Erupsi Gunung Merapi GAMBARAN UMUM 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Sleman

IV-2 4. Gerakan Tanah 5. Angin Puting Beliung 6. Kebakaran 7. Kekeringan

IV.1. Erupsi Gunung Merapi

Erupsi gunungapi pada dasarnya merupakan proses keluarnya magma atau gas dari dalam bumi ke permukaan berupa letusan eksplosif yang menghasilkan bahan lepas berbagai ukuran atau leleran efusif yang menghasilkan lavaleleran batu pijar. Sebelum terjadi letusan, tekanan magma menyebabkan macam-macam gejala yang kasat mata seperti perubahan warna dan ketebalan asap. Dan gejala yang hanya dapat diamati menggunakan peralatan. Misalnya gejala gempa-gempa vulkanik dengan seismograf. Gejala pembesaran atau pemekaran tubuh gunung deformasi dengan pengukur jarak elektronik. Serta adanya perubahan kandungan gas, peningkatan suhu, dan pelebaran rekahan-rekahan di puncak gunung. Erupsi yang terjadi berupa rangkaian proses fisika dan kimia yang sangat kompleks di dalam sistem yang mempunyai tekanan dan suhu tinggi. Magma yang mempunyai massa jenis lebih ringan dibanding dengan batuan di sekitarnya, terdorong oleh gaya apungan ke atas, sehingga menimbulkan retakan-retakan sebagai jalan keluarnya migrasi. Erupsi vulkanik mencakup proses yang terjadi dalam kantong magma dan proses aliran magma ke permukaan bumi. Proses erupsi vulkanik merupakan proses aliran fluida kental dari kantong magma ke permukaan bumi. Aliran ini terjadi karena tekanan kantong magma menjadi lebih besar dari batuan sekitarnya sebagai akibat tertutupnya saluran magma. Manifestasi tipe erupsi gunungapi berbeda-beda antara gunungapi satu dan lainnya. Gunungapi dapat memiliki karakter letusan eksplosif dan efusif. Hal ini tergantung dari sifat fisik material magma dan sistem vulkanis gunungapi yang bersangkutan. Ancaman letusan gunungapi berasal dari produk letusan material padat, cair dan gas yang dilontarkan ke permukaan bumi. Produk letusan tersebut memiliki bentuk, ukuran dan sifat yang berbeda-beda tergantung pada mekanisme letusannya. Di Indonesia, ancaman letusan gunungapi secara umum berasal dari terjadinya awanpanas, lontaran piroklastik, abu vulkanik, gas dan lahar panas yang berasal dari letusan gunungapi yang memiliki danau kawah. Dari ancaman letusan tersebut dapat menimbulkan bahaya letusan IV-3 gunungapi. Secara umum, bahaya letusan gunungapi dibedakan menjadi tiga yaitu Bahaya Primer, Bahaya Sekunder, dan Bahaya Tersier. Bahaya Primer Merupakan jenis ancaman bahaya yang berasal langsung dari sumber letusan, antara lain aliran lava, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik tephra, abu vulkanik dan gas vulkanik. 1. Aliran lava Pada gunungapi dengan magma tipe basaltik-andesitik kekentalan sedang sering terjadi aliran lava dengan kecepatan 3–5 km per hari dengan suhu antara 600 sampai 1000 o C. 2. Guguran lava pijar Guguran lava pijar dapat terbentuk akibat guguran atau runtuhan kubah lava baru atau tumpukan material lama yang masih panas di puncak. Guguran lava pijar bersifat membakar dan merusak lingkungan yang terlanda. 3. Awan panas Pyroclastic Flow Awan panas bersifat paling merusak daripada jenis bahaya yang lain. Awan panas adalah aliran massa panas 300 – 600 derajat celcius berupa campuran gas dan material gunungapi yang terdiri dari berbagai ukuran bergumpal bergerak turun secara turbulen dengan kecepatan sampai 70-100 kmjam. 4. Lontaran material vulkanik batu, kerikil dsb Pada saat terjadi letusan explosif, terjadi lontaran rempah batuan ke udara kemudian menyebar hingga dapat mencapai radius beberapa kilometer berukuran 2 mm hingga beberapa meter. 5. Hujan abu Hujan abu adalah jatuhan material vulkanik yang berukuran sangat halus beberapa mm sampai kasar 2 cm. Hujan abu merusak bila terjadi dalam volume yang besar dan dapat meningkatkan keasaman air yang berakibat buruk pada kesehatan. 6. Longsoran gunungapi Longsoran tubuh gunungapi dapat terjadi akibat proses pelapukan alterasi hidrotermal, tanpa disertai proses letusan. Longsoran tubuh gunungapi mekanismenya sama dengan tanah longsor. Contohnya : G. Galunggung terjadi pada ratusan tahun yll, bukan letusan 1982 yang meninggalkan morfologi yang disebut hammocky, atau G. Tokachi di Jepang IV-4 7. Tsunami Tsunami adalah gelombang laut besar yang melanda daerah pantai yang dapat disebabkan oleh letusan gunungapi yang terjadi di laut atau material letusannya mengarah ke laut dengan volume besar. Tsunami dapat juga disebabkan oleh gempa di tengah laut. Tsunami akibat letusan Krakatau 1883 adalah contoh yang paling merusak sepanjang sejarah letusan gunungapi. Tsunami ini melanda pantai bagian barat Jawa dan selatan Sumatera. Bahaya Sekunder Bahaya sekunder merupakan jenis ancaman bahaya vulkanik sesudah terjadi letusan. Yang termasuk jenis bahaya sekunder adalah lahar hujan dan kekeringan akibat letusan, krisis air bersih akibat letusan. Lahar hujan terjadi bila endapan material vulkanik di puncak atau lereng terkena hujan lebat. Dengan demikian lahar adalah lumpur campuran air hujan, material vulkanik bergerak menuruni lereng dan lembah. Bahaya Tersier Bahaya tersier adalah jenis bahaya yang tidak terkait langsung dengan proses letusan, tetapi akibat dari salah kelola dalam eksploitasi sumber daya di sekitar gunungapi. Misalnya penambangan pasir dan batu, kerusakan hutan dsb. Kerusakan lingkungan akibat akibat aktivitas penambangan pasir dan batu dan kerusakan hutan akan cenderung memperluas area landaan awan panas yang akan terjadi atau dengan kata lain akan cenderung memperluas daerah ancaman bahaya. Karena topografi yang tidak rata, adanya bukit-bukit dan lembah serta keberadaan pepohonan di hutan, merupakan penghambat alami luncuran awan panas. Ancaman bahaya tersier ini, dari waktu ke waktu semakin besar Risikonya. Hal terjadi karena kerusakan lingkungan di sekitar gunungapi semakin intensif, sementara masyarakat sangat tergantung pada sumberdaya di lingkungan gunungapi, terutama fungsinya sebagai daerah resapan air. Oleh sebab itu pelestarian lingkungan di sekitar gunungapi merupakan salah satu upaya penurunan Risiko bencana. Gunung Merapi merupakan salah satu gunungaktif di Indonesia yang bertipe strato dengan frekuensi erupsi antara 2-7 tahun. Gunung Merapi terletak di Jawa Tengah, tepatnya di perbatasan antara propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunung Merapi termasuk dalam tipe gunungapi subduksi. Terbentuknya karena tumbukan antara lempeng samudra Indo-Australia dan lempeng benua Eurasia dimana lempeng samudra Indo-Australia menunjam di bawah lempeng benua Eurasia. Pada kedalaman sekitar 100 km d.p.l., terjadi peleburan material akibat gesekan dua lempeng tektonik tersebut dalam kondisi tekanan dan suhu yang tinggi. Karena berat jenis yang IV-5 rendah dibanding batuan sekitarnya, leburan material ini mendesak naik ke permukaan bumi sebagai magma. Batuan G. Merapi tergolong andesit-basaltik. Komposisi berdasarkan kandungan silika ini sangat terkait dengan sifat fisis dan rheologi dari magma itu sendiri dan berpengaruh pada proses transportasinya ke permukaan. Mengenai kandungan volatilenya, magma G. Merapi termasuk dalam magma dengan kandungan volatile rendah. Karena itulah kebanyakan erupsi G. Merapi tidak explosif. Aktivitas Gunung Merapi dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava. Pertumbuhan kubah secara terus menerus menyebabkan tinggi kubah melampaui tinggi dindingnya. Pada saat terjadi ketidakseimbangan antara tinggi kubah dan volume kubah mengakibatkan terjadinya longsor. Longsornya kubah lava dalam volume yang besar didukung oleh keadaan kemiringan lereng Gunung Merapi yang terjal menyebabkan terjadinya awanpanas yang meluncur dengan kecepatan tinggi ~100 kmjam dalam radius yang cukup jauh. Salah satu keunikan Gunung Merapi adalah memiliki penduduk yang tinggal di kawasan rawan bencana KRB III di semua sektor. Dusun yang paling dekat berada pada jarak 3,5 km dari Puncak Merapi. Umumnya penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak sehingga bahaya gunungapi ini tidak hanya berbahaya terhadap penduduk tetapi juga pada lahan pertanian dan ternak. Erupsi Gunung Merapi tahun 1994 telah menyebabkan 66 korban jiwa manusia yang terkena luncuran awanpanas di sektor selatan K. Boyong. Peta kawasan rawan bencana disajikan pada Gambar 4.4 . Tabel 4.1. Indeks Ancaman Erupsi G. Merapi Kawasan Rawan Bencana Kelas Nilai Bobot Skor KRB II Sedang 2 100 0.666667 KRB III Tinggi 3 1.000000

IV.2. AliranBanjir Lahar Lahar Hujan