Gempa bumi Proses Kejadian

IV-10 Bencana yang disebabkan oleh aktivitas Gunung Merapi diklasifikasikan ke dalam 2 dua bagian yaitu bencana primer primary disaster yang merupakan akibat langsung dari letusan gunungapi seperti jatuhan abu, batu – batu kecil hingga besar, aliran piroklastik, aliran lava, aliran lumpur dan runtuhan gunung, sedangkan bencana sekunder secondary disaster merupakan akibat tidak langsung dari letusan gunungapi seperti aliran lahar hujan, runtuhan lereng gunung lahar. Pada Peta KRB Gunung Merapi, wilayah yang berpotensi terkena bahaya sekunder lahar hujan terdapat pada wilayah KRB I. Wilayah-wilayah di Kabupaten Sleman yang berpotensi terkena bahaya lahar hujan dapat dilihat pada Gambar 4.4. Tabel 4.2. Indeks Lahar Hujan G. Merapi Kawasan Rawan Bencana Kelas Nilai Bobot Skor KRB I sebagai Ancaman Bahaya Lahar Hujan Tinggi 3 100 1.000000

IV.3. Gempa bumi Proses Kejadian

Secara definisi Gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi yang disebabkan oleh adanya penyebaran energi dalam bentuk gelombang pada lapisan kerak bumi. Jika lapisan kerak bumi ada akumulasi gaya, pada saat lapisan kerak bumi ini tidak kuat menahan akumulasi energi tadi akan patah secara tiba tiba yang kita sebut gempabumi. Peristiwa patahnya kerakbumi ini mengeluarkan energi yang dominan dalam bentuk gelombang yang disebut gelombang seismik dan menimbulkan goncangan di permukaan, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.5. Kepulauan Indonesia termasuk salah satu negara yang paling rawan terhadap bencana gempabumi tektonik di dunia. Mengapa ? Kedudukan atau letak kepulauan Indonesia berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik dunia yaitu lempeng Indo- Australia, lempeng Eurasia dan lempeng Pasifik yang ketiga lempeng tersebut saling bergerak relatif satu sama lain Gambar 4.6.. Akibat gerakan relative lempeng satu sama lain ini dapat menimbulkan pengumpulan akumulasi energi pada lempeng tersebut sehingga pada bagian yang paling lemah, tidak kuat menahan akumulasi energi tadi akan patah, yang disebut dengan gempabumi. IV-11 Gambar 4.5. Ilustrasi proses terjadi gempa bumi sumber : Microsoft Encarta Gambar 4.6. Pergerakan lempeng di Indonesia Pergerakan relative ketiga lempeng tersebut diatas antara lain : Lempeng Indo- Australia yang bergerak relatif ke utara, lempeng Eurasia bergerak relatif ke selatan dan lempeng Pasifik yang bergerak relatif ke barat, juga menyebabkan kepulauan Indonesia mempunyai banyak sesar minor patahan kecil yang aktih dan sangat berpotensial Bidang Patahan IV-12 memicu terjadinya gempabumi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika kepulauan Indonesia termasuk sebagai salah satu kepulauan yang paling rawan gempabumi di dunia. Dilihat dari sumber gempabumi maka dapat dibagi 3 : • Gempabumi Tektonik, akibat dari patahan lapisan kerakbumi • Gempabumi Vulkanik, akibat dari letusan gunung berapi • Gempabumi Longsoran dan buatan, akibat dari longsoran tanah, dan juga percobaan nuklir Dari ketiga jenis gempa bumi alamiah yang terjadi, yang mempunyai kekuatan energi gempa magnitudo terbesar adalah gempabumi tektonik. Banyak kerusakan- kerusakan parah yang ditimbulkan akibat gempabumi