Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Tinjauan pustaka

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1 Berapa rata-rata nilai tukar petani di Desa Sei Mencirim,Kecamatan Sunggal pada tahun 2009? 2 Bagaimana perkembangan nilai tukar petani di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 – 2008? 3 Apa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Untuk menghitung rata-rata nilai tukar petani di Desa Sei Mencirim, Kecamatan Sunggal pada tahun 2009. 2 Untuk mengetahui perkembangan nilai tukar petani di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2004 – 2008. 3 Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar petani. Universitas Sumatera Utara

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Sebagai bahan masukan bagi petani padi sawah dalam pengembangan usaha taninya. 2 Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan. 3 Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam membuat kebijakan terutama dalam hal pengembangan usaha tani padi sawah. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan pustaka

Tingkat kesejahteraan petani merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor pertanian. Pada saat ini tingkat kesejahteraan petani sedang menjadi perhatian utama, karena tingkat kesejahteraan petani diperkirakan makin menurun. Beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab menurunnya tingkat kesejahteraan petani makin sempitnya lahan yang dimiliki petani, harga gabah yang cenderung rendah pada saaat panen raya dan naiknya beberapa faktor input produksi usaha tani Wiryono, 1997 . Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani adalah nilai tukar petani NTP. Nilai tukar petani adalah rasio indeks yang diterima petani dengan indeks yang dibayar petani. Nilai Tukar Petani diatas 100 berarti indeks yang diterima petani lebih tinggi dari yang dibayar petani, sehingga dapat dikatakan petani lebih sejahtera dibandingkan jika NTP di bawah 100. Secara umum ada tiga macam pengertian NTP yaitu : 1 NTP 100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya, dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya. Universitas Sumatera Utara 2 NTP = 100, berarti petani mengalami impasbreak even. Kenaikanpenurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikanpenurunan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraaan petani tidak mengalami perubahan. 3 NTP 100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahteraan petani pada periode sebelumnya. Adapun kegunaan dari NTP adalah : 1 Dari indeks harga yang diterima petani It dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini juga digunakan sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian. 2 Dari kelompok konsumsi rumah tangga dalam indeks harga yang dibayar petani Ib, dapat digunakan untuk melihat fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di pedesaan. 3 Nilai tukar petani mempunyai kegunaan untuk mengukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam memproduksi. Hal ini terlihat bila dibandingkan kemampuan nilai tukarnya pada tahun dasar. Dengan demikian, NTP dapat dipakai sebagai salah satu indikator dalam menilai tingkat kesejahteraan petani Badan Pusat Statistik, 2008 . Universitas Sumatera Utara Besar kecilnya proporsi pendapatan rumah tangga petani dari sektor pertanian akan mempengaruhi besar kecilnya kekuatan nilai tukar pertanian bagi petani yang berkaitan erat dengan peran pertanian dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga petani. Perbedaan peran proporsi pertanian selain dipengaruhi dan terkait menurut kelompok masyarakat, antara petani berlahan luas dengan berlahan sempit dan buruh tani, juga dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas usaha pertanian, kekuatankemampuan pasar dan kebijaksanaan pemerintah. Dengan demikian mekanisme komplek dari sistem permintaan,penawaran, dan kebijaksanaan akan berpengaruh dalam pembentukan nilai tukar pertanian. Pembentukan harga tidak semata ditentukan oleh sektor pertanian, tetapi juga oleh perilaku sektor di luar pertanian baik sektor riil, fiskal, maupun moneter Killick, 1983: Timmer dkk. Penelitian tentang nilai tukar petani di Indonesia relatif banyak dilakukan. Penelitian tersebut sebagian besar hanya melihat aspek nilai tukar komoditas pertanian. Analisis nilai tukar komoditas pertanian pernah dilakukan oleh Supriyati 2004 dalam penelitiannya yang berjudul “ analisis nilai tukar komoditas pertanian kasus komoditas kentang “ menjelaskan bahwa dalam periode 1987 – 1998, tingkat kesejahteraan petani kentang di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur cenderung meningkat karena pertumbuhan harga kentang lebih besar dibandingkan dengan harga yang dibayar petani untuk barang konsumsi, sarana produksi dan barang modal. Sebaliknya, di Sulawesi Selatan tingkat kesejahteraan petani kentang cenderung menurun. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan harga kentang lebih lambat dibandingkan dengan harga yang dibayar petani untuk barang konsumsi, sarana produksi dan barang modal. Nilai tukar penerimaan komoditas kentang dipengaruhi oleh tingkat penerapan Universitas Sumatera Utara teknologi, harga sarana produksi, tingkat produktivitas, dan harga jual komoditas kentang. Harga kentang di tingkat produsen di tiga provinsi dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Penelitian Hendayana dan Tarigan 1995 menjelaskan bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap PDB nasional semakin menurun. Pangsa subsektor tanaman juga cenderung sering menurun, tetapi jumlah penurunannya lebih rendah daripada sektor pertanian secara keseluruhan. Nilai tukar sektor tanaman pangan sangat bergejolak dan mempunyai kecenderungan meningkat. Jumlah stok awal, PDB, nilai tukar dan pangsa subsektor pangan terhadap total PDB berpengaruh positif terhadap jumlah beras yang tersedia, sedangkan jumlah impor dan pangsa sektor industri terhadap PDB total berpengaruh negatif terhadap jumlah beras yang tersedia. Pada tahun 1950-an, Presbich dan Singer dalam Sarkar 1986 menyatakan bahwa harga komoditas primer cenderung menurun dan penurunan ini kemungkinan akan berlanjut terus. Adapun faktor yang mempengaruhi penurunan harga tersebut adalah : 1 Rendahnya elastisitas pendapatan dari bahan pangan dasar Hukum Engle . 