BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya hidup dari sektor pertanian, Indonesia selalu memprogramkan pembangunan pertanian yang hakekatnya
bertujuan demi kesejahteraan masyarakat petani baik untuk mencukupi kebutuhan subsisten yang terasa semakin sulit maupun demi peningkatan kesejahteraan
petani itu sendiri. Hal yang sama juga terjadi di Sumatera Utara dimana sektor pertanian masih memegang peranan penting. Indeks berantai produk domestik
regional bruto sektor pertanian atas dasar harga konstan dari tahun 2000 sampai tahun 2006 mengalami pertumbuhan sebesar 0.05 persen. Hal yang sama juga
terjadi pada kontribusi sektor pertanian yang juga mengalami peningkatan sebesar 0,29
persen bila
dibandingkan kontribusi
pada tahun
2007 Badan Pusat Statistik, 2008 .
Sejak menurunnya perhatian pemerintah terhadap pertanian padi setelah dicapainya swasembada beras tahun 1984, kesejahteraan petani padi tampak
semakin merosot. Hal ini tampak dari ketimpangan harga-harga yang diterima petani dari hasil penjualan produknya dengan harga-harga yang harus dibayar
petani untuk keberlangsungan proses produksinya, yang lazim disebut Nilai Tukar Petani. Menurut data BPS, nilai tukar produk pertanian terhadap produk industri
di Pulau Jawa dan beberapa propinsi diluar Jawa sejak tahun 1992 hingga
Universitas Sumatera Utara
pertengahan 1993 cenderung menurun. Penurunan nilai tukar petani terjadi juga di Sumatera Utara Hendayana , 1995 .
Pembangunan di segala bidang merupakan arah dan tujuan kebijakan Pemerintah Indonesia. Adapun hakikat sosial dari pembangunan itu sendiri adalah
peningkatan kesejahteraan bagi seluruh penduduk Indonesia. Mengingat bahwa dua pertiga penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan dan sebagian besar
masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, maka sangat diharapkan sektor pertanian ini dapat merupakan motor penggerak pertumbuhan yang mampu
meningkatkan pendapatan para petani dan mampu mengentaskan kemiskinan. Badan Pusat Statistik , 2008.
Untuk melihat dinamika tingkat kesejahteraan petani, salah satu alat bantu yang digunakan adalah Nilai Tukar
Petani NTP
dan Nilai Tukar Komoditas Pertanian NTKP , dimana peningkatan nilai tukar
tersebut diharapkan mampu mengindikasikan peningkatkan kesejahteraan masyarakat pertanian maupun keadaan sebaliknya. NTP berkaitan dengan
kemampuan dan daya beli petani dalam membiayai hidup rumah tangganya. NTKP berkaitan dengan kekuatan dari daya tukar ataupun daya beli dari suatu
komoditas pertanian terhadap komoditasproduksi lain yang dipertukarkan Elizabeth dan Darwis, 2000 .
Apabila daya beli petani karena pendapatan yang diterima dari kenaikan harga produksi pertanian yang dihasilkan lebih besar dari kenaikan harga barang yang
dibeli, maka hal ini mengindikasikan bahwa daya dan kemampuan petani lebih baik atau tingkat pendapatan petani lebih meningkat. Alat ukur daya beli petani
Universitas Sumatera Utara
dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan petani dirumuskan dalam bentuk Nilai Tukar Petani NTP yang terbentuk oleh keterkaitan yang kompleks dari
suatu sistem pembentuk harga, baik harga yang diterima maupun harga yang dibayar petani. Dengan kata lain, Nilai Tukar Petani dapat didefenisikan sebagai
nisbah antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar oleh petani, sehingga merupakan ukuran kemampuan daya tukar produk yang
dihasilkan terhadap produk dan jasa yang mampu dibeli rumah tangga petani, baik untuk biaya input usahatani maupun biaya konsumsi rumah tangga petani
Elizabeth dan Darwis, 2000 . Hubungan Nilai Tukar Petani dengan tingkat kesejahteraan petani sebagai
produsen secara nyata terlihat dari posisi Indeks Harga yang Diterima Petani It yang berada pada pembilang enumerator dari angka NTP. Apabila harga
barang produk pertanian naik, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang , maka penerimaanpendapatan petani dari hasil panennya juga akan bertambah.
Perkembangan harga yang ditunjukkan It, merupakan sebuah indikator tingkat kesejahteraan petani produsen dari sisi pendapatan Rianse, 2009 .
Selain itu, untuk melihat tingkat kesejahteraan petani secara utuh perlu dilihat sisi yang lain yaitu perkembangan jumlah pengeluaranpembelanjaan mereka baik
untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk produksi. Dalam hal ini petani sebagai produsen dan juga konsumen dihadapkan kepada pilihan dalam mengalokasikan
pendapatannya, yaitu : Pertama, untuk memenuhi kebutuhan pokok konsumsi demi kelangsungan hidup petani beserta keluarganya. Kedua, pengeluaran untuk
produksibudidaya pertanian yang merupakan ladang penghidupannya yang
Universitas Sumatera Utara
mencakup biaya operasional produksi dan investasi atau pembentukan barang modal. Unsur kedua ini hanya mungkin dilakukan apabila kebutuhan pokok petani
telah terpenuhi, dengan demikian investasi dan pembentukan barang modal merupakan faktor penentu bagi tingkat kesejahteraan petani Rianse, 2009 .
Berikut akan dijelaskan pada grafik Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara
81.4 88
88.5 93.1
99.1 99.5
104.9 94.5
93.44 93 101.8
1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
DATA NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SUMATERA UTARA
nilai tukar petani
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa peningkatan nilai tukar petani terjadi pada tahun 1998 – 2004. Penurunan nilai tukar petani terjadi pada tahun 2004 – 2007.
Kemudian pada tahun 2008, nilai tukar petani kembali meningkat sebesar 104,8 persen.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Identifikasi Masalah