tektonik. Bahkan jika gempabumi tektonik terjadi dilaut dengan kekuatan yang besar bias menimbulkan gelombang raksasa yang disebut dengan gelombang Tsunami. Masih segar dalam ingatan kita, kejadian gempabumi tanggal 27 Mei 2006 di D.I.Yogyakarta yang menimbulkan korban jiwa tidak sedikit lebih dari 5.000 orang tewas. Kekuatan gempa Magnitudo dinyatakan dalam skala Satuan energi yang sering dipakai yaitu dalam Skala Richter SR. Selain Magnitudo gempa juga dikenal dengan Intensitas gempa. Intensitas gempa ini menunjukkan dampak yang ditimbulkan oleh gempabumi dan dinyatakan dalam skala MMI Modified Mercalli Intensity . Studi Mikrozonasi sebagai parameter ancaman gempa bumi yang menghasilkan peta amplifikasi. Gempa bumi sebagai salah satu sumber bencana alam geologi telah bias dijelaskan secara baik mengenai sumber dan mekanismenya berdasarkan ilmu pengetahuan. Tetapi korban dan kerugian akibat gempa dari waktu ke waktu cenderung meningkat. Sebagaimana diketahui bahwa korban akibat gempa bukan disebabkan oleh gempa itu sendiri bahaya primer gempa tetapi umumnya oleh dampak getaran gempa terhadap struktur bangunan hingga runtuh menelan korban manusia bahaya sekunder gempa serta akibat lanjut dari rusaknya infrastruktur. Tingkat kerusakan akibat gempa tergantung pada besarnya magnitudeintensitas gempa bumi, kekuatan struktur bangunan dan kondisi geologi permukaan. Kondisi geologi permukaan yang dimaksudkan adalah watak perlapisan batuan dalam merespon terhadap getaran gempa yang disebut sebagai site effect. Apakah sifat perlapisan batuan di suatu kawasan tertentu akan cenderung memperbesar amplifikasi atau memperlemah deamplifikasi suatu getaran gempa. Ini yang disebut sebagai studi mikrozonasi dengan IV-13 menggunakan sumber getaran alami sebagai inputnya. Pengukuran amplifikasi tanah didasarkan pada metode Nakamura yaitu menggunakan perbandingan spectrum gelombang seismic komponen horizontal terhadap vertical HV yang disebut juga metode HVSR. Suatu mekanisme yang dapt menjelaskan gejala amplifikasi tanah di suatu tempat yaitu kejadian terjebaknya gelombang gempa bumi di dalam perlapisan sedimen. Yang dimaksud sedimen disini adalah lapisan tanah bagian atas yang kerapatannya lebih rendah, sedangkan basement adalah lapisan tanah bagian bawah yang kerapatannyalebih tinggi bila dibandingkan dengan sedimen di atasnya. Amplifikasi tanah HVSR adalah suatu angka yang menunjukkan nilai berapa kali tanah tersebut memperbesar getaran gempa. Misalnya suatu tanah mempunyai amplifikasi sebesar 10 kali, maka gelombang gempa yang melewati tanah tersebut getarannya akan diperkuat sebesar 10 kali. Jadi apabila ada gempa berkekuatan 6 SR, maka tanah tersebut seolah-olah merasakan gempa ygn kekuatannya 7 SR karena skla richter merupakan fungsi logaritma getaran gelombang gempa. Peta Amplifikasi adalah peta yang menggambarkan besarnya amplifikasi tanah di suatu tempat sebagai respon terhadap signal gempa bumi. Besarnya amplifikasi berkorelasi dengan tingkat kerusakan akibat gempa. Semakin tinggi nilai amplifikasi semakin besar tingkat kerusakannya dan sebaliknya. Oleh karena itu peta amplifikasi ini bias digunakan sebagai tingkat kerawanan atau ancaman gempa