PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, REFRESENTASI MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DENGAN TANPA AUTOGRAPH.

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH, REPRESENTASI MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DENGAN TANPA AUTOGRAPH

TESIS

Oleh :

BAITI AKMAL NIM 8116171002

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRACT

BAITI AKMAL. Ability differences Mathematics Problem Solving, Mathematical representation and Students’ Motivation who were Given to Problem-Based Learning with Autograph and without Autograph. Thesis. Medan: Mathematics Education Program Post-Graduate Studies, State University of Medan, 2015.

The purpose of the study to identify: (1) Ability differences Mathematics problem solving between the students learning through problem-based learning model with autograph and the students learning through problem-based learning model without autograph. (2) Ability differences in mathematical representation between the students learning through problem-based learning model with autograph and the students learning through problem-based learning model without autograph. (3) Differences in learning motivation between the students learning through problem-based learning model with autograph and the students learning through problem-based learning model without autograph. (4) Quality of the activity in student learning during process to direct based. (5) Process of problem-solving that made the student in problem-solving problem in each lesson.

This study is quasi-experimental study. This population of this study is a class XI in SMA Negeri 1 Medan and selected two classes XI from 13 classes in SMA Negeri 1 Medan randomly. Experimental class 1 are given problem-based learning model without autograph and experimental class 2 are given problem-based learning model with autograph. The instrument used consists: (1) test the ability of solving mathematical problems, (2) test the ability of mathematical representation, (3) the motivation questionnaire and (4) the observation sheet.

Data analysis was used t-test α = 0.05 after the data are fulfilled with SPSS 22. The result showed that (1) there are differences in mathematical problem-solving skill between the student who were given problem-based learning with autograph and student who were given problem-based learning without autograph. (2) There are differences in mathematical representation between the student who were given problem-based learning with autograph and student who were given problem-based learning without autograph. (3) There are differences in learning motivation between the student who were given problem-based learning with autograph and student who were given problem-based learning without autograph. (4) The quality of student in learning used problem-based learning with autograph model is better or more active than problem-based learning without autograph model. (5) The process of problem solving used problem-based learning with autograph model is better than problem-based learning without autograph model.

Keywords: Problem-Based Learning Model, Problem Solving, Mathematical representation and Motivation.


(7)

ii ABSTRAK

BAITI AKMAL. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah, Representasi

Matematika dan Motivasi Belajar Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph dan Tanpa Autograph.Tesis. Medan: Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph. (2) Perbedaan kemampuan representasi antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph. (3) Perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph (4) Kadar aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berlangsung. (5) Proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Medan dan mengambil 2 sampel kelas XI SMA Negeri 1 Medan secara acak dari 13 kelas. Kelas eksperimen 1 diberi perlakuan model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph dan kelas eksperimen 2 diberi perlakuan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph. Instrumen yang digunakan terdiri dari: (1) tes kemampuan pemecahan masalah matematika, (2) tes kemampuan representasi matematika dan (3) Angket motivasi (4) lembar observasi. Analisis data digunakan uji-t pada

= 0,05 setelah prasyarat pengujian terpenuhi dengan menggunakan program SPSS 22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph (2) Terdapat perbedaan kemampuan representasi matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph. (3) Terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph. (4) Aktivitas siswa yang pembelajaranya dengan mengunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik/lebih aktif dibandingkan dengan model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograpah (5) Proses penyelesaian jawaban siswa yang pembelajaranya dengan mengunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemecahan Masalah, Representasi Matematika dan Motivasi


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan keadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan dan hidayah-Nya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini karena atas izinNya dan adanya bantuan moril, motivasi dan materil dari berbagai pihak. Untuk itu, tak lupa penulis menyampaikan dan mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besaranya kepada:

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ida Karnasih, MSc. Ed. PhD selaku pembimbing 1 dan Bapak Prof. Dr. Asmin Panjaitan, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd sebagai ketua program studi pendidikan matematika dan nara sumber III, Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd selaku sekretaris program studi pendidikan matematika pascasarjana UNIMED, Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd sebagai narasumber I dan Bapak Dr. Edy Surya, M.Si sebagai nara sumber II yang telah banyak memberikan masukan dan sumbangan pemikiran sehingga menambah wawasan pengetahuan penulis dalam penyempurnaan penulisan tesis ini.

3. Bapak/ibu dosen yang mengajar di Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana UNIMED telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan tesis ini, Bapak Dapot Tua Manullang, SE., M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam administrasi perkuliahan di Unimed.

4. Ibu Dra. Sri Juriati Ownie, M.A dan Ibu Qoruatun, S.Pdi berturut-turut selaku Kepala SMA Negeri 1 Medan dan guru bidang studi matematika SMA Negeri 1 Medan, yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin, termasuk dalam pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah, serta guru-guru dan staf administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

5. Pemerintah propinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) yang telah memberikan bantuan dana kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan pascasarjana UNIMED.

6. Teristimewa buat almarhum ayahanda Amansyah El Rafi’i dan ibunda Dahlia yang selalu memberikan motivasi, mendoakan penulis untuk sukses dunia dan akhirat serta menjadi inspirasi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.


(9)

iv

7. Seluruh keluarga tercinta, Darul Aman (abang), Amalia Fitrah (Kakak), Kholijah Asro(adik), Hafizah Utami (adik) dan Suri Nila Wati (Kakak Ipar), Bayu Nugroho (Adik Ipar) yang selama ini selalu memberikan motivasi, bantuan dan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

8. Serta teman-teman mahasiswa angkatan XX kelas A reguler, keluarga Rabitha, semua teman dan saudara di berbagai organisasi dakwah (KAMMI Sumatera Utara dan Ukmi Ar-Rahman UNIMED) dan kakak dan adik tercinta di lingkaran dakwah serta pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, Juli 2015 Penulis


(10)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT i

ABSTRAK ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR DIAGRAM vxiii

DAFTAR LAMPIRAN vxiv

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 19

C. Batasan Masalah 19

D. Rumusan Masalah 20

E. Tujuan Penelitian 21

F. Manfaat Penelitian 21

G. Defenisi Operasional 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25

A. Kerangka Teoritis 25

1. Pengertian Belajar Matematika 25

2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 29

3. Kemampuan Representasi Matematika 33

4. Motivasi Belajar Siswa 40

5. Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika 46

6. Proses Penyelesaian Masalah 49

7. Pembelajaran Berbasis Masalah 50


(11)

vi

9. Software Autograph 62

10.Teori Belajar Pendukung 68

B. Kajian Penelitian yang Relevan 71

C. Kerangka Konseptual 74

D. Hipotesis Penelitian 85

BAB III METODE PENELITIAN 87

A. Jenis Penelitian 87

B. Populasi dan Sampel 87

C. Variabel Penelitian 88

D. Desain Penelitian 89

E. Taknik Pengumpulan Data 91

F. Analisis Instrumen Penelitian 97

G. Analisis Data 104

H. Prosedur Penelitian 113

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 114

A. Hasil Penelitian 114

1. Hasil Tes 114

2. Motivasi Belajar Siswa 134

3. Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran 147 4. Keragaman Proses Penyelesaian Jawaban Siswa 152

B. Pembahasan 193

1. Pembahasan Hasil Penelitian 193

2. Keterbatasan Penelitian 208

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 210

A. Kesimpulan 210

B. Saran 212


(12)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah 58 Tabel 2.2 Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph Dan Pembelajaran Berbasis Masalah Tanpa Autograph 60

Tabel 3.1 Desain Penelitian 89

Tabel 3.2 Tabel Weiner Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat90

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kemampuan Pemecahan Masalah 92

Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah 93 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kemampuan Representasi Matematika 94 Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Kemampuan Representasi Matematika 95

Tabel 3.7 Kriteria dalam Penilaian Angket 96

Tabel 3.8 Validasi Perangkat Pembelajaran 98

Tabel 3.9 Validasi Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 98 Tabel 3.10 Validasi Postes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 98 Tabel 3.11 Validasi Pretes Kemampuan Representasi Matematika 99 Tabel 3.12 Validasi Postes Kemampuan Representasi Matematika 99

Tabel 3.13 Validasi Motivasi Belajar Siswa 99

Tabel 3.14 Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis, dan Jenis Uji Statistik 104 Tabel 3.15 Kriteria Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah 107 Tabel 3.16 Kriteria Tingkat Kemampuan Representasi 110

Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Angket 110


(13)

viii

Tabel 4.1 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Pretes Pemecahan Masalah Matematika 116 Tabel 4.2 Uji Normalitas Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 117 Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Pemecahan Masalah 118 Tabel 4.4 Hasil Uji Perbedaan Pretes Pemecahan Masalah Matematika 119 Tabel 4.5 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Postes Pemecahan Masalah Matematika 120 Tabel 4.6 Uji Normalitas Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 121 Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Pemecahan Masalah 122 Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Postes Pemecahan Masalah Matematika 123 Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampauan

Pemecahan Masalah Matematika pada Taraf Signifikan 5% 123 Tabel 4.10 Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 124 Tabel 4.11 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Pretes Representasi Matematika 125 Tabel 4.12 Uji Normalitas Pretes Kemampuan Representasi 127 Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Representasi 128 Tabel 4.14 Hasil Uji Perbedaan Pretes Representasi Matematika 128 Tabel 4.15 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Postes Representasi Matematika 130 Tabel 4.16 Uji Normalitas Postes Kemampuan Representasi 131 Tabel 4.17 Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Representasi 132 Tabel 4.18 Hasil Uji Perbedaan Postes Representasi Matematika 133 Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian Kemampauan


(14)

ix

Representasi Matematika pada Taraf Signifikan 5% 133 Tabel 4.20 Deskipsi Hasil Postes Kemampuan Representasi 134 Tabel 4.21 Persentase Angket Motivasi Sebelum Pembelajaran Berbasis

Masalah Tanpa Autograph Dilakukan 135 Tabel 4.22 Rekapitulasi Jawaban Siswa Terhadap Motivasi Belajar Matematika

Sebelum Pembelajaran Berbasis Masalah Tanpa Autograph Dilakukan 136 Tabel 4.23 Persentase Angket Motivasi Sebelum Pembelajaran Berbasis

Masalah Berbantuan Autograph Dilakukan 138 Tabel 4.24 Rekapitulasi Jawaban Siswa Terhadap Motivasi Belajar Matematika

Sebelum Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Autograph Dilakukan 139 Tabel 4.25 Persentase Angket Motivasi Sesudah Pembelajaran Berbasis

Masalah Tanpa Autograph Dilakukan 142 Tabel 4.26 Rekapitulasi Jawaban Siswa Terhadap Motivasi Belajar Matematika

Sesudah Pembelajaran Berbasis Masalah Tanpa Autograph Dilakukan 142

Tabel 4.27 Persentase Angket Motivasi Sesudah Pembelajaran Berbasis

Masalah Berbantuan Autograph Dilakukan 145 Tabel 4.28 Rekapitulasi Jawaban Siswa Terhadap Motivasi Belajar Matematika

Sesudah Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Autograph Dilakukan 146

Tabel 4.29 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berbasis Masalah Tanpa

Berbantuan Autograph 149

Tabel 4.30 Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berbasis Masalah

Berbantuan Autograph 151

Tabel 4.31 Rangkuman Pola Jawaban/ Kinerja Siswa Soal Kemampuan


(15)

x

Tabel 4.32 Rangkuman Pola Jawaban/ Kinerja Siswa Soal Kemampuan


(16)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Pretes Pemecahan Masalah Matematika 116 Diagram 4.2 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Postes Pemecahan Masalah Matematika 120 Diagram 4.3 Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 124 Diagram 4.4 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Pretes Representasi Matematika 126 Diagram 4.5 Skor Terendah, Skor Tertinggi, Rata-Rata dan Deviasi

Standar Postes Representasi Matematika 130 Diagram 4.6 Hasil Postes Kemampuan Representasi Siswa 134


(17)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Jawaban Siswa Tes Diagnostik Pemecahan Masalah 7 Gambar 4.1 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 1 di Kelas Eksperimen 1 153 Gambar 4.2 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 1 di Kelas Eksperimen 2 154 Gambar 4.3 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 2 di Kelas Eksperimen 1 157 Gambar 4.4 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 2 di Kelas Eksperimen 2 158 Gambar 4.5 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 3 di Kelas Eksperimen 1 161 Gambar 4.6 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 3 di Kelas Eksperimen 2 162 Gambar 4.7 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 4 di Kelas Eksperimen 1 165 Gambar 4.8 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 4 di Kelas Eksperimen 2 166 Gambar 4.9 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 5 di Kelas Eksperimen 1 169 Gambar 4.10 Proses Penyelesaian Jawaban postes Pemecahan Masalah

Siswa Nomor 5 di Kelas Eksperimen 2 170 Gambar 4.11 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa


(18)

xii

Gambar 4.12 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 1 di Kelas Eksperimen 2 176 Gambar 4.13 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 2 di Kelas Eksperimen 1 179 Gambar 4.14 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 2 di Kelas Eksperimen 2 179 Gambar 4.15 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 3 di Kelas Eksperimen 1 182 Gambar 4.16 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 3 di Kelas Eksperimen 2 183 Gambar 4.17 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 4 di Kelas Eksperimen 1 186 Gambar 4.18 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 4 di Kelas Eksperimen 2 186 Gambar 4.19 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa

Nomor 5 di Kelas Eksperimen 1 189 Gambar 4.20 Proses Penyelesaian Jawaban Postes Representasi Siswa


(19)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar

Aktivitas Siswa 226

Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Eksperimen 1 227 Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Eksperimen 1 237 Lampiran 1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 Eksperimen 1 245 Lampiran 1.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 Eksperimen 1 253 Lampiran 1.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 Eksperimen 1 261

Lampiran 1.6 Lembar Aktivitas Siswa 1 271

Lampiran 1.7 Lembar Aktivitas Siswa 2 275

Lampiran 1.8 Lembar Aktivitas Siswa 3 279

Lampiran 1.9 Lembar Aktivitas Siswa 4 282

Lampiran 1.10 Lembar Aktivitas Siswa 5 286

Lampiran 1.11 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 Eksperimen 2 289 Lampiran 1.12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 Eksperimen 2 299 Lampiran 1.13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 Eksperimen 2 307 Lampiran 1.14 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4 Eksperimen 2 316 Lampiran 1.15 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 5 Eksperimen 2 324 Lampiran 1.16 Lembar Aktivitas Siswa 1 Berbantuan Autograph 334 Lampiran 1.17Lembar Aktivitas Siswa 2 Berbantuan Autograph 339 Lampiran 1.18 Lembar Aktivitas Siswa 3 Berbantuan Autograph 344 Lampiran 1.19Lembar Aktivitas Siswa 4 Berbantuan Autograph 349 Lampiran 1.20 Lembar Aktivitas Siswa 5 Berbantuan Autograph 355

Lampiran 2 Instrumen Penelitian 360

Lampiran 2.1 Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 361

Lampiran 2.2 Pretes Kemampuan Representasi 364

Lampiran 2.3 Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 367


(20)

xv

Lampiran 2.5 Kisi-Kisi Angket Motivasi 372

Lampiran 2.6 Angket Motivasi 373

Lampiran 2.7 Lembar Aktivitas Siswa 376

Lampiran 2.8 Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 377 Lampiran 2.9 Lembar Validasi Lembar Aktivitas Siswa 379 Lampiran 2.10 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 381 Lampiran 2.11 Lembar Validasi Tes Kemampuan Representasi 383 Lampiran 2.12 Lembar Validasi Angket Motivasi Belajar Siswa 385

Lampiran 3 Hasil Validasi dan Uji Coba 388

Lampiran 3.1 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 389 Lampiran 3.2 Hasil Validasi Lembar Aktivitas Siswa 390 Lampiran 3.3 Hasil Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 391 Lampiran 3.4 Hasil Validasi Tes Kemampuan Representasi 392 Lampiran 3.5 Hasil Validasi Angket Motivasi Belajar Siswa 393 Lampiran 3.6 Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Pretes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 394 Lampiran 3.7 Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Postes

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 395 Lampiran 3.8 Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Pretes

Kemampuan Representasi Matematika 396

Lampiran 3.9 Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian Postes

Kemampuan Representasi Matematika 397

Lampiran 3.10 Uji Coba Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah 398 Lampiran 3.11 Uji Coba Postes Kemampuan Pemecahan Masalah 407 Lampiran 3.12 Uji Coba Pretes Kemampuan Representasi 419 Lampiran 3.13 Uji Coba Postes Kemampuan Representasi 428

Lampiran 4 Hasil Penelitian 440

Lampiran 4.1 Skor Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah


(21)

xvi

Lampiran 4.2 Skor Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Eksperimen 1 442

Lampiran 4.3 Skor Hasil Pretes Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Eksperimen 2 443

Lampiran 4.4 Skor Hasil Postes Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas Eksperimen 2 444

Lampiran 4.5 Skor Hasil Pretes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 1 445

Lampiran 4.6 Skor Hasil Postes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 1 446

Lampiran 4.7 Skor Hasil Pretes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 2 447

Lampiran 4.8 Skor Hasil Postes Kemampuan Representasi

Kelas Eksperimen 2 448

Lampiran 4.9 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Perbedaan

SPSS 22 Kemampuan Pemecahan Masalah 449 Lampiran 4.10 Hasil Uji Normalitas, Homogenitas dan Perbedaan

SPSS 22 Kemampuan Representasi 455

Lampiran 4.11 Skor hasil Angket Motivasi Sebelum Pembelajaran

Kelas Eksperimen 1 461

Lampiran 4.12 Skor hasil Angket Motivasi Sesudah Pembelajaran

Kelas Eksperimen 1 463

Lampiran 4.13 Skor hasil Angket Motivasi Sebelum Pembelajaran

Kelas Eksperimen 2 465

Lampiran 4.14 Skor hasil Angket Motivasi Sesudah Pembelajaran

Kelas Eksperimen 2 467

Lampiran 4.15 Skor Hasil Aktiviitas Siswa Kelas Eksperimen 1 469 Lampiran 4.16 Skor Hasil Aktiviitas Siswa Kelas Eksperimen 2 472

Lampiran 5 Dokumentasi dan Surat-Surat 475


(22)

xvii

Lampiran 5.2 SK Penetapan Dosen Pembimbing ... 481 Lampiran 5.3 Surat Permohonan Melakukan Penelitian ... 482 Lampiran 5.4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 483


(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan kemajuan teknologi tidak terlepas dari perkembangan pendidikan. Pendidikan merupakan bagian yang sangat menentukan dalam mempersiapkan SDM yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong dan memaksimalkan potensi siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan, karenanya perlu pembaharuan dalam upaya meningkatan mutu pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kemajuan peradaban suatu bangsa karena pendidikan merupakan suatu upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi (Trianto, 2011 : 4). Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 bab I pasal 1 dan ayat 1 yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.” (LNRI 2010:2)

Berdasarkan undang-undang di atas orientasi pendidikan yang perlu diperhatikan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah harus mempunyai tujuan, sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa menuju pada apa yang ingin dicapai. Suasana belajar dan sarana prasrana pembelajaran harus di konsep sehingga tujuan proses pembelajaran tercapai,


(24)

2

beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran yang dilakukan mampu mengembangkan potensi anak didik, pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan intelektual serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan, sehingga diharapkan mampu mempersiapkan SDM berkualitas, karena pendidikan diyakini dapat mendorong memaksimalkan potensi siswa sebagai calon SDM yang mampu memecahkan masalah, berfikir kritis dan logis, dan mampu mempresentasikan gagasan dan sistematis dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapinya.

Salah satu bagian dari pendidikan yang mempunyai peran penting adalah pendidikan matematika. Sumbangan matematika terhadap perkembangan pendidikan dan teknologi cukup besar, seperti Aljabar untuk komputer, Numerik untuk teknik. BSNP (2006:145) menyatakan :

“Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini”. Dalam kehidupan sehari-hari matematika sangat dibutuhkan karena digunakan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti di tempat bekerja meskipun penggunaannya tidak terkait langsung dengan matematika yang dipelajari di sekolah. Misalkan memeriksa jumlah uang yang akan dibayarkan untuk gaji karyawan jelas memerlukan kemampuan matematika. Membaca tabel dan informasi yang tersaji dalam tabel dan grafik perlu pemahaman matematika secara baik.


(25)

3

Matematika merupakan bidang studi yang wajib dipelajari oleh semua siswa SD, SMP, SMA, bahkan sampai semua program studi di Perguruan Tinggi. Berdasarkan BSNP (2006:145)

“Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Dengan demikian, jelaslah mengapa matematika menjadi pelajaran wajib bagi setiap orang. Bahkan dapat pula dikatakan bahwa matematika merupakan induk segala ilmu pengetahuan, baik eksakta maupun non eksakta. Oleh karena besarnya peranan matematika dalam kehidupan manusia, maka tidak mengherankan bila matematika selalu menjadi perhatian dan mendapat sorotan dari berbagai pihak, bahkan rendahnya prestasi matematika siswa telah menjadi masalah nasional yang perlu mendapat pemecahan yang segera.

Namun pada kenyataanya, hasil belajar masih rendah. Hal ini dapat dilihat pendidikan di Indonesia masih rendah ditunjukkan standar kelulusan minimal UN masih rendah (2004 = 3,25 dan tahun 2013 = 5,50). Hasil studi internasional oleh Programme for International Student Assessment (PISA), tahun 2003 untuk matematika Indonesia berada diperingkat ke-38 dari 40 negara, tahun 2006 Indonesia berada diperingkat ke-50 dari 57 negara dan tahun 2009 Indonesia berada diperingkat ke-61 dari 65 negara. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi pendidikan Indonesia secara nasional masih memprihatinkan.


(26)

4

Dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan hal yang sama, yakni dari hasil seleksi assesmentest SMA N 1 Medan TP. 2012/2013 terhadap siswa kelas XI menunjukkan hasil belajar yang masih rendah terutama matematika memperoleh nilai terendah dari tiga mata pelajaran yang lainnya yaitu IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, dimana diperoleh nilai rata-rata matematika 3,49, IPA 3,72, Bahasa Inggris 4,63 dan Bahasa Indonesia 5, 15.

Proses pembelajaran seyogianya dilaksanakan sejalan dengan tujuan mata pelajaran matematika sebagaimana tercantum dalam BSNP (2006:146) yaitu:

(1 )memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajarai matematika, serta sikap ulet

dan percaya diri dalam pemecahan masalah”.

Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika yang dituangkan dalam kurikulum 2006 sangat jelas bahwa pembelajaran matematika bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah terutama yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan lima standar proses dari NCTM (2000:67), yaitu “kemampuan pemecahan masalah (problems solving), kemampauan komunikasi (commnucatiaon), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation)”.


(27)

5

Dapat diketahui bahwa salah satu yang menjadi standar proses adalah pemecahan masalah, yang dipandang sebagai sarana siswa mengembangkan ide-ide matematika. Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika. Di antaranya pendapat Dahar (1989:138) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggambungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai keterampilan generik. Pengertian diatas mengandung makna seseorang telah mampu menyelesaikan suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki kemampuan yang baru. Dengan terlatihnya seseorang memecahkan masalah, ia akan memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah yaitu melakukan penelusuran melalui penemuan, sehingga ia mudah memahami matematika.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu fokus dalam pembelajaran matematika yang perlu dikuasai dan dilatihkan serta dibiasakan kepada siswa sedini mungkin. Pemecahan masalah bukan sekedar keterampilan untuk diajarkan dan digunakan dalam matematika tetapi juga merupakan keterampilan yang akan dibawa pada masalah-masalah keseharian siswa atau situasi-situasi pembuatan keputusan, dengan demikian kemampuan pemecahan masalah membantu seseorang secara baik dalam hidupnya

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah memegang peran penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran. Akan tetapi fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Dari hasil survey peneliti berupa tes diagnostic kepada siswa SMA N 1 Medan kelas XI MIA 12 menunjukkan bahwa 80% dari jumlah siswa kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk pemecahan masalah.


(28)

6

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dilihat dari kesulitan yang dihadapi siswa dalam memahami dan merencanakan pemecahan suatu permasalahan. Siswa yang tidak dapat memahami soal tidak akan dapat melakukan apapun untuk menyelesaikannya, sehingga dia tidak akan mendapat nilai apapun. Sedangkan siswa yang mampu memahami soal akan mempunyai kesempatan memikirkan rencana pemecahannya.

Sebagai contoh, terdapat masalah yang berhubungan dengan pemecahan masalah yaitu : Sebuah bakteri kolera membelah setiap 1

2 jam untuk menghasilkan dua bakteri kolera. Jika Anda mulai dengan suatu koloni dengan 5.000 bakteri, Berapa lama waktu yang diperlukan agar jumlah bakteri sama dengan 1.280.000?

Dari masalah yang diberikan di atas siswa diharapkan memahami masalah sehingga mampu membuat rencana penyelesaian dan menyelesaikan masalah dengan tepat. Namun pada kenyataan kebanyakan siswa tidak mengetahui cara penyelesaian yang terdapat pada soal aplikasi diatas. Dari lembar jawaban diperoleh siswa tidak mampu menyusun perencanaan penyelesaian masalah, mereka hanya menuliskan apa yang diketahui tetapi tidak mampu merencanakan langkah selanjutnya dari informasi yang diketahui dari soal.


(29)

7

Gambar 1.1 Jawaban Siswa Tes Diagnostik Pemecahan Masalah

Selain kemampuan pemecahan masalah, agar siswa memiliki kemampuan matematika yang baik harus mampu mempresentasikannya, oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah akan sempurna dengan siswa memiliki kemampuan representasi, hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yaitu mengembangkan kemampauan representasi. Gagasan mengenai representasi matematis di Indonesia telah dicantumkan dalam tujuan pembelajaran matematika di sekolah dalam Permen No. 23 Tahun 2006 (Depdiknas, 2007)

Dengan guru memfasilitasi siswa melalui pemberian kesempatan yang lebih luas untuk mempresentasikan gagasan matematikanya akan membantu siswa memahami apa yang dipelajarinya sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan. Selain itu siswa akan menyenangkan pembelajaran yang diberikan guru karena siswa tidak hanya menerima ide-ide yang diungkapkan guru tetapi siswa terlibat langsung dalam pembelajaran yaitu siswa dituntut untuk aktif berfikir, mampu menyusun masalah, dan menyelesaikannya serta mampu mengkontruksi ide-ide atau gagasan siswa tersebut. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hudoyo (2002) mengatakan bahwa representasi dimaksudkan agar siswa aktif berfikir, menyusun masalah, dan kemudian menyelesaikannya. Siswa dituntut untuk aktif berfikir dengan mampu mempresentasikan ide, konsep, dan


(30)

8

prinsip yang dimiliki. Siswa akan terlatih mengidentifikasi dan mengobservasi masalah yang ditemukan dengan mencari informasi pendukung untuk menyelesaikan masalah. Jadi, pembelajaran berlangsung sesuai dengan kemampuan siswa sehingga interaksi antara guru dan siswa, siswa dengan siswa lebih kondusif.

NCTM (1990:27) mengatakan bahwa representing is an important way of communicating mthematcal ideas at all levels. Representing involves translating a problem or an idea into a new form. Representasi merupakan cara penting untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika di semua tingkatan. Representasi melibatkan menerjemahkan masalah atau ide menjadi bentuk baru. Dapat dikatakan bahwa kemampuan representasi matematis merupakan alat yang dapat digunakan untuk memahami materi matematika. Misalnya anak-anak mungkin menggambar diagram untuk mengekspresikan ide atau sudut pandang dalam format alternatif yang mungkin lebih dipahami pendengar. Berarti bahwa proses representasi sama pentingnya dengan proses dan materi matematika itu sendiri.

Namun pada kenyataanya, kemampuan representasi matematis siswa juga masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survey peneliti berupa tes diagnostic kepada siswa kelas XI MIA 12 SMA N 1 Medan dari 35 siswa menunjukkan bahwa 74,29 % siswa kesulitan menjawab soal cerita yang berkaitan dengan kemampuan representasi siswa. Siswa yang mengetahui konsep-konsep dasar tidak mampu mengekpresikan ide matematika dalam bahasa atau simbol matematika.

Sebagai contoh, pengurus masjid menugaskan Ali untuk membuat sebuah kotak infaq dengan menggunakan triplek. Kotak tersebut berbentuk balok dengan


(31)

9

ukuran panjang 3 kali dari tinggi sedangkan tinggi 0,5 kali dari lebar balok tersebut. Jika volume kotak infak tersebut 6000 cm3, tentukanlah:

a. Lebar, panjang dan tinggi kotak tersebut? b. Luas triplek yang dibutuhkan?

Dari bentuk soal diatas diharapkan siswa dapat mengiterpretasikan dan mengevaluasi ide-ide, simbol dan informasi matematika atau menyatakan situasi yang ada dalam permasalahan ke dalam model matematika atau menpresentasikan dalam bentuk gambar. Tetapi siswa bahkan jarang memulai pekerjaan dengan menuangkan informasi ke dalam gambar dan tidak mampu mengubah secara tepat dari soal cerita ke model matematika. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 1.2 Jawaban Siswa Tes Diagnostik Representasi Matematika Dari contoh jawaban siswa diatas tersebut, terlihat bahwa siswa belum bisa mempresentasikan soal kedalam bentuk model matematika. Dari proses


(32)

10

penyelesaian masalah, siswa terlihat belum memahami masalah dan langkah-langkah yang dilakukan tidak sistematis dan tidak bervariasi. Salah satu keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat dari proses penyelesaian masalah yang dilakukan siswa. Guru haruslah melatihkan kepada siswa bahwa dalam menyelesaikan soal/masalah matematika perlu adanya menguji jawabannya, perlu diberikan berbagai cara atau strategi dalam menyelesaikan soal matematika dan sistematis. Proses penyelesaian jawaban siswa masih kurang berpariasi. Dalam penyelesaian soal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa tersebut belum memiliki komunikasi yang bagus dalam matematika.

Secara lebih khusus, rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan representasi matematika juga tidak terlepas dari motivasi siswa untuk belajar. Berdasarkan observasi awal dari angket yang diberikan kepada siswa kelas XI MIA 12 SMA N 1 Medan dengan jumlah siswa 35, diketahui bahwa 94,29% menyatakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa mendengarkan penjelasan guru, mencatat dan mengerjakan soal. Selama proses pembelajaran, siswa tampak tidak termotivasi belajar dan cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Selain itu data angket menunjukkan bahwa 57,14% siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang kurang menarik dan sulit untuk dipahami. Sedangkan yang lain 20% siswa yang menyatakan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang biasa-biasa saja, 11,43 % menyatakan sulit tapi menyenangkan dan 8,57% yang menyatakan mudah dan menarik. Hal ini memperlihatkan sebagian besar siswa tidak menyukai matematika dan menjadikannya sebagai pelajaran yang menakutkan.


(33)

11

Namun dengan berbagai kesulitan yang dihadapi siswa, mereka tetap harus menerima materi-materi tersebut dikarenakan matematika dijadikan salah satu mata pelajaran di Ujian Nasional (UN). Apabila mereka tidak mendapat nilai matematika yang sesuai dengan standar nasional, maka mereka tidak lulus UN yang berakibat tidak lulusnya mereka dari jenjang pendidikan SMP atau SMA. Hal inilah memberikan kesan pada siswa bahwa matematika adalah mata pelajaran yang menakutkan. Sebagai seorang pendidik harus mampu merubah paradigma siswa, yaitu matematika bukan mata pelajaran yang menakutkan. Dengan pembelajaran yang tepat dan menyenangkan matematika bisa dikuasai.

Tidak termotivasinya siswa dalam belajar matematika dapat berdampak pada keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Islamuddin ( 2012: 259) :“Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.” Siswa yang tidak termotivasi pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya.

Motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik (motivasi yang telah ada dalam diri seseorang) dan motivasi ekstrinsik (motivasi yang ada pada seseorang setelah ada dorongan dari lingkungan sekitar). Dari angket yang diberikan, tampak bahwa siswa dalam pembelajaran matematika tidak mendapat motivasi ekstrinsik dari lingkungan belajarnya. Pembelajaran matematika yang disajikan kurang menarik dan membosankan. Alhasil, siswa tidak termotivasi dalam belajar. Maka, dalam pembelajaran matematika perlu diperhatikan motivasi ekstrinsik pada diri siswa. Inilah yang seharusnya menjadi fokus utama bagi guru dalam menjalankan kegiatan pembelajaran.


(34)

12

Model dan metode pengajaran yang tidak tepat akan berakibat pada motivasi dan keinginan belajar siswa yang menjadi rendah. Model pembelajaran yang diterapkan guru sangat memiliki andil dalam kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran, karena apabila guru tidak optimal dalam pemilihan model pembelajaran maka keberhasilan proses pembelajaran tidak akan maksimal, pembelajaran tidak bermakna, dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Guru harus dapat membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Hamalik (2004:27) bahwa:

”Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, bahwa kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar murid. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar murid, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi murid-murid”.

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah, representasi matematika dan tidak termotivasinya belajar siswa, salah satu penyebabnya adalah pembelajaran guru yang masih bersifat konvensional, yaitu siswa dijadikan objek belajar dan pembelajaran bersifat satu arah. Siswa dituntut hanya menghafal informasi, kurang diberi kesempatan menemukan dan merekonstruksi pengetahuan matematika yang mereka miliki. Hal ini diperkuat lagi oleh pendapat Sanjaya (2008:1) yakni:

”Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informsasi: otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya? Ketika anak didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.”


(35)

13

Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini cenderung berpusat kepada guru. Guru menjadi instruktur, bukan menjadi fasilitator, sedangkan fokus utama dari pelajaran adalah mendapatkan jawaban. Bahkan para siswa menyandarkan kepada guru untuk menentukan apakah jawabannya benar. Anak-anak yang mendapat pengalaman seperti ini akan menganggap bahwa matematika adalah sederetan aturan yang tidak ada polanya yang dibawa oleh guru. Akibatnya anak-anak akan dijauhkan dari sumber pengetahuan yang sebenarnya. Pembelajaran seperti ini menyebabkan pembelajaran menjadi tidak bermakna. Siswa mengikuti tahapan-tahapan materi yang dijelaskan guru, tetapi sebagian besar dari mereka bingung akan apa yang dipelajari. Oleh karena itu, mereka hanya mampu mengerjakan masalah rutin seperti yang dicontohkan oleh guru.

Selain dari angket aktivitas aktif siswa dalam proses pembelajaran terlihat rendah yakni 94,29 % dari 35 siswa menyatakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa mendengarkan penjelasan guru, mencatat dan mengerjakan soal, aktivitas aktif siswa juga terlihat rendah dari hasil pengamatan dan wawancara ke siswa diperoleh aktivitas belajar siswa hanya menjadi pendengar saja, jawaban siswa yang benar yang diterima, sedikit tanya jawab, dan siswa mencatat dari papan tulis, dan mengerjakan latihan dan hasilnya ditulis di papan tulis. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang terjadi di dalam kelas, guru hanya memfokuskan pada penghafalan konsep, memberikan rumus-rumus dan langkah-langkah serta prosedur matematika guna menyelesaikan soal. Dalam proses pembelajaran juga guru kurang mengaitkan fakta real dalam kehidupan nyata dengan persoalan matematika dan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas berpusat pada guru (teacher oriented) dan tidak berorientasi pada membangun


(36)

14

konsep matematika dari siswa itu sendiri. Pembelajaran yang terjadi di kelas lebih tertuju pada pemberian informasi dan penerapan rumus-rumus matematika dan mengerjakan latihan-latihan yang ada pada buku dan guru hanya menyampaikan materi yang ada di buku paket. Pelaksanaan pembelajaran matematika sesungguhnya tidak relevan dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran matematika, guru memberikan konsep dan prinsip matematika secara langsung kepada siswa, guru belum berupaya secara maksimal untuk memampukan siswa memahami berbagai konsep dan prinsip matematika, menunjukkan kegunaan konsep dan prinsip matematika serta memampukan siswa untuk memecahkan masalah dan mempresentasikan pengetahuannya.

Ada faktor yang mempengaruhi kemampuan matematika siswa belum maksimal sepenuhnya ketika proses pembelajaran berlangsung, salah satunya guru tidak menggunakan fasilitas atau media pembelajaran yang tersedia dengan baik, serta media pembelajaran yang berbasis ICT yang digunakan guru disekolah belum uptodate serta pemanfaatannya masih belum terlaksana dengan baik dikarenakan masih minimnya pemahaman guru terhadap ICT. Oleh karena itu, guru dalam memilih model pembelajaran perlu mempertimbangkan tugas matematika dan suasana belajar yang dapat memotivasi dan mendorong siswa untuk mencapai kemampuan tersebut. Serta mempertimbangkan penggunaan media pembelajaran yang interaksi berbasis ICT seperti software autograph dan guru perlu meningkatkan pengetahuannya atau keahliannya terhadap software autograph tersebut. Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa diketahui bahwa guru sangat minim memanfaatkan media pembelajaran yang berbasisi ICT, Hal ini terlihat dari hasil pernyataan angket siswa SMA N 1 Medan Kelas XI


(37)

15

MIA 12 dari 44 siswa menunjukkan bahwa 60% yang menyatakan tidak pernah menggunakan IT dan 40% menyatakan kadang-kadang. Padahal dari hasil angket siswa menunjukkan bahwa 62,86% menyatakan cara belajar yang di inginkan adalah belajar dengan menggunakan IT dan banyak mengerjakan soal. Hal ini tentunya seharusnya menjadi perhatian guru apa model dan media apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah belajar siswa sehingga kemampuan pemecahan masalah, representasi matematika baik serta siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Salah satu proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, representasi matematika dan motivasi belajar siswa adalah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Rusman : 2012) bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Sedangkan menurut Tan (dalam Rusman : 2012) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Maka dengan pembelajaran berbasis masalah ini konsep matematika dibangun dari hal- hal nyata atau sesuatu yang dapat diterima oleh imajinasi siswa, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan mempermudah siswa untuk memahami konsep matematika, sekaligus


(38)

16

menerapkannya dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan konsep matematika tersebut.

Pembelajaran berbasis masalah juga melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, koloboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dalam era globalisasi ini. Pembelajaran berbasis masalah juga mendukung siswa untuk memperoleh struktur pengetahuan yang terintegrasi dalam dunia nyata.

Selain model pembelajaran yang tepat, penggunaan media juga sangat penting untuk meningkatkan kemampuan matematika dan motivasi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2012:160) menyatakan bahwa media fungsinya harus dapat memotivasi belajar, membangkitkan kreativitas siswa, dan belajar berfikir tingkat tinggi. Seiring dengan berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio, pada pertengahan abad ke-20 lahirlah bantu audio visual akan membuat pengalaman yang konkret, sehingga menghindari verbalisme. Upaya peningkatkan mutu pendidikan di atas antara lain dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi komputer. Pembelajaran tersebut merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi guru dan siswa belajar secara menantang, mandiri, bervariasi dan menyenangkan.

Melalui fasilitas yang disediakan oleh sistem komputer, guru dan siswa dapat belajar kapan dan dimana saja tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Komputer dapat dirancang dan digunakan sebagai media teknologi yang efektif untuk mempelajari dan mengajarkan materi pembelajaran yang relevan misalnya rancangan grafis dan animasi (Rusman, 2012). Dengan adanya penggunaan gambar-gambar yang bergerak (animasi) dalam mendeskripsikan konsep matematika, disamping akan mengkonkritkan materi matematika yang bersifat


(39)

17

abstrak, juga dapat menambah daya penguatan serta dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan motivasi dan ransangan belajar siswa. Menurut Hamalik (dalam Rusman 2012:140) bahwa:

“Media dalam proses belajar mengajar memiliki dua peranan penting, yaitu: (1) media sebagai alat bantu mengajar atau disebut sebagai dependent media karena posisi media disini sebagai alat bantu (efektifitas), dan (2) Media sebagai sumber belajar yang digunakan sendiri oleh peserta didik secara mandiri atau disebut dengan independent media dirancang secara sistematis agar dapat menyalurkan informasi secara terarah untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang ditentukan”.

Dalam pembelajaran matematika banyak software-software yang sengaja dirancang untuk mempermudah pembelajaran matematika, salah satunya adalah software autograph. Dengan software autograph sangat membantu sekali dalam proses pembelajaran pokok bahasan dua dimensi, tiga dimensi, statistika, transformasi, geometri, persamaan, koordinat, difrensial, grafik, aljabar. Pemanfaatan autograph dalam pembelajaran di kelas merupakan suatu inovasi baru dalam pembelajaran matematika, karena yang selama ini kita ketahui bahwa dalam pembelajaran matematika di kelas bersifat tradisional. Kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru, tetapi dengan menggunakan autograph siswa dapat mengembangkan kemampuan representasi dan kemampuan pemecahan masalah matematika.

Pembelajaran dengan autograph dapat mengakomodasi siswa yang lamban menerima pelajaran, karena ia dapat memberikan iklim yang bersifat afektif dengan cara yang lebih individual, tidak pernah lupa, tidak pernah bosan, dapat merangsang siswa untuk mengerjakan latihan-latihan. Selain itu penggunaan autograph sebagai media pembelajaran bisa memudahkan guru dalam menyampaikan materi, mempermudah siswa untuk menyerap apa yang


(40)

18

disampaikan guru, dan terjadinya simulasi karena tersedianya animasi grafik, warna dan musik yang dapat menambah realisme.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan proses pembelajaran yang dilakukan guru sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Dua hal yang harus diperhatikan guru dalam proses pembelajaran adalah model dan media yang digunakan guru. Salah satu alternatif yang mampu membuat kemampuan pemecahan masalah, kemampuan representasi matematika dan motivasi belajar siswa tinggi adalah kombinasi model pembelajaran berbasis masalah dengan media pembelajaran autograph. Dengan model pembelajaran berbasis masalah dan media autograph menciptakan proses pembelajaran yang memungkinkan untuk merubah situasi belajar yang pada umumnya berpusat pada guru menjadi situasi belajar yang berpusat pada siswa. Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri dengan konsep dan ide-ide yang dikembangkan dari pengetahuan yang ada sebelumnya serta siswa memiliki kesempatan untuk mempresentasikan ilmunya seluas-luasnya, baik di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga kemampuan pemecahan masalah dan reprensentasi matematika siswa baik. Selain itu siswa memahami tujuan pembelajaran yang diajarkan karena pembelajaran berkenaan dengan kehidupan siswa sehari-hari, hal ini akan membuat siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar matematika. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul : “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah, Representasi Matematika dan Motivasi Belajar Siswa yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Autograph dan Tanpa Autograph”.


(41)

19

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa identifikasi masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa rendah

2. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah 3. Kemampuan representasi siswa masih rendah

4. Kurangnya motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika 5. Kurang melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika

6. Proses penyelesaian jawaban siswa yang dilakukan langkah-langkah penyelesaian tidak sistematis dan belum bervariasi.

7. Masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dipahami.

8. Pembelajaran yang dilakukan didominasi oleh guru atau guru cenderung menggunakan pembelajaran konvensional sehingga siswa cenderung pasif. 9. Penggunaan media pembelajaran dengan memanfaatkan IT/ICT belum baik. 10. Model pembelajaran dan media yang digunakan tidak update dan pengajar

tidak memahami menggunakan model pembelajaran berbantuan IT/ICT, seperti model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software autograph

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar penelitian ini lebih fokus. Maka fokus masalah yang akan diteliti pada penelitian ini dibatasi pada kemampuan pemecahan masalah, representasi matematika dan motivasi belajar siswa.


(42)

20

Sedangkan alternatif pembelajaran yang akan diteliti adalah pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph?

2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan representasi antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph?

3. Apakah terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph?

4. Bagaimana kadar aktivitas belajar siswa dalam model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dan pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph ?

5. Bagaimana proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran?


(43)

21

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph.

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan representasi antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph.

3. Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph?

4. Untuk mendeskripsikan kadar aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph danpembelajaran berbasis masalah tanpa autograph.

5. Untuk mengetahui proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan-temuan yang merupakan masukan berarti bagi pembaharuan kegiatan pembelajaran. Manfaat yang diperoleh sebagai berikut :


(44)

22

1. Bagi guru, dapat memperluas wawasan pengetahuan mengenai pembelajaran matematika dalam membantu siswa memecahkan masalah dan mempresentasikan ide atau gagasan.

2. Bagi siswa, melalui pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis masalah diharapkan terbina sikap belajar yang positif dan kreatif dalam memecahkan masalah dan mampu mempresentasikan ide atau gagasannya. 3. Bagi peneliti, dapat menambah khasanah pengetahuan bagi diri sendiri,

terutama mengenai perkembangan serta kebutuhan siswa, sebelum memasuki proses belajar mengajar yang sesungguhnya.

4. Bagi sekolah, bermanfaat untuk mengambil keputusan yang tepat dalam peningkatan kualitas pengajaran, serta menjadi bahan pertimbangan atau bahan rujukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika.

5. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pembaca maupun penulis lain yang berminat melakukan penelitian yang sejenis.

