IV-10
Bencana yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Merapi diklasifikasikan ke dalam 2 dua bagian yaitu bencana primer primary disaster yang merupakan akibat
langsung dari letusan gunungapi seperti jatuhan abu, batu – batu kecil hingga besar, aliran piroklastik, aliran lava, aliran lumpur dan runtuhan gunung, sedangkan bencana
sekunder secondary disaster merupakan akibat tidak langsung dari letusan gunungapi seperti aliran lahar hujan, runtuhan lereng gunung lahar. Pada Peta KRB Gunung
Merapi, wilayah yang berpotensi terkena bahaya sekunder lahar hujan terdapat pada wilayah KRB I. Wilayah-wilayah di Kabupaten Sleman yang berpotensi terkena bahaya
lahar hujan dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Tabel 4.2. Indeks Lahar Hujan G. Merapi
Kawasan Rawan Bencana Kelas
Nilai Bobot
Skor
KRB I sebagai Ancaman Bahaya Lahar Hujan
Tinggi 3 100
1.000000
IV.3. Gempa bumi Proses Kejadian
Secara definisi Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi yang disebabkan oleh adanya penyebaran energi dalam bentuk gelombang pada lapisan kerak bumi. Jika
lapisan kerak bumi ada akumulasi gaya, pada saat lapisan kerak bumi ini tidak kuat menahan akumulasi energi tadi akan patah secara tiba tiba yang kita sebut gempabumi.
Peristiwa patahnya kerakbumi ini mengeluarkan energi yang dominan dalam bentuk gelombang yang disebut gelombang seismik dan menimbulkan goncangan di permukaan,
seperti ditunjukkan pada Gambar 4.5.
Kepulauan Indonesia termasuk salah satu negara yang paling rawan terhadap bencana gempabumi tektonik di dunia. Mengapa ? Kedudukan atau letak kepulauan
Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Indo- Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik yang ketiga lempeng tersebut saling
bergerak relatif satu sama lain Gambar 4.6.. Akibat gerakan relative lempeng satu sama lain ini dapat menimbulkan pengumpulan akumulasi energi pada lempeng tersebut
sehingga pada bagian yang paling lemah, tidak kuat menahan akumulasi energi tadi akan patah, yang disebut dengan gempabumi.
IV-11
Gambar 4.5. Ilustrasi proses terjadi gempa bumi sumber : Microsoft Encarta
Gambar 4.6. Pergerakan lempeng di Indonesia
Pergerakan relative ketiga lempeng tersebut diatas antara lain : Lempeng Indo- Australia yang bergerak relatif ke utara, lempeng Eurasia bergerak relatif ke selatan dan
lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke barat, juga menyebabkan kepulauan Indonesia mempunyai banyak sesar minor patahan kecil yang aktih dan sangat berpotensial
Bidang Patahan
IV-12
memicu terjadinya gempabumi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika kepulauan Indonesia termasuk sebagai salah satu kepulauan yang paling rawan gempabumi di
dunia. Dilihat dari sumber gempabumi maka dapat dibagi 3 :
• Gempabumi Tektonik, akibat dari patahan lapisan kerakbumi • Gempabumi Vulkanik, akibat dari letusan gunung berapi
• Gempabumi Longsoran dan buatan, akibat dari longsoran tanah, dan juga percobaan nuklir
Dari ketiga jenis gempa bumi alamiah yang terjadi, yang mempunyai kekuatan energi gempa magnitudo terbesar adalah gempabumi tektonik. Banyak kerusakan-
kerusakan parah yang ditimbulkan akibat gempabumi tektonik. Bahkan jika gempabumi tektonik terjadi dilaut dengan kekuatan yang besar bias menimbulkan gelombang raksasa
yang disebut dengan gelombang Tsunami. Masih segar dalam ingatan kita, kejadian gempabumi tanggal 27 Mei 2006 di
D.I.Yogyakarta yang menimbulkan korban jiwa tidak sedikit lebih dari 5.000 orang tewas. Kekuatan gempa Magnitudo dinyatakan dalam skala Satuan energi yang sering
dipakai yaitu dalam Skala Richter SR. Selain Magnitudo gempa juga dikenal dengan Intensitas gempa. Intensitas gempa ini menunjukkan dampak yang ditimbulkan oleh
gempabumi dan dinyatakan dalam skala MMI Modified Mercalli Intensity .
Studi Mikrozonasi sebagai parameter ancaman gempa bumi yang menghasilkan peta amplifikasi.
Gempa bumi sebagai salah satu sumber bencana alam geologi telah bias dijelaskan secara baik mengenai sumber dan mekanismenya berdasarkan ilmu
pengetahuan. Tetapi korban dan kerugian akibat gempa dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Sebagaimana diketahui bahwa korban akibat gempa bukan disebabkan oleh
gempa itu sendiri bahaya primer gempa tetapi umumnya oleh dampak getaran gempa terhadap struktur bangunan hingga runtuh menelan korban manusia bahaya sekunder
gempa serta akibat lanjut dari rusaknya infrastruktur. Tingkat kerusakan akibat gempa tergantung pada besarnya magnitudeintensitas
gempa bumi, kekuatan struktur bangunan dan kondisi geologi permukaan. Kondisi geologi permukaan yang dimaksudkan adalah watak perlapisan batuan dalam merespon
terhadap getaran gempa yang disebut sebagai site effect. Apakah sifat perlapisan batuan di suatu kawasan tertentu akan cenderung memperbesar amplifikasi atau memperlemah
deamplifikasi suatu getaran gempa. Ini yang disebut sebagai studi mikrozonasi dengan
IV-13
menggunakan sumber getaran alami sebagai inputnya. Pengukuran amplifikasi tanah didasarkan pada metode Nakamura yaitu menggunakan perbandingan spectrum
gelombang seismic komponen horizontal terhadap vertical HV yang disebut juga metode HVSR.
Suatu mekanisme yang dapt menjelaskan gejala amplifikasi tanah di suatu tempat yaitu kejadian terjebaknya gelombang gempa bumi di dalam perlapisan sedimen. Yang
dimaksud sedimen disini adalah lapisan tanah bagian atas yang kerapatannya lebih rendah, sedangkan basement adalah lapisan tanah bagian bawah yang kerapatannyalebih
tinggi bila dibandingkan dengan sedimen di atasnya. Amplifikasi tanah HVSR adalah suatu angka yang menunjukkan nilai berapa kali tanah tersebut memperbesar getaran
gempa. Misalnya suatu tanah mempunyai amplifikasi sebesar 10 kali, maka gelombang gempa yang melewati tanah tersebut getarannya akan diperkuat sebesar 10 kali. Jadi
apabila ada gempa berkekuatan 6 SR, maka tanah tersebut seolah-olah merasakan gempa ygn kekuatannya 7 SR karena skla richter merupakan fungsi logaritma getaran
gelombang gempa. Peta Amplifikasi adalah peta yang menggambarkan besarnya amplifikasi tanah di
suatu tempat sebagai respon terhadap signal gempa bumi. Besarnya amplifikasi berkorelasi dengan tingkat kerusakan akibat gempa. Semakin tinggi nilai amplifikasi
semakin besar tingkat kerusakannya dan sebaliknya. Oleh karena itu peta amplifikasi ini bias digunakan sebagai tingkat kerawanan atau ancaman gempa bumi.
Tabel Klasifikasi Kerawanan Amplifikasi kali
Warna Kelas Kerawanan
0-3 Hijau Rendah
3-6 Biru Sedang
6-9 Kuning Tinggi
9 Merah Sangat
Tinggi Berdasarkan Peta Risiko Gempa Bumi di Kabupaten Sleman yang disusun oleh
Badan Kesbanglinmas PB Kabupaten Sleman Tahun 2011, yang mendasarkan pada besarnya nilai amplifikasi, dan dibagi menjadi 4 kelas, yaitu; Kawasan Beramplifikasi
Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang dan Rendah. Untuk melakukan Analisis Risiko Bencana, sesuai dengan indeks parameter dan bobot dalam Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, maka peta-peta amplifikasi tanah tersebut diklasifikasikan sebagai kategori Ancaman. Selanjutnya, kawasan-kawasan
yang terdiri dari 4 kelas kawasan amplifikasi tersebut dikelompokkan menjadi zona-zona
IV-14
sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tersebut, sehingga menjadi klasifikasi seperti pada table di bawah ini :
Tabel 4.3. Indeks Ancaman Bencana Gempa Bumi
Zona Ancaman Kelas
Nilai Bobot
Skor
Kawasan Beramplifikasi Rendah Rendah 1
100 0.333333
Kawasan Beramplifikasi Sedang Sedang 2
0.666667 Kawasan Beramplifikasi Tinggi, Sangat Tinggi
Tinggi 3
1.000000
Khusus tentang ancaman gempa bumi di Kabupaten Sleman, oleh karena zona ancaman pada Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 mendasarkan pada kawasan yang
mempunyai besaran nilai amplifikasi tanah di suatu tempat sebagai respon terhadap signal gempa bumi, sehingga peta amplifikasi tanah di 3 kecamatan yaitu Kecamatan
Berbah, Kalasan dan Prambanan yang tercantum di dalam Peta Risiko Gempa Bumi di Kabupaten Sleman yang disusun oleh Badan Kesbanglinmas PB Kabupaten Sleman
Tahun 2011 saja yang dianalisa ancaman, kerentanan, kapasitas dan Risikonya. Berdasarkan pengolahan data amplifikasi skala desa, maka dapat disusun peta amplifikasi
tanah di : • Kecamatan Berbah
o Desa Jogotirto
o Desa Kalitirto
o Desa Sendangtirto
• Kecamatan Kalasan o
Desa Purwomartani o
Desa Selomartani • Kecamatan Prambanan
o Desa Bokoharjo
o Desa Gayamharjo
o Desa Madurejo
o Desa Sambirejo
IV-15
Gambar 4.7. Peta kawasan rawan bencana Gempa Kabupaten Sleman
IV-16
Gambar 4.8. Peta kawasan rawan bencana Gempa Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman
IV-17
Gambar 4.9. Peta kawasan rawan bencana Gempa Kec. Kalasan Kabupaten Sleman
IV-18
Gambar 4.10. Peta kawasan rawan bencana Kec. Prambanan Gempa Kabupaten Sleman
IV-19 IV.4. Gerakan TanahTanah Longsor
Tanah Longsor adalah salah satu bencana alam yang paling merusak Pemukiman serta prasarana manusia di seluruh dunia setiap tahunnya.
“Tanah Longsor” merupakan istilah umum, yang mencakup berbagai corak gerakan tanah, longsoran batu, nendatan dan jatuhan batu, yang meluncur ke bawah
lantaran pengaruh gaya tarik bumi gravitasi. Meski bisa saja tanah longsor terjadi berantai dengan gempa bumi,banjir dan
letusan gunungapi, namun tanah longsor secara lokal dan terpisah banyak terjadi ketimbang bencana-bencana yang telah disebutkan diatas. Bahkan dalam jangka waktu
tertentu menyebabkan lebih banyak kerugian dibanding bencana-bencana lain itu. Tanah longsor terjadi karena adanya perubahan-perubahan secara tiba-tiba
ataupun perlahanlahan bertahap dalam komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng. Perubahan-perubahan itu bisa terjadi karena :
1 Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan bom, dll., mesin-mesin, lalu- lintas dan guntur petir. Sebagian besar kelongsoran yang paling parah akibatnya
dipicu oleh gempa bumi. 2 Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat atau kenaikan
ketinggian permukaan air. 3 Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi akibat erosi, proses
pelongsoran terdahulu, pembangunan, penggalian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan yang semula akarnya mengikat tanah.
4 Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan yang dimuntahkan gunungapi,
bangunan, sampah limbah, tanaman. 5 Pengairan atau tindakan fisik kimiawi lainnya yang dapat merunkan kekuatan
tanah dan bebatuan setelah jangka waktu tertentu. Gejala Umum
1. Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing
2. Muncul mata air secara tiba-tiba
3. Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh
4. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan
IV-20
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerawanan Menghadapi Risiko Kelongsoran Pemukiman longsor bila di bangun di daerah-daerah berikut : Lereng curam, Tanah
rapuh, Pucuk tebing, Lembah dikaki lereng curam tebing, Delta lempung pasir endapan arus, Mulut aliran air dari lembah pegunungan.
Jalan dan jalur komunikasi melalui pegunungan juga dalam bahaya bila terjadi tanah longsor. Kebanyakan corak kelongsoran merusak bangunan, meskipun pondasi
bangunan sudah diperkuat. Kerusakan yang parah mungkin akan menimpa unsur-unsur prasarana yang berada di bawah tanah misalnya jaringan kabel atau pipa.
Wilayah-Wilayah Yang Rawan Akan Tanah Longsor: • Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut
• Berada pada daerah yang terjal dan gundul • Merupakan daerah aliran air hujan
• Tanah tebal sangat lapuk
Wilayah Kabupaten Sleman terletak di lereng Gunung Merapi. Morfologi lereng Gunung Merapi mempunyai kemiringan lereng yang sedang sampai dengan curam.
Beberapa wilayah Kabupaten Sleman yang mempunyai kemiringan lereng yang curam dan mempunyai Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi. Pembagian wilayah Kabupaten
Sleman berdasarkan Peta Kerentanan Gerakan Tanah dibagi menjadi 4 yaitu Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi, Menengah, Rendah, dan Sangat Rendah. Sesuai dengan indeks
parameter dan bobot dalam Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, pembagian 4 zona Gerakan Tanah
dikelompokkan menjadi 3 kelas sesuai table 4.4. berikut ini. Wilayah Kabupaten Sleman yang mempunyai Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi dan Kerentanan Gerakan Tanah
Menengah dapat dilihat pada table di bawah ini :
Tabel 4.4. Indeks Ancaman Bencana Tanah Longsor
Zona Ancaman Kelas
Nilai Bobot
Skor
Gerakan Tanah Sangat Rendah, Rendah Rendah 1
100 0.333333
Gerakan Tanah Menengah Sedang 2
0.666667 Gerakan Tanah Tinggi
Tinggi 3
1.000000
IV-21
Gambar 4.11. Peta Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Sleman
IV-22 IV.5. Angin Puting Beliung
Angin Puting beliung termasuk kelompok angin kencang, Tetapi jauh lebih kecil dari Badai. Tidak semua angin kencang dapat dikatakan angin puting beliung, tergantung
kecepatan dan arah dari angin tersebut. Angin puting beliung dan angin kencang dapat dibedakan dari lama waktu terjadinya durasi.
Dilihat dari lama berlangsungnya, Angin puting beliung berlangsung singkat antara 3 - 5 menit setelah itu diikuti angin kencang yang berangsur-angsur kecepatannya melemah.
Sedangkan angin kencang dapat berlangsung lebih dari 30 menit bahkan bisa lebih dari satu hari.
Jika dilihat dari Kecepatannya. Angin kencang kecepatan rata-rata antara 20 – 30 knot 1 Knot = 1,8 Km.jam sedangkan angin puting beliung biasa kecepatannya dapat mencapai
40 – 50 kmjam atau lebih dengan durasi yang sangat singkat dan tidak sama dengan fenomena Badai yang sering melanda di negara-negara Amerika, Australia, filipina,
Jepang, Kore maupun China. Selain itu dari bentuknya dan kerusakan yang dihasilkan juga bisa dibedakan anatara
angin kencang dan puting beliung. Angin Puting Beliung berbentuk Puntiran angin, sehingga kerusakan yang ditimbulkan biasanya patahan dahan kayu kuya seolah
terpuntir, bahkan bisa tercabut akarnya. Sedangankan kerusakan akibat angin kencang biasanya satu arah.
Fenomena ini biasanya terjadi pada saat musim peralihan pancaroba atau pada saat cuacahujan di musim hujan yang hujannya masih banyak terjadi pada siang atau malam
hari, karena memang fenomenanya selalu terjadi setelah lepas pukul 13.00 – 17.00 namun demiki an tidak mentup kemungkinan dapat terjadi pada malam hari.
IV-23
Hujan Es yang disertai angin puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan
dengan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 – 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 - 5 menit jarang kejadiannya sampai10
menit , jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat local dan tidak merata. Jenis awan berlapis lapis ini menjulang kearah vertical sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih,
Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulo Nimbus CB.
Kejadian becana angin puting beliung yang terjadi di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.5. Data Kejadian bencana Angin Putting Beliung di Wilayah Kabupaten Sleman
NO KECAMATAN DESA KEJADIAN
BENCANA NILAI SKOR APB KELAS
1 BERBAH
DESA SENDANG TITRO 1
1 0.3333333
RENDAH 2 BERBAH
DESA JOGOTIRTO
1 1
0.3333333 RENDAH 3 BERBAH
DESA TEGALTIRTO 0
1 0.3333333
RENDAH 4 BERBAH
DESA KALITIRTO
1 1
0.3333333 RENDAH 5
CANGKRINGAN DESA ARGOMULYO
2 2
0.6666667 SEDANG
6 CANGKRINGAN DESA WUKIRSARI
15 3
1 TINGGI 7 CANGKRINGAN DESA
UMBULHARJO 8
3 1 TINGGI
8 CANGKRINGAN DESA KEPUHARJO
1 1
0.3333333 RENDAH 9 CANGKRINGAN DESA
GLAGAHARJO 1
1 0.3333333 RENDAH
10 DEPOK
DESA CATUR TUNGGAL 1
0.3333333 RENDAH
11 DEPOK DESA
MAGUWOHARJO 1
1 0.3333333 RENDAH
12 DEPOK DESA
CONDONGCATUR 1
0.3333333 RENDAH 13 GAMPING
DESA BALECATUR
2 2
0.6666667 SEDANG 14 GAMPING
DESA AMBARKETAWANG
1 1
0.3333333 RENDAH 15
GAMPING DESA BANYURADEN
1 0.3333333
RENDAH 16 GAMPING
DESA NOGOTIRTO
1 0.3333333 RENDAH
17 GAMPING DESA
TRIHANGGO 3
2 0.6666667 SEDANG
18 GODEAN DESA
SIDOMULYO 1
1 0.3333333 RENDAH
19 GODEAN DESA
SIDOARUM 1
0.3333333 RENDAH 20 GODEAN
DESA SIDOKARTO
1 0.3333333 RENDAH
21 GODEAN DESA
SIDOAGUNG 1
0.3333333 RENDAH 22 GODEAN
DESA SIDOLUHUR
1 0.3333333 RENDAH
23 GODEAN DESA
SIDOMOYO 1
0.3333333 RENDAH 24 GODEAN
DESA SIDOREJO
1 0.3333333 RENDAH
IV-24
25 KALASAN DESA
TIRTOMARTANI 1
1 0.3333333 RENDAH
26 KALASAN DESA
PURWOMARTANI 1
1 0.3333333 RENDAH
27 KALASAN DESA
SELOMARTANI 4
3 1 TINGGI
28 KALASAN DESA
TAMANMARTANI 2
2 0.6666667 SEDANG
29 MINGGIR DESA
SENDANGARUM 1
1 0.3333333 RENDAH
30 MINGGIR DESA
SENDANGMULYO 10
3 1 TINGGI
31 MINGGIR DESA
SENDANGAGUNG 2
2 0.6666667 SEDANG
32 MINGGIR DESA
SENDANGREJO 1
1 0.3333333 RENDAH
33 MINGGIR DESA
SENDANGSARI 2
2 0.6666667 SEDANG
34 MLATI DESA
SINDUADI 1
1 0.3333333 RENDAH
35 MLATI DESA
TIRTOADI 1
1 0.3333333 RENDAH
36 MLATI DESA
SENDANGADI 1
1 0.3333333 RENDAH
37 MLATI DESA
TLOGODADI 1
0.3333333 RENDAH 38 MLATI
DESA SUMBERADI
3 2
0.6666667 SEDANG 39
MOYUDAN DESA SUMBER RAHAYU
1 0.3333333
RENDAH 40 MOYUDAN
DESA SUMBERSARI
1 0.3333333 RENDAH
41 MOYUDAN DESA
SUMBERARUM 1
0.3333333 RENDAH 42 MOYUDAN
DESA SUMBERAGUNG
1 1
0.3333333 RENDAH 43 NGAGLIK
DESA MINOMARTANI
1 1
0.3333333 RENDAH 44 NGAGLIK
DESA SINDUHARJO
1 0.3333333 RENDAH
45 NGAGLIK DESA
SARIHARJO 2
2 0.6666667 SEDANG
46 NGAGLIK DESA
SUKOHARJO 7
3 1 TINGGI
47 NGAGLIK DESA
SARDONOHARJO 1
1 0.3333333 RENDAH
48 NGAGLIK DESA
DONOHARJO 1
1 0.3333333 RENDAH
49 NGEMPLAK DESA
WEDOMARTANI 6
3 1 TINGGI
50 NGEMPLAK DESA
BIMOMARTANI 5
3 1 TINGGI
51 NGEMPLAK DESA
WIDODOMARTANI 1
1 0.3333333 RENDAH
52 NGEMPLAK DESA
SINDUMARTANI 1
1 0.3333333 RENDAH
53 NGEMPLAK DESA
UMBULMARTANI 1
1 0.3333333 RENDAH
54 PAKEM DESA
HARJOBINANGUN 1
1 0.3333333 RENDAH
55 PAKEM DESA
PAKEMBINANGUN 1
0.3333333 RENDAH 56 PAKEM
DESA CANDIBINANGUN
1 1
0.3333333 RENDAH 57 PAKEM
DESA PURWOBINANGUN
1 0.3333333 RENDAH
58 PAKEM DESA
HARGOBINANGUN 7
3 1 TINGGI
59 PRAMBANAN DESA
WUKIRHARJO 1
1 0.3333333 RENDAH
60 PRAMBANAN DESA
SUMBERHARJO 2
2 0.6666667 SEDANG
61 PRAMBANAN DESA
GAYAMHARJO 3
2 0.6666667 SEDANG
62 PRAMBANAN DESA
MADUREJO 1
0.3333333 RENDAH 63 PRAMBANAN
DESA SAMBIREJO
1 1
0.3333333 RENDAH 64 PRAMBANAN
DESA BOKOHARJO
1 0.3333333 RENDAH
65 SEYEGAN DESA
MARGOLUWIH 1
0.3333333 RENDAH
IV-25
66 SEYEGAN DESA
MARGODADI 1
1 0.3333333 RENDAH
67 SEYEGAN DESA
MARGOKATON 1
1 0.3333333 RENDAH
68 SEYEGAN DESA
MARGOMULYO 1
1 0.3333333 RENDAH
69 SEYEGAN DESA
MARGOAGUNG 1
1 0.3333333 RENDAH
70 SLEMAN DESA
TRIDADI 1
1 0.3333333 RENDAH
71 SLEMAN DESA
PANDOWOHARJO 1
0.3333333 RENDAH 72 SLEMAN
DESA TRIHARJO
2 2
0.6666667 SEDANG 73 SLEMAN
DESA CATURHARJO
1 1
0.3333333 RENDAH 74 SLEMAN
DESA TRIMULYO
1 0.3333333 RENDAH
75 TEMPEL
DESA BANYUREJO 1
0.3333333 RENDAH
76 TEMPEL DESA
TAMBAKREJO 1
0.3333333 RENDAH 77 TEMPEL
DESA SUMBERREJO
1 0.3333333 RENDAH
78 TEMPEL DESA
MOROREJO 1
1 0.3333333 RENDAH
79 TEMPEL DESA
PONDOKREJO 1
0.3333333 RENDAH 80 TEMPEL
DESA MARGOREJO
1 1
0.3333333 RENDAH 81 TEMPEL
DESA LUMBUNGREJO
1 1
0.3333333 RENDAH 82 TEMPEL
DESA MERDIKOREJO
1 1
0.3333333 RENDAH 83 TURI
DESA DONOKERTO
2 2
0.6666667 SEDANG 84 TURI
DESA BANGUNKERTO
1 1
0.3333333 RENDAH 85 TURI
DESA WONOKERTO
1 1
0.3333333 RENDAH 86 TURI
DESA GIRIKERTO
1 1
0.3333333 RENDAH
IV.6. Kebakaran