4.6.4 Pada gambar 4.6.4 terlihat hasil pengukuran level intensitas suara dari
batako ringan penambahan 3 sabut kelapa yang dikeringkan selama 28 hari.
20 40
60 80
100 120
100 125 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000120015002000 S
o u
n d
L e
v e
l d
B
Frekuensi Hz
β datang
β serap
β pantul
Gambar 4.6.4 Hubungan tingkat penyerapan suara terhadap frekuensi pada
batako ringan pada penambahan 3 sabut kelapa
Pada pengujian penyerapan suara yang dilakukan pada rentang frekuensi pengukuran : 100 – 2000 Hz terlihat bahwa taraf intensitas suara dari sumber yang
datang adalah berkisar 71,1 – 101,2 dB dan taraf intensitas suara yang terserap sekitar 42 – 73,9 dB.
Universitas Sumatera Utara
4.6.5. Pada gambar 4.6.5 terlihat hasil pengukuran level intensitas suara dari
batako ringan penambahan 4 sabut kelapa yang dikeringkan selama 28 hari.
20 40
60 80
100 120
100 125 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000120015002000 S
o u
n d
L e
v e
l d
B
Frekuensi Hz
β datang
β serap
β pantul
Gambar 4.6.5 Hubungan tingkat penyerapan suara terhadap frekuensi pada
batako ringan pada penambahan 4 sabut kelapa
Pada pengujian penyerapan suara yang dilakukan pada rentang frekuensi pengukuran : 100 – 2000 Hz terlihat bahwa taraf intensitas suara dari sumber yang
datang adalah berkisar 71,1 – 101,2 dB dan taraf intensitas suara yang terserap sekitar 45,7 – 74,4 dB.
Universitas Sumatera Utara
4.6.6.
Pada gambar 4.6.6 terlihat hasil pengukuran level intensitas suara dari batako ringan penambahan 5 sabut kelapa yang dikeringkan selama 28 hari.
20 40
60 80
100 120
100 125 200 250 300 400 500 600 700 800 900 1000120015002000 S
o u
n d
L e
v e
l d
B
Frekuensi Hz
β datang
β serap
β pantul
Gambar 4.6.6 Hubungan tingkat penyerapan suara terhadap frekuensi pada
batako ringan pada penambahan 5 sabut kelapa
Pada pengujian penyerapan suara yang dilakukan pada rentang frekuensi pengukuran : 100 – 2000 Hz terlihat bahwa taraf intensitas suara dari sumber yang
datang adalah berkisar 73,6 – 104,2 dB dan taraf intensitas suara yang terserap sekitar 40,5 – 79,4 dB.
Universitas Sumatera Utara
Dari data pengukuran koefisien absorpsi terhadap penambahan sabut kelapa seperti yang terlihat pada tabel F dapat dibuat grafik hubungan antara
koefisien serapan terhadap komposisi sabut kelapa pada frekuensi 100Hz seperti yang tampak pada gambar 4.6.7 berikut ini :
Gambar 4.6.7 Hubungan koefisien absorpsi terhadap penambahan komposisi
sabut kelapa pada frekuensi 100 Hz.
Dari grafik pada gambar 4.6.7 diatas dapat dilihat hubungan koefisien serapan batako ringan terhadap penambahan komposisi sabut kelapa pada
frekuensi 100 Hz. Dari grafik terlihat bahwa nilai koefisien serapan tertinggi diperoleh pada 2 sabut kelapa sebesar 0,6901
Universitas Sumatera Utara
Dari data pengukuran koefisien absorpsi terhadap penambahan sabut kelapa seperti yang terlihat pada tabel F dapat dibuat grafik hubungan antara
koefisien serapan terhadap komposisi sabut kelapa pada frekuensi 125Hz seperti yang tampak pada gambar 4.6.8 berikut ini :
Gambar 4.6.8 Hubungan koefisien absorpsi terhadap penambahan komposisi
sabut kelapa pada frekuensi 125 Hz.
Dari grafik pada gambar 4.6.8 diatas dapat dilihat hubungan koefisien serapan batako ringan terhadap penambahan komposisi sabut kelapa
pada frekuensi 125 Hz. Dari grafik terlihat bahwa nilai koefisien serapan tertinggi diperoleh pada 0 sabut kelapa sebesar 0,595 ..
Universitas Sumatera Utara
Dari data pengukuran koefisien absorpsi terhadap penambahan sabut kelapa seperti yang terlihat pada tabel F dapat dibuat grafik hubungan antara
koefisien serapan terhadap komposisi sabut kelapa pada frekuensi 700Hz seperti yang tampak pada gambar 4.6.9 berikut ini :
Gambar 4.6.9 Hubungan koefisien absorpsi terhadap penambahan komposisi
sabut kelapa pada frekuensi 700 Hz.
Dari grafik pada gambar 4.6.9 diatas dapat dilihat hubungan koefisien serapan batako ringan terhadap penambahan komposisi sabut kelapa pada
frekuensi 700 Hz. Dari grafik terlihat bahwa nilai koefisien serapan tertinggi diperoleh pada penambahan 1 sabut kelapa sebesar 0,644 ..
Universitas Sumatera Utara
Dari data pengukuran koefisien absorpsi terhadap penambahan sabut kelapa seperti yang terlihat pada tabel F dapat dibuat grafik hubungan antara
koefisien serapan terhadap komposisi sabut kelapa pada frekuensi 1000Hz seperti yang tampak pada gambar 4.6.11 berikut ini :
Gambar 4.6.10 Hubungan koefisien absorpsi terhadap penambahan
komposisi sabut kelapa pada frekuensi 1000 Hz.
Dari grafik pada gambar 4.6.11 diatas dapat dilihat hubungan koefisien serapan batako ringan terhadap penambahan komposisi sabut kelapa
pada frekuensi 1000 Hz. Dari grafik terlihat bahwa nilai koefisien serapan tertinggi diperoleh pada penambahan 5 sabut kelapa sebesar 0,6641 .
Universitas Sumatera Utara
Dari data pengukuran koefisien absorpsi terhadap penambahan sabut kelapa seperti yang terlihat pada tabel F dapat dibuat grafik hubungan antara
koefisien serapan terhadap komposisi sabut kelapa pada frekuensi 2000Hz seperti yang tampak pada gambar 4.6.12 berikut ini :
Gambar 4.6.12 Hubungan koefisien absorpsi terhadap penambahan
komposisi sabut kelapa pada frekuensi 2000 Hz.
Dari grafik pada gambar 4.6.12 diatas dapat dilihat hubungan koefisien serapan batako ringan terhadap penambahan komposisi sabut kelapa pada
frekuensi 2000 Hz. Dari grafik terlihat bahwa nilai koefisien serapan tertinggi diperoleh pada penambahan 3 sabut kelapa sebesar 0,5653 .
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan