2.2 Landasan teori
Nilai tukar petani didefinisikan sebagai pengukur kemampuan tukar barang barang produk pertanian yang dihasilkan petani terhadap barang dan jasa yang
diperlukan untuk konsumsi rumah tangga dan kebutuhan dalam memproduksi hasil pertanian. Dengan demikian NTP diperoleh dari persentase rasio indeks
harga yang diterima petani It dengan indeks harga yang dibayar petani Ib. It mencakup sektor tanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan rakyat,
sedangkan Ib mencakup kelompok konsumsi rumahtangga dan biaya produksi dan penambahan barang modal Departemen Pertanian , 2003 .
Indeks harga yang diterima petani It adalah perbandingan antara harga yang diterima petani pada tahun berlaku dengan harga tersebut pada tahun dasar.
Sedangkan perbandingan antara harga yang dibayarkan petani pada tahun berlaku dengan harga yang dibayarkan petani pada tahun dasar merupakan indeks harga
yang dibayarkan petani Ib. NTP ditentukan oleh interaksi antara empat unsur harga yang terpisah, yaitu harga output pertanian, harga input pertanian, harga
luaran sektor industri perkotaan non pertanian, dan harga masukan sektor non- pertanian. Pemerintah dapat mempengaruhi keempat harga-harga di atas dengan
tujuan yang sangat khusus . Jika campur tangan pemerintah ini dikombinasikan, maka akan terbentuklah nilai tukar sektor pertanianpedesaan terhadap sektor
perkotaan atau industri. Oleh karena itu, nilai tukar petani dapat dipakai sebagai petunjuk tentang keuntungan di sektor pertanian dan kemampuan daya beli barang
dan jasa dari pendapatan petani. Jika seandainya campur tangan pemerintah ini tidak ada, maka nilai tukar akan ditentukan oleh kekuatan pasar
Hendayana , 1995 .
Universitas Sumatera Utara
Nilai Tukar Petani NTP berbeda menurut wilayahprovinsi karena adanya perbedaan inflasi laju pertumbuhan indeks harga konsumen , sistem distribusi
pupuk dan input-input pertanian lainnya dan juga perbedaan titik ekuilibrium pasar untuk komoditi-komoditi pertanian. Titik keseimbangan pasar itu sendiri
dipengaruhi oleh kondisi penawaran dan permintaan di wilayah tersebut. Dari sisi penawaran, faktor penentu adalah terutama volume dan kapasitas produksi
ditambah dengan impor kalau ada , sedangkan dari sisi permintaan adalah terutama jumlah penduduk serta komposisinya menurut umur dan jenis kelamin
dan tingkat pendapatan riil masyarakat rata-rata per kapita Hendayana, 1995 . Kecenderungan rendahnya NTP akan dapat mengurangi insentif petani dalam
meningkatkan produktivitas pertanian secara optimal dalam jangka panjang. Kondisi demikian dapat mengurangi laju peningkatan produksi relatif terhadap
laju peningkatan konsumsi dalam negeri, sehingga swasembada pangan terutama beras yang telah tercapai selama ini bisa terancam kelestariannya
Hendayana, 1995 . Berbagai fenomena perubahan situasi yang terjadi baik yang bersifat alami seperti
gejolak produksi pertanian maupun gejolak yang terjadi akibat adanya distorsi pasar seperti penerapan kebijaksanaan yang disengaja, baik di sektor pertanian
dan non-pertanian, ditingkat mikro maupun makro, akan mempengaruhi harga- harga yang pada gilirannya akan mempengaruhi nilai tukar petani dan akan
menjadi masukan penting bagi penyusunan program kebijaksanaan ke arah pembentukan nilai tukar yang diinginkan. Keadaan ini dapat mengindikasikan
bahwa kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dari awal yang terkait dengan
Universitas Sumatera Utara
input produksi usahatani sampai pada pemasaran hasil produk pertanian seperti kebijaksanaan harga input dan output, subsidi, modalperkreditan dan lainnya
akan mempengaruhi nilai tukar petani secara langsung maupun tidak langsung Elizabeth dan Darwis , 2000 .
Fluktuasi nilai tukar petani akan menunjukkan fluktuasi kemampuan pembayaran ataupun tingkat pendapatan riil petani. Kegiatan pertanian tentu saja tidak lepas
dari kegiatan di luar sektor pertanian, dengan demikian nilai tukar petani juga dipengaruhi oleh peran dan perilaku di luar sektor pertanian. Perbaikan dan
peningkatan nilai tukar petani yang mengindikasikan peningkatan kesejahteraan petani akan terkait dengan kegairahan petani untuk berproduksi. Hal ini akan
berdampak ganda, tidak saja dalam peningkatan partisipasi petani dan produksi pertanian dalam menggairahkan perekonomian pedesaan, penciptaan lapangan
pekerjaan di pedesaan dan menumbuhkan permintaan produk non pertanian, tetapi juga diharapkan akan mampu mengurangi perbedaan menciptakan
keseimbangan pembangunan antar daerah, maupun antar wilayah serta optimalisasi sumberdaya nasional. Keragaman penerimaan, pengeluaran dan nilai
tukar petani antar daerah dan waktu dipengaruhi oleh mekanisme pembentukan dalam sistem nilai tukar petani yang berbeda antar daerah dan antar waktu sebagai
akibat dari keragaman sistem pembentukan penawaran dan penerimaan. Dari sisi penerimaan petani, keragaman antar daerah dan waktu terjadi berkaitan dengan
keragaman sumberdaya dan komoditas yang diusahainya serta diversivikasi sumber pendapatan lain. Keragaman pengeluaran petani terkait dengan keragaman
pola konsumsi petani antar daerah dan waktu Supriyati, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Walaupun sebagai suatu konsep, nilai tukar sudah jelas dengan sendirinya, di dalam penelitian empiris besaran angka ini sangat tergantung kepada implikasi
apa yang ingin dinilai. Sementara ini di Indonesia, baik secara konsepsional maupun dalam penelitian empiris, rumus nilai tukar yang sering digunakan yaitu:
1 Konsep barter: menunjukkan harga nisbi suatu komoditas tanaman terpilih
yang dihasilkan petani terhadap barang niaga bukan-pertanian yang dibutuhkan petani dengan rumus matematis :
100 Py
Px NT
× =
dimana : NT : Nilai tukar
Px : harga atau indeks harga komoditas yang dihasilkan petani. Py : harga atau indeks harga komoditas yang dibeli petani.
2 Konsep faktor tunggal: yang menunjukkan pengaruh perubahan teknologi terhadap nilai tukar 1 dan dirumuskan sebagai:
NT Ey
NT ×
=
NT : nilai tukar yang mengalami perubahan teknologi Ey : tingkat produktivitas komoditas pada waktu tertentu diukur sebagai
nisbah nilai hasil dibagi biaya produksi yang dikorbankan per hektar untuk memperoleh hasil.
3 Konsep pendapatan: menyatakan nisbah nilai hasil yang diproduksi petani dengan nilai keluaran per hektar untuk memperoleh hasil, sehingga
ditulis sebagai :
Universitas Sumatera Utara
100 Py.Qy
Px.Qx NT
× =
dimana :
NT : nilai tukar Px : harga atau indeks harga komoditas yang dihasilkan petani
Qx : jumlah komoditas yang dihasilkan petani Py : harga atau indeks harga komoditas yang dibayarkan petani.
Qy : jumlah komoditas yang dibayarkan petani 4 Konsep subsisten: menyatakan nilai hasil komoditas yang dihasilkan petani
yang mampu ditukarkan dengan sejumlah nilai barang yang diperlukan petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari bersama rumah tangganya.
Konsep ini dirumuskan sebagai berikut :
100 PzQz
PyQy Qx
Px NT
× +
⋅ =
dimana : x : indeks harga komoditas yang dihasilkan petani
y : indeks harga komoditas yang dibeli petani z : satuan komoditas yang dibeli petani guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
5 Konsep BPS: Nilai tukar yang dihitung oleh BPS ini lebih mendekati rumus nomor 4 yang mana indeks harga yang diterima dan indeks harga yang dibeli
petani dihitung menurut metode Laspeyres. Sehingga besaran nilai tukar yang dipublikaskan oleh BPS dirumuskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
100 Ib
It NT
× =
dan
100 Q
P Q
P P
P lt
1 t
1 t
t
× ×
=
− −
dimana : It
: indeks harga yang diterima petani Ib
: indeks harga yang dibayar petani Pt
: harga bulan ke-t; P
t-1
Q P
: nilai konsumsi bulan ke t-1 Q
Hendayana, 1995 : nilai konsumsi tahun dasar
2.3 Kerangka Pemikiran