sarung tangan steril di areareguler, perawat tidak perlu menyikat atau mengeringkan tangan dengan handuk steril.
Dengan penyabunan dan penggosokan yang dilakukan duakali sesuai prosedur akan menjamin tangan bersih. Pada
situasi ini perawat dapat menggunakan handuk kertas untuk pengeringan. Pengeringan dimulai dari area yang paling
bersih ke area yang kurang bersih. Pengeringan mencegah kulit kering dan memudahkan penggunaan sarung tangan
perry potter, 2005.
1.5.5. Perilaku cuci tangan tenaga kesehatan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar Notoatmodjo, 2003.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner
Universitas Sumatera Utara
ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku menurut Notoatmodjo 2003 dapat dibedakan
menjadi dua yaitu perilaku tertutup covert behavior dan perilaku terbuka overt behavior.Perilaku tertutup convert
behavior merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup convert. Respon
atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan
perilaku terbuka overt behavior merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata
atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Menurut teori Green dalam Notoatmodjo 2003,
menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, dimana kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2
faktor pokok, yakni faktor perilaku behaviocauses dan faktor diluar perilaku nonbehavior causes. Selanjutnya
perilakun itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu faktor-faktor predisposisi predisposing factors, yang
Universitas Sumatera Utara
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya; faktor-faktor pendukung enabling
factors, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan, misalnya fasilitas untuk cuci tangan; dan faktor- faktor pendorong reinforcing factors yang dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh Musadad, et.al.1993 ditulis dalam CDK Cermin Dunia Kedokteran
yaitu perilaku cuci tangan oleh tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat menunjukkan bahwa sebagian besar petugas
tersebut tidak melaksanakan cuci tangan. Hal ini terlihat pada waktu petugas akan memeriksa pasien, baik saat pertama kali
atau pergantian dari pasien satu ke pasien lainnya. Mereka pada umumnya mencuci tangan setelah selesai melakukan
pemeriksaan pasien keseluruhannya. Kondisi seperti ini dapat memicu terjadinya Infeksi nosokomial yang dikenal dengan
Healthcare Associated Infections HAIs yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, dari pasien ke
pasien lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun dari petugas kepada pasien Depkes RI, 2009.
Salah satu tahap kewaspadaan standar yang efektif dalam pencegahan dan pengendalian infeksi adalah hand
Universitas Sumatera Utara
hygiene kebersihan tangan karena kegagalan dalam menjaga kebersihan tangan adalah penyebab utama infeksi
nosokomial dan mengakibatkan penyebaran mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan Menkes dalam
Depkes RI, 2009. Menjaga kebersihan tangan dengan cara mencuci
tangan menurut Tietjen, et.al. 2004 adalah metode paling mudah, murah dan efektif dalam pencegahan infeksi
nosokomial dengan strategi yang telah tersedia, yaitu: 1. Menaati praktek pencegahan infeksi yang diajurkan,
terutama kebersihan dan kesehatan tangan cuci tangan serta pemakaian sarung tangan.
2. Memperhatikan dengan seksama proses yang telah terbukti bermanfaat untuk dekontaminasi dan pencucian peralatan
dan benda lain yang kotor, diikuti dengan sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi.
3. Meningkatkan keamanan dalam ruang operasi dan area beresiko tinggi lainnya di mana kecelakaan perlukaan
yang sangat serius dan paparan pada agen penyebab infeksi sering terjadi.
Kewaspadaan universal perawat dalam mencegah infeksi nosocomial menurut Panitia Pengendalian Infeksi
Nosokomial Rumah Sakit Elisabeth Medan 2008 dapat dilakukan dengan cara antara lain mencuci tangan dengan
Universitas Sumatera Utara
sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan, menggunakan alat pelindung yang
sesuai untuk setiap tindakan seperti misalnya: sarung tangan, gaun pelindung, celemek, masker, kacamata pelindung oleh
setiap kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain, pengelolaan dan pembuangan alat-alat tajam dengan hati-
hati, pengelolaan limbah yang tercemar oleh darah atau cairan tubuh dengan aman, pengelolaan alat kesehatan bekas
pakai dengan melakukan dekontaminasi, desinfeksi dan sterilisasi dengan benar, dan pengelolaan linen yang tercemar
dengan benar.
1.5.6. Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci