Kadar Antioksidan Dalam Gingival Crevicular Fluid GCF Pada Penderita Periodontitis

Tabel 2 menunjukkan bahwa subjek dengan status kesehatan periodontal yang buruk cenderung memiliki kerusakan oksidatif yang lebih besar, hal ini dibuktikan dengan adanya kadar protein karbonil yang tinggi dalam saliva. Kondisi ini menunjukkan adanya kerusakan jaringan yang disebabkan oleh ROS. Laju aliran TAA pada subjek dengan CPITN rendah 11 juga didapati rendah. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa subjek dengan CPITN rendah lebih banyak mengalami kerusakan oksidatif sehingga menyebabkan destruksi jaringan periodonsium.

3.3 Kadar Antioksidan Dalam Gingival Crevicular Fluid GCF Pada Penderita Periodontitis

Mukosa berperan penting terhadap kesehatan rongga mulut karena integritasnya berfungsi untuk mencegah penetrasi mikroorganisme. Adanya perlekatan epitel ke gigi pada daerah pertemuan antara gingiva dan gigi menyebabkan mikroorganisme tidak dapat masuk ke membran periodontal pada keadaan normal. Pada daerah ini juga terdapat cairan sulkus gingiva yaitu eksudat yang mengalir ke dalam rongga mulut dari saku periodontal. 21,22 Lapisan epitel yang sering terlibat dalam penyakit periodontal adalah epitel penyatu dan epitel sulkus yang dialiri oleh cairan plasma. 23 Gingival crevicular fluid GCF juga merupakan transudat serum yang mengandung semua komponen serum dan juga sel polimorfonuklear leukosit. Konsentrasi asam askorbat dalam GCF dilaporkan tiga kali lebih tinggi dari kandungannya dalam plasma dan ini menunjukkan GCF mempunyai daya untuk mencegah pengaktifan neutrofil. 12 Dalam respon organisme hidup terhadap stres oksidatif, antioksidan GCF diproduksi melalui stimulasi dari jaringan periodonsium yang 23 Universitas Sumatera Utara terinflamasi. 24 Kepekatan glutathione dalam GCF yang tinggi akan berkurang apabila seseorang menderita penyakit periodontal. 19 Chapple ILC, dkk 10,23 melakukan penelitian untuk mengetahui kadar glutathione dalam antioksidan GCF dan hubungannya dengan antioksidan lokal terhadap kesehatan periodontal. Penelitian terhadap 10 penderita penyakit periodontal yang memiliki usia dan jenis kelamin yang sama dengan subjek kontrol bukan penderita penyakit periodontal dengan kriteria; tidak merokok, tidak mengkonsumsikan vitamin, obat anti-inflamasi atau antibiotik sejak 3 bulan sebelum sampel diambil, kedalaman poket sebanyak rata-rata 2.9mm dan subjek berpuasa semalam sebelum sampel diambil. Sampel plasma dan GCF diambil dan diawetkan dengan analisis kromatografi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kadar antioksidan lokal dalam GCF secara signifikan menurun pada penderita penyakit periodontal dibandingkan dengan subjek kontrol. Kadar antioksidan lokal yang menurun diduga ada hubungannya dengan penurunan rata-rata kadar antioksidan dalam plasma penderita. Data dari analisis kromatografi menunjukkan reduced glutathione GSH adalah komponen lokal dalam GCF yang berperan dalam respon pertahanan antioksidan. Hal ini menunjukkan bahwa sulkus gingiva secara normal mengandung konsentrasi GSH tinggi yang merupakan anti-inflamasi yang kuat. 10,23 Panjamurthy K, dkk 25 melakukan penelitian pada 25 orang dewasa yang berumur 25-35 tahun untuk menilai tingkat stres oksidatif pada penderita periodontitis dengan mengukur kadar thiobarbituric acid reactive TBARS, antioksidan enzimatik superoxide dismutase SOD, catalase CAT, glutathione peroxide GSHPx, dan antioksidan non- 24 Universitas Sumatera Utara enzimatik vitamin E dan C serta reduced glutathione GSH. Kadar TBARS dan antioksidan non enzimatik serta aktivitas antioksidan enzimatik penderita dalam plasma, eritrosit dan jaringan periodonsium diuji menggunakan metode kolorimetri ilmu ukur warna dengan memanfaatkan warna baku standar . Tingkat keparahan periodontitis pasien didiagnosis dengan pemeriksaan kedalaman poket periodontal 3.5mm dan tingkat mobilitas gigi dengan kriteria; tidak merokok atau mengunyah tembakau, tidak mengkonsumsi alkohol, dan tidak menderita penyakit sistemik. Tabel 3 : Kadar TBARS pada subjek dengan jaringan periodonsium yang sehat dan penderita periodontitis. Panjamurthy K, dkk. Lipid peroxidation and antioxidants status in patients with periodontitis. Cellular Molecular Biology Letters;200510:259. Parameter Subjek kontrol jaringan periodonsium sehat Penderita periodontitis TBARS Plasma n molml 4.79 ±0.83 10.34 ±1.9 Eritrosit p molmg Hb 3.65 ±0.52 8.79 ±2.1 Membran eritrosit n molmg protein 0.39 ±0.06 1.06 ±0.13 Jaringan periodonsium n mol100 mg protein 130.8 ±16.9 170.6 ±24.8 Pada tabel 3 menunjukkan kadar TBARS dalam plasma, eritrosit dan jaringan periodonsium pada penderita periodontitis adalah tinggi bila dibandingkan dengan kelompok kontrol tidak menderita periodontitis. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan peroksidasi lipid pada plasma yang disebabkan oleh peningkatan peroksidasi lipid pada eritrosit atau terjadinya difusi dari jaringan periodonsium yang terinflamasi. 25 Universitas Sumatera Utara Tabel 4 : Kadar antioksidan non enzimatik pada subjek yang memiliki jaringan periodonsium yang sehat dan penderita periodontitis. Panjamurthy K, dkk. Lipid peroxidation and antioxidants status in patients with periodontitis. Cellular Molecular Biology Letters;200510:259. Dari tabel 4 diketahui bahwa kadar kepekatan antioksidan non enzimatik vitamin E, vitamin C dan GSH pada penderita periodontitis lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang memiliki kondisi periodonsium yang sehat. Hal ini menjelaskan bahwa terjadinya gangguan dalam sistem pertahanan antioksidan endogen karena inflamasi menyebabkan peningkatan produksi peroksidasi lipid, yang berkaitan dengan peningkatan stres oksidatif pada penderita periodontitis. Parameter Subjek kontrol jaringan periodonsium sehat Penderita periodontitis Plasma Vitamin C mgdl Vitamin E mgdl GSH mgdl 1.38 0.06 1.42 0.09 43.63 5.04 0.71 0.08 0.87 0.06 29.59 3.68 Eritrosit GSH mgdl 47.67 3.52 30.97 5.02 Membran eritrosit Vitamin E gmg of protein 2.206 0.18 1.497 0.19 Jaringan periodonsium GSH n molesmg protein 6.32 0.72 10.9 1.23 26 Universitas Sumatera Utara Tabel 5 : Aktivitas antioksidan enzimatik plasma, eritrosit dan jaringan periodonsium pada subjek dengan jaringan periodonsium yang sehat dan penderita periodontitis.Panjamurthy K, dkk. Lipid peroxidation and antioxidants status in patients with periodontitis. Cellular Molecular Biology Letters;200510:259. Parameter Subjek kontrol jaringan periodonsium sehat Penderita periodontitis Plasma SOD U A ml CAT U B ml GSHPx U C L 3.46 ± 0.38 0.52 ± 0.08 197.32 ± 21.33 5.62 ± 0.34 0.83 ± 0.07 239.99 ± 38.53 Eritrosit SOD U A mg Hb CAT U B mg Hb GSHPx U C g Hb 2.43 ± 0.29 2.14 ± 0.18 29.2 ± 1.9 5.1 ± 0.82 4.8 ± 0.51 38.2 ± 5.2 Jaringan periodonsium SOD U A mg protein CAT U B mg protein GSHPx U C g protein 12.7 ± 1.4 7.6 ± 0.54 14.3 ± 1.22 18.6 ± 1.6 11.9 ± 1.3 20.2 ± 1.91 Pada tabel 5 dapat dilihat aktivitas antioksidan enzimatik meningkat dibanding dengan kelompok yang sehat. Peneliti melaporkan bahwa peningkatan kadar glutathione dalam jaringan periodonsium menyebabkan peningkatan aktivitas superoxide dismutase SOD, catalase dan glutathione peroxidase GSHPx dalam plasma, eritrosit dan jaringan periodonsium. Hal ini disebabkan oleh peningkatan produksi peroksidasi lipid pada jaringan yang terinflamasi. Peningkatan aktivitas enzimatik ini bertindak secara tidak langsung sebagai indikator dari stres oksidatif. 27 Universitas Sumatera Utara

3.4 Kadar Antioksidan Dalam Serum Pada Penderita Periodontitis