2 Perubahan teknologi dengan laju yang berbeda yang menguntungkan barang – barang produksi sektor manufaktur. 3 Struktur pasar yang kurang kompetitif pada sektor manufaktur, yang mengarah kepada pasar monopoli. Hutabarat , 1995 Universitas Sumatera Utara Menurut Presbich 1964, penurunan nilai tukar negara -negara pengekspor produk pertanian pada tahun 1950-an dan 1960-an disebabkan oleh kegagalan negara – negara industri membagi kemajuan teknis kepada negara-negara pembeli barang industri. Sebagian besar manfaat perbaikan teknis dalam manufacturing dapat dinikmati oleh pekerja dalam bentuk upah yang lebih tinggi daripada disalurkan kepada konsumen dalam bentuk harga – harga yang lebih rendah Hutabarat, 1995. Menurut Simatupang 1992, penurunan nilai tukar barter sektor pertanian itu merupakan fenomena alamiah yang akan terjadi secara otomatis dalam suatu perekonomian yang mengalami pertumbuhan dimana kaitan antar sektor pertanian dengan industri pengolahan sangat rendah disebabkan oleh faktor – faktor : 1 Perubahan struktur ekonomi yang tumbuh bias ke sektor non pertanian. 2 Pembangunan agroindustri berjalan lambat. 3 Kemajuan teknologi pertanian yang dapat mendorong peningkatan produksi dengan pesat. 4 Perubahan struktur pasar, dengan kekuatan tawar menawar petani penjual produk pertanian semakin menurun relatif terhadap pembelinya. 5 Kebijakan pemerintah yang melindungi konsumen produk– produk pertanian. 6 Perubahan struktur demografi karena terjadinya urbanisasi. Hutabarat , 1995 . Penelitian Saleh dkk 2000 dari Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian menjelaskan bahwa faktor harga berpengaruh besar terhadap nilai tukar penerimaan dan nilai tukar pendapatan. Nilai tukar penerimaan dipengaruhi oleh Universitas Sumatera Utara tingkat penerapan teknologi , tingkat serangan hamapenyakit, musimcuaca serta harga baik harga saprodi maupun harga produk. Nilai tukar subsisten dipengaruhi oleh besarnya tingkat pendapatan usaha pertanian dan tingkat pengeluaran untuk konsumsi pangan. Pada penelitian ini nilai tukar komoditas pertanian diukur dengan menggunakan konsep nilai tukar penerimaan dan nilai tukar barter. Nilai tukar pendapatan diukur dengan konsep nilai tukar subsisten dan nilai tukar pendapatan total. Penelitian nilai tukar petani dilakukan oleh Rachmat 2000 menunjukkan bahwa dibandingkan kondisi pada tahun dasar, secara kumulatif dalam tahun 1987 – 1998 terjadi peningkatan NTP di 8 provinsi yaitu di Provinsi Bali, Sunbar, NTB, Sulsel, Kalsel, Sulut, dan D I Yogyakarta; dan penurunan NTP di provinsi Lampung, Sumut, Jatim, Jateng, dan Jabar. Pada masa krisis terjadi penurunan NTP padi dan sayuran sedangkan NTP palawija dan tanaman perkebunan rakyat meningkat. Lebih lanjut Rachmad 2000 menjelaskan bahwa daerah dengan pangsa komoditas padi tinggi menghasilkan NTP relatif konstan. Daerah dengan pangsa perkebunan dominan NTP cenderung menurun. Sedangkan daerah dengan pangsa konsumsi makanan tinggi menghasilkan NTP yang cenderung lebih rendah. Hasil penelitian Hutabarat 1995 menunjukkan Indeks NTP secara dominan dipengaruhi oleh indeks harga tanaman pangan dan harga konsumsi rumah tangga. Kemerosotan nilai tukar petani dan produk pertanian pada umumnya juga terjadi karena penurunan harga komoditas yang diproduksi dan dijual petani sementara harga barang industri yang dibeli petani meningkat. Sedangkan penelitian Universitas Sumatera Utara Hendayana Tarigan 1995 yang berjudul “ dimensi perubahan nilai tukar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya menjelaskan penurunan NTP lebih banyak terjadi karena menurunnya indeks harga yang diterima petani dari subsektor tanaman perdagangan rakyat. Perubahan NTP padi di Sumatera Utara dipengaruhi oleh produktivitas, harga gabah, konsumsi rumah tangga, dan luas garapan sawah petani. Penelitian NTP juga pernah dilakukan pada sektor perikanan. Penelitian Hadi Sugiarto 2003 yang berjudul “ analisis nilai tukar nelayan di wilayah pesisir pantai utara Jawa studi kasus wilayah pesisir Kabupaten Pekalongan “ menjelaskan bahwa pendapatan keluarga yang diterima nelayan masih lebih besar dari pengeluaran. Hal tersebut menunjukkan NTN lebih dari satu, atau ada indikasi bahwa nelayan berpotensi untuk melakukan investasi dengan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan faktor pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi, ketidakpastian hasil tangkapan, besarnya biaya operasional dan jenis ikan yang ditangkap dan harga yang diterima. Keadaan nilai tukar sektor pertanian yang tidak menguntungkan perlu diatur kembali agar sektor pertanian dapat melaksanakan peranannya dengan sebaik – baiknya. Arah pengaturannya ialah merangsang produksi, meningkatkan pendapatan rill dan taraf hidup produsen dan menimbulkan alokasi sumber daya yang menunjang pembangunan pertanian Anonimus, 1979 . Universitas Sumatera Utara

2.2 Landasan teori