G. Definisi Operasional

Untuk dapat melakukan variabel penelitian secara kuantitatif maka variabel-variabel didefinisikan sebagai berikut:

a. Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: (1) memahami masalah, (2) Merencanakan penyelesaian/memilih strategi penyelesaian yang sesuai, (3) melaksanakan penyelesaian


(45)

23

menggunakan strategi yang direncanakan, dan (4) memeriksa kembali kebenaran jawaban yang diperoleh

b. Kemampuan representasi matematika adalah kemampuan menuangkan ide/gagasan matematika dalam bentuk tabel, gambar, grafik, pernyataan matematika, teks tertulis, atau kombinasi dari semuanya dan sebaliknya. c. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang menumbuhkan keinginan dan

semangat untuk belajar yang akan menentukan keberhasilan belajar siswa. d. Software autograph adalah software media pembelajaran yang berupa

program komputer yang dapat digunakan untuk mempelajari dua dimensi, tiga dimensi, statistika, transformasi, geometri, persamaan, koordinat, diprensial, grafik, aljabar.

e. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran

f. Aktivitas belajar siswa adalah segala bentuk kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa selama proses belajar berlangsung. Aktivitas-aktivitas belajar meliputi : (1) Orientasi siswa pada masalah, (2) Memahami masalah, (3) Penyelidikan individu maupun kelompok, (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelesaian masalah

g. Proses penyelesaian masalah adalah bentuk atau susunan kinerja jawaban siswa untuk setiap soal yang di selesaikan siswa. Untuk memperoleh


(46)

24

informasi tentang proses penyelesaian masalah ditinjau dari 2 (dua) aspek yaitu: (1) Prosedur yang digunakan dalam kemampuan pemecahan masalah dan representasi matematika, (2) kesalahan- kesalahan yang siswa kerjakan dalam menjawab soal tersebut.


(47)

212

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan temuan penelitian selama pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan autograph secara umum dapat dibuat kesimpulan mengenai kemampuan pemecahan masalah, representasi matematika, motivasi belajar, aktivitas siswa dan pola jawaban sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph, dimana penerapan model PBM berbantuan autograph (eksperimen 2) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran hanya melalui penerapan model PBM tanpa autograph (eksperimen 1). Pencapaian skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen 2 memperoleh rata-rata sebesar 66,8, sedangkan skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen 1 diperoleh 61,27.

2. Terdapat perbedaan kemampuan representasi matematika antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat


(48)

213

pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph, dimana penerapan model PBM berbantuan autograph (eksperimen 2) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran hanya melalui penerapan model PBM tanpa autograph (eksperimen 1). Pencapaian skor rata-rata kemampuan representasi matematika pada kelas eksperimen 2 memperoleh rata-rata sebesar 68,95, sedangkan skor rata-rata kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen 1 diperoleh 62,75.

3. Terdapat perbedaan motivasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dengan siswa yang mendapat pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph, dimana penerapan model PBM berbantuan autograph (eksperimen 2) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran hanya melalui penerapan model PBM tanpa autograph (eksperimen 1). Tigkat motivasi di kelas eksperimen 2 dengan kategori sangat tinggi 39,53%, tinggi 53,49%, sedang 6,98% sedangkan di kelas eksperimen 1 sangat tinggi 13,64%, tinggi 56,82%, sedang 29,54%.

4. Aktivitas kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik/lebih aktif daripada aktivitas kelompok siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph.


(49)

214

5. Proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah di kelas siswa memperoleh pembelajaran melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph lebih baik/lebih bervariasi daripada kelas siswa yang memperoleh pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah tanpa autograph.

B. Saran

Penelitian mengenai pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan autograph masih merupakan awal dari upaya meningkatkan kompetensi guru mengajar, maupun kompetensi siswa dalam belajar. Namun telah terasa dampaknya pada penampilan dan sikap siswa. Oleh karena itu, berkaitan dengan temuan dan kesimpulan dari studi ini, dipandang perlu agar rekomendasi-rekomendasi berikut dilaksanakan oleh guru matematika, lembaga dan peneliti lain yang berminat.

1. Kepada Guru

Pemebelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan autograph dapat dijadikan guru sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan representasi matematika siswa.

Pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan autograph dapat dimanfaatkan guru untuk menjaring informasi dalam upaya mengetahui penguasaan siswa


(50)

215

terhadap pelajaran matematika dan miskonsepsi yang terjadi pada siswa terhadap konsep yang dipelajarinya, agar dapat dilakukan tindakan pengayaan maupun pembenahan.

Dari empat aspek idikator kemampuan pemecahan masalah matematika, yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil, kelemahan siswa yang paling banyak ditemui adalah memeriksa kembali hasil. Oleh karena itu dalam setiap pembelajaran sebaiknya siswa dibiasakan untuk memeriksa kembali jawaban dengan mengujicobakan jawaban serta memeriksanya dengan alat bantú seperti software autograph

Untuk mengurangi kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal representasi matematika yaitu menyatakan situasi matematika ke dalam diagram atau simbol matematika dan kemudian memberikan penjelasan atas jawabannya, adalah dengan membiasakan kegiatan tersebut dalam pembelajaran. Siswa selalu diberikan permasalahan yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan gunakan software-soptware atau alat peraga yang dapat melatih kemampuan representasi seperti software autograph, kemudian tugaskan siswa untuk menyatakan permasalahan tersebut dalam diagram atau simbol matematik, dan biasakan siswa untuk selalu memberikan penjelasan atas jawaban atau menyusun argumen atas jawabannya, baik secara tulisan maupun lisan.

Guru sebaiknya menciptakan suasana belajar yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dan keingintahuannya terhadap materi yang sedang dipelajarinya, dengan menggunakan media pemmbelajaran yang


(51)

216

disesuaikan dengan materi-materi yang akan dipelajari agar siswa mudah memahami pelajaran. Dengan demikian kejenuhan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika dapat teratasi, karena dalam pembelajaran ini para siswa akan mampu meningkatkan pemahamannya dan dapat juga meningkatkan daya ingatnya terhadap apa yang dipelajarinya, karena para siswa akan menemukan sendiri apa yang ingin ia ketahui dari materi yang dipelajarinya.

2. Kepada Lembaga yang Terkait

Pembelajaran melalui penerapan model PBM dengan menggunakan autograph masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan representasi matematika siswa.

3. Kepada Peneliti yang Berminat

 Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti kemampuan lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh peneliti, misalnya pada kemampuan penalaran matematis, kemampuan berpikir kreatif ataupun kemampuan koneksi matematis yang menggunakan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan software autograph.


(52)

217

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Afriati, V (2012). Peningkatan pemahaman konsep grafik fungsi trigonometri siswa SMK melalui penemuan terbimbing berbantuan software autograph. Tesis tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Ahmadi, R. (2009). Efektifitas Media Software Autograph Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Pada Pembelajaran Persamaan Garis Lurus di Kelas VIII SMP. N. 1. Tanjung Pura. T. A. 2008-2009. Medan:FMIPA Unimed.

Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arends, R. I. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Arifah. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarja Universitas Negeri Padang. Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada.

As’ari, A.R. (2001). Representasi: Pentingnya dalam Pembelajaran Matematika.

Jurnal Matematika Tahun VII, Nomor 2, Agustus 2001.

Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Buchori, A. (2012). Keefektifan Penggunaan Autograp, Cabri 3D dan Maple Sebagai Media Pembelajaran. ( e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index, diakses 17 Dessember 2013)

Cai, Jai., Lane, S. Dan Jakbsin, M.S. (1996). Assensing Students Mathematical Communication. Official Journal of Science and Mathematics.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas.


(53)

218

Djamarah, S.B. & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Habibah, L. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Sofware Autograph untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-efficacy Siswa Di SMP Kota Padangsidimpuan. Tesistidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED. Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hasanah, A. (2004). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Represenatsi Matematik.. Tesistidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.Hudojo, H. (1988), Mengajar Belajar Matematika, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hin, K. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Software Autograph Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Hudojo.H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembahga Pendidikan, Tenaga Pendidikan , Jakarta Hudoyo, H. (1990). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya

di Depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional

_________ (2002). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya ISSN: 085-7792, Tahun VIII, Edisi khusus.

Ibrahim, M., dan Nur, M., 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Islamuddin, H. (2012). Psikologi Pendidikan. Jember: Pustaka Pelajar

Japa, I G. N. (2008). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Terbuka melalui Investigasi bagi Siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Lembaga Penelitian Undiksha.


(1)

disesuaikan dengan materi-materi yang akan dipelajari agar siswa mudah memahami pelajaran. Dengan demikian kejenuhan dan ketakutan siswa dalam belajar matematika dapat teratasi, karena dalam pembelajaran ini para siswa akan mampu meningkatkan pemahamannya dan dapat juga meningkatkan daya ingatnya terhadap apa yang dipelajarinya, karena para siswa akan menemukan sendiri apa yang ingin ia ketahui dari materi yang dipelajarinya.

2. Kepada Lembaga yang Terkait

Pembelajaran melalui penerapan model PBM dengan menggunakan autograph masih sangat asing bagi guru maupun siswa, oleh karenanya perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan representasi matematika siswa.

3. Kepada Peneliti yang Berminat

 Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat dilengkapi dengan meneliti kemampuan lain secara lebih terperinci yang belum terjangkau oleh peneliti, misalnya pada kemampuan penalaran matematis, kemampuan berpikir kreatif ataupun kemampuan koneksi matematis yang menggunakan penerapan model pembelajaran berbasis masalah dengan menggunakan software autograph.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Afriati, V (2012). Peningkatan pemahaman konsep grafik fungsi trigonometri siswa SMK melalui penemuan terbimbing berbantuan software autograph. Tesis tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Ahmadi, R. (2009). Efektifitas Media Software Autograph Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Pada Pembelajaran Persamaan Garis Lurus di Kelas VIII SMP. N. 1. Tanjung Pura. T. A. 2008-2009. Medan:FMIPA Unimed.

Arikunto, S. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Arends, R. I. (2008). Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Arifah. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarja Universitas Negeri Padang. Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta. PT Rajagrafindo Persada. As’ari, A.R. (2001). Representasi: Pentingnya dalam Pembelajaran Matematika.

Jurnal Matematika Tahun VII, Nomor 2, Agustus 2001.

Budiningsih, A. (2012). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta: Jakarta

Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Buchori, A. (2012). Keefektifan Penggunaan Autograp, Cabri 3D dan Maple Sebagai Media Pembelajaran. ( e-jurnal.ikippgrismg.ac.id/index, diakses 17 Dessember 2013)

Cai, Jai., Lane, S. Dan Jakbsin, M.S. (1996). Assensing Students Mathematical Communication. Official Journal of Science and Mathematics.

Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. (2007). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas.


(3)

Djamarah, S.B. & Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Habibah, L. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Berbantuan Sofware Autograph untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-efficacy Siswa Di SMP Kota Padangsidimpuan. Tesistidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED. Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, O. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hasanah, A. (2004). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Represenatsi Matematik.. Tesistidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI.

Herman, T. (2006). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Disertasi pada PPS Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.Hudojo, H. (1988), Mengajar Belajar Matematika, Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hin, K. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Menggunakan Software Autograph Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Hudojo.H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembahga Pendidikan, Tenaga Pendidikan , Jakarta Hudoyo, H. (1990). Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya

di Depan Kelas. Surabaya : Usaha Nasional

_________ (2002). Representasi Belajar Berbasis Masalah. Jurnal Matematika atau Pembelajarannya ISSN: 085-7792, Tahun VIII, Edisi khusus.

Ibrahim, M., dan Nur, M., 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press.

Islamuddin, H. (2012). Psikologi Pendidikan. Jember: Pustaka Pelajar

Japa, I G. N. (2008). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Terbuka melalui Investigasi bagi Siswa Kelas V SD 4 Kaliuntu. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Lembaga Penelitian Undiksha.


(4)

Karnasih, I. (2008). Paper Presentated in International Workshop: ICT for Teaching and Learning Mathematics. Medan: UNIMED. (In Collaboration Between UNIMED and QED Education Kuala Lumpur. Malaysia.

Kembaren, R.I.K (2012). Perbedaan Peningkatan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SM Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write dan Pembelajaran Konvensional. Medan: Tesis UNIMED

Lembaga Negara Republik Indonesia (2010). Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003tentang SIDIKNAS & Peraturan Pemerintah R.I tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan serta wajib belajar.Bandung: Penerbit Citra Umbara

Lesh, R. Post, T.Behr, M. (1987). Representations and Translations Among Representation In Mathematics Learning and Problem Solving.

Mandasari, L (2013) .Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Model Problem Based Learning dan Problem Based Learning Menggunakan Software Autograph. Tesis tidak diterbitkan. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Manurung,S.L (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Menggunakan Software Autograph. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED.

Mudzakir, H.S. (2006). Strategi Pembelajaran “Think-Talk-Write” untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Siswa SMP. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan.

Mulligan, J., Mitchelmore, M., Outhered, L. Dan Bobis, J. (2002). Representation and Comprehension of Numeral by Children. International Conference on Mathematical Education. Belanda

National Council of Teacher of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standarts For School Mathematics. Reston, VA : NCTM

____________________________________ (1990). Curricullum and evaluation standards for school mathematics. Reston, VA.

___________________________________ (2000). Principels and Standarts For School Mathematics. Reston, VA : NCTM


(5)

Nurhadi. (2004). Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Nasution, S. (1995). Didaktik asas-asas mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Purwanto (2011). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rusman (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, CV. Alfbeta, Bandung

_______ (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito

_____________. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Saputro, A.H. (2013). Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Produktif KompotensiKeahlian Administrasi Perkantoran di SMK Sangkuriang I Cimahi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Saragih, S. (2012). Peningkatan Pemahaman Konsep Grafik Fungsi Trigonometri Siswa SMK Melalui Penemuan Terbimbing Berbantuan Software Autograph .

( http://litbang.kemdikbud.go.id/Data/jurnaldikbud/2._saragih.pdf, diakses 17 Desember 2013)

Sanjaya, W. (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sardiman., (2009), Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, Rajawali Press, Jakarta.

Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak dipublikasi. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Suarman, A. (2008). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika dan Kreatifitas Matematika Siswa Smp Melalui Pendekatan Penemuan Terbimbing Menggunakan Media Software Autograph. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan.


(6)

Sudijono, A. (2003), Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sudjana, N., (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Suparlan, A. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan.

Tim Dosen Unimed (2010). Psikologi Pendidikan. Medan: Pasca Sarjana Unimed

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Uno, H. (2009). Mengelola Kcerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Walle.V., John, A., (2008), Matematika Sekolah Dasar dan Menengah, Erlangga, Jakarta

Zulkarnaen, R (2009). Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa SMA Melalui Pendekatan Open Ended dengan Pembelajaran Kooperatif tipe Coop-Coop. Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI SMP NEGERI 3 TEBING TINGGI.

0 2 54

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DI SMK KABUPATEN LANGKAT.

2 7 40

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS DAN SELF EFFICACY SISWA ANTARA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN GEOGEBRA DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN AUTOGRAPH DI MAN 1 MEDAN.

2 10 43

PERBEDAAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN SELF-EFFICACY SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN BERBANTUAN AUTOGRAPH.

0 2 34

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN PAIKEM.

0 3 58

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DENGAN BERBANTUAN SOFWARE AUTOGRAPH.

0 2 39

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN METAKOGNISI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN EKSPOSITORI.

4 15 40

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

0 5 59

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENGAJARAN LANGSUNG.

0 1 28

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

0 2 16