bumi. Tabel Klasifikasi Kerawanan Amplifikasi kali Warna Kelas Kerawanan 0-3 Hijau Rendah 3-6 Biru Sedang 6-9 Kuning Tinggi 9 Merah Sangat Tinggi Berdasarkan Peta Risiko Gempa Bumi di Kabupaten Sleman yang disusun oleh Badan Kesbanglinmas PB Kabupaten Sleman Tahun 2011, yang mendasarkan pada besarnya nilai amplifikasi, dan dibagi menjadi 4 kelas, yaitu; Kawasan Beramplifikasi Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang dan Rendah. Untuk melakukan Analisis Risiko Bencana, sesuai dengan indeks parameter dan bobot dalam Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, maka peta-peta amplifikasi tanah tersebut diklasifikasikan sebagai kategori Ancaman. Selanjutnya, kawasan-kawasan yang terdiri dari 4 kelas kawasan amplifikasi tersebut dikelompokkan menjadi zona-zona IV-14 sesuai dengan Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tersebut, sehingga menjadi klasifikasi seperti pada table di bawah ini : Tabel 4.3. Indeks Ancaman Bencana Gempa Bumi Zona Ancaman Kelas Nilai Bobot Skor Kawasan Beramplifikasi Rendah Rendah 1 100 0.333333 Kawasan Beramplifikasi Sedang Sedang 2 0.666667 Kawasan Beramplifikasi Tinggi, Sangat Tinggi Tinggi 3 1.000000 Khusus tentang ancaman gempa bumi di Kabupaten Sleman, oleh karena zona ancaman pada Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 mendasarkan pada kawasan yang mempunyai besaran nilai amplifikasi tanah di suatu tempat sebagai respon terhadap signal gempa bumi, sehingga peta amplifikasi tanah di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Berbah, Kalasan dan Prambanan yang tercantum di dalam Peta Risiko Gempa Bumi di Kabupaten Sleman yang disusun oleh Badan Kesbanglinmas PB Kabupaten Sleman Tahun 2011 saja yang dianalisa ancaman, kerentanan, kapasitas dan Risikonya. Berdasarkan pengolahan data amplifikasi skala desa, maka dapat disusun peta amplifikasi tanah di : • Kecamatan Berbah o Desa Jogotirto o Desa Kalitirto o Desa Sendangtirto • Kecamatan Kalasan o Desa Purwomartani o Desa Selomartani • Kecamatan Prambanan o Desa Bokoharjo o Desa Gayamharjo o Desa Madurejo o Desa Sambirejo IV-15 Gambar 4.7. Peta kawasan rawan bencana Gempa Kabupaten Sleman IV-16 Gambar 4.8. Peta kawasan rawan bencana Gempa Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman IV-17 Gambar 4.9. Peta kawasan rawan bencana Gempa Kec. Kalasan Kabupaten Sleman IV-18 Gambar 4.10. Peta kawasan rawan bencana Kec. Prambanan Gempa Kabupaten Sleman IV-19 IV.4. Gerakan TanahTanah Longsor Tanah Longsor adalah salah satu bencana alam yang paling merusak Pemukiman serta prasarana manusia di seluruh dunia setiap tahunnya. “Tanah Longsor” merupakan istilah umum, yang mencakup berbagai corak gerakan tanah, longsoran batu, nendatan dan jatuhan batu, yang meluncur ke bawah lantaran pengaruh gaya tarik bumi gravitasi. Meski bisa saja tanah longsor terjadi berantai dengan gempa bumi,banjir dan letusan gunungapi, namun tanah longsor secara lokal dan terpisah banyak terjadi ketimbang bencana-bencana yang telah disebutkan diatas. Bahkan dalam jangka waktu tertentu menyebabkan lebih banyak kerugian dibanding bencana-bencana lain itu. Tanah longsor terjadi karena adanya perubahan-perubahan secara tiba-tiba ataupun perlahanlahan