Dari data di atas tampak bahwa dengan penambahan komposisi agregat sabut kelapa terjadi penurunan densitas batako. Hal ini dikarenakan massa sabut
kelapa lebih ringan dari pada pasir, jika terjadi penambahan massa sabut kelapa maka massa dari batako semakin kecil sehingga nilai densitas batako semakin
menurun.
4.2 Penyerapan Air Water Absorption
Dari data pengukuran penyerapan air terhadap penambahan sabut kelapa seperti yang terlihat pada tabel 6.2 dapat dibuat grafik hubungan antara
penyerapan air terhadap komposisi sabut kelapa seperti yang tampak pada gambar 4.2 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
2 4
6 8
10 12
14
1 2
3 4
5
P e
n y
e ra
p a
n Ai
r
Komposisi Sabut Kelapa
Gambar 4.2 Hubungan penyerapan air terhadap penambahan sabut kelapa pada
pembuatan batako ringan.
Pada gambar 4.2, terlihat bahwa nilai penyerapan air dari batako ringan berbasis sabut kelapa, pasir, dan semen yang dikeringkan secara alami selam 28
hari berkisar antara 8,33 – 12,27 . Dari gambar 4.2, batako yang dibuat tanpa sabut kelapa 0 dan
dikeringkan selama 28 hari memiliki nilai penyerapan air sebesar 8,33. Untuk penambahan 1 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari maka nilai
penyerapan air yang dihasilkan terjadi kenaikan grafik 8,48, pada penambahan 2 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari maka nilai penyerapan air yang
dihasilkan menjadi 9,57. Penambahan 3 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari maka nilai penyerapan air yang dihasilkan menjadi 11,82. Sedangkan
untuk penambahan 4 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari maka nilai penyerapan air yang dihasilkan 11,87. Dan dengan penambahan 5 sabut
kelapa dan dikeringkan selama 28 hari maka nilai penyerapan air yang dihasilkan menjadi 12,27.
Universitas Sumatera Utara
Dari data di atas tampak semakin besar komposisi agregat sabut kelapa, makin besar pula nilai penyerapan air. Hal ini disebabkan karena dengan
penambahan sabut kelapa yang ringan menyebabkan batako semakin banyak terbentuk rongga, sehingga nilai penyerapan air semakin meningkat.
4.3 Kuat Tekan Compressive Strength
Dari data pengukuran kuat tekan terhadap penambahan sabut kelapa seperti yang terlihat pada tabel 6.3 dapat dibuat grafik hubungan antara kuat tekan
MPa terhadap komposisi sabut kelapa seperti yang tampak pada gambar 4.3 berikut ini :
1 2
3 4
5 6
1 2
3 4
5
K u
a t
T e
ka n
MP a
Komposisi Sabut Kelapa
Gambar 4.3 Hubungan kuat tekan terhadap penambahan sabut kelapa pada
pembuatan batako ringan. Dari grafik pada gambar 4.3 terlihat bahwa kuat tekan dari batako ringan
yang mengalami pengerasan ageing setelah 28 hari adalah berkisar antara 5,47 –
2,91 MPa dimana terjadi penurunan grafik secara linier terhadap penambahan sabut kelapa. Untuk batako yang dibuat tanpa sabut kelapa 0 dan dikeringkan
selama 28 hari menghasilkan kuat tekan 5,47MPa.
Universitas Sumatera Utara
Untuk penambahan 1 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari menghasilkan kuat tekan sebesar 5,11 MPa. Untuk penambahan 2 sabut kelapa
dan dikeringkan selama 28 hari menghasilkan kuat tekan sebesar 4,66 MPa. Untuk penambahan 3 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari
menghasilkan kuat tekan sebesar 4,66 MPa. Dan untuk penambahan 4 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari menghasilkan kuat tekan sebesar 3,78
MPa. Selanjutnya penambahan 5 sabut kelapa dan dikeringkan selama 28 hari menghasilkan kuat tekan sebesar 2,91 MPa.
Dari data diatas terlihat bahwa dengan penambahan komposisi agregat sabut kelapa tampak terjadi penurunan tekanan batako. Dalam hal ini daya ikat
semen-pasir berkurang dengan bertambahnya variasi sabut kelapa sehingga sabut kelapa bersifat sebagai bahan pengisi.
4.4 Kuat Impak Impact Strength