik mencuci tangan biasa
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir atau yang disiramkan,
biasanya digunakan sebelum dan sesudah melakukan tindakan yang tidak mempunyai resiko penularan penyakit. Peralatan yang
dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit
misalnya kran air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sampah
Universitas Sumatera Utara
medis atau kantung plastik berwarna kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi, alat pengering seperti tisu, lap
tangan hand towel, sarung tangan gloves, sabun cair atau cairan pembersih tangan yang berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan,
serta di bawah wastefel terdapat alas kaki dari bahan handuk.
1.5.1.1. Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah:
a. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin atau jam tangan.
b. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang nyaman.
c. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya. d. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.
e. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua telapak tangan, kemudian kedua
punggung telapak tangan saling menumpuk, bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari.
f. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
g. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara bergantian kemudian membersihkan ibu jari
dan lengan secara bergantian .
Universitas Sumatera Utara
h. Membersihkan membilas tangan dengan air yang mengalir sampai bersih sehingga tidak ada cairan sabun
dengan ujung tangan menghadap ke bawah. i. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari,
karena jari yang telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.
j. Pada saat meninggalkan tempat cuci tangan, tempat tersebut dalam keadaan rapi dan bersih. Hal yang perlu
diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan tangan dengan hand towel.
1.5.2. Tehnik mencuci tangan aseptik
Mencuci tangan aseptik yaitu cuci tangan yang dilakukan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan
menggunakan antiseptik. Mencuci tangan dengan larutan disinfektan, khususnya bagi petugas yang berhubungan
dengan pasien yang mempunyai penyakit menular atau sebelum melakukan tindakan bedah aseptik dengan antiseptik
dan sikat steril. Prosedur mencuci tangan aseptik sama dengan
persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis atau cuci tangan biasa, hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti
dengan antiseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
1.5.3. Tehnik mencuci tangan steril
Universitas Sumatera Utara
Teknik mencuci tangan steril adalah mencuci tangan secara steril suci hama, khususnya bila akan membantu
tindakan pembedahan atau operasi. Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan steril adalah menyediakan
bak cuci tangan dengan pedal kaki atau pengontrol lutut, sabun antimikrobial non-iritasi, spektrum luas, kerja cepat,
sikat scrub bedah dengan pembersih kuku dari plastik, masker kertas dan topi atau penutup kepala, handuk steril,
pakaian di ruang scrub dan pelindung mata, penutup sepatu. Prosedur kerja cara mencuci tangan steril adalah sebagai
berikut:
1. Terlebih dahulu memeriksa adanya luka terpotong atauabrasi pada tangan dan jari, kemudian melepaskan
semua perhiasanmisalnya cincin atau jam tangan.
2. Menggunakan pakaian bedah sebagai proteksi perawatyaitu: penutup sepatu, penutup kepala atau topi,
masker wajah,pastikan masker menutup hidung dan mulut anda dengan kencang.Selain itu juga memakai
pelindung mata.
3. Menyalakan air dengan menggunakan lutut atau controldengan kaki dan sesuaikan air untuk suhu yang
nyaman.
Universitas Sumatera Utara
4. Membasahi tangan dan lengan bawah secara bebas, mempertahankankan tangan atas berada setinggi siku
selama seluruh prosedur.
5. Menuangkan sejumlah sabun 2 sampai 5 ml ke tangan dan menggosok tangan serta lengan sampai dengan 5 cm
di atas siku.
6. Membersihkan kuku di bawah air mengalir dengan tongkat oranye atau pengikir. Membuang pengikir setelah
selesai digunakan. 7. Membasahi sikat dan menggunakan sabun antimikrobial.
8. Menyikat ujung jari, tangan, dan lengan. Menyikat kuku tangan sebanyak 15 kali gerakan. Dengan gerakan
sirkular, menyikat telapak tangan dan permukaan anterior jari 10 kali gerakan. Menyikat sisi ibu jari 10 kali gerakan
dan bagian posterior ibu jari 10 gerakan. Menyikat samping dan belakang tiap jari 10 kali gerakan tiap area,
kemudian sikat punggung tangan sebanyak 10 kali gerakan. Seluruh penyikatan harus selesai sedikitnya 2
sampai 3 menit AORN, 1999 sebagaimana dikutip oleh
Perry Potter, 2000.
9. kemudian bilas sikat secara seksama. Dengan tepat mengingat, bagi lengan dalam tiga bagian. Kemudian
mulai menyikat setiap permukaan lengan bawah lebih bawah dengan gerakan sirkular selama 10 kali gerakan;
Universitas Sumatera Utara
menyikat bagian tengah dan atas lengan bawah dengan cara yang samasetelah selesai menyikat buang sikat yang
telah dipakai. Dengan tangan fleksi, mencuci keseluruhan dari ujung jari sampai siku satu kali gerakan, biarkan air
mengalir pada siku. 10. Mengulangi langkah 8 sampai 10 untuk lengan yang lain.
11. Mempertahankan lengan tetap fleksi, buang sikat kedua dan mematikan air dengan pedal kaki. Kemudian
mengeringkan dengan handuk steril untuk satu tangan secara seksama, menggerakan dari jari ke siku dan
mengeringkan dengan gerakan melingkar.
12. Mengulangi metode pengeringan untuk tangan yang lain dengan menggunakan area handuk yang lain atau handuk
steril baru.
13. Mempertahankan tangan lebih tinggi dari siku dan jauh dari tubuh anda. Perawat memasuki ruang operasi dan
melindungi tangan dari kontak dengan objek apa pun. 1.5.4.
Kewaspadaan untuk perawat dalam melakukan cuci tangan steril
Pakaian atau seragam scub perawat harus tetap kering. Air mengalir berdasarkan gravitasi dari ujung jari ke
siku. Jadi mempertahankan tangan tetap tinggi sehingga memungkinkan air mengalirdari area yang kurang ke yang
paling terkontaminasi. Bila perawat ingin menggunakan
Universitas Sumatera Utara
sarung tangan steril di areareguler, perawat tidak perlu menyikat atau mengeringkan tangan dengan handuk steril.
Dengan penyabunan dan penggosokan yang dilakukan duakali sesuai prosedur akan menjamin tangan bersih. Pada
situasi ini perawat dapat menggunakan handuk kertas untuk pengeringan. Pengeringan dimulai dari area yang paling
bersih ke area yang kurang bersih. Pengeringan mencegah kulit kering dan memudahkan penggunaan sarung tangan
perry potter, 2005.
1.5.5. Perilaku cuci tangan tenaga kesehatan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2003.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
Universitas Sumatera Utara
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku menurut Notoatmodjo 2003 dapat dibedakan
menjadi dua yaitu perilaku tertutup covert behavior dan perilaku terbuka overt behavior.Perilaku tertutup convert
behavior merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup convert. Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan
perilaku terbuka overt behavior merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Menurut teori Green dalam Notoatmodjo 2003,
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, dimana kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2
faktor pokok, yakni faktor perilaku behaviocauses dan faktor diluar perilaku nonbehavior causes. Selanjutnya
perilakun itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang
Universitas Sumatera Utara
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor-faktor pendukung enabling
factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor- faktor pendorong reinforcing factors yang dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Musadad, et.al.1993 ditulis dalam CDK Cermin Dunia Kedokteran
yaitu perilaku cuci tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat menunjukkan bahwa sebagian besar petugas
tersebut tidak melaksanakan cuci tangan. Hal ini terlihat pada waktu petugas akan memeriksa pasien, baik saat pertama kali
atau pergantian dari pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada umumnya mencuci tangan setelah selesai melakukan
pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya Infeksi nosokomial yang dikenal dengan
Healthcare Associated Infections HAIs yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke
pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien Depkes RI, 2009.
Salah satu tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah hand
Universitas Sumatera Utara
hygiene kebersihan tangan karena kegagalan dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksi
nosokomial dan mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan Menkes dalam
Depkes RI, 2009. Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci
tangan menurut Tietjen, et.al. 2004 adalah metode paling mudah, murah dan efektif dalam pencegahan infeksi
nosokomial dengan strategi yang telah tersedia, yaitu: 1. Menaati praktek pencegahan infeksi yang diajurkan,
terutama kebersihan dan kesehatan tangan cuci tangan serta pemakaian sarung tangan.
2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan
dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi.
3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya di mana kecelakaan perlukaan
yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi.
Kewaspadaan universal perawat dalam mencegah infeksi nosocomial menurut Panitia Pengendalian Infeksi
Nosokomial Rumah Sakit Elisabeth Medan 2008 dapat dilakukan dengan cara antara lain mencuci tangan dengan
Universitas Sumatera Utara
sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan, menggunakan alat pelindung yang
sesuai untuk setiap tindakan seperti misalnya: sarung tangan, gaun pelindung, celemek, masker, kacamata pelindung oleh
setiap kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain, pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-
hati, pengelolaan limbah yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh dengan aman, pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi dengan benar, dan pengelolaan linen yang tercemar
dengan benar.
1.5.6. Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci
tangan perawat
Lankford, Zembover, Trick, Hacek, Noskin, Peterson 2003 bahwa faktor yang berpengaruh pada tindakan cuci
tangan adalah tidak tersedianya tempat cuci tangan, waktu yang digunakan untuk cuci tangan, kondisi pasien, efek
bahan cuci tangan terhadap kulit dan kurangnya pengetahuan terhada standar. Sementara itu Tohamik 2003 menemukan
dalam penelitiannya bahwa kurang kesadaran perawat dan fasilitas menyebabkan kurang patuhnya perawat untuk cuci
Universitas Sumatera Utara
tangan.Kepatuhan cuci tangan juga dipengaruhi oleh tempat tugas.
Menurut Saefudin, et.al. 2006, tingkat kepatuhan untuk melakukan KU Kewaspadaan Universal, khususnya
berkaitan dengan HIV AIDS, dipengaruhi oleh faktor individu jenis kelamin, jenis pekerjaan, profesi, lama kerja
dan tingkat pendidikan, faktor psikososial sikap terhadap HIV dan virus hepatitis B, ketegangan dalam suasana kerja,
rasa takut dan persepsi terhadap resiko, dan faktor organisasi manajemen adanya kesepakatan untuk membuat suasana
lingkungan kerja yang aman, adanya dukungan dari rekan kerja dan adanya pelatihan.
Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Smet 1994, mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh
faktor internal dan factor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa tidak lain merupakan
karakteristik perawat itu sendiri. Karakteristik perawat merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki seseorang yang
memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit Adiwimarta, et.al. 1999 dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia.Karakteristik perawat meliputi variabel demografi umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat
pendidikan, kemampuan, persepsi dan motivasi.
Universitas Sumatera Utara
1.6. Tempat dan penyebab infeksi nasokomial khusus di
ruangan ICU dengan ketidakpatuhan dalam melakukan cuci tangan dan menjaga kebersihan tangan
1.6.1. Traktus urinarius
Pemasangan kateter urine : a. Sistem drainase terbuka.
b. Kateter dan selang tidak tersambung c.
Kantung drainase menyentuh permukaan yang terkontaminasi.
d. Tehnik penampungan yang tidak tepat. e. Obstruksi atau gangguan pada drainase urine.
f. Urine dalam kateter atau selang drainase masuk kembali kedalam
kandung kemih refluk. g. Tehnik mencuci tangan yang tidak tepat.
h. Mengirigasi ulang kateter dengan larutan.
1.6.2. Luka bedah atau traumatic
a. Persiapan kulit mencukur dan membersihkan yang tidak tepat, sebelum pembedahan.
b. Tehnik mencuci tangan tidak tepat. c. Tidak membersihkan permukaan kulit dengat tepat.
d. Tidak tepat menggunakan tehnik aseptic selama ganti balutan.
Universitas Sumatera Utara
e. Menggunakan larutan antiseptic yang sudah terkontaminasi.
1.6.3. Traktur respiratorius
a. Peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi. b. Tidak tepat menggunakan tehnik aseptic saat pengisapan
pada jalan napas. c. Pembuangan sekresi mukosa dengan cara yang tidak
tepat. d. Tehnik mencuci tangan yang tidak tepat.
1.6.4. Aliran darah
a. Kontaminasi cairan intravena melalui pergantian selang atau jarum.
b. Memasukkan obat tambahan ke cairan intravena. c. Penambahan selang penyambung atau stopcocks pada
system intravena. d. Perawatan area tusukan yang tidak tepat.
e. Jarum atau kateter yang terkontaminasi. f. Gagal untuk mengganti tempat akses intravena ketika
tampak pertama kali ada imflamasi. g. Tehnik yang tidak tepat selama pemberian bermacam
produk darah. h. Perawatan yang tidak tepat terhadap pirau peritoneal
atau hemodialisis. i. Tehnik mencuci tangan yang tidak tepat.
Universitas Sumatera Utara
1.7. Tahapan infeksi nasokomial
1. Tahap pertama, mikroba pathogen bergerak menuju ke pejamupenderita dengan mekanisme penyebaran mode of
transmission terdiri dari penularan langsung dan tidak langsung Darmadi 2008.
a. Penularan langsung Melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas,
keluargapengunjung, dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah saat transfuse darah.
b. Penularan tidak langsung i. Vehicle-borne yaitu penyebaranpenularan mikroba
pathogen melalui benda-benda mati seperti peralatan medis atau peralatan lainnya. Tindakan invasif seperti
pemasangan kateter, vena pungsi, tindakan pembedahan, proses, dan tindakan medis lain beresiko untuk terjadinya
infeksi nasokomia. ii. Food borne yaitu penyebaran atau
penularan makananminuman yang disajikan penderita.
iii. Water borne penyebaran atau penularan pathogen melalui air, namum kemungkinan kecil air rumah sakit
sudah ter uji baku.
Universitas Sumatera Utara
iv. Air borne yaitu penyebaran atau penularan pathogen melalui udara, ini disebabkan karena ruang dan bangsa
yang tertutup secara teknis kurang baik ventilasi, dan pencahayaannya.
2. Tahap kedua, upaya dari mikroba pathogen untuk menginvasi ke jaringanorgan pejamu pasien dengan cara mencari akses
masuk seperti adanya kerusakan, lesikulit atau mukosa dari rongga hidung, mulut, orifisium uretra, dan sebagainya.
a. Hal ini dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik. Mikroba pathogen yang dimaksud antara lain
virus hepatitis B. b. Mikroba masuk melalui kerusakanlesi mukosa saluran
urogenital karena tindakan invasive seperti tindakan kateterisasi, sistoskopi, pemeriksaan dan tindakan ginekologi,
pertolongan persalin pervaginam patologis, baik dengan bantuan alat instrument medis maupun tanpa bantuan
instrumen medis. c. Dengan cara inhalasi, mikroba pathogen masuk melalui
rongga hidung menuju saluran napas.lansung terjadi melalui percikan ludah apabila terdapat individu yang mengalami
infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat
terjadi apabila udara dalam ruangan terkontaminasi. Lama
Universitas Sumatera Utara
kontak terpapar antara sumber penularan dan penderita akan meningkatkan risiko penularan.
1.8. Dampak Infeksi Nasokomial akibat kekurangan perawat