bertahap dalam komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng. Perubahan-perubahan itu bisa terjadi karena : 1 Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan bom, dll., mesin-mesin, lalu- lintas dan guntur petir. Sebagian besar kelongsoran yang paling parah akibatnya dipicu oleh gempa bumi. 2 Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat atau kenaikan ketinggian permukaan air. 3 Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi akibat erosi, proses pelongsoran terdahulu, pembangunan, penggalian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan yang semula akarnya mengikat tanah. 4 Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan yang dimuntahkan gunungapi, bangunan, sampah limbah, tanaman. 5 Pengairan atau tindakan fisik kimiawi lainnya yang dapat merunkan kekuatan tanah dan bebatuan setelah jangka waktu tertentu. Gejala Umum 1. Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing 2. Muncul mata air secara tiba-tiba 3. Air sumur di sekitar lereng menjadi keruh 4. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan IV-20 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerawanan Menghadapi Risiko Kelongsoran Pemukiman longsor bila di bangun di daerah-daerah berikut : Lereng curam, Tanah rapuh, Pucuk tebing, Lembah dikaki lereng curam tebing, Delta lempung pasir endapan arus, Mulut aliran air dari lembah pegunungan. Jalan dan jalur komunikasi melalui pegunungan juga dalam bahaya bila terjadi tanah longsor. Kebanyakan corak kelongsoran merusak bangunan, meskipun pondasi bangunan sudah diperkuat. Kerusakan yang parah mungkin akan menimpa unsur-unsur prasarana yang berada di bawah tanah misalnya jaringan kabel atau pipa. Wilayah-Wilayah Yang Rawan Akan Tanah Longsor: • Pernah terjadi bencana tanah longsor di wilayah tersebut • Berada pada daerah yang terjal dan gundul • Merupakan daerah aliran air hujan • Tanah tebal sangat lapuk Wilayah Kabupaten Sleman terletak di lereng Gunung Merapi. Morfologi lereng Gunung Merapi mempunyai kemiringan lereng yang sedang sampai dengan curam. Beberapa wilayah Kabupaten Sleman yang mempunyai kemiringan lereng yang curam dan mempunyai Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi. Pembagian wilayah Kabupaten Sleman berdasarkan Peta Kerentanan Gerakan Tanah dibagi menjadi 4 yaitu Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi, Menengah, Rendah, dan Sangat Rendah. Sesuai dengan indeks parameter dan bobot dalam Peraturan Kepala BNPB No. 02 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, pembagian 4 zona Gerakan Tanah dikelompokkan menjadi 3 kelas sesuai table 4.4. berikut ini. Wilayah Kabupaten Sleman yang mempunyai Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi dan Kerentanan Gerakan Tanah Menengah dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 4.4. Indeks Ancaman Bencana Tanah Longsor Zona Ancaman Kelas Nilai Bobot Skor Gerakan Tanah Sangat Rendah, Rendah Rendah 1 100 0.333333 Gerakan Tanah Menengah Sedang 2 0.666667 Gerakan Tanah Tinggi Tinggi 3 1.000000 IV-21 Gambar 4.11. Peta Kerentanan Gerakan Tanah Kabupaten Sleman IV-22 IV.5. Angin Puting Beliung Angin Puting beliung termasuk kelompok angin kencang, Tetapi jauh lebih kecil dari Badai. Tidak semua angin kencang dapat dikatakan angin puting beliung, tergantung kecepatan dan arah dari angin tersebut. Angin puting beliung dan angin kencang dapat dibedakan dari lama waktu terjadinya durasi. Dilihat dari lama berlangsungnya, Angin puting beliung berlangsung singkat antara 3 - 5 menit setelah itu diikuti angin kencang yang berangsur-angsur kecepatannya melemah. Sedangkan angin kencang dapat berlangsung lebih dari 30 menit bahkan bisa lebih dari satu hari. Jika dilihat dari Kecepatannya. Angin kencang kecepatan rata-rata antara 20 – 30 knot 1 Knot = 1,8 Km.jam sedangkan angin puting beliung biasa kecepatannya dapat mencapai 40 – 50 kmjam atau lebih dengan durasi yang sangat singkat dan tidak sama dengan fenomena Badai yang sering melanda di negara-negara Amerika, Australia, filipina, Jepang, Kore maupun China. Selain itu dari bentuknya dan kerusakan yang dihasilkan juga bisa dibedakan anatara angin kencang dan puting beliung. Angin Puting Beliung berbentuk Puntiran angin, sehingga kerusakan yang ditimbulkan biasanya patahan dahan kayu kuya seolah terpuntir, bahkan bisa tercabut akarnya. Sedangankan kerusakan akibat angin kencang biasanya satu arah. Fenomena ini biasanya terjadi pada saat musim peralihan pancaroba atau pada saat cuacahujan di musim hujan yang hujannya masih banyak terjadi pada siang atau malam hari, karena memang fenomenanya selalu terjadi setelah lepas pukul 13.00 – 17.00 namun demiki an tidak mentup kemungkinan dapat terjadi pada malam hari. IV-23 Hujan Es yang disertai angin puting beliung berasal dari jenis awan bersel tunggal berlapis-lapis dekat dengan permukaan bumi, dapat juga berasal dari multi sel awan dengan pertumbuhannya secara vertical dengan luasan area horizontalnya sekitar 3 – 5 km dan kejadiannya singkat berkisar antara 3 - 5 menit jarang kejadiannya sampai10 menit , jadi wajar kalau peristiwa ini hanya bersifat local dan tidak merata. Jenis awan berlapis lapis ini menjulang kearah vertical sampai dengan ketinggian 30.000 feet lebih, Jenis awan berlapis-lapis ini biasa berbentuk bunga kol dan disebut Awan Cumulo Nimbus CB. Kejadian becana angin puting beliung yang terjadi di Kabupaten Sleman dapat dilihat pada table berikut ini : Tabel 4.5. Data Kejadian bencana Angin Putting Beliung di Wilayah Kabupaten Sleman NO KECAMATAN DESA KEJADIAN BENCANA NILAI SKOR APB KELAS 1 BERBAH DESA SENDANG TITRO 1 1 0.3333333 RENDAH 2 BERBAH DESA JOGOTIRTO 1 1 0.3333333 RENDAH 3 BERBAH DESA TEGALTIRTO 0 1 0.3333333 RENDAH 4 BERBAH DESA KALITIRTO 1 1 0.3333333 RENDAH 5 CANGKRINGAN DESA ARGOMULYO 2 2 0.6666667 SEDANG 6 CANGKRINGAN DESA WUKIRSARI 15 3 1 TINGGI 7 CANGKRINGAN DESA UMBULHARJO 8 3 1 TINGGI 8 CANGKRINGAN DESA KEPUHARJO 1 1 0.3333333 RENDAH 9 CANGKRINGAN DESA GLAGAHARJO 1 1 0.3333333 RENDAH 10 DEPOK DESA CATUR TUNGGAL 1 0.3333333 RENDAH 11 DEPOK DESA MAGUWOHARJO 1 1 0.3333333 RENDAH 12 DEPOK DESA CONDONGCATUR 1 0.3333333 RENDAH 13 GAMPING DESA BALECATUR 2 2 0.6666667 SEDANG 14 GAMPING DESA AMBARKETAWANG 1 1 0.3333333 RENDAH 15 GAMPING DESA BANYURADEN 1 0.3333333 RENDAH 16 GAMPING DESA NOGOTIRTO 1 0.3333333 RENDAH 17 GAMPING DESA TRIHANGGO 3 2 0.6666667 SEDANG 18 GODEAN DESA SIDOMULYO 1 1 0.3333333 RENDAH 19 GODEAN DESA SIDOARUM 1 0.3333333 RENDAH 20 GODEAN DESA SIDOKARTO 1 0.3333333 RENDAH 21 GODEAN DESA SIDOAGUNG 1 0.3333333 RENDAH 22 GODEAN DESA SIDOLUHUR 1 0.3333333 RENDAH 23 GODEAN DESA SIDOMOYO 1 0.3333333 RENDAH 24 GODEAN DESA SIDOREJO 1 0.3333333 RENDAH IV-24 25 KALASAN DESA TIRTOMARTANI 1 1 0.3333333 RENDAH 26 KALASAN DESA PURWOMARTANI 1 1 0.3333333 RENDAH 27 KALASAN DESA SELOMARTANI 4 3 1 TINGGI 28 KALASAN DESA TAMANMARTANI 2 2 0.6666667 SEDANG 29 MINGGIR DESA SENDANGARUM 1 1 0.3333333 RENDAH 30 MINGGIR DESA SENDANGMULYO 10 3 1 TINGGI 31 MINGGIR DESA SENDANGAGUNG 2 2 0.6666667 SEDANG 32 MINGGIR DESA SENDANGREJO 1 1 0.3333333 RENDAH 33 MINGGIR DESA SENDANGSARI 2 2 0.6666667 SEDANG 34 MLATI DESA SINDUADI 1 1 0.3333333 RENDAH 35 MLATI DESA TIRTOADI 1 1 0.3333333 RENDAH 36 MLATI DESA SENDANGADI 1 1 0.3333333 RENDAH 37 MLATI DESA TLOGODADI 1 0.3333333 RENDAH 38 MLATI DESA SUMBERADI 3 2 0.6666667 SEDANG 39 MOYUDAN DESA SUMBER RAHAYU 1 0.3333333 RENDAH 40 MOYUDAN DESA SUMBERSARI 1 0.3333333 RENDAH 41 MOYUDAN DESA SUMBERARUM 1 0.3333333 RENDAH 42 MOYUDAN DESA SUMBERAGUNG 1 1 0.3333333 RENDAH 43 NGAGLIK DESA MINOMARTANI 1 1 0.3333333 RENDAH 44 NGAGLIK DESA SINDUHARJO 1 0.3333333 RENDAH 45 NGAGLIK DESA SARIHARJO 2 2 0.6666667 SEDANG 46 NGAGLIK DESA SUKOHARJO 7 3 1 TINGGI 47 NGAGLIK DESA SARDONOHARJO 1 1 0.3333333 RENDAH 48 NGAGLIK DESA DONOHARJO 1 1 0.3333333 RENDAH 49 NGEMPLAK DESA WEDOMARTANI 6 3 1 TINGGI 50 NGEMPLAK DESA BIMOMARTANI 5 3 1 TINGGI 51 NGEMPLAK DESA WIDODOMARTANI 1 1 0.3333333 RENDAH 52 NGEMPLAK DESA SINDUMARTANI 1 1 0.3333333 RENDAH 53 NGEMPLAK DESA UMBULMARTANI 1 1 0.3333333 RENDAH 54 PAKEM DESA HARJOBINANGUN 1 1 0.3333333 RENDAH 55 PAKEM DESA PAKEMBINANGUN 1 0.3333333 RENDAH 56 PAKEM DESA CANDIBINANGUN 1 1 0.3333333 RENDAH 57 PAKEM DESA PURWOBINANGUN 1 0.3333333 RENDAH 58 PAKEM DESA HARGOBINANGUN 7 3 1 TINGGI 59 PRAMBANAN DESA WUKIRHARJO 1 1 0.3333333 RENDAH 60 PRAMBANAN DESA SUMBERHARJO 2 2 0.6666667 SEDANG 61 PRAMBANAN DESA GAYAMHARJO 3 2 0.6666667 SEDANG 62 PRAMBANAN DESA MADUREJO 1 0.3333333 RENDAH 63 PRAMBANAN DESA SAMBIREJO 1 1 0.3333333 RENDAH 64 PRAMBANAN DESA BOKOHARJO 1 0.3333333 RENDAH 65 SEYEGAN DESA MARGOLUWIH 1 0.3333333 RENDAH IV-25 66 SEYEGAN DESA MARGODADI 1 1 0.3333333 RENDAH 67 SEYEGAN DESA MARGOKATON 1 1 0.3333333 RENDAH 68 SEYEGAN DESA MARGOMULYO 1 1 0.3333333 RENDAH 69 SEYEGAN DESA MARGOAGUNG 1 1 0.3333333 RENDAH 70 SLEMAN DESA TRIDADI 1 1 0.3333333 RENDAH 71 SLEMAN DESA PANDOWOHARJO 1 0.3333333 RENDAH 72 SLEMAN DESA TRIHARJO 2 2 0.6666667 SEDANG 73 SLEMAN DESA CATURHARJO 1 1 0.3333333 RENDAH 74 SLEMAN DESA TRIMULYO 1 0.3333333 RENDAH 75 TEMPEL DESA BANYUREJO 1 0.3333333 RENDAH 76 TEMPEL DESA TAMBAKREJO 1 0.3333333 RENDAH 77 TEMPEL DESA SUMBERREJO 1 0.3333333 RENDAH 78 TEMPEL DESA MOROREJO 1 1 0.3333333 RENDAH 79 TEMPEL DESA PONDOKREJO 1 0.3333333 RENDAH 80 TEMPEL DESA MARGOREJO 1 1 0.3333333 RENDAH 81 TEMPEL DESA LUMBUNGREJO 1 1 0.3333333 RENDAH 82 TEMPEL DESA MERDIKOREJO 1 1 0.3333333 RENDAH 83 TURI DESA DONOKERTO 2 2 0.6666667 SEDANG 84 TURI DESA BANGUNKERTO 1 1 0.3333333 RENDAH 85 TURI DESA WONOKERTO 1 1 0.3333333 RENDAH 86 TURI DESA GIRIKERTO 1 1 0.3333333 RENDAH

IV.6. Kebakaran